• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekskresi energi (Kkal/ekor)

Ekskresi energi diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dengan oven 60 0c dengan kandungan energinya setiap 1 ekor broiler rataan ekskresi energi broiler dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Ekskresi Energi (kkal/ekor) Ulangan perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan R0 51.20 54.60 56.10 55.20 53.60 270.70 54.14 R1 52.40 54.60 56.20 50.80 54.40 268.40 53.68 R2 51.20 50.20 50.60 54.40 56.20 264.60 52.92 R3 53.80 52.40 55.50 50.40 51.70 263.80 52.76 Total 208.60 213.80 218.40 210.80 215.90 1067. 50 213.50 Rataan 52.15 53.45 54.60 52.70 53.97 213.50 53.37

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan ekskresi energi ayam pedaging selama penelitian adalah 53.37 kkal/ekor dengan kisaran 52,76 – 54,14 Kkal/ekor. Ekskresi energi terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 52,76 Kkal/ekor, sedangkan ekskresi energi tertinggi terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 54,14 Kkal/ekor.

Persentase ekskresi energi merupakan acuan jumlah pakan yang dapat dicerna atau kemampuan ternak dalam mencerna pakan. Semakin banyak jumlah pakan yang tidak dapat dicerna, maka ekskresi energinya semakin meningkat.

Ekskresi energi yang tinggi pada R0 yaitu sebesar 54.14 kkal/kg disebabkan karena tingginya serat kasar pada limbah udang nonfermentasi, kandungan serat kasar yang tinggi pada limbah udang nonfermentasi akan menurunkan kecernaan dan ketersediaan nutrisi (Sudarmadji, 1989) .Tinggi

rendahnya ekskresi energi tergantung pada daya cerna unggas terhadap pakan yang dikonsumsi. Ekskresi energi terendah pada R3 disebabkan fermentasi bakteri serratia marcescens pada level 3% memberikan pengaruh yang positip terhadap kecernaan limbah udang tersebut. Kecernaan limbah udang yang difermentasi dengan bakteri serratia marcescens terhadap ekskresi energi pada broiler jantan umur 6 minggu dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis Keragaman Ekskresi Energi

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0.05 0.01 perlakuan 3 6,012 2,004 1.876624137tn

Galat 16 17,086 1,067875

Total 19 23,098

Ket tn: Tidak nyata

Kk: 6.64%

Hasil uji keragaman pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap ekskresi energi, walaupun rataan ekskresi energi yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Umur ternak yang seragam menyebabkan ekskresi energi yang dihasilkan tidak berbeda nyata pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3, hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmadji (1984) yang menyatakan bahwa ekskresi energi oleh ternak dipengaruhi oleh umur dan tingkat makanan, semakin bertambah umur ternak maka jumlah ekskresi energi akan meningkat karena konsumsi energi ternak tersebut juga meningkat.

Energi metabolis (Kkal/kg)

Enrgi metabolis adalah selisih antara kandungan energi bruto pakan perlakuan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Energi metabolis dinyatakan dengan empat peubah yaitu energi metabolis semu (EMS), enrgi metabolis murni (EMM), Energi metabolisme semu terkoreksi nitrogen (EMSn), energi metabolisme terkoreksi nitrogen (EMMn) (Sibbald dan Wolynetz, 1985a). Energi Metabolis Semu (EMS) (Kkal/kg)

Menurut Sibbald (1979) yang menyatakan bahwa energi metabolis semu merupakan perbedaan antara energi pakan dengan energi feses dan urine, dimana pada unggas feses dan urine bercampur menjadi satu dan disebut ekskreta. Rataan energy metabolis semu dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5 Energi Metabolis Semu (EMS)(kkal/kg) ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan R0 85.32 83.80 83.62 83.85 83.99 420.58 84.12 R1 87.55 84.21 84.92 84.99 84.89 426.56 85.31 R2 89.98 84.32 85.40 85.21 85.18 430.09 86.02 R3 92.90 86.20 86.80 86.00 86.22 438.12 87.62 Total 355.75 338.53 340.74 340.05 340.28 1715.35 343.07 Rataan 88.94 84.63 85.19 85.01 85.07 428.84 137.23

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan energy metabolis semu selama penelitian adalah 85,77 Kkal/kg dengan kisaran 84,12-87,62 Kkal/kg. Energi metabolis semu terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 84,12 Kkal/kg sadangkan energi metabolis semu tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 87,62 Kkal/kg.

Energi metabolis semu (EMS) yang rendah pada perlakuan R0 disebabkan karena tingginya kandungan serat pada limbah udang nonfermentasi (R0) yaitu sebesar 84,12 Kkal/kg, Kandungan serat yang tinggi pada limbah udang

nonfermentasi (R0) dapat menyebabkan rendahnya daya cerna suatu bahan pakan, hal ini sesuai dengan pernyataan Ensminger (1992) yang menyatakan bahwa serat bersifat adsorptif dan mempunyai daya ikat kation terhadap nutrien pada saluran pencernaan, sehingga kadar nutrient yang diabsorsi menjadi rendah. Menurut Araba and Dale (1990), rendahnya daya cerna suatu bahan pakan dapat disebabkan karena tingginya serat kasar bahan tersebut , dan juga adanya toksin, sehingga nilai energi metabolis bahan menjadi rendah. perlakuan R3 (level 3%) memberikan pengaruh yang positip terhadap nilai energi metabolis semu (EMS) pada kecernaan limbah udang, hal ini disebabkan kandungan serat kasar pada limbah udang menurun karena adanya fermentasi bakteri serratia marcescens dengan level 3% pada limbah udang tersebut.

Kecernaan limbah udang fermentasi dengan bakteri serratia marcescens terhadap energi metabolis semu (EMS) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 6.

Tabel 6 analisis keragaman energi metabolis semu.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 32.221375 10.74045833 2.684703488tn 3.24 5.29

Galat 16 64.0098 4.0006125

Total 19 96.231175

Ket: tn : tidak nyata Kk : 0.58

Hasil uji keragaman pada tabel 6 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

(P>0,05) terhadap energi metabolis semu (EMS) yang dihasilkan, walaupun rataan energi metabolis semu (EMS) antar perlakuan sedikit berbeda.

Nilai energi metabolis semu (EMS) yang tidak berbeda nyata disebabkan umur ayam pedaging jantan yang dipakai pada penelitian ini memiliki umur yang sama, sehingga menghasilkan nilai energi metabolis semu (EMS) yang hampir sama pula. Sibbald (1979) melaporkan bahwa nilai energi metabolis semu (EMS) suatu bahan pakan akan meningkat dengan semakin bertambahnya umur ternak. Energi metabolis murni (EMM) (Kkal/kg)

Energi metabolis murni (EMM) yaitu energi metabolis yang sudah dikoreksi dengan energi endogenous, rataan energi metabolis murni dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Energi Metabolis Murni (EMM)(kkal/kg) Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan R0 31.90 31.86 30.95 32.81 31.91 159.43 31.89 R1 35.83 32.94 31.23 32.92 32.89 165.81 33.16 R2 38.91 33.17 32.14 33.16 33.13 170.51 34.10 R3 40.81 34.18 34.37 34.23 34.11 177.70 35.54 Total 147.45 132.15 128.69 34.23 132.04 673.45 134.69 Rataan 36.86 33.04 32.17 33.28 33.01 168.36 53.88 Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan energi metabolis murni (EMM) selama penelitian adalah 33,67 Kkal/kg dengan kisaran 31,89-35,54 Kkal/kg. Energi metabolis murni (EMM) terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 31,84 Kkal/kg, sedangkan energi metabolis murni (EMM) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 35,54 Kkal/kg.

Penggunaan bakteri serratia marcescens pada level 3 % memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan dengan level yang lainnya terhadap nilai energi metabolis murni (EMM) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu.

Dengan kata lain, semakin tinggi level penggunaan bakteri serratia marcescens pada limbah udang maka semakin meningkat pula nilai kecernaan energi metabolis murni (EMM) yang dihasilkan.

Kecernaan limbah udang yang fermentesi dengan bakteri serratia marcescens terhadap Energi metabolis murni (EMM) pada pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 8.

Tabel 8 Analisis Keragaman Energi Metabolis Murni (EMM) (kkal/kg)

SK DB JK KT Fhitung F tabel

0.05 0.01

perlakuan 3 35.621095 11.87369833 2.461396834tn 3.24 5.29

Galat 16 77.18348 4.8239675

Total 19 112.804575

Ket tn : tidak nyata

Kk : 1.63

Hasil uji keragaman pada tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap energi metabolis murni (EMM) yang dihasilkan, walaupun rataan energi metabolis semu (EMS) antar perlakuan sedikit berbeda.

Nilai energi metabolis murni (EMM) yang tidak berbeda nyata disebabkan umur ayam pedaging jantan yang dipakai pada penelitian ini memiliki umur yang sama, sehingga menghasilkan nilai energi metabolis murni (EMM) yang hampir sama pula. Parson, et al (1991) menjelaskan bahwa semakin bertambah umur ternak, maka nilai energi metabolis murni (EMM) akan semakin meningkat.

Energi Metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) (Kkak/kg)

Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) adalah energi metabolis yang telah dikoreksi oleh retensi nitrogen (RN) dimana retensi nitrogen (RN) dapat bernilai positif atau negative. Rataan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)(kkal/kg)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 43.40 46.85 47.87 46.95 46.92 231.99 46.40 R1 44.21 47.73 48.94 49.95 47.92 238.75 47.75 R2 45.10 48.18 49.92 49.63 51.83 244.66 48.93 R3 48.25 49.25 50.28 50.14 52.17 250.09 50.02 Total 180.96 192.01 197.01 50.14 198.84 965.49 193.10 Rataan 45.24 48.00 49.25 49.17 49.71 241.37 77.24

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rataaan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) selama penelitian adalah 48,27 Kkal/kg dengan kisaran 46,40 -50,02 Kkal/kg. Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 46,40 Kkal/kg, sedangkan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 50,02 Kkal/kg.

Kecernaan limbah udang yang fermentesi dengan bakteri serratia marcescens terhadap Emergi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 10.

Tabel 10 Analisis Keragaman Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)(kkal/kg) SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 perlakuan 3 36.342255 12.114085 3.014623834 3.24 5.29 Galat 16 64.29504 4.01844 Total 19 100.637295

Ket : tn : tidak nyata Kk : 1.51

Hasil uji keragaman pada tabel 10 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), walaupun rataan nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Hal ini diduga karena ayam pedaging jantan mengkonsumsi pakan secara paksa (force feeding) sehingga tingkat makanan berupa nutrisi pada pakan hampir sama antar perlakuan terutama kandungan proteinnya, begitu juga dengan umur ternak yang hampir seragam sehingga mempengaruhi hasil yang tidak berbeda nyata tersebut.Wahyu (1997) menyatakan bahwa energi metabolis dipengaruhi oleh umur dan tingkat makanan. Winamo et al. (1966) menambahkan bahwa dalam penentuan energi metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah nitrogen yang diretensi, karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dari protein kasar sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) merupakan energi metabolis yang dikoreksi dengan nitrogen.

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) (Kkal/kg)

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) adalah energi metabolis yang telah dikoreksi oleh retensi nitrogen sama halnya dengan Energi Metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) rataan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn)(kkal/kg) Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan R0 34.45 35.85 33.62 34.93 35.05 173.90 34.78 R1 35.11 40.86 34.14 35.19 40.96 186.26 37.25 R2 37.16 42.91 35.12 36.58 41.92 193.69 38.74 R3 39.17 43.15 37.23 37.28 43.89 200.72 40.14 Total 145.89 162.77 140.11 37.28 161.82 754.57 150.91 Rataan 36.47 40.69 35.03 36.00 40.46 188.64 60.37

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) selama penelitian adalah 37,73 Kkal/kg, dengan kisaran 34,78-4o,14 Kkal/kg. Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) terrendah dapat pada perlakuan R0 yaitu 34,78 Kkal/kg, sedang kan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 40,14 Kkal/kg.

Kecernaan limbah udang yang fermentesi dengan bakteri serratia marcescens terhadap Emergi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) pada broiler jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 12.

Tabel 12 Analisis Keragaman Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) (Kkal/kg) SK DB JK KT F hitung F tabel 0.05 0.01 perlakuan 3 78.87217 26.29072 3.082485tn 3.24 5.29 Galat 16 136.46508 8.529067 Total 19 215.3373

Ket tn: tidak nyata Kk: 1.94

Hasil uji keragaman pada tabel 12 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada broiler jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), walaupun rataan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Hal ini dapat disebabkan karena bahan pakan pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3 memiliki nilai nutrisi yang hampir sama dan pemberian pakan secara paksa (force feeding) dengan jumlah yang sama, begitu juga dengan umur ternak yang hampir seragam sehingga mempengaruhi hasil yang tidak berbeda nyata tersebut. Sudibyo (1998) menyatakan bahwa nilai energi metabolis dipengaruhi oleh tingkat makanan dan umur ternak.

Retensi Nitrogen (RN)

Retensi nitrogen ( RN) adalah sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang masuk kedalam tubuh ternak kemudian diserap dan digunakan oleh ternak, Sibbald and wolynetz ,1985 B (rataan retensi nitrogen ( RN) dapat dilihat pada tabel 13.

Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 5 Total Rataan R0 80.45 82.11 78.00 81.91 82.62 405.09 81.018 R1 81.33 84.43 79.09 82.85 84.89 412.59 82.518 R2 82.25 84.16 80.12 83.31 88.55 418.39 83.678 R3 84.21 85.05 84.57 84.26 88.27 426.36 85.272 Total 328.24 335.75 321.78 84.26 344.33 1662.43 332.486 Rataan 82.06 83.9375 80.445 83.0825 86.0825 415.6075 132.9944

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa rataan retensi nitrogen (RN) selama penelitian adalah 83,121 % dengan kisaran 81,018-85,272 %, retensi nitrogen (RN) terrendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 81,018 sedangkan retensi nitrogen (RN) terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 85,272%

Nilai retensi nitrogen dari masing – masing perlakuan, R0, R1, R2, dan R3 bernilai positip berturut–turut 81,018; 82,518; 83,678; dan 85,272%. Hal ini menunjukkan bahwa ayam pedaging mampu menggunakan nitrogen yang terkandung dalam protein pakan, Eggum (1973) menyatakan bahwa pengukuran retensi nitrogen dengan metode koleksi ekskreta selama 5 hari untuk mencapai hasil yang optimal.

Kecernaan limbah udang yang fermentesi dengan bakteri serratia marcescens terhadap retensi nitrogen (RN) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 14.

Tabel 14 Analisis Keragaman Retensi Nitrogen SK DB JK KT F Hitung F Tabel 0.05 0.01 perlakuan 3 48.61634 16.20545 2.979451tn 3.24 5.29 Galat 16 87.02512 5.43907 Total 19 135.6415

Ket :tn : tidak nyata Kk : 0.70

Hasil uji keragaman pada tabel 8.1 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), walaupun rataan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Pengaruh yang tidak berbeda nyata pada nilai retensi nitrogen (RN) antar perlakuaan disebabkan karena protein yang terkandung dalam pakan perlakuan hampir sama,hal ini sesuai dengan pernyataan Ewing (1963) yang melaporkan bahwa tingkat makanan dan kandungan protein bahan pakan berpengaruh terhadap nilai retensi nitrogen yang dihasilkan. Amrullah (1981) menyatakan bahwa jenis ternak, umur, dan faktor genetik mempengaruhi nilai retensi nitrogen yang dihasilkan.

Dokumen terkait