• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia Marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia Marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KECERNAAN TEPUNG LIMBAH UDANG YANG DIFERMENTASI BEBERAPA LEVEL BAKTERI SERRATIA MARCESCENS PADA

AYAM PEDAGING JANTAN UMUR 6 MINGGU

SKRIPSI Oleh:

BAMBANG SAPUTRA 050306020

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UJI KECERNAAN TEPUNG LIMBAH UDANG YANG DIFERMENTASI BEBERAPA LEVEL BAKTERI SERRATIA MARCESCENS PADA

AYAM PEDAGING JANTAN UMUR 6 MINGGU

SKRIPSI

Oleh :

BAMBANG SAPUTRA 050306020/Ilmu Produksi Ternak

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010

(3)

Judul Skripsi : Uji Kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu

Nama : Bambang Saputra Nim : 050306020

Departemen : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir . Sayed Umar.MS Ir. Tri Hesti Wahyuni.Msc Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof.Dr. Ir. Zulfikar Siregar, M.P Ketua Departemen

(4)

ABSTRACT

BAMBANG SAPUTRA, 2010” The Digestibility of shrimp by product meal fermented by various level of bacterium serratia marcescens on six week old of male broiler” under supervisor of SAYED UMAR Umar as a supervisor and TRI HESTI WAHYUNI as co supervisor.

The objectives of this research was to the digestibility shrimp by product meal fermented by various level of bacterium Serratia Marcescens on energy excresion, metabolic energy, retention nitrogen at six week old of male broiler. This research was conducted in Biology Veterinery Laboratory at Animal Husbandry Departement of Agriculture Faculty of North Sumatera University at Prof. Dr. Sofyan street No. 3 Medan at January 2010 using completely randomized design which was consists of four treatments and five replication each replication consist of one head per plot. This research used twenty male broiler with initial body weight 1,79 + 0.11 kg. This research parameter energy excretion, metabolic energy, retention nitrogen.

The statistic analysis of the research result indicated that R0, R1, R2, and R3 at broiler non-significantely different (P>0.05) to energy excretion, ruse metabolic energy, purely metabolic energy, ruse metabolic energy incorrection nitrogen, purely metabolic energy incorrection nitrogen, nitrogen retention.

Keywords: shrimp by product meal, fermented, digestibility

(5)

ABSTRAK

BAMBANG SAPUTRA, 2010, ”Uji kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia Marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu”. Di bawah bimbingan SAYED UMAR sebagai ketua dan TRI HESTI WAHYUNI sebagai anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan limbah udang yang difermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens terhadap ekskresi energi, energi metabolis (EM) dan retensi nitrogen (RN) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan yang dimulai dari tanggal 9 sampai 16 Januari 2010 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan. Penelitian ini menggunakan dua puluh ekor ayam pedaging jantan umur 6 minggu dengan 1,79 ± 0,11 kg . Parameter yang diteliti adalah ekskresi energi, energi metabolis, Retensi nitrogen

Analisis statistik terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging tidak berbeda nyata (P >0,05) terhadap ekskresi energi, energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), retensi nitrogen (RN).

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 19 September 1987, putra ke dua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Haryono dan Ibu Suhartini.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Taman siswa, Kisaran dan pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Menjabat Wakil Sekretaris Umum bidang penerimaan dan pengembangan anggota periode 2008 – 2009. Ketua umum Aliansi Aspirasi Pemuda (AAP) pada tahun 2008. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Fakultas Pertanian. Pendiri Forum Keluarga Pertaniaan (FKP). Mengikuti training latihan kader 1 (LK 1) Himpunan Mahasiswa Islam.

Tahun 2008 melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kabupaten Simalungun. Melaksanakan penelitian skripsi pada tanggal 7 sampai 14 Januari 2010 di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada penulis dan karena rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS selaku ketua komisi pembimbing penulis dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, Msc selaku anggota komisi pembimbing penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, April 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan penelitian ... 3

Hipotesa penelitian ... 3

Kegunaan penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Limbah Udang ... 4

Ayam pedaging ... 5

Sistem Pencernaan Ayam Pedaging ... 6

Bakteri serratia marcescens ... 7

Aktivitas Biokimia ... 8

Mekanisme Kerja Bakteri Serratia Marcescens ... 9

Fermentasi ... 9

Pengertian Enzim dan Cara Kerjanya ... 10

Energi Metabolis ... 12

Retensi Nitrogen ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 15

Bahan ... 15

Alat ... 16

Metode ... 16

Parameter Penelitian ... 17

Prosedur Penelitian ... 19

Prosedur Pengambilan Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Ekskresi Energi ... 21

Energi Metabolis Semu ... 23

Energi Metabolis Murni ... 25

Energi Metabolis Semu Terkoreksi nitrogen ... 27

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen ... 29

Retensi Nitrogen ... 30

Rekapitulasi hasil penelitian ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Tabel kandungan nutrisi tepung limbah udang ... 5

2. Tabel sistem pencernaan pada unggas ... 6

3. Tabel rataan ekskresi energi ... 19

4.Tabel rataan energi metabolis semu ... 20

5. Tabel rataan energi metabolis murni ... 21

6. tabel rataan energi metabolis semu terkoreksi nitrogen ... 23

7. Tabel ratan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen ... 23

8. Tabel retensi nitrogen ... 24

9. Tabel analisi keragaman ekskresi energi ... 25

10. Tabel analisis keragaman energi metabolis semu ... 26

11. Tabel analisis keragaman energi metabolis murni ... 27

12. Tabel keragaman energi metabolis semu terkoreksi nitrogen ... 28

13. Tabel keragaman energi metabolis murni terkoreksi nitrogen ... 29

14. Tabel analisis keragaman retensi nitrogen ... 30

(10)

ABSTRACT

BAMBANG SAPUTRA, 2010” The Digestibility of shrimp by product meal fermented by various level of bacterium serratia marcescens on six week old of male broiler” under supervisor of SAYED UMAR Umar as a supervisor and TRI HESTI WAHYUNI as co supervisor.

The objectives of this research was to the digestibility shrimp by product meal fermented by various level of bacterium Serratia Marcescens on energy excresion, metabolic energy, retention nitrogen at six week old of male broiler. This research was conducted in Biology Veterinery Laboratory at Animal Husbandry Departement of Agriculture Faculty of North Sumatera University at Prof. Dr. Sofyan street No. 3 Medan at January 2010 using completely randomized design which was consists of four treatments and five replication each replication consist of one head per plot. This research used twenty male broiler with initial body weight 1,79 + 0.11 kg. This research parameter energy excretion, metabolic energy, retention nitrogen.

The statistic analysis of the research result indicated that R0, R1, R2, and R3 at broiler non-significantely different (P>0.05) to energy excretion, ruse metabolic energy, purely metabolic energy, ruse metabolic energy incorrection nitrogen, purely metabolic energy incorrection nitrogen, nitrogen retention.

Keywords: shrimp by product meal, fermented, digestibility

(11)

ABSTRAK

BAMBANG SAPUTRA, 2010, ”Uji kecernaan Tepung Limbah Udang Yang Difermentasi Beberapa Level Bakteri Serratia Marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu”. Di bawah bimbingan SAYED UMAR sebagai ketua dan TRI HESTI WAHYUNI sebagai anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan limbah udang yang difermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens terhadap ekskresi energi, energi metabolis (EM) dan retensi nitrogen (RN) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan yang dimulai dari tanggal 9 sampai 16 Januari 2010 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan lima ulangan. Penelitian ini menggunakan dua puluh ekor ayam pedaging jantan umur 6 minggu dengan 1,79 ± 0,11 kg . Parameter yang diteliti adalah ekskresi energi, energi metabolis, Retensi nitrogen

Analisis statistik terhadap hasil penelitian menunjukkan bahwa R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging tidak berbeda nyata (P >0,05) terhadap ekskresi energi, energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), retensi nitrogen (RN).

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan disegala sektor di indonesia menuntut peningkatan pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Di sub sektor peternakan, khususnya perunggasan semakin terasa perlunya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masing-masing. Pembangunan peternakan semakin nyata terlihat di bumi pertiwi ini, untuk mensukseskan program pemerintah yaitu peningkatan produksi peternakan sehingga tercapai pangan berkwalitas tinggi bagi masyarakat, disamping untuk tujuan ekspor (Rasyaf, 1983).

Dewasa ini, ternak ayam terutama dari jenis ayam pedaging merupakan salah satu unggas penghasil daging yang potensial apabila dibandingkan dengan unggas lainnya seperti itik, ayam kampung, kalkun, angsa, dan lain-lain maupun ternak besar seperti sapi dan kerbau, ternak kecil seperti domba, kambing, babi dan lain-lain. Hal ini dikarenakan karena ayam pedaging memiliki sifat genetik yang unggul sehingga menghasilkan pertumbahan yang cepat dan optimal untuk menghasilkan karkas yang berkualitas tinggi (Rasyid, 2006).

Makanan merupakan faktor penting disamping faktor genetik dan tata laksana dalam pengembangan peternakan, pada kenyataannya biaya pakan sering kali membuat pusing peternak. Apalagi harganya terus melambung seperti diketahui biaya terbesar dalam proses produksi ternak ayam pedaging adalah untuk pengadaan bahan makanan ± 60-70% dari total biaya produksi. Oleh karena itu jika biaya pakan dapat ditekan berarti dapat meningkatkan efesiensi biaya produksi (Harjo et al, 1989).

(13)

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah industri sebagai makanan ternak perlu digalakkan sehingga mendukung ekosistem antara lingkungan yang lestari dan ternak dapat dihidupkan, pada gilirannya mendukung peternakan dalam menyediakan bahan makanan yang murah dan dapat diperoleh dalam jumlah yang banyak (Marganof, 2003).

Salah satu bahan limbah industri tersebut adalah limbah udang yaitu limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan 30%-40% dari bobot udang segar. Faktor positif tepung limbah udang adalah karena produk ini merupakan limbah industri, sehingga kesinambungan ketersediaannya terjamin sehingga harganya akan cukup stabil dan kandungan nutrisi pun bersaing dengan bahan baku lainnya. Dalam banyak hal tepung limbah udang sangat baik dibandingkan tepung ikan yang bersifat musiman sehingga pada musim tertentu ikan sulit ditangkap dan harganya menjadi mahal (Susana, 1993).

(14)

dibutuhkannya peran mikroorganisme untuk membantu mendegradasi limbah udang tersebut( Widjaya,1993)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji kecernaan Tepung Limbah Udang Yang di Fermentasi Beberapa level Bakteri Serratia Marcescens Pada Ayam Pedaging Jantan Umur 6 Minggu”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat kecernaan tepung limbah udang yang difermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu.

Hipotesis penelitian

Penggunaan fermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens dapat meningkatkan kecernaan limbah udang pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu

Kegunaan Penelitian

penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi peneliti, kalangan akademis dan peternak broiler khususnya mengenai pengujian kecernaan Tepung Limbah Udang yang difermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Limbah Udang

Salah satu pilihan sumber protein adalah tepung limbah udang. Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30%-40% dari bobot udang segar. Faktor positif bagi tepung limbah udang karena adalah produk ini limbah maka kesinambungan penyediaannya terjamin sehingga harganya cukup stabil dan kandungan nutrisinya bersaing dengan bahan baku lainnya (Susana, 1993).

Udang di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, selama ini potensi udang indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4 % per tahun (pada tahun 2001), potensi udang nasional mencapai 633.681 ton. Dengan asumsi laju peningkatan tersebut tetap, maka pada tahun 2004 potensi udang diperkirakan sebesar 785.025 ton. Dari proses pembekuan udang untuk ekspor, 60-70% berat udang menjadi limbah (bagian kulit, kepala dan ekor) sehingga diperkirakan akan dihasilkan limbah udang sebesar 510.266 ton (Prasetyo, 2004).

(16)

Besaran nisbah harga/protein untuk tepung limbah udang dan tepung ikan adalah 19,87 dan 23,79. semakin kecil semakin ekonomis, sebab makin sedikit harga yang harus dibayar untuk setiap satuan protein. kelemahan tepung limbah udang terletak pada kandungan asam aminonya yang paling kritis yang lebih rendah dibanding tepung ikan. Selain itu serat kasarnya lebih relatif tinggi, sebab diikutsertakannya kulit yang banyak mengandung khitin ( Widjaya,1993).

Tabel 1. Nutrisi Tepung Limbah Udang

Nutrisi Tepung Limbah Udang

Air (%) 6,09

Abu (%) 22,75

Protein (%) 42,65

Lemak (%) 8,07

Serat Kasar (%) 18,18

Energi Bruto * 3333 kkal/kg

Sumber : Lab. Ilmu Makanan Ternak, Departemen peternakan USU : * Lab. Sei Putih, Galang.

Ayam Pedaging

Ayam pedaging dapat digolongkan ke dalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri, yaitu kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan yang pesat, pertumbuhan bulu yang cepat, hemat ransum, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging (Rasyaf,1992).

Sistim pencernaan ayam pedaging

System pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ assesoris.saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metabolisme didalam tubuh. Saluran pencernaan

(17)

terdiri dari mulut, esophagus, crop, proventiculus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum, kloaka dan vent. Sementara organ aksesori terdiri dari pancreas dan hati ( Siregar,1994 ).

Table 2 sistem pencernaan pada unggas Bagian

organ

Sekresi Enzim Fungsi enzim dan kerja enzim terhadap pakan

Produk akhir digesta

Mulut Saliva Amylase / ptyalin

Pati, dekstrin dan lubrikasi pakan

Dektrin glukosa

Crop Mucus Melicinkan dan

melunakan pakan Proventri

culus

Gastricjuic e dan asam ( Hcl) ( dinding proventric ulus) Pepsin lipase (pada karnivora) Protein Protease, polipeptida, peptide, asam lemak tinggi, dan gliserol.

Amylase Lemak Melapisi

permukaan lambung dengan pelicin

Gizzard Menggiling atau

menghaluskan Pakan halus, memperkecil ukuran partikel Duodenu m (usus halus) Pancreatic juice ( pancreas) Tripsin, kimotripsin Protein, protease, peptone dan peptide.

Peptone, peptide,asam amino. Empedu (liver) Amylopsin (amylase)

Pati, dekstrin, Maltosa, dekstrin,

Strerapsin (lipase)

Lemak Asam lemak

tinggi dan gliserol Karbonzipe

ptidase

Peptide Asam amino dan peptide.

Kolagenase Kolagen Peptide Cholesterol

esterase

Cholesterol Esterifikasi cholesterol

(18)

lemak

Lemak Emulsi lemak (

sabun gliserol ) Usus halus Intestinal juice ( disekresika n oleh dinding usus) Peptidase ( erepsin)

Peptide sukrosa Asam amino dan peptide.

Sukrase ( invertase)

Maltosa Glukosa dan fruktosa Maltase Laktosa Glukosa Lactase Asam nukleat Glukosa dan

galaktosa Polinukleoti

dase

Ceca Aktivitasmi

kroba terbatas Selulase polisakarida, pati, gula. Asam lemak mudah terbang, protein mikroba, vitamin B dan K.

(Rasyaf,2004)

Bakteri serratia marcescens

Klasifikasi:

Kingdom : Bakteri

Phylum : Proteobakteri Class : Gamma Proteobakteri Marga : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Serratia

Spesies : Serratia marcescens

Serratia marcescens adalah suatu jenis bakteri gram negatif berbentuk basil (bulat lonjong) dan beberapa galur membentuk kapsul. Bakteri ini termasuk

(19)

organisme yang bergerak dengan cepat (motil) karena mempunyai flagela peritrik, dapat tumbuh dalam kisaran suhu 5 0C-40 0C dan dalam kisaran pH antara 5-9. Serratia marcescens dapat digambarkan secara detail karena ia adalah spesies yang umumnya ditemukan dalam spesimen ilmu pengobatan. Koloni Serratia marcescens pada media agar biasa tidak terbedakan pada hari pertama atau hari kedua dan kemudian mungkin berkembang menjadi cembung. Pada suhu kamar, bakteri patogen ini menghasilkan zat warna (pigmen) merah .Bakteri ini jenis fakultatif anaerobik yang tidak terlalu membutuhkan Oksigen.

Aktivitas Biokimia

Organisme Serratia menfermentasikan mannitol, salisin, dansukrosa dengan produknya berupa asam dan kadang-kadang terdapat buih/gelembung. Serratia marcescens dibedakan dari bakteri gram negatif lainnya karena ia melakukan hidrolisis kasein. Hidrolisis kasein yang dilakukan Serratia marcescens untuk menghasilkan metalloprotease ekstraselular yang berfungsi dalam interaksi sel ke matriks ekstraselular. Serratia marcescens juga menunjukkan adanya triptofan dan degradasi sitrat. Salah satu produk akhir dari degradasi triptofan adalah asam piruvat.Sitrat dan asetat dapat digunakan sebagai sumber karbon satu-satunya. Banyak galur menghasilkan pigmen merah muda, merah/magenta. Glukosa difermentasikan dengan atau tanpa produksi gas dengan volumekecil; selobiose, inositol, dan gliserol difermentasi tanpa menghasilkan gas.

Mekanisme kerja bakteri serratia marcescens

(20)

perombakan kitin yang belum diketahui disebut kitinoklastik, sedangkan jika lintasan tersebut melibatkan hidrolistik ikatan (1,4) glikosida, maka prosesnya disebut kitinolitik. Hidrólisis ikatan ini dilakukan oleh enzim kitinase, eksokitinase memecah bagian diasetilkitobiosa dari ujung nonreduksi suatu rantai kitin sedangkan endokitinase memecah bagian ikatan glikosida rantai kitin secara acak dan menghasilkan diasetilkitobiosa sebagai hasil utama yang bersama-sama dengan triasetilkitobiosa akan dirombak secara perlahan menjadi disakarida dan monosakarida.

fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzin dari mikroba untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976) dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut (Winamo, et al 1980). Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi 2 yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah proses yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair, menurut (Harjo, et al 1989) keuntungan menggunakan medium padat antara lain: (1). Tidak memerlukan tambahan lain kecuali air. (2). Persiapan inoculum lebih sederhana. (3).Dapat menghasilkan produk dengan cepat. (4) Control terhadap kontaminan lebih mudah. (5) kondisi medium mendekati keadaan tempat tumbuh alamiah. (6)

(21)

produktivitas tinggi. (7) Aerasi optimum. (8) tidak diperlukan kontrol PH maupun suhu yang teliti.

Pengertian Enzim dan cara Kerjanya

Enzim terdapat secara alami pada semua organisme hidup dan berperan sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Istilah enzim mulai diperkenalkan pertama kali tahun 1878 oleh Kuhne yang mengisolasi senyawa enzim dari ragi sedangkan konsep kerja enzim dikembangkan oleh Emil Fischer di tahun 1894 yang mempopulerkan istilah “gembok dan kunci” untuk menjelaskan interaksi substrat enzim (Adams,2000).

Saat ini lebih dari 3000 enzim telah diidentifikasi. Seperti halnya protein, enzim juga tersusun dari rantai asam amino. Enzim ini akan mempercepat reaksi kimia dengan cara menempel pada substrat dan keseluruhan proses reaksi akan stabil dan menghasilkan kompleks enzim substrat. Dengan bantuan enzim ini, energi yang digunakan untuk menggerakan proses reaksi kimia menjadi lebih kecil. Enzim akan bekerja pada kondisi lingkungan yang tidak mengubah struktur aslinya yaitu yang paling baik pada suhu dan pH menengah. (Suriwat.1986).

(22)

Di dalam sistem produksi peternakan, pakan ternak menempati komponen biaya yang paling besar karena itu keuntungan peternakan akan tergantung dari biaya relatif dan biaya nilai nutrisi pada makanan. Ada empat alasan utama untuk menggunakan enzim dalam industri pakan ternak (Bedford dan Partridge, 2001) yaitu:

Untuk memecah faktor anti-nutrisi yang terdapat di dalam campuran

makanan. Kebanyakan dari senyawa tersebut tidak mudah dicerna oleh enzim endogeneous di dalam ternak, dapat mengganggu pencernaan normal.

Untuk meningkatkan ketersediaan pati, protein dan garam mineral yang

terdapat pada dinding sel yang kaya serat, karena itu tidak mudah dicerna oleh enzim pencernaan sendiri atau terikat dalam ikatan kimia sehingga ternak tidak mampu mencerna (contoh: pospor dalam asam pitat)

Untuk merombak ikatan kimia khusus dalam bahan mentah yang

biasanya tidak dapat dirombak oleh enzim ternak itu sendiri.

Sebagai suplemen enzim yang diproduksi oleh ternak muda yang mana

sistem pencernaannya belum sempurna sehingga enzim endogeneous kemungkinan belum mencukupi.

(Ensminger, 1992).

Energi Metabolis

. Energi yang terdapat dalam bahan makanan tidak seluruhnya digunakan oleh tubuh. Untuk setiap bahan makanan minimal ada 4 nilai energi yaitu energi bruto (gross energy atau combustible energi), energi dapat dicerna, energi

(23)

metabolis dan energi neto (Wahju, 1997). Penentuan kandungan energi metabolis bahan makanan secara biologis dilakukan pertama kali oleh Sibbald (1980). Metode Hill pada dasarnya mengukur konsumsi energi dengan energi ekskreta. Metode ini menggunakan Cr2O3 Energi berasal dari dua kata Yunani yaitu : En yang berarti dalam dan Ergon yang berarti kerja sebagai indikator. Selain itu, metode ini menampilkan prinsip penentuan energi metabolis melalui substitusi glukosa dalam ransum basal yang diketahui energi metabolisnya dengan bahan yang akan diuji dalam proporsi tertentu. Sibbald dan Slinger (1963); Valdes dan Leeson (1992) mengembangkan metode substitusi dengan suatu rumus turunan untuk menghitung energi metabolis dapat dinyatakan dengan empat peubah, yaitu Energi metabolis semu (EMS),Energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), Energi metabolis murni (EMM) dan Energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn). energi metabolis bahan pakan dalam ransum perlakuan. Sibbald (1976) mengembangkan metode baru dalam menentukan energi metabolis bahan pakan dengan mengukur energi metabolis feses dan energi urin endogenous. Metode ini dapat mengetahui nilai energi metabolis murni (EMM), yaitu energi metabolis yang sudah dikoreksi dengan energi endogenous. Akan tetapi metode ini mengandung unsur pemberian makanan secara paksa.

(24)

negatif. Energi metabolis murni (EMM) merupakan EM yang dikoreksi dengan energi endogenous. Energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) memiliki hubungan yang sama dengan EMM seperti halnya EMSn terhadap EMS. Menurut Sibbald dan Wolynetz (1985b) energi metabolis dapat dinyatakan dengan empat peubah, yaitu EMS, EMSn, EMM dan EMMn.

Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen adalah sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang masuk ke dalam tubuh kemudian diserap dan digunakan oleh ternak (Sibbald dan Wolynetz, 1985b). Retensi nitrogen itu sendiri merupakan hasil konsumsi nitrogen yang dikurangi ekskresi nitrogen dan nitrogen endogenous. Sibbald (1980) menyatakan bahwa nitrogen endogenous ialah nitrogen yang terkandung dalam ekskreta yang berasal dari selain bahan pakan yang terdiri dari peluruhan sel mukosa usus, empedu dan peluruhan sel saluran pencernaan. Genetik, umur dan bahan pakan yang merupakan faktor yang mempengaruhi retensi nitrogen

karena tidak semua protein yang masuk kedalam tubuh dapat diretensi (Wahju, 1997).

Selain itu menurut (amrullah,dkk,1981) nilai retensi nitrogen berbeda untuk setiap jenis ternak, umur dan faktor genetik. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh ternak akan mengakibatkan ekskreta mengandung sedikit nitrogen urin dan energi dibandingkan dengan ternak yang tidak meretensi nitrogen.

Pengukuran retensi nitrogen ransum bertujuan untuk mengetahui nilai kecernaan protein pakan. Retensi nitrogen dapat bernilai positif atau negatif tergantung pada konsumsi nitrogen. Ewing (1963) menyatakan bahwa retensi

(25)
(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 14 Januari 2010. Lokasi penelitian bertempat di Bagian Laboratorium Biologi Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak,Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan alat penelitian. Bahan

Ayam Pedaging

Penelitian ini menggunakan 20 ekor ayam pedaging jantan berumur 6 minggu dengan rataan bobot badan 1,79 ± 0,11 kg.

Bahan Pakan

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung limbah udang fermentasi beberapa level bakteri serratia marcescens, sebelumnya limbah udang tersebut dijemur hingga kering dan digrinder untuk menghasilkan bentuk tepung dan dianalisa kandungan nutrisinya

Bakteri Pendegradasi

Bakteri yang digunakan adalah bakteri serratia marcescens ,produksi laboratorium mikrobiologo MIPA USU

Desinfektan

Desinfektan yang digunakan adalah KMnO4 dan Formalin.

(27)

Alat

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan selama penelitian adalah kandang metabolis berukuran 52 x 25 x 45 cm sebanyak 20 buah . Masing-masing kandang terdiri dari 1 ekor ayam pedaging. Kandang ini dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum serta plastik penampung ekskreta. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, mortar, oven 60°C, freezer, alat pencekok, timbangan digital, H2SO4 0,01N, label, aluminium foil, sendok dan kantong plastik.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan, Setiap ulangan terdiri dari satu ekor ayam pedaging.

perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : Ro : Limbah udang sebagai kontrol (tanpa fermentasi)

R1 : Limbah udang fermentasi 1% bakteri serratia marcescens R2 : Limbah udang fermentasi 2% bakteri serratia marcescens

R3 : Limbah udang fermentasi 3% bakteri serratia marcescens

Sedangkan jumlah ulangan dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini: t (n-1) ≥ 15

4 (n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15

(28)

n ≥ 5

model linear yang digunakan untuk rancangan acak lengkap ( RAL ) adalah : Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai respon dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Pengaruh umum atau rataan umum

τi = Pengaruh dari perlakuan ke-i

εij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i = Perlakuan

j = Ulangan

∑ij = Pengaruh sisa pada satuan percobaan dalam kelompok ke-j yang

mendapat perlakuan ke-i (Hanafiah, 2000).

Denah pememliharaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : R23 R34 R14 R43 R02

R13 R01 R32 R22 R44 R11 R42 R21 R04 R24 R33 R12 R41 R03 R31

Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA). Bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal (Hanafiah,2000). Perbandingan persentase perbedaan nilai yang diperoleh dari kedua teknik pemberian pakan dilakukan secara deskriptif.

(29)

Parameter penelitian

Konsumsi Energi (kkal/ekor)

Konsumsi energi diperoleh dengan mengalikan jumlah pakan perlakuan yang dikonsumsi dengan kandungan energinya setiap 1 ekor ayam pedaging

1. Ekskresi Energi (kkal/ekor)

Ekskresi energi diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dengan oven 60°C dengan kandungan energinya setiap 1 ekor broiler.

2. Energi Metabolis (kkal/kg)

Energi metabolis adalah selisih antara kandungan energi bruto pakan perlakuan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Energi metabolis dinyatakan dengan 4 peubah (Sibbald dan Wolynetz, 1985a) yaitu :

a. Energi Metabolis Semu (EMS) (kkal/kg) : (EB x X) – (Ebe x Y)

EMS = x 100%

X

b. Energi Metabolis Murni (EMM) (kkal/kg) (EB x X) -[Ebe x Y) – (Ebk x Z)]

EMM = x 100%

X

c. Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) (kkal/kg) (Ebe x X) - [(Ebe x )Y) + (8.22 x RN)]

EMSn = x 100%

X

d. Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn (kkal/kg) (EB x X) – [(Ebe x Y) – (Ebk x Z) + (8.22 x RN)] EMMn =

(30)

3.Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen (RN) yaitu selisih antara nilai konsumsi nitrogen dengan nilai nitrogen yang diekskresikan setelah dikoreksi dengan nilai ekskresi nitrogen endogenous

Retensi Nitrogen (g) = Konsumsi N – (Ekskresi N - N endogenous)

Retensi Nitrogen (%)= Konsumsi N – (Ekskresi N - N endogenous) x100% Konsumsi N

Keterangan :

EB : Energi bruto bahan pakan (kkal/kg) Ebe : Energi bruto ekskreta (kkal/kg) Ebk : Energi bruto endogenous (kkal/kg) X : Konsumsi pakan (gram)

Y : Berat ekskreta ayam yang diberi pakan perlakuan (gram) Z : Berat ekskreta ayam yang dipuasakan (gram)

RN : Retensi nitrogen (gram)

8,22 : Nilai yang terkoreksi sebagai asam urat (kkal/kg) (Araba and Dale,1990).

Prosedur penelitian Persiapan kandang

Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan dengan formalin.

Pengacakan Ayam Pedaging

Ayam pedaging yang digunakan sebanyak 20 ekor, penempatan ayam pedaging dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan bobot badan.

(31)

Pemberian Pakan secara Paksa (Force Feeding)

(32)

Prosedur pengambilan data

Ayam broiler

Pemuasaan (24 jam)

Force Feeding

(1 hari @35 g/ekor)

Koleksi ekskreta

-Dikumpulkan dan ditimbang

-Dibekukan -Thawing

-Oven 60°C selama 24 jam

-Penggilingan

-Penyortiran bulu

Analisis

Bahan Kering Energi Bruto Protein Kasar

[image:32.595.188.465.113.594.2]

Penghitungan Energi Metabolis Gambar 9. Alur Metode Pengukuran Energi Metabolis

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekskresi energi (Kkal/ekor)

[image:33.595.113.512.271.399.2]

Ekskresi energi diperoleh dengan mengalikan berat ekskreta setelah dikeringkan dengan oven 60 0c dengan kandungan energinya setiap 1 ekor broiler rataan ekskresi energi broiler dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Ekskresi Energi (kkal/ekor) Ulangan perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

R0 51.20 54.60 56.10 55.20 53.60 270.70 54.14 R1 52.40 54.60 56.20 50.80 54.40 268.40 53.68 R2 51.20 50.20 50.60 54.40 56.20 264.60 52.92 R3 53.80 52.40 55.50 50.40 51.70 263.80 52.76 Total 208.60 213.80 218.40 210.80 215.90 1067. 50 213.50 Rataan 52.15 53.45 54.60 52.70 53.97 213.50 53.37

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan ekskresi energi ayam pedaging selama penelitian adalah 53.37 kkal/ekor dengan kisaran 52,76 – 54,14 Kkal/ekor. Ekskresi energi terendah terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 52,76 Kkal/ekor, sedangkan ekskresi energi tertinggi terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 54,14 Kkal/ekor.

Persentase ekskresi energi merupakan acuan jumlah pakan yang dapat dicerna atau kemampuan ternak dalam mencerna pakan. Semakin banyak jumlah pakan yang tidak dapat dicerna, maka ekskresi energinya semakin meningkat.

(34)
[image:34.595.113.516.298.417.2]

rendahnya ekskresi energi tergantung pada daya cerna unggas terhadap pakan yang dikonsumsi. Ekskresi energi terendah pada R3 disebabkan fermentasi bakteri serratia marcescens pada level 3% memberikan pengaruh yang positip terhadap kecernaan limbah udang tersebut. Kecernaan limbah udang yang difermentasi dengan bakteri serratia marcescens terhadap ekskresi energi pada broiler jantan umur 6 minggu dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis Keragaman Ekskresi Energi

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0.05 0.01 perlakuan 3 6,012 2,004 1.876624137tn

Galat 16 17,086 1,067875

Total 19 23,098

Ket tn: Tidak nyata

Kk: 6.64%

Hasil uji keragaman pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap ekskresi energi, walaupun rataan ekskresi energi yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Umur ternak yang seragam menyebabkan ekskresi energi yang dihasilkan tidak berbeda nyata pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3, hal ini sesuai dengan pernyataan Sudarmadji (1984) yang menyatakan bahwa ekskresi energi oleh ternak dipengaruhi oleh umur dan tingkat makanan, semakin bertambah umur ternak maka jumlah ekskresi energi akan meningkat karena konsumsi energi ternak tersebut juga meningkat.

(35)

Energi metabolis (Kkal/kg)

Enrgi metabolis adalah selisih antara kandungan energi bruto pakan perlakuan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Energi metabolis dinyatakan dengan empat peubah yaitu energi metabolis semu (EMS), enrgi metabolis murni (EMM), Energi metabolisme semu terkoreksi nitrogen (EMSn), energi metabolisme terkoreksi nitrogen (EMMn) (Sibbald dan Wolynetz, 1985a). Energi Metabolis Semu (EMS) (Kkal/kg)

[image:35.595.116.509.409.532.2]

Menurut Sibbald (1979) yang menyatakan bahwa energi metabolis semu merupakan perbedaan antara energi pakan dengan energi feses dan urine, dimana pada unggas feses dan urine bercampur menjadi satu dan disebut ekskreta. Rataan energy metabolis semu dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5 Energi Metabolis Semu (EMS)(kkal/kg) ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

R0 85.32 83.80 83.62 83.85 83.99 420.58 84.12 R1 87.55 84.21 84.92 84.99 84.89 426.56 85.31 R2 89.98 84.32 85.40 85.21 85.18 430.09 86.02 R3 92.90 86.20 86.80 86.00 86.22 438.12 87.62 Total 355.75 338.53 340.74 340.05 340.28 1715.35 343.07 Rataan 88.94 84.63 85.19 85.01 85.07 428.84 137.23

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan energy metabolis semu selama penelitian adalah 85,77 Kkal/kg dengan kisaran 84,12-87,62 Kkal/kg. Energi metabolis semu terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 84,12 Kkal/kg sadangkan energi metabolis semu tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 87,62 Kkal/kg.

(36)

nonfermentasi (R0) dapat menyebabkan rendahnya daya cerna suatu bahan pakan, hal ini sesuai dengan pernyataan Ensminger (1992) yang menyatakan bahwa serat bersifat adsorptif dan mempunyai daya ikat kation terhadap nutrien pada saluran pencernaan, sehingga kadar nutrient yang diabsorsi menjadi rendah. Menurut Araba and Dale (1990), rendahnya daya cerna suatu bahan pakan dapat disebabkan karena tingginya serat kasar bahan tersebut , dan juga adanya toksin, sehingga nilai energi metabolis bahan menjadi rendah. perlakuan R3 (level 3%) memberikan pengaruh yang positip terhadap nilai energi metabolis semu (EMS) pada kecernaan limbah udang, hal ini disebabkan kandungan serat kasar pada limbah udang menurun karena adanya fermentasi bakteri serratia marcescens dengan level 3% pada limbah udang tersebut.

[image:36.595.111.522.519.640.2]

Kecernaan limbah udang fermentasi dengan bakteri serratia marcescens terhadap energi metabolis semu (EMS) pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 6.

Tabel 6 analisis keragaman energi metabolis semu.

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 32.221375 10.74045833 2.684703488tn 3.24 5.29

Galat 16 64.0098 4.0006125

Total 19 96.231175

Ket: tn : tidak nyata Kk : 0.58

Hasil uji keragaman pada tabel 6 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

(37)

(P>0,05) terhadap energi metabolis semu (EMS) yang dihasilkan, walaupun rataan energi metabolis semu (EMS) antar perlakuan sedikit berbeda.

Nilai energi metabolis semu (EMS) yang tidak berbeda nyata disebabkan umur ayam pedaging jantan yang dipakai pada penelitian ini memiliki umur yang sama, sehingga menghasilkan nilai energi metabolis semu (EMS) yang hampir sama pula. Sibbald (1979) melaporkan bahwa nilai energi metabolis semu (EMS) suatu bahan pakan akan meningkat dengan semakin bertambahnya umur ternak. Energi metabolis murni (EMM) (Kkal/kg)

[image:37.595.113.521.407.538.2]

Energi metabolis murni (EMM) yaitu energi metabolis yang sudah dikoreksi dengan energi endogenous, rataan energi metabolis murni dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Energi Metabolis Murni (EMM)(kkal/kg) Ulangan

Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

R0 31.90 31.86 30.95 32.81 31.91 159.43 31.89 R1 35.83 32.94 31.23 32.92 32.89 165.81 33.16 R2 38.91 33.17 32.14 33.16 33.13 170.51 34.10 R3 40.81 34.18 34.37 34.23 34.11 177.70 35.54 Total 147.45 132.15 128.69 34.23 132.04 673.45 134.69 Rataan 36.86 33.04 32.17 33.28 33.01 168.36 53.88 Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan energi metabolis murni (EMM) selama penelitian adalah 33,67 Kkal/kg dengan kisaran 31,89-35,54 Kkal/kg. Energi metabolis murni (EMM) terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 31,84 Kkal/kg, sedangkan energi metabolis murni (EMM) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 35,54 Kkal/kg.

(38)

Dengan kata lain, semakin tinggi level penggunaan bakteri serratia marcescens pada limbah udang maka semakin meningkat pula nilai kecernaan energi metabolis murni (EMM) yang dihasilkan.

[image:38.595.111.512.296.412.2]

Kecernaan limbah udang yang fermentesi dengan bakteri serratia marcescens terhadap Energi metabolis murni (EMM) pada pedaging jantan umur 6 minggu dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman seperti tertera pada tabel 8.

Tabel 8 Analisis Keragaman Energi Metabolis Murni (EMM) (kkal/kg)

SK DB JK KT Fhitung F tabel

0.05 0.01

perlakuan 3 35.621095 11.87369833 2.461396834tn 3.24 5.29

Galat 16 77.18348 4.8239675

Total 19 112.804575

Ket tn : tidak nyata

Kk : 1.63

Hasil uji keragaman pada tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap energi metabolis murni (EMM) yang dihasilkan, walaupun rataan energi metabolis semu (EMS) antar perlakuan sedikit berbeda.

Nilai energi metabolis murni (EMM) yang tidak berbeda nyata disebabkan umur ayam pedaging jantan yang dipakai pada penelitian ini memiliki umur yang sama, sehingga menghasilkan nilai energi metabolis murni (EMM) yang hampir sama pula. Parson, et al (1991) menjelaskan bahwa semakin bertambah umur ternak, maka nilai energi metabolis murni (EMM) akan semakin meningkat.

(39)

Energi Metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) (Kkak/kg)

[image:39.595.118.511.242.373.2]

Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) adalah energi metabolis yang telah dikoreksi oleh retensi nitrogen (RN) dimana retensi nitrogen (RN) dapat bernilai positif atau negative. Rataan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)(kkal/kg)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

R0 43.40 46.85 47.87 46.95 46.92 231.99 46.40 R1 44.21 47.73 48.94 49.95 47.92 238.75 47.75 R2 45.10 48.18 49.92 49.63 51.83 244.66 48.93 R3 48.25 49.25 50.28 50.14 52.17 250.09 50.02 Total 180.96 192.01 197.01 50.14 198.84 965.49 193.10 Rataan 45.24 48.00 49.25 49.17 49.71 241.37 77.24

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa rataaan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) selama penelitian adalah 48,27 Kkal/kg dengan kisaran 46,40 -50,02 Kkal/kg. Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) terendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 46,40 Kkal/kg, sedangkan Energi metabolis Semu terkoreksi nitrogen (EMSn) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 50,02 Kkal/kg.

(40)

Tabel 10 Analisis Keragaman Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn)(kkal/kg)

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

0.05 0.01

perlakuan 3 36.342255 12.114085 3.014623834 3.24 5.29

Galat 16 64.29504 4.01844

Total 19 100.637295

Ket : tn : tidak nyata Kk : 1.51

Hasil uji keragaman pada tabel 10 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), walaupun rataan nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Hal ini diduga karena ayam pedaging jantan mengkonsumsi pakan secara paksa (force feeding) sehingga tingkat makanan berupa nutrisi pada pakan hampir sama antar perlakuan terutama kandungan proteinnya, begitu juga dengan umur ternak yang hampir seragam sehingga mempengaruhi hasil yang tidak berbeda nyata tersebut.Wahyu (1997) menyatakan bahwa energi metabolis dipengaruhi oleh umur dan tingkat makanan. Winamo et al. (1966) menambahkan bahwa dalam penentuan energi metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah nitrogen yang diretensi, karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dari protein kasar sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) merupakan energi metabolis yang dikoreksi dengan nitrogen.

(41)

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) (Kkal/kg)

[image:41.595.113.527.241.382.2]

Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) adalah energi metabolis yang telah dikoreksi oleh retensi nitrogen sama halnya dengan Energi Metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn) rataan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn)(kkal/kg)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

R0 34.45 35.85 33.62 34.93 35.05 173.90 34.78

R1 35.11 40.86 34.14 35.19 40.96 186.26 37.25

R2 37.16 42.91 35.12 36.58 41.92 193.69 38.74

R3 39.17 43.15 37.23 37.28 43.89 200.72 40.14

Total 145.89 162.77 140.11 37.28 161.82 754.57 150.91

Rataan 36.47 40.69 35.03 36.00 40.46 188.64 60.37

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) selama penelitian adalah 37,73 Kkal/kg, dengan kisaran 34,78-4o,14 Kkal/kg. Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) terrendah dapat pada perlakuan R0 yaitu 34,78 Kkal/kg, sedang kan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 40,14 Kkal/kg.

(42)

Tabel 12 Analisis Keragaman Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) (Kkal/kg)

SK DB JK KT F hitung F tabel

0.05 0.01

perlakuan 3 78.87217 26.29072 3.082485tn 3.24 5.29

Galat 16 136.46508 8.529067

Total 19 215.3373

Ket tn: tidak nyata Kk: 1.94

Hasil uji keragaman pada tabel 12 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada broiler jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), walaupun rataan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Hal ini dapat disebabkan karena bahan pakan pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3 memiliki nilai nutrisi yang hampir sama dan pemberian pakan secara paksa (force feeding) dengan jumlah yang sama, begitu juga dengan umur ternak yang hampir seragam sehingga mempengaruhi hasil yang tidak berbeda nyata tersebut. Sudibyo (1998) menyatakan bahwa nilai energi metabolis dipengaruhi oleh tingkat makanan dan umur ternak.

Retensi Nitrogen (RN)

Retensi nitrogen ( RN) adalah sejumlah nitrogen dalam protein pakan yang masuk kedalam tubuh ternak kemudian diserap dan digunakan oleh ternak, Sibbald and wolynetz ,1985 B (rataan retensi nitrogen ( RN) dapat dilihat pada tabel 13.

(43)

Ulangan Perlakuan

1 2 3 4 5 Total Rataan

R0 80.45 82.11 78.00 81.91 82.62 405.09 81.018 R1 81.33 84.43 79.09 82.85 84.89 412.59 82.518 R2 82.25 84.16 80.12 83.31 88.55 418.39 83.678 R3 84.21 85.05 84.57 84.26 88.27 426.36 85.272 Total 328.24 335.75 321.78 84.26 344.33 1662.43 332.486 Rataan 82.06 83.9375 80.445 83.0825 86.0825 415.6075 132.9944

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa rataan retensi nitrogen (RN) selama penelitian adalah 83,121 % dengan kisaran 81,018-85,272 %, retensi nitrogen (RN) terrendah terdapat pada perlakuan R0 yaitu sebesar 81,018 sedangkan retensi nitrogen (RN) terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 85,272%

Nilai retensi nitrogen dari masing – masing perlakuan, R0, R1, R2, dan R3 bernilai positip berturut–turut 81,018; 82,518; 83,678; dan 85,272%. Hal ini menunjukkan bahwa ayam pedaging mampu menggunakan nitrogen yang terkandung dalam protein pakan, Eggum (1973) menyatakan bahwa pengukuran retensi nitrogen dengan metode koleksi ekskreta selama 5 hari untuk mencapai hasil yang optimal.

[image:43.595.113.522.88.250.2]
(44)

Tabel 14 Analisis Keragaman Retensi Nitrogen

SK DB JK KT F Hitung F Tabel

0.05 0.01

perlakuan 3 48.61634 16.20545 2.979451tn 3.24 5.29

Galat 16 87.02512 5.43907

Total 19 135.6415

Ket :tn : tidak nyata Kk : 0.70

Hasil uji keragaman pada tabel 8.1 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 yang berarti perlakuan R0, R1, R2, dan R3 pada ayam pedaging jantan umur 6 minggu memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn), walaupun rataan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) yang diperoleh antar perlakuan sedikit berbeda.

Pengaruh yang tidak berbeda nyata pada nilai retensi nitrogen (RN) antar perlakuaan disebabkan karena protein yang terkandung dalam pakan perlakuan hampir sama,hal ini sesuai dengan pernyataan Ewing (1963) yang melaporkan bahwa tingkat makanan dan kandungan protein bahan pakan berpengaruh terhadap nilai retensi nitrogen yang dihasilkan. Amrullah (1981) menyatakan bahwa jenis ternak, umur, dan faktor genetik mempengaruhi nilai retensi nitrogen yang dihasilkan.

(45)

REKAPITULASI HASIL PENELITIAN

[image:45.595.113.585.216.366.2]

Rekapitulasi hasil penelitian terhadap ekskresi energi, energi metabolis dan retensi nitrogen adalah sebagaimana ditampilkan pada tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil penelitian

Parameter Perlakuan

R0 R1 R2 R3 Ekskresi energi (Kkal/ekor) 54.14tn 53.68tn 52.92tn 52.76tn Energi metabolis semu (Kkal/kg) 84.12tn 85.31tn 86.02tn 87.62tn Energi metabolis murni (Kkal/kg) 31.89tn 33.16tn 34.1tn 35.54tn Energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (Kkal/kg) 46.4tn 47.75tn 48.93tn 50.02tn Energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (Kkal/kg) 34.78tn 37.25tn 38.74tn 40.14tn Retensi nitrogen (%) 81.018tn 82.518tn 83.678tn 85.272tn

Keterangan: tn: tidak nyata

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Fermentasi dengan bakteri serratia marcescens pada level 1 % sampai 3 % terhadap limbah udang memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap ekskresi energi (Kkal/ekor), energi metabolis (Kkal/kg) dan retensi nitrogen (%).

Saran

Disarankan agar pada penelitian selanjutnya memperhatikan level penggunaan bakteri serratia marcescens untuk fermentasi limbah udang.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adams,C.A.2000.Enzim Komponen Penting Dalam Pakan Bebas Antibiotika.Feed Mix Special.http;//www.alabio.(4 maret 2009)

Amrullah,I,K.,j.Wahyu,T.Sutardi.1981.Penentuan Kandungan Energi Metabolis Murni Dari Beberapa Bahan Makanan Unggas.Laporan Penelitiaan.Fakultas Peternakan.IPB Bogor

Araba,M.and N.Dale,1990.Evaluation of Protein Solubility as an Indikator of Over Processing Soybean Meal.Poultry sci.69:76-83

Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture series). INTERSTATE PUBLISHER,INC. Danville, Illinois.

Ewing,1963.Poultry Nutrition.5thEdition.The Ray Ewing Company.Pasadena

Hanafiah, K.A.2003. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Harjo, SS., N.S. Indrsti, B. Tajuddin.1989. Biokonveksi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian.Fakultas Pangan dan Gizi, IPB.

Http:// www. Poultryindonesia.com http:/www. Suara Merdeka.com/Harian

Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai penyerap Logam Berat. (Timbal, Kadmium dan Tembaga di Perairan. Jurnal

Parson,C.M.,K.Hashimoto.,K.J.Wedekind,and D.H.Baker.1991.Soy Bean Protein Solubility In Potassium Hydroxide; an In Vitro Test Of In Vivo Protein Quality.J.Anim.sci.69:2918-2924

Prasetiyo, Kurnia Wiji,. 2004. Pemanfaatan Limbah Cangkang Udang Sebagai Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan. Jurnal

Rasyaf, M ,1992. Beternak Ayam Pedaging,.Penebar Swadaya, Jakarta

Rasyaf, M ,2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

(48)

Saono, S.1976. Koleksi Jasad Renik Suatu Prasarana yang diperlukan bagi Pengembangan Mikrobiologi. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 22(4): 1-11.

Sibbald,I.R.1976. A Bioassy For True Metabolizable Energy In Feedings Tuffs. Poultry sci., 55 : 303 – 305.

Sibbald,I.R.1979.The Effect Of The Drying Prosedure On Drying Poultry Excreta.Poultry sci.,58:1392-1394

Sibbald,I.R.1980. Metabolic plus endogenous energy ad nitrogen losses of adult cockerels : the correction used in bioassay for true metabolizable energy. Poultry sci, 60 : 805 - 811.

Sibbald,I.R, and M.S. Wollynatz, 1985 b. Estimates of returned nitrogen used to correct estimates of broavailable energy. Poultry sci., 64 : 1506 -1513. Sibbald.I.R, and M.S. Wolynetz. 1985 a. Relationship made with adult cockerels

adn chisks : effect of feed intake and nitrogen retention. Poultry sci : 127-138.

Siregar , A.P. 1994. Teknik Beternak ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group, Jakarta.

Sudarmadji, S.1984.Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian Edisi Pertama. Liberty, Yogyakarta.

Sudarmadji, S.1989. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian Edisi Ketiga. Liberty, Yogyakarta.

Sudibyo. 1998. Manipulasi Kadar Kolestrol dan Asam Lemak Omega-3 Telur Ayam Melalui Penggunaan Limbah Udang dan Minyak Ikan Lamoru. Jurnal

Suriwati,u.1986.Pengantar Mikrobiologi Umum.Penerbit Angkasa.Bandung

Wahyu,J.1997.Ilmu Nutrisi Unggas.Edisi Keempat.Universitas Gajah Mada Press.Yogyakarta

Widjaya , S ,1993 . Penanganan Limbah Industri Udang. Poultry Production. Indonesia

http :/www.Poultryindonesia.com/hal/pdf

Winamo,F,G.,S.Fardiaz,dan D.Fardiaz.196b.Pengantar Teknologi Pangan.Penerbit PT

Gramedia.Jakarta

Yitnosumamo,s.1990.Perancangan Percobaan dan Interprestasinya,Universitas Gajah

Mada.Yogyakarta.

(49)

LAMPIRAN 1

Proses fermentasi bahan

Ditimbang bahan yang akan difermentasi

Ditambahkan inokulum sebanyak 1%,2%,dan 3% masing-masing dari bahan yang akan difermentasi diaduk hingga rata

Ditambahkan aquades sebanyak 20% dari bahan yang akan difermentasi Disimpan dalam suhu kamar selama 4 hari

Hasil bahan fermentasi

Gambar

Tabel 1. Nutrisi Tepung Limbah Udang
Table 2 sistem pencernaan pada unggas
Gambar 9. Alur Metode Pengukuran Energi Metabolis
Tabel 3 Ekskresi Energi (kkal/ekor)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di dalam situs ini, pengguna juga bisa membuat sebuah list dari hal-hal yang akan dikerjakan (to do list) untuk kepentingan pribadi dan juga memberikan tips tentang lokasi tersebut

Hasil penafsiran titik pendugaan geolistrik dari nilai tahanan jenisnya kemudian dikorelasikan dengan pendugaan geolistrik di lokasi pendugaan yang lain, kemudian

prototype sistem tersebut untuk memperlihatkan kepada pemakai model sistem yang akan dirancang. Pada tahap ketiga yaitu pengujian prototype , penulis melakukan uji

Untuk mengetahui gambaran sikap mental penduduk miskin di Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat dilihat berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

Akan tetapi, hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Rizal et.al (2014) bahwa kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja namun tidak signifikan, yang berarti bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tempe dedak berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat badan dan konversi pakan

alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penugasan materi