• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan Jenis

Pada kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh memiliki luas 1272 Ha dengan intensitas sampling sebesar 2 % dan mendapatkan hasil berdasarkan tingkat pertumbuhan yang ditemui 600 plot. Adapun vegetasi yang tercatat yaitu 10 jenis yang mendominasi pada tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Semai.

No Spesies K KR F FR INP

Kerapatan jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya individu suatu jenis per satuan luas. Sesuai dengan pernyataan Irwanto (2006) yang menyatakan bahwa makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan semai Litsea angulate BI dengan nilai 130 dan Kerapatan Relatif dengan nilai 26.6 hal ini disebabkan oleh habitat yang cocok dan kemampuan spesies Litsea angulate BI beradaptasi dengan lingkungan.

Sementara itu adapun Kerapatan jenis terendah pada tingkat pertumbuhan semai adalah Memecylon garcinioides dengan nilai 95 dan 1.96% pada Kerapatan Relatif. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan pancang dapat dilihat pada Tabel 2.

13

Tabel 2. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pancang

No Spesies K KR F FR INP

Kerapatan bertujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan setiap golongan jenis tanaman dalam suatu areal pengolahan. Sesuai dengan pernyataan Septiawan et all., (2017) yang menyatakan bahwa kerapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan di suatu areal. Kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pancang Litsea Angulate BI dengan nilai 127 dan Kerapatan Relatif dengan nilai 23,90 %. Hal ini disebabkan Litsea Angulate BI sering ditemui di hampir semua areal.

Frekuensi adalah peluang ditemukannya suatu jenis tanaman dalam sebuah petak contoh yang sudah dibuat. Sesuai dengan pernyataan Fachrul (2007) yang menyatakan bahwa frekuensi adalah peluang ditemukan nya suatu jenis ke-i dalam semua petak contoh yang dibuat. Frekuensi tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang Litsea Angulate BI dengan nilai 0,23 dan Frekuensi Relatif dengan nilai dengan 23,86 %. Sementara itu Frekuensi terendah pada tingkat pertumbuhan pancang Memecylon garcinioides Blume dengan nilai 0,03, dan 2,98%

Frekuensi Relatif.

Indeks Nilai Penting (INP) dapat diartikan sebagai suatu petunjuk untuk menentukan yang dominan pada suatu tempat/areal. Sesuai dengan pernyataan Nuraina et all., (2018) yang menyatakan bahwa Indeks nilai penting dapat dijadikan suatu petunjuk untuk menentukan jenis yang dominan pada suatu tempat. Berdasarkan analisis indeks nilai penting pada tingkat pancang Litsea Angulate BI merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan spesies

14

yang lain yaitu 47,76%. Hal ini disebabkan Litsea Angulate BI adalah jenis yang pertumbuhannya sangat berpengaruh dalam lokasi penelitian ini. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan Tiang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Tiang.

No Spesies K KR F FR D DR INP

Frekuensi Relatif merupakan perbandingan antara frekuensi jenis ke-i dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Sesuai dengan pernyataan Ramadhan (2008) yang menyatakan Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke individu dengan jumlah Frekuensi seluruh jenis yang ada di plot.

Frekuensi jenis tertinggi pada tingkat tiang Litsea Angulate BI dengan nilai 0.16 dan Frekuensi relatif dengan nilai 21.80%. Sementara itu Frekuensi relatif terendah pada tingkat pertumbuhan tiang yaitu Macaranga diepenhorstii (miq dengan nilai 3.96 % dan Frekuensi jenis dengan nilai 0.03.

Seperti yang diketahui Indeks Nilai Penting (INP) merupakan hasil penjumlahan dari Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominansi Relatif.

Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa hasil Kerapatan Relatif pada tingkat pertumbuhan tiang tertinggi adalah Litsea Angulate BI dengan nilai 26.26 %, Dominansi Relatif pada tingkat pertumbuhan tiang tertinggi adalah 24,08%

spesies Litsea Angulate BI. Sesuai dengan pernyataan Yuliantoro dan Dodi (2019) yang menyatakan bahwa Indeks Nilai Penting merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Indeks Nilai Penting pada

15

tingkat pertumbuhan tiang yang tertinggi terdapat pada Litsea Angulate BI dengan nilai 72,13, sedangkan yang terendah adalah Macaranga diepenhorstii (miq dengan nilai 11.56%. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan Pohon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pohon.

No Spesies K KR F FR D DR INP

Pada lokasi penelitian Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan Hutan yang menempati iklim tipe A atau disebut dengan Hutan Hujan Tropis. Adapun tingkat pertumbuhan yang dijumpai pada lokasi penelitian adalah semai, pancang, tiang, dan pohon. Pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, dan tiang spesies yang paling banyak dijumpai adalah Medang (Litsea Angulate BI) menurut Mulia et all., (2017) yang menyatakan bahwa Litsea Angulate BI

merupakan tumbuhan tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya kayu ulin untuk bahan bangunan, kayu massoi untuk bahan obat, kayu manis sebagai rempah-rempah, buah adpokat sebagai buah-buahan dan sebagainya.

Indeks Nilai Penting merupakan indeks penting yang menggambarkan pentingnya peranan dalam suatu jenis vegetasi dalam ekosistem tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martiningsih et al., (2015) yang menyatakan bahwa perhitungan yang dilakukan adalah menggunakan analisis vegetasi yang meliputi

16

perhitungan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif yang memiliki nilai 300 pada tingkat pertumbuhan pancang dan pohon. Pada kategori pertumbuhan tingkat semai nilai INP adalah 200, karena pada kategori pertumbuhan tingkat semai hanya menggunakan hitungan penjumlahan dari kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) pohon tertinggi terdapat pada spesies Schima walilcii sedangkan pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada spesies Litsea Angulate BI

Sementara itu, pada tingkat pertumbuhan pohon banyak dijumpai spesies Puspa (Schima walilcii). Schima walilcii memiliki daya tahan yang cukup tinggi dengan kulit kayu yang tebal sehingga tahan api. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnama et all., (2016) yang menyatakan bahwa Schima walilcii mampu hidup pada berbagai kondisi tanah, iklim dan habitat. Banyak dijumpai di dataran rendah hingga pegunungan, Schima walilcii juga banyak ditemukan di hutan- hutan sekunder dan wilayah yang terganggu, bahkan juga dipadang ilalang. Pohon dapat hidup dingga ketinggian 100 mdpl dan tidak memilih kondisi tekstur dan kesuburan tanah. Schima walilcii tergolong jenis tanaman cepat tumbuh ( Fast growing). Adapun hasil perhitungan Indek Keanekaragaman, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks Kemerataan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil perhitungan Indek Keanekaragaman, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks Kemerataan

Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menggambarkan kekayaan jenis tumbuhan yang berada pada lokasi penelitian. Nilai indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis yang ditemukan. Semakin besar jumlah jenis dan variasi jumlah individu tiap jenis maka keanekaragaman suatu ekosistem akan semakin besar, dan sebaliknya.

Pada keanekaragaman jenis, Adapun total indeks keanekaragaman (H’) pada tingkat pertumbuhan semai yaitu 2.55, pancang 2.69, tiang 3.20, dan pohon

17

2.36 hal ini dapat diartikan bahwa tingkat keanekaragaman tergolong sedang. hal ini sesuai dengan pernyataan Parmadi (2016) yang menyatakan bahwa Nilai H’

dengan kriteria 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan > 3 tergolong tinggi. Semakin tinggi nilai keanekaragaman menunjukkan bahwa ekosistem tersebut semakin baik.

Nilai Indeks Kemerataan Jenis (E’) dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara tiap jenis dalam komunitas. Adapun nilai Indeks Kemerataan pada tingkat pertumbuhan semai adalah 0,4 yang tergolong sedang.

Sementara itu pada tingkat Pertumbuhan pancang terdapat nilai 0,4 yang tergolong sedang. Untuk tingkat pertumbuhan tiang terdapat nilai 0,5 yang tergolong sedang. Sedangkan pada pertumbuhan tingkat pohon mendapatkan nilai 0,3, yang tergolong dalam kriteria rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa kemerataan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) tidak merata, hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawan et all.,(2018) yang menyatakan tidak Meratanya penyebaran ini diduga karena adanya persaingan tempat tumbuh bagi masing-masing jenis disamping adanya upaya pengayaan terhadap jenis-jenis yang ada terutama dari kelompok pohon penghasil buah-buahan dan jenis lain yang bermanfaat.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kekayaan tebesar terdapat pada tingkat pertumbuhan tiang yaitu dengan nilai 10,13 sedangkan terkecil terdapat pada tingkat pertumbuhan semai yaitu dengan nilai 5.38. hal ini sesuai dengan pernyataan Rachman dan Aditya (2017) yang menyatakan bahwa Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu luasan areal tertentu. Margalef mengusulkan indeks kekayaan jenis yang dikombinasikan dengan nilai kelimpahan/kerapatan individu pada setiap unit contoh yang berukuran sama yang ditempatkan pada habitat atau komunitas yang sama.

Pada plot penelitian saya, stratifikasi semua spesies tumbuhan dalam komuinitas nya mempunyai strata hampir rata yaitu Strata C. Merupakan kanopi penyusunan hutan. Tinggi pohon antara 4-20 meter. Lapisan ini memiliki variasi tinggi pohon, dan umumnya memiliki banyak percabangan serta tajuk pohon juga sangat rapat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa unsur struktur vegetasi dalam analisis vegetasi merupakan

18

bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk dan stratifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam 20 ruangan vertikal. Pada penelitian saya nilai pentingnya yaitu untuk mengetahui rujukan ilmiah terkait dengan kondisi lingkungan (eksternal) di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh dan spesies dominansi contoh nya seperti pakan burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) yaitu Porporan (Artocarpus integra Merr) dan ada juga tanaman beracun yaitu Aren (Arenga pinnata) dan Birah ( Alocasia arifolia ) yang ada di kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh.

Dokumen terkait