• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN JENIS HUTAN ALAM DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) PONDOK BULUH, KABUPATEN SIMALUNGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KELIMPAHAN JENIS HUTAN ALAM DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) PONDOK BULUH, KABUPATEN SIMALUNGUN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN JENIS HUTAN ALAM DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) PONDOK BULUH, KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

FAJAR IKHSAN 161201029

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(2)

KELIMPAHAN JENIS HUTAN ALAM DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) PONDOK BULUH, KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh:

FAJAR IKHSAN 161201029

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kelimpahan Jenis Hutan alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun

Nama : Fajar Ikhsan

Nim :161201029

Program Studi :Kehutanan Peminatan : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

Dr. Ir. Tito Sucipto, S.Hut., M.Si., IPU.

Ketua Program Studi Kehutanan

Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut., M.Si.

Wakil Dekan I Fakultas Kehutanan

Tanggal Yudisium : 12 Agustus 2021

Afifuddin Dalimunthe. SP.,MP.

Pembimbing Pendamping Dr. Budi Utomo, SP., MP.

Pembimbing Utama

(4)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fajar Ikhsan

NIM : 161201029

Judul Skripsi : Kelimpahan Jenis Hutan Alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, Agustus 2021

Fajar Ikhsan NIM 161201029

(5)

iii

ABSTRACT

FAJAR IKHSAN : Abundance of Species of Natural Forest in Special Purpose Forest Areas (KHDTK) Pondok Buluh, Simalungun Regency. Supervised by BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTE.

Forest is a unitary ecosystem in the form of a stretch of land containing biological natural resources dominated by trees in their natural environment, which cannot be separated from one another. Based on government administration, the Pondok Buluh training forest area is located in the Dolok Panribuan sub-district, Simalungun Regency, North Sumatra Province. Based on government administration, the Pondok Buluh training forest area is located in the Dolok Panribuan sub-district, Simalungun Regency, North Sumatra Province. The Pondok Buluh Education and Training Forest Area was designated as education through the Decree of the Director - General of Forestry Number 34/ Kpts / DJ / I / 1983 dated 8 February 1983 concerning the appointment of the Pematangsiantar forest complex located in Simalungun Regency as an educational forest area with an area of 800 hectares. Vegetation analysis is studying the composition and / or composition of vegetation in the form (structure) of vegetation from the plant community. For vegetation analysis, data on species, diameter and height are needed to determine the index of the importance of the forest community constituents. In the research location, the Special Purpose Forest Area (KHDTK) is a forest that occupies a climate type A or is called a tropical rain forest. The growth rates found in the research locations were seedlings, saplings, poles and trees. At the growth rate of seedlings, saplings, and poles, the species most frequently found was Medang (Litsea Angulate BI). The diversity of species in the Special Purpose Forest Area (KHDTK) is high.

Keywords: Forest Area with Special Purpose (KHDTK) Pondok Buluh,abundance of species

.

(6)

iv

ABSTRAK

FAJAR IKHSAN: Kelimpahan Jenis Hutan Alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTE.

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah suatu areal hutan yang merupakan prasarana untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan serta sebagai laboratorium alam untuk tempat praktek pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari seluruh rangkaian kegiatan di bidang kehutanan. Berdasarkan administratif pemerintahan, areal hutan diklat Pondok Buluh berada di kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Hutan Diklat Pondok Buluh ditetapkan sebagai pendidikan melalui Surat Keputusan Dirjen Kehutanan Nomor 34/Kpts/DJ/I/1983 tanggal 8 Februari 1983 tentang penunjukkan kompleks hutan Pematangsiantar yang terletak di Kabupaten Simalungun sebagai kawasan hutan pendidikan dengan luas 800 hektar. Analisis vegetasi yaitu mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Pada lokasi penelitian Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan Hutan yang menempati iklim tipe A atau disebut dengan Hutan Hujan Tropis. Adapun tingkat pertumbuhan yang dijumpai pada lokasi penelitian adalah semai, pancang, tiang, dan pohon. Pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, dan tiang spesies yang paling banyak dijumpai adalah Medang (Litsea Angulate BI). Keanekaragaman jenis yang ada di Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus (KHDTK) adalah tergolong tinggi.

Kata kunci: Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kelimpahan Jenis.

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwodadi pada tanggal 16 Maret 1998.

Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara oleh pasangan Bapak H. Lasidi, dan Ibu Halideriati. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 106788 Purwodadi Kecamatan Sunggal pada tahun 2004 - 2010, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sunggal pada tahun 2010 - 2013, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sunggal pada tahun 2013 - 2016, dan pada tahun 2016 penulis diterima di Fakultas Kehutanan USU melalui jalur SNMPTN dan memilih minat Departemen Budidaya Hutan.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis merupakan Gubernur Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kehutanan USU 2019-2020, anggota organisasi Rain Forest USU tahun 2018 - 2019, anggota HIMAS USU, dan Kepala Bidang Divisi di organisasi JIMMKI. Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Hutan Mangrove Lubuk Kertang pada tahun 2018. Pada tahun 2019 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Sekato Pratama Makmur di Bukit Batu, Dumai, Riau. Pada awal tahun 2021 penulis melaksanakan penelitian dengan judul Kelimpahan Jenis Hutan Alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan rezeki yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kelimpahan Jenis Hutan Alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten

Simalungun”. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda H. Lasidi, Ibunda Halideriati, Kakanda Yulida S.Pt, Abangda Herlambang SE, dan Abangda Abdul Halim S.Si yang selalu memberikan dukungan semangat, moril/materil, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Budi Utomo, SP., MP dan Afifuddin Dalimunthe. SP.,MP. selaku Pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam menulis dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman satu tim penelitian Fahri Alchindra dan Nurul Hidayati Rizki yang telah bekerja sama dengan baik sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

4. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan Elma Asvira Vardhani., S.Hut, M. Syarief Ginting, Donny Faldy, Rangga Dwinata, Metawinda Syahputri., S.Hut, Musaddad Arfan Daulay., S.Hut, Rino Ananta Perangin-angin, Imam Andrean, Nurul Rakesya., S.Hut dan teman-teman angkatan 2016 Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan serta kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap, semoga pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2021

Fajar Ikhsan

NIM 161201029

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Kondisi Umum Penelitian ... 4

Kondisi Fisik dan Geografis ... 4

Topografi dan Iklim ... 4

Aksesibilitas ... 5

Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan ... 5

Analisis Vegetasi ... 6

METODE PENELITIAN ... . 8

Waktu dan Tempat ... . 8

Alat dan Bahan ... . 8

Prosedur Penelitian ... . 9

Penentuan Petak Contoh dan Plot Pengamatan ... 9

Pengumpulan Data ... . 9

Analisis Data ... . 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 12

Kelimpahan Jenis ... . 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... . 19

Kesimpulan ... . 19

Saran ... . 19 DAFTAR PUSTAKA

(10)

viii LAMPIRAN

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi. Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Semai ... 12 2. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi. Relatif,

dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pancang ... 13 3. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi. Relatif

dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Tiang ... 14 4. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi. Relatif,

dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pohon ... 15 5. Hasil perhitungan Indek Keanekaragaman, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks

Kemerataan ... 16

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Peta Lokasi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Pondok Buluh ... 4 2. Lokasi penelitian di Hutan Dengan Tujuan Khusus Pondok Buluh ... 8 3. Tata Letak Plot Pengamatan ... 9

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Pengukuran Analisis Vegetasi ... 23 2. Analisis Data Kelimpahan Jenis Hutan alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun ... 24

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan sistem ekologi berupa sebidang tanah yang mengandung sumber daya alam hayati yang dalam lingkungan alamnya didominasi oleh pepohonan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kawasan hutan juga merupakan kawasan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Permenhut, 2016).

Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropis juga berfungsi sebagai paru-paru dan sistem penyangga kehidupan dunia, sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipelihara melalui pembangunan hutan yang baik. Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41 Tahun 1999, Indonesia membagi hutan menjadi hutan lindung, hutan lindung dan hutan produksi sesuai dengan fungsinya (Alam dan Hajawa, 2007)

Setengah dari hutan di bumi diklasifikasikan sebagai hutan hujan tropis.

Dari segi komposisi dan jenis struktur, hutan ini sangat beragam. Semua ini terjadi karena adanya perubahan iklim dan kondisi tanah di masing-masing wilayah. Ada hutan yang tumbuh dengan baik, dari pohon tingkat rendah sampai dengan tinggi 100 meter yang memiliki struktur lengkap, dan ada hutan lebat dengan tajuk yang tumpang tindih, tetapi ada juga yang sangat jarang, banyak kawasan hutan yang gundul (tidak ada pohon), jadi tidak bisa digunakan untuk manusia (Yulianus et al.,2013).

Di indonesia, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan kawasan hutan yang ditetapkan oleh pemerintah Melalui UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pemerintah dapat menetapkan dan latihan, serta religi dan budaya. untuk kepentingan umum seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, dan religi dan budaya yang pengelolaannya diberikan kepada masyarakat hukum adat, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga sosial dan keagamaan (Nugroho et al., 2017).

(15)

2

Hutan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah kawasan hutan yang merupakan prasarana penunjang kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan, serta merupakan laboratorium alam bagi pengembangan praktik ilmu pengetahuan dan teknologi dari seluruh rangkaian kegiatan di bidang kehutanan. Menurut manajemen pemerintah, Hutan Latihan Pondok Buluh terletak di Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 34/Kpts/DJ/I/1983 tanggal 8 Februari 1983, kawasan hutan latih Pondok Buluh ditetapkan sebagai kawasan pendidikan, dan kompleks hutan Pematangsiantar terletak di Kabupaten Simalungun. ditetapkan sebagai hutan pendidikan seluas 800 hektar. (Rikardo et al., 2014).

Hutan memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan. Manfaat hutan Jika keberadaan hutan terjamin, maka hutan dapat beroperasi dengan sebaik-baiknya.

Jika pengelolaan sumber daya alam berupa hutan sejalan dengan upaya perlindungan guna mencapai pembangunan berkelanjutan, maka fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial hutan akan berperan nyata. Pada saat yang sama, sebagai bagian dari sumber daya alam negara, hutan memiliki arti dan fungsi penting dalam semua aspek kehidupan sosial dan pembangunan lingkungan. Hutan memiliki fungsi penting bagi kehidupan dunia dan harus dilestarikan serta dilindungi dari dampak berbagai tindakan yang menyebabkan rusaknya ekosistem dunia. (Rahmawaty, 2004).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis yang ada di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh.

2. Untuk mengetahui spesies dominansi yang ada di kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh.

(16)

3

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan dan rujukan ilmiah terkait dengan kondisi lingkungan (eksternal) di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh

2. Memberikan dan memperkaya informasi mengenai data hasil analisis vegetasi

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Penelitian

Pada tanggal 8 Februari 1983, ditetapkan kawasan Hutan Latihan Pondok Buluh (HDPB) untuk pendidikan sesuai dengan SK Direktur Kehutanan No.

34/Kpts/DJ/I/1983. Tentang Penunjukan Kompleks Hutan Pematang Siantar di Simalungun Kabupaten sebagai pendidikan Kawasan hutan seluas 800 hektar.

Seiring berjalannya waktu, luas HDPB yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 398/Kpts-II/1988 tanggal 4 Agustus 1988 bertambah 300 hektar. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.

1030/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 20 April 2015 tentang Penetapan Kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Lindung Sebagai Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh Hutan Pendidikan dan Pelatihan cakupan area 1.272,70 hektar. Gambar peta lokasi Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus Pondok Buluh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar1. Peta Lokasi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Pondok Buluh

(18)

5

1. Kondisi Fisik dan Geografis

Secara geografis, kawasan hutan Pondok Buluh terletak antara 99o 56'BT sampai 99o 00'BT dan 2o 43'LU sampai 2o 47'LU. Menurut pengelolaan pemerintah, kawasan HDPB terletak di kawasan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dan menurut kawasan lindungan hutan termasuk dalam pengelolaan kawasan Polres Hutan Tiga Dolok Kabupaten Simalungun.

Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun. Zona Diklat Pondok Buluh juga dekat dengan tempat wisata Danau Toba, sekitar 15 kilometer atau 20 menit untuk mencapai (Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar,2015).

2. Topografi dan Iklim

Hutan Pendidikan dan Pelatihan Pondok Buluh (HDPB) terletak pada ketinggian 1250 mdpl, dengan kemiringan yang landai dan medan yang sedikit terjal, dengan kemiringan antara 2-15%, 15-40% dan >40%. Menurut klasifikasi Smith dan Ferguson, iklim HDPB termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan bulanan rata-rata 14 hari hujan dan suhu rata-rata 25,50℃~26,80℃. Menurut data curah hujan dan hari hujan Kabupaten Simalungun, bulan April memiliki curah hujan tertinggi 23 hari, dan Juni curah hujan terendah 7 hari. (Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar, 2015)

3. Aksesibilitas

Hutan Latihan Pendidikan (HDPB) Pondok Buluh terletak sekitar 25,8 kilometer dari pusat kota Pematang Siantar dengan waktu tempuh ± 40 menit.

Untuk mencapai asrama HDPB, terdapat jalan aspal (hotmix) sekitar 1,2 kilometer yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki ± 30 menit atau dengan minibus ± 7 menit.

4. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan

Secara administratif pemerintahan, kawasan HDPB berada dalam wilayah Desa Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun.Berdasarkan sumber data kependudukan, Kecamatan Dolok Panribuanberpenduduk sebanyak 18.092 jiwa dengan kepadatan 122 jiwa/km2.

(19)

6

Jumlah penduduk tersebut tersebar pada tujuh dusun yaitu dusun Simpang Kawat, Huta Banu, Marihat Dolok, Marihat Huta, Pondok Buluh, Naga, dan dusun Perumnas.

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari komposisi atau komposisi tumbuhan secara keseluruhan dari aspek morfologi tumbuhan. Struktur vegetasi berupa pertumbuhan, stratifikasi dan tutupan tajuk Analisis vegetasi memerlukan data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indikator nilai penting bagi komposisi komunitas hutan. Struktur dan komposisi komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi adalah studi tentang komposisi dan/atau komposisi bentuk (struktur) vegetasi suatu komunitas tumbuhan. Vegetasi adalah kumpulan tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis tumbuhan, mereka hidup bersama di satu tempat. Unsur-unsur struktur vegetasi berupa pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk (anveg) (Dairiana et al., 2008).

Analisis vegetasi juga dapat mengetahui sebaran sebaran beberapa spesies di suatu kawasan melalui pengamatan langsung. Ketika menganalisis mangrove di suatu daerah, perlu diperhatikan bahwa lingkungan geomorfik daerah tersebut memiliki pengaturan kondisi yang sama. Struktur mangrove pada dasarnya dapat dikendalikan oleh frekuensi pasang surut dan banjir rob yang ditentukan oleh topografi zona intertidal dan masukan air tawar dari benua. (Susilo, 2017).

Analisis vegetasi tanaman adalah metode mempelajari komposisi Jenis dan struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, unit vegetasi dipelajari Dalam bentuk komunitas tumbuhan, ini adalah asosiasi khusus semua spesies Tumbuhan yang menempati habitat Bertujuan Analisis komunitas adalah untuk menemukan komposisi dan struktur spesies Masyarakat di wilayah studi (Indriyanto, 2006).

Komposisi dan struktur vegetasi merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam kegiatan restorasi hutan. Komposisi vegetasi merupakan rangkaian tabel luas tanaman dari jenis-jenis vegetasi yang ada di masyarakat.

(Gunawan et al., 2011)

Keanekaragaman struktur dan komposisi vegetasi yang terdapat pada suatu kawasan terutama merupakan cerminan dari interaksi antara berbagai faktor lingkungan, dan akan berubah akibat aktivitas manusia. Kajian potensi vegetasi

(20)

7

umumnya menggunakan parameter kerapatan (jumlah individu per satuan luas), frekuensi (proporsi jumlah sampel spesies tertentu terhadap jumlah sampel), keuntungan cakupan (proporsi luas dasar yang ditempati). oleh spesies, luas habitat total) dan Indeks nilai penting (INP). Indeks nilai penting yang diperoleh dari penjumlahan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif merupakan parameter kuantitatif yang menunjukkan dominasi suatu spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Idris et al., 2013).

(21)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2021 sampai dengan Juli 2021 di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh Desa Bandar Dolok, Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut berikut peta lokasi penelitian pada Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Lokasi penelitian di Hutan Dengan Tujuan Khusus Pondok Buluh

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning Sistem) untuk mengetahui koordinat titik pengamatan kegiatan, kamera, alat tulis, haga meter, Phi band, Pita ukur, parang, dan buku panduan pengenalan ekosistem hutan mangrove,

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah vegetasi hutan alam di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh , tali raffia, tally sheet.

(22)

9

Prosedur Penelitian

Penentuan Petak Contoh dan Plot Pengamatan

Pengambilan sampel dan pengukuran dimasing- masing lokasi dilakukan dengan menggunakan dimana data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung dari lapangan dan kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Metode modifikasi dari metode jalur dan metode garis berpetak.

Adapun gambar tata letak plot pengamatan dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tata Letak Plot Pengamatan

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa data jenis vegetasi, diameter, tinggi yang kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan metode jalur berpetak. Metode jalur berpetak adalah cara pengumpulan data dimana setiap elemen dilihat dan dibuat beberapa petak contoh dengan ukuran 2x2, 5x5, 10x10, dan 20x20 cm. Untuk menentukan intensitas samplingnya, saya menggunakan IS 2%, untuk kelompok hutan yang luasnya 1.000 ha atau lebih intensitas sampling yang digunakan sebaiknya 2 %, sementara itu jika kurang dari 1.000 ha maka intensitas sampling sebaiknya digunakan 5 % - 10 %. Berdasarkan ketentuan di atas maka digunakan intensitas sampling 2 % dikarenakan luas dari Kawasan Hutan Dengan tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh 1272 Ha.

Intensitas Sampling (IS) yang digunakan 2% .

Sampel luas areal penelitian : 1272 Ha x 2% = 25,44 Ha ( 254.400 m²) Luas plot pengamatan 20 m x 20 m = 400 m²

Jumlah petak sampel yang digunakan yaitu

= 636 petak , dibulatkan menjadi 600 petak

2 m

5m 10 m

Arah rintis

20 m

(23)

10

Analisis Data

Analisis vegetasi merupakan cara untuk mengetahui kompsisi jenis, dan struktur vegetasi dalam ekosistem (Parmadi, 2016) data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dihitung untuk menentukan variabel sebagai berikut:

1. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menentukan dominansi dari suatu jenis vegetasi. Indeks Nilai Penting diperoleh dari perhitungan sebagai berikut (Parmadi,2016):

Untuk tingkat semai dan pancang, INP = KR + FR Untuk tingkat pohon, INP = KR + FR + DR

Keterangan : KR = kerapatan relatif FR = frekuensi relatif dan DR = dominansi relatif.

Kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kerapatan suatu jenis (K), dihitung dengan rumus:

K = (Jumlah individu suatu jenis)/(Luas petak contoh) Kerapatan relatif (KR) suatu jenis, dihitung dengan rumus:

KR = (Kerapatan suatu jenis)/(Kerapatan seluruh jenis) x 100 % Frekuensi (F) suatu jenis, dihitung dengan rumus :

F = (Jumlah petak ditemukan suatu jenis )/(Jumlah seluruh petak contoh) Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis, dihitung dengan rumus:

FR = (Frekuensi suatu jenis)/(Frekuensi seluruh jenis) x 100 % Dominansi (D) suatu jenis, dihitung dengan rumus:

D = (Luas bidang dasar suatu jenis)/(Luas petak contoh) Dominansi Relatif (DR) suatu jenis, dihitung dengan rumus:

DR = (Dominansi suatu jenis)/(Dominansi seluruh jenis) x 100 % 2. Indeks Keanekaragaman (H’)

Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks Shannon Wienner H = ∑

(24)

11

Keterangan :

H1 = Indeks Shannon Wienner

Pi = Kelimpahan relatif dari spesies ke-i = (ni/N) ni = Jumlah individu suatu jenis ke-i

N = Jumlah total untuk semua individu

Nilai H’ dengan kriteria 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan >

3 tergolong tinggi. Semakin tinggi nilai keanekaragaman menunjukkan bahwa ekosistem tersebut semakin baik. Masing-masing spesies memegang peranan penting dalam proses ekologinya. Sebaliknya, semakin kecil nilai ini mengindikasikan ekosistem sangat rentan terhadap gangguan hama penyakit (Parmadi, 2016).

3. Indeks Kekayaan Jenis (R’)

Kekayaan jenis pada suatu habitat dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Kekayaan Margalef (1958) dalam (Antoko et all., 2003) sebagai berikut:

Keterangan:

R = indeks kekayaan jenis (indices of species richness)

S = jumlah total jenis dalam suatu habitat (species per habitat) NO = jumlah individu pada suatu habitat (individu per habitat)

4. Keseragaman Jenis (E’)

Keseragaman yang terdapat pada setiap titik dapat dihitung dengan menggunakan indeks keseragaman Eveness sebagai beriku (Paiki et all., 2018)t:

Keterangan:

E = Indeks keseragaman H’ = Indeks leanekaragaman

H’ maks = ln S (S = Jumlah spesies yang ditemukan) Dengan kriteria :

e ≤ 0.4 kemerataan rendah 0.4 < e < 0.6 kemerataan sedang e ≥ 0.6 kemerataan tinggi

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Jenis

Pada kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh memiliki luas 1272 Ha dengan intensitas sampling sebesar 2 % dan mendapatkan hasil berdasarkan tingkat pertumbuhan yang ditemui 600 plot. Adapun vegetasi yang tercatat yaitu 10 jenis yang mendominasi pada tingkat semai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Semai.

No Spesies K KR F FR INP

1. Medang (Litsea Angulata Bi) 1304 26,6 0.27 20,74 47,40 2. Sabal(Cinnamomum subavenium

Miq)

770 15,76 0.18 13,36 29,12 3. Loba(Symplocos cochiochinensis

(Lour)

341 6,98 0.10 7,38 14,36 4. Hoting(Castanopsis tungurrut BI) 325 6,64 0.09 6.87 13,51

5. Kopi (coffea) 304 6,22 0.08 5,98 12,20

6. Kaliandra(Calliandra calothyrsus Meissn)

216 4,43 0.07 5,09 9,52 7. Salam(syzygium polyanthum) 212 4,34 0.08 5,73 10.07

8. Puspa(Schima walilcii) 175 3,58 0.06 4.33 7,90

9. Porporan(Artocarpus integra Merr) 104 2,13 0.03 2,29 4,42 10. Mundol(Memecylon garcinioides

Blume

95 1,96 0.03 2,54 4,50

Kerapatan jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya individu suatu jenis per satuan luas. Sesuai dengan pernyataan Irwanto (2006) yang menyatakan bahwa makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan semai Litsea angulate BI dengan nilai 130 dan Kerapatan Relatif dengan nilai 26.6 hal ini disebabkan oleh habitat yang cocok dan kemampuan spesies Litsea angulate BI beradaptasi dengan lingkungan.

Sementara itu adapun Kerapatan jenis terendah pada tingkat pertumbuhan semai adalah Memecylon garcinioides dengan nilai 95 dan 1.96% pada Kerapatan Relatif. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan pancang dapat dilihat pada Tabel 2.

(26)

13

Tabel 2. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pancang

No Spesies K KR F FR INP

1. Medang(Litsea angulate BI) 127 23,90 0,23 23,86 47,76 2. Mayang(Payena leerii) 75 14,14 0,13 13,86 28,00 3. Durian(Durio zibethinus) 61 11,39 0,09 9,65 21,04

4. Sitarak(Macaranga

diepenhorstii (miq)

57 10,64 0,09 9,30 19,94

5. Sabal(Cinnamomum

subavenium Miq)

45 8,39 0,08 7,89 16,28 6. Kaliandra(Calliandra calothyrsus

Meissn)

35 6,51 0,05 5,26 11,77 7. Pulai(Alstonia scholaris) 34 6,38 0,05 5,61 12,00

8. Loba(Symplocos

cochiochinensis (Lour)

31 5,76 0,06 6,32 12,07 9. Porporan(Artocarpus integra

Merr)

30 5,63 0,06 5,79 11,42

10. Mundol(Memecylon

garcinioides Blume)

17 3,13 0,03 2,98 6,11

Kerapatan bertujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan setiap golongan jenis tanaman dalam suatu areal pengolahan. Sesuai dengan pernyataan Septiawan et all., (2017) yang menyatakan bahwa kerapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan di suatu areal. Kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pancang Litsea Angulate BI dengan nilai 127 dan Kerapatan Relatif dengan nilai 23,90 %. Hal ini disebabkan Litsea Angulate BI sering ditemui di hampir semua areal.

Frekuensi adalah peluang ditemukannya suatu jenis tanaman dalam sebuah petak contoh yang sudah dibuat. Sesuai dengan pernyataan Fachrul (2007) yang menyatakan bahwa frekuensi adalah peluang ditemukan nya suatu jenis ke-i dalam semua petak contoh yang dibuat. Frekuensi tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang Litsea Angulate BI dengan nilai 0,23 dan Frekuensi Relatif dengan nilai dengan 23,86 %. Sementara itu Frekuensi terendah pada tingkat pertumbuhan pancang Memecylon garcinioides Blume dengan nilai 0,03, dan 2,98%

Frekuensi Relatif.

Indeks Nilai Penting (INP) dapat diartikan sebagai suatu petunjuk untuk menentukan yang dominan pada suatu tempat/areal. Sesuai dengan pernyataan Nuraina et all., (2018) yang menyatakan bahwa Indeks nilai penting dapat dijadikan suatu petunjuk untuk menentukan jenis yang dominan pada suatu tempat. Berdasarkan analisis indeks nilai penting pada tingkat pancang Litsea Angulate BI merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan spesies

(27)

14

yang lain yaitu 47,76%. Hal ini disebabkan Litsea Angulate BI adalah jenis yang pertumbuhannya sangat berpengaruh dalam lokasi penelitian ini. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan Tiang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Tiang.

No Spesies K KR F FR D DR INP

1. Medang(Litsea angulate BI

24,33 26,26 0,16 21,80 0,47 24,08 72,13 2. Loba(Symplocos

cochiochinensis (Lour)

13,33 14,39 0,11 15,28 0,26 13,20 42,87 3. Jengkol(Archidendron

Pauciflorum

9,00 9,71 0,07 9,21 0,10 5,27 24,20

4. Kopi(Coffea) 9,00 9,71 0,06 7,42 0,15 7,59 24,72

5. Durian(Durio Zibethinus)

7,83 8,45 0,06 7,64 0,04 1,93 18,02

6. Boji-Boji 7,33 7,91 0,05 6,29 0,15 7,39 21,60

7. Mayang(Payena leerii) 7,17 7,73 0,06 8,09 0,28 14,01 29,84 8. Kaliandra(Calliandra

calothyrsus Meissn)

6,83 7,37 0,05 6,07 0,14 7,18 20,63 9. Meranti(Shorea SP) 6,83 7,37 0,05 6,52 0,12 6,21 20,10 10. Sitarak(Macaranga

diepenhorstii (miq)

3,67 3,96 0,03 3,60 0,08 4,01 11,56

Frekuensi Relatif merupakan perbandingan antara frekuensi jenis ke-i dengan jumlah frekuensi seluruh jenis. Sesuai dengan pernyataan Ramadhan (2008) yang menyatakan Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi jenis ke individu dengan jumlah Frekuensi seluruh jenis yang ada di plot.

Frekuensi jenis tertinggi pada tingkat tiang Litsea Angulate BI dengan nilai 0.16 dan Frekuensi relatif dengan nilai 21.80%. Sementara itu Frekuensi relatif terendah pada tingkat pertumbuhan tiang yaitu Macaranga diepenhorstii (miq dengan nilai 3.96 % dan Frekuensi jenis dengan nilai 0.03.

Seperti yang diketahui Indeks Nilai Penting (INP) merupakan hasil penjumlahan dari Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominansi Relatif.

Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa hasil Kerapatan Relatif pada tingkat pertumbuhan tiang tertinggi adalah Litsea Angulate BI dengan nilai 26.26 %, Dominansi Relatif pada tingkat pertumbuhan tiang tertinggi adalah 24,08%

spesies Litsea Angulate BI. Sesuai dengan pernyataan Yuliantoro dan Dodi (2019) yang menyatakan bahwa Indeks Nilai Penting merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Indeks Nilai Penting pada

(28)

15

tingkat pertumbuhan tiang yang tertinggi terdapat pada Litsea Angulate BI dengan nilai 72,13, sedangkan yang terendah adalah Macaranga diepenhorstii (miq dengan nilai 11.56%. Adapun hasil perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting pada tingkat pertumbuhan Pohon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai penting pada tingkat pertumbuhan Pohon.

No Spesies K KR F FR D DR INP

1. Puspa(Schima walilcii) 7,46 15,69 0,20 15,06 1,18 15,79 46,53 2. Medang(Litsea

angulate BI)

6,29 13,23 0,19 14,43 1,04 13,81 41,48 3. Loba(Symplocos

cochiochinensis Lour)

5,13 10,78 0,14 10,29 0,82 10,95 32,01 4. Porporan(Artocarpus

integra Merr)

4,67 9,82 0,13 9,54 0,74 9,82 29,17

5. Pinus(Pinus Mercusii) 3,67 7,71 0,07 5,02 0,54 7,21 19,94 6. Rasamala(Altingia

excelsa)

3,42 7,19 0,08 6,27 0,56 7,40 20,86

7. Hoting(Castanopsis tungurrut BI)

3,29 6,92 0,10 7,78 0,46 6,16 20,86

8. Hapas-

Hapas(Bucklandia tricuspis Hall.f.)

3,00 6,31 0,08 5,65 0,48 6,44 18,39

9. Kemenyan

Merah(Styrax sumatrana J.Sm)

2,67 5,61 0,09 6,52 0,45 6,03 18,16

10. Suren(Toona sureni) 2,29 4,82 0,07 5,14 0,33 4,36 14,32

Pada lokasi penelitian Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan Hutan yang menempati iklim tipe A atau disebut dengan Hutan Hujan Tropis. Adapun tingkat pertumbuhan yang dijumpai pada lokasi penelitian adalah semai, pancang, tiang, dan pohon. Pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, dan tiang spesies yang paling banyak dijumpai adalah Medang (Litsea Angulate BI) menurut Mulia et all., (2017) yang menyatakan bahwa Litsea Angulate BI

merupakan tumbuhan tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya kayu ulin untuk bahan bangunan, kayu massoi untuk bahan obat, kayu manis sebagai rempah-rempah, buah adpokat sebagai buah-buahan dan sebagainya.

Indeks Nilai Penting merupakan indeks penting yang menggambarkan pentingnya peranan dalam suatu jenis vegetasi dalam ekosistem tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martiningsih et al., (2015) yang menyatakan bahwa perhitungan yang dilakukan adalah menggunakan analisis vegetasi yang meliputi

(29)

16

perhitungan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif yang memiliki nilai 300 pada tingkat pertumbuhan pancang dan pohon. Pada kategori pertumbuhan tingkat semai nilai INP adalah 200, karena pada kategori pertumbuhan tingkat semai hanya menggunakan hitungan penjumlahan dari kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP) pohon tertinggi terdapat pada spesies Schima walilcii sedangkan pada tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada spesies Litsea Angulate BI

Sementara itu, pada tingkat pertumbuhan pohon banyak dijumpai spesies Puspa (Schima walilcii). Schima walilcii memiliki daya tahan yang cukup tinggi dengan kulit kayu yang tebal sehingga tahan api. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnama et all., (2016) yang menyatakan bahwa Schima walilcii mampu hidup pada berbagai kondisi tanah, iklim dan habitat. Banyak dijumpai di dataran rendah hingga pegunungan, Schima walilcii juga banyak ditemukan di hutan- hutan sekunder dan wilayah yang terganggu, bahkan juga dipadang ilalang. Pohon dapat hidup dingga ketinggian 100 mdpl dan tidak memilih kondisi tekstur dan kesuburan tanah. Schima walilcii tergolong jenis tanaman cepat tumbuh ( Fast growing). Adapun hasil perhitungan Indek Keanekaragaman, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks Kemerataan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil perhitungan Indek Keanekaragaman, Indeks Kekayaan Jenis, dan Indeks Kemerataan

Tingkat Pertumbuhan

Indeks

Keanekaragaman Jenis (H’)

Indeks Kemerataan Jenis (E’)

Indeks Kekayaan Jenis (R’)

Semai 2,55 0,4 5,38

Pancang 2,69 0,4 8,08

Tiang 3,20 0,5 10,13

Pohon 2,36 0,3 9,38

Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener menggambarkan kekayaan jenis tumbuhan yang berada pada lokasi penelitian. Nilai indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis yang ditemukan. Semakin besar jumlah jenis dan variasi jumlah individu tiap jenis maka keanekaragaman suatu ekosistem akan semakin besar, dan sebaliknya.

Pada keanekaragaman jenis, Adapun total indeks keanekaragaman (H’) pada tingkat pertumbuhan semai yaitu 2.55, pancang 2.69, tiang 3.20, dan pohon

(30)

17

2.36 hal ini dapat diartikan bahwa tingkat keanekaragaman tergolong sedang. hal ini sesuai dengan pernyataan Parmadi (2016) yang menyatakan bahwa Nilai H’

dengan kriteria 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan > 3 tergolong tinggi. Semakin tinggi nilai keanekaragaman menunjukkan bahwa ekosistem tersebut semakin baik.

Nilai Indeks Kemerataan Jenis (E’) dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara tiap jenis dalam komunitas. Adapun nilai Indeks Kemerataan pada tingkat pertumbuhan semai adalah 0,4 yang tergolong sedang.

Sementara itu pada tingkat Pertumbuhan pancang terdapat nilai 0,4 yang tergolong sedang. Untuk tingkat pertumbuhan tiang terdapat nilai 0,5 yang tergolong sedang. Sedangkan pada pertumbuhan tingkat pohon mendapatkan nilai 0,3, yang tergolong dalam kriteria rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa kemerataan di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) tidak merata, hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawan et all.,(2018) yang menyatakan tidak Meratanya penyebaran ini diduga karena adanya persaingan tempat tumbuh bagi masing-masing jenis disamping adanya upaya pengayaan terhadap jenis-jenis yang ada terutama dari kelompok pohon penghasil buah-buahan dan jenis lain yang bermanfaat.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kekayaan tebesar terdapat pada tingkat pertumbuhan tiang yaitu dengan nilai 10,13 sedangkan terkecil terdapat pada tingkat pertumbuhan semai yaitu dengan nilai 5.38. hal ini sesuai dengan pernyataan Rachman dan Aditya (2017) yang menyatakan bahwa Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu luasan areal tertentu. Margalef mengusulkan indeks kekayaan jenis yang dikombinasikan dengan nilai kelimpahan/kerapatan individu pada setiap unit contoh yang berukuran sama yang ditempatkan pada habitat atau komunitas yang sama.

Pada plot penelitian saya, stratifikasi semua spesies tumbuhan dalam komuinitas nya mempunyai strata hampir rata yaitu Strata C. Merupakan kanopi penyusunan hutan. Tinggi pohon antara 4-20 meter. Lapisan ini memiliki variasi tinggi pohon, dan umumnya memiliki banyak percabangan serta tajuk pohon juga sangat rapat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa unsur struktur vegetasi dalam analisis vegetasi merupakan

(31)

18

bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk dan stratifikasi adalah distribusi tetumbuhan dalam 20 ruangan vertikal. Pada penelitian saya nilai pentingnya yaitu untuk mengetahui rujukan ilmiah terkait dengan kondisi lingkungan (eksternal) di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh dan spesies dominansi contoh nya seperti pakan burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) yaitu Porporan (Artocarpus integra Merr) dan ada juga tanaman beracun yaitu Aren (Arenga pinnata) dan Birah ( Alocasia arifolia ) yang ada di kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK) Pondok Buluh.

(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Keanekaragaman jenis yang ada di Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus (KHDTK) adalah tergolong sedang.

2. Pada Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus (KHDTK) Medang (Litsea Angulate BI) , Sabal, dan Puspa (Schima walilcii) merupakan spesies yang

Mendominasi.

Saran

Sebaiknya dilakukan observasi terhadap name tagging pada lokasi penelitian Kawasan Hutan dengan tujuan Khusus (KHDTK)

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alam S dan Hajawa. 2007. Peranan Sumberdaya Hutan Dalam Perekonomian Dan Dampak Pemungutan Rente Hutan Terhadap Kelestarian Hutan Di Kabupaten Gowa.

Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. 2015. Sampinur Vol VII. No Tahun2015. ISSN: 1978-564 X. Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Dairina A, Nur I S. Syampadzi N. R Rodlyan G. 2008. Analisis Vegetasi Ekosistem Hutan Mangrove KPH Banyumas Barat.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Gunawan W, Sambas B, Andry I, Lilik B P, Herwasono S. 2011. Analisis Komposisi Dan Struktur Vegetasi Terhadap Upaya Restorasi Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. JPSL Vol. (1) 2 : 93- 105 Desember 2011

Idris M H . Siti L. Irwan M L A. Endah W. Indriyatno. Rima V N. 2013.

Studi Vegetasi Dan Cadangan Karbon Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru, Bayan Lombok Utara.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta. 138 hal.

Irwanto. 2006. Analisis Struktur Dan Vegetasi Komposisi Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. Tesis. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta.

Martiningsih N E. Made S. Nandar S. 2015. Analisa Vegetasi Hutan Mangrove Di Taman Hutan Raya (Tahura) Bali. Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar. Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem. Volume 5. Nomor 9, Halaman 1-69

Mulia S. Murningsih. Jumari. 2017. Keanekaragaman Jenis Anggota Lauraceae Dan Pemanfaatannya Di Cagar Alam Dungus Iwul Kabupaten Bogor Jawa Barat. Jurnal Biologi, Volume 6 No 1, Januari 2017 Hal. 1-10

Nugroho A F. Iin I. Nandi K. 2017.Analisis Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (Studi Kasus Hutan Pendidikan Dan Latihan Gunung Walat).

(34)

21

Nuraina I. Fahrizal. Hari P. 2018. Analisa Komposisi Dan Keanekaragaman Jenis Tegakan Penyusun Hutan Tembawang Jelomuk Di Desa Meta Bersatu Kecamatan Sayan Kabupaten Melawi.

Parmadi E H. Irma D. Sofyatuddin K. 2016. Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove Di Kawasan Kuala Idi, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, Volume 1, Nomor 1 : 82 95 Januari – April 2016. Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan Dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.81/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016 Tentang Kerjasama Penggunaan Dan Pemanfaatan Kawasan Hutan Untuk mendukung Ketahanan Pangan.

Peters CM. 2004. Sustainable Harvest Of Non-Timber Plant Resources in Tropical Moist Forest: An Ecological Primer. Section I: The Ecology Of Tropical Trees And Forest: Washington,D.C.A Crash Course.Biodiversity Support Program.

Paiki K. John D K. Ervina I. Lisiard D. 2018. Distribusi Kelimpahan Dan Keanekaragaman Zooplankton Di Perairan Pesisir Yapen Timur, Papua.

Maspari Journal Juli 2018, 10(2):199-206

Purnama H. Jumani. Maya P B. 2016. Inventarisasi Distribusi Tegakan Puspa (Schima Wallichii Korth) Pada Berbagai Tipe Kelerengan Di Kebun Raya Unmul Samarinda (Krus) Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Agrifor Volume Xv Nomor 1, Maret 2016. Issn : 1412 – 6885.

Rachman E dan Aditya H. 2017. Potensi Keanekaragaman Jenis Vegetasi Untuk Pengembangan Ekowisata Di Cagar Alam Situ Panjalu. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry Ciamis. Jurnal WASIAN Vol.4 No.1 Tahun 2017:01-10

Rahmawaty 2004. Hutan: Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat.

Ramadhan A. 2008. Kajian Nilai Ekologi Melalui Inventarisasi Dan Nilai Indeks Penting (INP) Mangrove Terhadap Perlindungan Lingkungan Kepulauan Kangean.

Rikardo R. Agus P. Siti L. 2014. Potensi Dan Nilai Ekonomi Cadangan Karbon Di Hutan Pendidikan Dan Pelatihan Pondok Buluh

Septiawan W. Indriyanto. Duryat. 2017. Jenis Tanaman, Kerapatan, Dan Stratifikasi Tajuk Pada Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Rukun Makmur 1 Di Register 30 Gunung Tanggamus, Lampung.

Soerianegara I dan Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas IPB.

Bogor.

(35)

22

Susilo. 2017. Analisis Vegetasi Mangrove (Rhizophora) di Pesisir PantaiPulau Menjangan Besar Karimunjawa.

Syamsu Alam Dan Hajawa. 2007. Peranan Sumberdaya Hutan Dalam Perekonomian Dan Dampak Pemungutan Rente Hutan Terhadap Kelestarian Hutan Di Kabupaten Gowa.

Wandi. Hanna A E. Tri W. 2016. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Penyusun Tembawang Di Desa Bangun Sari Kecamatan Teriak Kabupaten Bengkayang. Jurnal Hutan Lestari (2016) Vol. 4 (4) : 478 – 485.

Yuliantoro D. Dodi F. 2019. Analisis Vegetasi Tumbuhan di Sekitar Mata Air Pada Dataran Tinggi dan Rendah Sebagai Upaya Konservasi Mata Air di

Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah

Yulianus. D. Komul, A. Sahupalla, I. Irwanto 2013. Struktur Dan Komposisi Hutan Alam Dataran Rendah Dan Perbukitan Pada Wilayah Kecamatan Teon Nila Serua Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

(36)

23

LAMPIRAN

(37)

24

Lampiran 1. Pengukuran Analisis Vegetasi

Pengukuran diameter pohon

Pengukuran jumlah individu pada tingkat semai dan pancang

(38)

25

Pengukuran tinggi pohon

Lampiran 2. Analisis Data Kelimpahan Jenis Hutan alam Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Buluh, Kabupaten Simalungun Tabel 1. Analisis Data Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pertumbuhan Semai

No Spesies Family Ʃind K (ind/ha) KR (%) Ʃplot F FR (%) INP (%) Pi Pi ln Pi H' ln (n) S-1 R' E'

1 Sabal 185 770.83 15.76 105 0.18 13.36 29.12 0.16 -0.29 2.55 7.07 38 5.38 0.4

api-api 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

bakbahan 9 37.50 0.77 7 0.01 0.89 1.66 0.01 -0.04

boji-boji 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

habung-habung 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

hamota 4 16.67 0.34 5 0.01 0.64 0.98 0.00 -0.02

hapas-hapas 5 20.83 0.43 3 0.01 0.38 0.81 0.00 -0.02

hitaruk 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

hoting 78 325.00 6.64 54 0.09 6.87 13.51 0.07 -0.18

jengkol 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

kaliandra 52 216.67 4.43 40 0.07 5.09 9.52 0.04 -0.14

kemenyan merah 15 62.50 1.28 14 0.02 1.78 3.06 0.01 -0.06

kopi 73 304.17 6.22 47 0.08 5.98 12.20 0.06 -0.17

loba 82 341.67 6.98 58 0.10 7.38 14.36 0.07 -0.19

losa 4 16.67 0.34 3 0.01 0.38 0.72 0.00 -0.02

mayang 113 470.83 9.63 79 0.13 10.05 19.68 0.10 -0.23

medang 313 1304.17 26.66 163 0.27 20.74 47.40 0.27 -0.35

meranti 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

monang sakupal 4 16.67 0.34 4 0.01 0.51 0.85 0.00 -0.02

mundul 23 95.83 1.96 20 0.03 2.54 4.50 0.02 -0.08

murak 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

papolsik 2 8.33 0.17 5 0.01 0.64 0.81 0.00 -0.01

pirdot 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

pitaarus 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

poropolum 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

porporan 25 104.17 2.13 18 0.03 2.29 4.42 0.02 -0.08

pulai 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

puspa 42 175.00 3.58 34 0.06 4.33 7.90 0.04 -0.12

rasamala 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

salam 51 212.50 4.34 45 0.08 5.73 10.07 0.04 -0.14

sambisu 1 4.17 0.09 1 0.00 0.13 0.21 0.00 -0.01

samduduk 13 54.17 1.11 8 0.01 1.02 2.13 0.01 -0.05

sampinur bunga 22 91.67 1.87 16 0.03 2.04 3.91 0.02 -0.07

sandri 10 41.67 0.85 10 0.02 1.27 2.12 0.01 -0.04

sirih-sirihan 8 33.33 0.68 7 0.01 0.89 1.57 0.01 -0.03

sitarak 13 54.17 1.11 12 0.02 1.53 2.63 0.01 -0.05

sitolu hulung 6 25.00 0.51 3 0.01 0.38 0.89 0.01 -0.03

soparhudun 2 8.33 0.17 2 0.00 0.25 0.42 0.00 -0.01

tambisu 1 4.17 0.09 5 0.01 0.64 0.72 0.00 -0.01

total 1174 4891.67 100.00 786 1.31 100.00 200.00

Gambar

Gambar 2. Lokasi penelitian di Hutan Dengan Tujuan Khusus Pondok Buluh
Gambar 3. Tata Letak Plot Pengamatan
Tabel 2. Analisis Data Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pertumbuhan Pancang
Tabel 3. Analisis Data Analisis Vegetasi Pada Tingkat Pertumbuhan Tiang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dokumentasi Wawancara Nara sumber di Hutan Diklat Pondok Buluh. Dokumentasi Skrining Fitokimia

Pengukuran karbon tumbuhan bawah pada Hutan Diklat Pondok Buluh perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kepentingan hutan tersebut dalam menyimpan karbon sebagai salah satu

Pengukuran karbon serasah dan nekromassa pada Hutan Diklat Pondok Buluh perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kepentingan hutan tersebut dalam menyimpan karbon sebagai salah

Pengukuran karbon serasah dan nekromassa pada Hutan Diklat Pondok Buluh perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kepentingan hutan tersebut dalam menyimpan karbon sebagai salah

Hasil Uji Independent Sample T Test Karbon Serasah dan Nekromassa Pada Tegakan Arboretum dan Hutan Lindung Hutan Diklat Pondok

Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok informan yakni masyarakat dari lima desa yang berbatasan atau berada di dalam Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan tingkat tiang dan pohon pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Bukit Suligi..

Berdasarkan potensi kawasan, permasalahan dan kendala pengelolaan serta mengacu pada rencana pengelolaan KHDTK untuk Hutan Penelitian Samboja dengan jangka waktu 10