• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik demografi partisipan yang meliputi usia, jenis kelamin dan indeks prestasi kumulatif dapat dilihat dari tabel 3. Melalui tabel tersebut diketahui jika karakteristik demografi partisipan dalam penelitian ini cukup bervariasi. Rentang usia partisipan antara 18 hingga 23 tahun dengan partisipan paling banyak berusia 20 tahun. Sebanyak 73,1% partisipan berjenis kelamin perempuan dan mayoritas partisipan memiliki indeks prestasi diatas 3,00.

13 Tabel 3. Karakteristik Partisipan

Karakteristik Demografi Jumlah Partisipan Persentase (%)

Usia 18 5 4,2 19 25 21 20 65 54,6 21 19 16 22 3 2,5 23 2 1,7

Jenis Kelamin Laki-Laki 32 26,9

Perempuan 87 73,1 Indeks Prestasi Kumulatif 2,50 – 2,99 15 12,6 3,00 – 3,50 59 49,6 > 3, 50 45 37,8

Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 119 mahasiswa yang terbagi ke dalam 4 sel. Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah partisipan untuk semua sel hampir sama. Melalui tabel tersebut juga dapat diketahui hasil dari pengecekan manipulasi yang dilakukan melalui uji pemahaman atas peran dan situasi yang dihadapi oleh subyek penelitian. Subyek dinyatakan lolos manipulasi jika dapat menjawab minimal dua dari tiga pertanyaan yang disajikan dengan benar. Dengan demikian, 100% subyek dalam masing-masing sel yang mengikuti eksperimen dinyatakan lolos manipulasi.

Tabel 4. Sebaran Subyek Penelitian dan Pengecekan Manipulasi Sel Kemungkinan adanya

tax amnesty berulang

Pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak

Jumlah partisipan Jumlah partisipan lolos manipulasi N % n % 1 2 3 4

1 Tahu Lingkungan Patuh 29 24,4 29 100

2 Tahu Lingkungan Tidak Patuh 30 25,2 30 100 3 Tidak Tahu Lingkungan Patuh 29 24,4 29 100 4 Tidak Tahu Lingkungan Tidak Patuh 31 26,1 31 100 Total Jumlah Partisipan 119 100 100 100 Ket∶2 = 1

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑛𝑥 100%

4 =3

1𝑥 100%

Dalam penelitian eksperimen, hal pertama yang perlu dipastikan adalah kefektifan randomisasinya. Oleh sebab itu, guna memastikan kefektifan randomisasi, masih perlu adanya pengujian statistik yang lebih lanjut. Suatu randomisasi dianggap efektif jika tidak ada pengaruh karakteristik demografi terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Pengujian statistik guna melihat hasil dilakukan dengan One Way ANOVA dan hasil pengujian tersebut disajikan pada tabel 5 dibawah ini.

14 Tabel 5. Hasil Pengujian Randomisasi Karakteristik Demografi

Variabel Independen Kepatuhan Wajib Pajak F-Statistik Sig

Usia 0,225 0,951

Jenis Kelamin 0,047 0,828

Indeks Prestasi Kumulatif 0,182 0,834

Berdasarkan hasil pengujian One Way ANOVA dalam tabel 5, diketahui jika tidak terdapat pengaruh karakteristik demografi baik dari sisi usia, jenis kelamin dan indeks prestasi kumulatif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut terlihat dari tingkat signifikansi dari semua variabel karakteristik demografi yang berada diatas 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian antar sel penelitian nantinya benar-benar dikarenakan oleh adanya manipulasi yang diberikan pada masing-masing sel dan bukan akibat dari perbedaan karakteristik demografi subyek penelitian. Dengan kata lain, variabel yang berpotensi mengganggu hubungan antara variabel independen (pengetahuan tax amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak) dengan variabel dependen (kepatuhan pajak) sudah dapat dikontrol.

Pengujian manipulasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan bahwa partisipan sudah menerima manipulasi dengan baik. Melalui pengujian independent sample t-test, dapat diketahui keberhasilan manipulasi pengetahuan wajib pajak mengenai kemungkinan adanya tax amnesty di periode yang akan datang dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak. Skor pengetahuan tax amnesty berulang dari sel 1 dan 2 (tahu adanya tax amnesty) akan dibandingkan dengan sel 3 dan 4 (tidak tahu adanya tax amnesty), sedangkan skor pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan wajib pajak dari sel 1 dan 3 (pengaruh lingkungan patuh) dibandingkan dengan sel 2 dan 4 (pengaruh lingkungan tidak patuh). Hasil statistik pengujian manipulasi terlihat dalam tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil Pengujian Manipulasi Pengetahuan Kemungkinan Tax Amnesty dan Pengaruh Norma Sosial

Varibel Rerata Sig

Pengetahuan Kemungkinan Tax Amnesty berulang

Tahu 74,23

0,000*

Tidak Tahu 46,16

Pengaruh Norma Sosial Lingkungan Patuh 81,89

0,000* Lingkungan Tidak Patuh 56,06

Keterangan: * signifikan pada α 5%

Tampak pada tabel 6 perbedaan skor antar kelompok eksperimen berdasarkan pengetahuan kemungkinan adanya tax amnesty di periode kedepan dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan. Skor kelompok yang tahu adanya tax amnesty di

15 periode kedepan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan skor partisipan pada kelompok yang tidak tahu adanya tax amnesty (sig 0,000 < 0,05). Begitu juga skor kelompok yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh berbeda signifikan dengan skor kelompok berlingkungan buruk pada tingkat signifikansi 5%. Kelompok yang tahu pelaksanaan ulang tax amnesty memiliki rata-rata skor kepatuhan yang lebih tingi dari kelompok yang tidak tahu, begitu juga kelompok yang memiliki lingkungan sosial yang patuh terhadap sistem perpajakan memiliki rata-rata skor kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok sebaliknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manipulasi pengetahuan adanya tax amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan wajib pajak berhasil dilaksanakan.

Analisis Data

Efek utama dalam penelitian eksperimen ini dapat dilihat dari pengetahuan kemungkinan adanya tax amnesty (H1 dan H2). Perbedaan kepatuhan pengetahuan penerapan tax amnesty dapat diketahui dengan membandingkan skor kepatuhan yang tahu adanya tax amnesty (sel 1 dan sel 2) dengan yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang (sel 3 dan sel 4). Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada tabel 7 diketahui jika terdapat perbedaan rata-rata skor kepatuhan antara wajib pajak yang tahu dan yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang. Rata-rata skor kepatuhan wajib pajak yang tidak tahu adanya tax amnesty adalah 70,91 dimana nilai tersebut lebih tinggi daripada wajib pajak yang tahu adanya tax amnesty berulang dengan rata-rata skor kepatuhan hanya bernilai 56,23. Dengan nilai signifikasi 0,000 yang berada dibawah 0,05 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kepatuhan wajib pajak yang tidak tahu dengan yang tahu atas penerapan tax amnesty berulang, maka hipotesis pertama dapat diterima. Dengan demikian dapat dikatakan jika wajib pajak yang tidak tahu penerapan tax amnesty berulang akan menghasilkan kepatuhan yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan wajib pajak yang tahu.

Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis Hipote

sis Variabel

Rerata Tingkat

Kepatuhan Sig 1 Pengetahuan Adanya Amnesty Tax

Berulang

Tahu 56,23

0,000*

Tidak Tahu 70,91

2 Pengaruh Norma Sosial Lingkungan Patuh 70,20 0,001* Lingkungan Tidak Patuh 57,39

3

Interaksi Pengetahuan Adanya Tax Amnesty Berulang dan Pengaruh Norma Sosial

Tahu-Lingkungan Patuh 61,72

0,000* Tahu-Lingkungan Tidak Patuh 50,93

Tidak Tahu-Lingkungan Patuh 78,68 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh 63,64

16 Keterangan: * signifikan pada α 5%

Sementara itu, guna mengetahui efek utama pengaruh norma sosial maka dilakukan pembandingan skor kepatuhan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan patuh (sel 1 dan 3) dengan yang berpengaruh lingkungan tidak patuh (sel 2 dan 4). Hipotesis kedua menyatakan jika lingkungan sosialnya memiliki sikap patuh akan menghasilkan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil pengujian menggunakan independent sample t-test pada tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor kepatuhan wajib pajak yang memiliki lingkungan sosial yang patuh yaitu 70,20 yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor kepatuhan wajib pajak yang memiliki lingkungan sosial yang tidak patuh yakni hanya 57,39. Dengan nilai signifikasi 0,001, berarti hipotesis kedua dapat diterima pada signifikansi α=5%, sehingga wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan patuh akan menghasilkan kepatuhan yang lebih tinggi daripada wajib pajak yang memiliki lingkungan yang tidak patuh dan perbedaan kepatuhan wajib pajak untuk patuh berdasarkan lingkungan tersebut signifikan.

Berdasarkan hasil pengujian diatas juga dapat diketahui hasil interaksi antara variabel pengetahuan terhadap tax amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam kondisi wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang, wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh diharapkan akan memiliki kepatuhan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok wajib pajak lainnya. Rata-rata skor kepatuhan pada wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh menghasilkan nilai yang paling tinggi yakni 78,68, sementara wajib pajak yang tahu adanya tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang tidak patuh memiliki skor kepatuhan yang paling rendah yaitu 50,93. Melalui pengujian interaksi menggunakan two way anova diperolah tingkat signifikansi 0,000 sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat diterima pada signifikansi α=5%. Rerata skor kepatuhan wajib pajak yang berada dalam sel 3 (tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh terhadap sistim pajak) paling tinggi dibandingkan sel-sel lainnya.

17 Tabel 8. Hasil Pengujian Perbedaan Kepatuhan Antar Sel

Interaksi Pengetahuan Tax Amnesty-Lingkungan Sosial Koefisien Sig Sel 1 Tahu-Lingkungan

Patuh

Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh

10,79 -16,96 -1,92 0,139 0.005* 0,980 Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh

Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh

-10,79 -27,75 -12,71 0,139 0,000* 0,052** Sel 3 Tidak Tahu-

Lingkungan Patuh

Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh

16,96 27,75 15,04 0,005* 0,000* 0,015* Sel 4 Tidak Tahu-

Lingkungan Tidak Patuh

Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh

1,92 12,71 -15,04 0,980 0,052** 0,015* Ket : *signifikan pada α=5% ** signifikan pada α=10%

Signifikansi perbedaan kepatuhan antar sel dalam eksperimen ini terlihat pada tabel 8 diatas. Berdasarkan tabel tersebut terlihat jika kepatuhan antara sel 3 dan sel-sel lainnya (sel 1, 2 dan 4) berbeda secara signifikan. Artinya, kepatuhan wajib pajak yang berada dalam kondisi tidak tahu penerapan tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak berbeda dengan kepatuhan wajib pajak yang berada dalam kondisi lainnya. Menurut rata-rata skor kepatuhan (tabel 8) terlihat bahwa wajib pajak yang tidak tahu penerapan tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak ternyata menghasilkan derajat patuh yang paling tinggi.

Disisi lain, ternyata tidak ada perbedaan kepatuhan yang signfikan bagi wajib pajak yang tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh (sel 1) dengan wajib pajak pada sel 4 yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang tidak patuh (sig 0,980 > 0,05). Kepatuhan wajib pajak yang berada pada sel 2 yakni wajib pajak yang tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang tidak patuh juga ternyata berbeda dengan kepatuhan wajib pajak yang berada pada sel lainnya. Menurut rata-rata skor kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 8, kepatuhan wajib pajak yang tahu dan berpengaruh lingkungan tidak patuh memiliki derajat yang paling rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa wajib pajak yang tidak mengetahui pelaksanaan tax amnesty berulang memiliki sikap patuh yang tinggi terhadap pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian (Alm 1998) yang mengatakan bahwa amnesti pajak dapat mengurangi kepatuhan jika pembayar pajak yang jujur membenci

18 pengampunan pajak yang diberikan pada penipuan pajak (dan jika orang percaya amnesti dapat diulang kembali).

Meskipun beberapa penelitian membuktikan bahwa adanya pengampunan pajak akan berimplikasi pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak (Ngadiman dan Huslin, 2015; Puspareni, Purnamawati dan Wahyuni, 2017) namun jika penerapan pengampunan pajak dilakukan berulang maka akan menimbulkan ketidakpatuhan. Amnesti pajak yang dilakukan sekali saja dan didukung oleh mekanisme sanksi yang lebih ketat dapat memfasilitasi kemauan membayar pajak. Gerger (2012) berpendapat bahwa amnesti mengurangi kepatuhan pajak pasca amnesti, karena pengenalan terhadap amnesti meningkatkan ekspektasi wajib pajak pada amnesti berulang. Alasan terpenting dalam menentang tax amnesty berulang adalah karena hal itu bertentangan dengan prinsip keadilan.

Ketika otoritas pemerintah membahas pengenalan amnesti pajak, mereka harus secara khusus menekankan bahwa bukan tujuan mereka untuk membiarkan orang melarikan diri tanpa sanksi yang pantas. Sebagai gantinya, mereka harus mengkomunikasikan bahwa wajib pajak yang menggunakan fasilitas amnesti pajak harus membayar sebagian hutang mereka dan menunjukkan kemauan untuk membayar semua pajak mereka dengan jujur di masa mendatang. Melalui amnesti pajak orang-orang yang sebelumnya menghindari pajak diberi kesempatan untuk kembali patuh, yang pada akhirnya menguntungkan semua pembayar pajak (Rechberger, et al. 2010).

Hasil penelitian juga mendukung hipotesis kedua menunjukkan jika wajib pajak yang merasa bahwa lingkungannya memiliki sikap patuh akan mendorong wajib pajak untuk bersikap patuh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayat dan Nugroho (2010) yang mengatakan bahwa pengaruh tekanan sosial yang cukup besar menggambarkan besarnya pengaruh lingkungan terhadap kepatuhan wajib pajak, semakin besar tekanan sosial dari lingkungan untuk bersikap patuh terhadap pajak, semakin besar pula niat individu tersebut untuk patuh terhadap pajak.

Interaksi antara pengetahuan wajib pajak mengenai tax amnsty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan perpajakan berhasil ditunjukkan dalam penelitian ini. Dalam kondisi wajib pajak yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang, dan memiliki pengaruh lingkungan sosial yang patuh terhadap sistem perpajakan akan menghasilkan kepatuhan wajib pajak yang paling tinggi. Hal ini sejalan dengan argumen diatas yang menjelaskan jika wajib pajak mengantisipasi amnesti pajak lebih lanjut (dalam hal ini berarti wajib pajak mengetahui

19 adanya amnesti pajak), mereka dapat menurunkan kepatuhan pajak mereka, dengan kata lain jika wajib pajak tidak mengetahui tax amnesty berulang, maka mereka akan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi (Rechberger, et al. 2010) dan pengaruh norma sosial juga dapat mempengaruhi wajib pajak untuk patuh terhadap sistem perpajakan Hidayat dan Nugroho (2010). Oleh sebab itu, jika wajib pajak tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan didukung dengan lingkungan wajib pajak yang patuh terhadap pajak akan semakin meningkatkan kepatuhannya.

Hal tersebut juga sesuai dengan matriks eksperimen yang menjelaskan jika kepatuhan wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh berbeda secara signifikan dengan wajib pajak yang tahu adanya penerapan tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang tidak patuh. Hal ini mendukung argumen diawal penelitian jika wajib pajak tidak tahu adanya pengulangan tax amnesty dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak akan dapat semakin mendorong wajib pajak untuk patuh.

Dengan demikian, pemerintah perlu berupaya untuk menghapuskan tax amnesty dan memperbaiki kinerja serta sistem perpajakan supaya wajib pajak yang patuh atau tidak tahu adanya tax amnesty berulang merasakan keadilan dan memiliki pengaruh lingkungan yang baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar kewajiban perpajakan mereka.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan wajib pajak atas penerapan tax amnesty berulang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Jika wajib pajak tidak mengetahui adanya pengulangan tax amnesty maka hal tersebut akan mendorong kepatuhan wajib pajak. Pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak juga berperan dalam menentukan kepatuhan. Wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh akan menunjukkan kepatuhan yang lebih tinggi dari pada yang memiliki pengaruh ligkungan yang tidak patuh. Disamping itu juga, terdapat interaksi antara pengetahuan tax amnesty berulang dan pengaruh norma sosial dalam penelitian, dimana keduanya dapat secara bersama-sama mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Bahkan hasil penelitian menunjukkan konsisten matriks eksperimen yakni, jika wajib pajak berada dalam kondisi tidak tahu adanya tax amnesty berulang maka wajib pajak yang juga memiliki pengaruh lingkungan baik akan menunjukkan drajat

20 kepatuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang berada pada situasi sebaliknya.

IMPLIKASI

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan pengulangan program tax amnesty dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak. Ketidaktahuan wajib pajak terhadap pengulangan program tax amnesty dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak ternyata dapat mendorong wajib pajak untuk patuh. Penelitian ini berkontribusi terhadap pengembangan penelitian terkait dengan kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah untuk mempertimbangkan apakah perlu adanya tax amnesty berulang jika dilihat dari pengaruh tax amnesty yang dilakukan berulang ternyata dapat mengurangi tingkat kepatuhan, serta pemerintah dapat mempertimbangkan pendekatan secara psikologis kepada wajib pajak daripada memberikan teguran berupa sanksi dan denda dalam upayanya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian dapat membantu pemerintah untuk lebih memperhatikan pengaruh norma sosial dalam meningkatkan kepatuhan pajak. Individu yang berada dalam kondisi yang membingungkan seperti adanya isu tax amnesty berulang akan melihat persepsi individu lain dalam menentukan tindakannya. Hasil ini menyiratkan bahwa pemerintah dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak dapat mengambil tindakan berupa kampanye kepada kelompok masyarakat untuk lebih taat melaksanakan kewajiban perpajakan, memastikan bahwa masyarakat menganggap sistem pajak adil dan dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

Dokumen terkait