• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Produktivitas Unit Penangkapan Ikan

Tingkat produktivitas suatu unit penangkapan dapat diestimasi dengan pendekatan produktivitas per trip untuk mengetahui tingkat produktivitas unit penangkapan ikan togo yang dioperasikan di sungai dan togo yang dioperasikan di tambak. Pendekatan yang digunakan dapat digambarkan pada setiap musim penangkapan ikan (musim puncak, musim sedang dan musim paceklik). Hasil wawancara dengan 3 nelayan tambak dan 3 nelayan sungai menyebutkan bahwa kedua togo memiliki bulan yang berbeda pada tiap musim. Musim penangkapan

ikan terbagi menjadi musim puncak, musim sedang dan musim paceklik (Tabel 4). Musim puncak adalah musim dimana aktivitas nelayan sangat tinggi. Musim puncak ditandai dengan berlimpahnya hasil tangkapan. Musim puncak pada alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai berlangsung selama empat bulan yaitu dimulai pada bulan September hingga bulan Desember. Musim sedang merupakan musim pada saat jumlah ikan hasil tangkapan tidak melimpah dan tidak pula menurun. Musim sedang biasanya berlangsung selama 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Januari hingga bulan Maret, sedangkan musim paceklik pada bulan april hingga agustus. Musim paceklik merupakan musim pada saat jumlah ikan hasil tangkapan berkurang dibandingkan dengan musim lainnya. Musim puncak togo yang dioperasikan di tambak ialah bulan Desember hingga April, musim sedang September hingga November dan musim paceklik Mei hingga Agustus.

Tabel 4 Pola musim penangkapan togo

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Togo yang dioperasikan di sungai Togo yang dioperasikan di tambak

Sumber: data primer diolah (2016) Keterangan:

= Musim Puncak = Musim Sedang = Musim Paceklik

Umumnya produktivitas trip meningkat dari musim paceklik hingga musim puncak. Produksi hasil tangkapan unit penangkapan togo yang dioperasikan di sungai terbesar ialah saat musim puncak dengan total 10 trip sebanyak 314.67 kg yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil tangkapan 3 responden (Lampiran 7) dengan nilai produktivitas 31.47 kg/trip. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, jumlah trip rata-rata saat musim puncak untuk alat tangkap ini ialah 16 trip per bulan atau 64 trip saat musim puncak. Musim sedang untuk jenis alat tangkap ini diperoleh sebanyak 675 kg dengan nilai produktivitas 19.74 kg/trip, yang mana saat musim paceklik hasil tangkapan menurun sekitar 19% mencapai 270 kg dari total 31 trip dengan nilai produktivitas 8.64 kg/trip (Tabel 5).

Tabel 5 Produktivitas trip alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai berdasarkan musim penangkapan

Musim Produksi (kg) Trip Kg/Trip

Musim puncak (Sep-Des) 314.67 10 31.47

Musim sedang (Jan-Mar) 675.00 34 19.74

Musim paceklik (Apr-Agt) 270.00 31 8.64

Unit penangkapan togo yang dioperasikan di tambak memiliki nilai terbesar pada musim puncak yaitu sebanyak 1389.67 kg dari 26 trip dengan nilai

produktivitas 53.45 kg/trip yang diperoleh melalui pencatatan langsung pada bulan Januari hingga Maret, dan melalui wawancara untuk penentuan bulan April dan Desember dengan jumlah trip rata-rata saat musim puncak yaitu 7-9 trip per bulan atau 45 trip. Nilai produktivitas terkecil yaitu 18.89 kg/trip pada musim paceklik sebesar 170 kg dari 23 trip dengan perkiraan per musim dapat mencapai 30 trip (Lampiran 8). Kenaikan hasil tangkapan dari musim paceklik ke musim sedang yaitu sekitar 14% dengan kenaikan sebesar 14.45 kg/trip menjadi 33.44 kg/trip saat musim sedang dari 34 trip (Tabel 6).

Tabel 6 Produktivitas trip alat tangkap togo yang dioperasikan di tambak berdasarkan musim penangkapan

Musim Produksi (kg) Trip Kg/Trip

Musim puncak (Des-Apr) 1389.67 26 53.45

Musim sedang (Sep-Nov) 434.67 13 33.44

Musim paceklik (Mei-Agt) 170.00 9 18.89

Aktivitas penangkapan dan penggunaan waktu kerja pada saat musim sedang relatif tinggi, akan tetapi hasil tangkapan yang diperoleh nelayan relatif lebih sedikit dari hasil yang diperoleh nelayan pada musim puncak. Tinggi rendahnya nilai produktivitas terkait dengan jumlah upaya penangkapan yang dilakukan dan jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.

Penilaian produktivitas trip alat tangkap juga dapat dilihat dari periode waktu dengan pembagian periode pertama dari bulan Januari hingga Maret, periode kedua bulan April hingga Agustus dan periode ketiga yaitu bulan September hingga Desember. Unit penangkapan togo yang dioperasikan di sungai pada periode bulan September hingga Desember dengan total kg/trip dapat mencapai 126.69 kg/trip dengan rata-rata 31.67 kg/trip dan turun hingga 20% pada periode Januari hingga Maret mencapai 19.72 kg/trip, diikuti penurunan kembali hingga 19% pada periode April hingga Agustus (Tabel 7).

Tabel 7 Produktivitas trip alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai berdasarkan periode waktu

Periode Bulan Produksi

(kg) Trip Total Kg/Trip Rata-rata Kg/Trip Januari – Maret 675.00 34 59.17 19.72 April – Agustus 270.00 31 41.63 8.33 September- Desember 314.67 10 126.69 31.67

Unit penangkapan togo yang dioperasikan di tambak berdasarkan tiga periode waktu memiliki total kg/trip tidak terlalu berbeda secara signifkan dengan range 130 hingga 160 kg/trip. Nilai terbesar diperoleh pada periode bulan Januari hingga Maret dengan total kg/trip dapat mencapai 158.33 kg/trip dengan rata-rata 52.78 kg/trip dan turun hingga 23% pada periode April hingga Agustus sebesar 26.11 kg/trip. Kenaikan terjadi pada periode September hingga Desember hingga 10% dengan rata-rata 37.60 kg/trip (Tabel 8).

Tabel 8 Produktivitas trip alat tangkap togo yang dioperasikan di tambak berdasarkan periode waktu

Periode Bulan Produksi

(kg) Trip Total Kg/Trip Rata-rata Kg/Trip Januari – Maret 489.67 9 158.33 52.78 April – Agustus 670.00 18 130.56 26.11 September - Desember 834.67 21 150.38 37.60

Dilihat dari komposisi hasil tangkapan yang diperoleh dari 10 kali ulangan di sungai dan 10 kali ulangan di tambak dari masing-masing 3 responden, jumlah total hasil tangkapan yang diperoleh di sungai sebesar 944 kg sedangkan di tambak sebesar 1573 kg. Hasil tangkapan utama di sungai didominasi oleh udang peci (Penaeus indicus) sebesar 546 kg (58%), dengan jumlah hasil tangkapan udang jerbung (Penaeus merguiensis) sebesar 195.2 kg (21%), udang lampis (Acetes indicus) sebesar 90.9 kg (10%) dan ikan lainnya sebesar 111.9 kg (12%). Hasil tangkapan yang diperoleh di tambak dominasi oleh udang peci sebesar 1337.7 kg (85%) sementara udang geragai (Penaeus sp.) sebesar 215.2 kg (14%) dan ikan lainnya sebesar 20.1 kg (1%). Adapun hasil tangkapan sampingan kedua alat tangkap antara lain sepat siam (Trichogaster pectoralis), sepat rawa (Trichogaster trichopterus), gabus (Channa striata), betok (Anabas testudineus),

tambakan (Helostoma temminckii), baung (Mystus nemurus), senangin

(Eleuteronema spec.), lundu (Mystus Gulio), lais lampok (Cryptopterus limpok), lele (Clarias spp.), kakapar (Peristolepis fasciatus), patin (Pangasius pangasius), toman (Channa micropeltes), seluang (Rasbora sp), biawan (Helestoma temincki), bandeng (Chanos chanos) dan lais (Kryptopterus macrocephalus).

Jumlah dan Ukuran Hasil Tangkapan Udang Penaeus indicus

Peneaus indicus pada kedua alat tangkap togo memiliki jumlah dan ukuran yang berbeda yang mana jumlah maupun ukuran udang pada alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai memiliki jumlah hasil tangkapan dengan range 9 kg –

12 kg dan panjang total hasil tangkapan dengan range 7 cm – 9 cm saat musim puncak (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah hasil tangkapan dan panjang total rata-rata udang peci pada alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai saat musim puncak tahun 2015 Waktu Pengoperasian Jumlah Rata-rata (kg) Rata-rata (cm) 27 September 11.17 7.63 28 September 10.00 7.59 17 Oktober 10.20 7.66 23 Oktober 11.70 7.63 24 Oktober 10.63 7.36 13 November 11.67 8.12 14 November 9.17 8.19 28 November 10.27 8.72 29 November 10.63 7.99

Ukuran panjang hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian dibagi menjadi 10 selang kelas dengan nilai tertinggi terdapat pada selang kelas 6.7 cm –

7.7 cm dengan nilai tengah 7.2 cm, diikuti selang kelas dengan nilai tengah 8.3 cm dengan selisih 12 angka (Gambar 9).

Gambar 9 Distribusi frekuensi panjang total udang peci di sungai

Alat tangkap togo yang dioperasikan di tambak memiliki jumlah hasil tangkapan dengan range 30 kg – 55 kg dan panjang total hasil tangkapan dengan range 9 cm – 10.5 cm saat musim puncak (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah hasil tangkapan dan panjang total rata-rata udang peci pada alat tangkap togo yang dioperasikan di tambak saat musim puncak tahun 2015

Waktu Pemanenan Jumlah

Rata-rata (kg) Rata-rata (cm) 09 Januari 46.67 10.43 14 Januari 47.10 9.91 20 Januari 52.30 9.86 29 Januari 55.13 10.08 13 Februari 45.90 9.93 21 Februari 33.23 10.45 06 Maret 40.67 10.08 20 Maret 43.33 10.27 27 Maret 50.40 9.62

Ukuran panjang hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian dibagi menjadi 10 selang kelas dengan nilai tertinggi terdapat pada selang 10 cm – 11 cm dengan nilai tengah 10.5 cm, diikuti selang kelas dengan nilai tengah 11.6 cm (Gambar 10). 0 50 100 150 200 250 2,8 3,9 5 6,1 7,2 8,3 9,4 10,5 11,6 12,7 F re k u en si

Gambar 10 Distribusi frekuensi panjang total udang peci di tambak

Pengujian menggunakan independent sample test dilakukan untuk

mengetahui dan membuktikan apakah ada perbedaan dari jumlah dan ukuran hasil tangkapan Penaeus indicus pada kedua jenis togo berdasarkan data hasil tangkapan saat musim puncak pada tiap jenis alat tangkap (Tabel 4). Pengujian dilakukan dengan menggunakan data hasil tangkapan rata-rata 3 nelayan yang dioperasikan di sungai (Lampiran 5) maupun di tambak (Lampiran 6) per trip.

Berdasarkan uji probabilitas diketahui bahwa nilai signifikansi p=0.000 karena p <0.05 berarti terdapat perbedaan jumlah udang (kg) pada kedua alat tangkap dalam satu kali trip penangkapan dengan selisih jumlah di tambak lebih tinggi dibandingkan di sungai yaitu 46.08 kg > 10.60 kg. Jika dilihat dari nilai t, diketahui bahwa thit=16.13 dengan ttab=2.12, thit > ttab berarti tolak hipotesis (Lampiran 9). Oleh karena itu, berdasarkan kedua penilaian terdapat perbedaan jumlah hasil tangkapan antara togo yang di sungai dan di tambak. Pengujian pada ukuran udang menunjukkan p=0.000, p <0.05 didukung dengan nilai thit > ttab, yaitu 13.10 > 2.12 yang berarti juga terdapat perbedaan ukuran pada kedua alat tangkap dengan selisih ukuran di tambak lebih tinggi dibandingkan ukuran di sungai yaitu 10.07 cm > 7.87 cm (Lampiran 10).

Kelayakan Usaha

Aspek finansial pada perikanan togo dilakukan dengan analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis usaha meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue-cost ratio), analisis waktu balik modal (payback period), dan analisis Return on Investement (ROI). Analisis kriteria investasi digunakan untuk mengukur menyeluruh tentang baik atau tidaknya suatu proyek. Analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan

Internal Rate of Return (IRR). Perlu dilihat beberapa aspek untuk melakukan analisis yaitu investasi, biaya usaha (biaya variabel dan biaya tetap) serta penerimaan.

Investasi

Investasi merupakan biaya pengeluaran pada tahap persiapan usaha penangkapan togo. Komponen kedua jenis togo berbeda bergantung kebutuhan.

0 50 100 150 200 250 2,8 3,9 5 6,1 7,2 8,3 9,4 10,5 11,6 12,7 F r e k u e n si

Biaya yang dibutuhkan togo yang dioperasikan di sungai ialah untuk pembelian kapal, mesin, dan alat tangkap, sedangkan togo yang dioperasikan di tambak ialah tambak dan jaring. Komponen investasi unit penangkapan togo di sungai terdiri atas 1 unit kapal sebesar Rp3 500 000 dengan umur teknis selama 5 tahun, 1 unit mesin kapal sebesar Rp1 000 000 dengan umur teknis selama 5 tahun, jaring togo 1 unit sebesar Rp2 000 000 dengan umur teknis selama 8 tahun. Total biaya investasi yaitu sebesar Rp6 500 000 (Tabel 11).

Tabel 11 Komponen investasi usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai

No Jenis Investasi Umur Teknis

(tahun) Harga (Rp) Persentase (%)

1 Kapal 5 3,500,000 53.85

2 Mesin 5 1,000,000 15.38

3 Togo 8 2,000,000 30.77

Total Biaya Investasi 6,500,000 100

Sumber: diolah dari data primer (2016)

Unit penangkapan togo di tambak terdiri atas 1 unit togo sebesar Rp1 000 000 dengan umur teknis 8 tahun dan 1 tambak sebesar Rp72 420 000 dengan umur teknis dalam perhitungan ini yaitu 15 tahun, walaupun pada kenyataannya tidak ada umur teknis tertentu untuk tambak. Perhitungan harga tambak pada penelitian menggunakan ukuran lahan 8 ha dengan komponen harga tertinggi yang terdiri dari pembelian lahan untuk 8 ha sekitar Rp20 000 000, pembersihan lahan sekitar Rp30 000 000, penggalian saluran (manual atau eksvakator) Rp20 000 - Rp30 000, pembuatan dan pemasangan pintu utama (permanen atau tidak permanen) Rp5 000 000 - Rp15 000 000 sebagai lokasi masuknya air dan pembuatan pondok sekitar Rp7 000 000 (Tabel 12).

Tabel 12 Komponen investasi usaha penangkapan togo yang dioperasikan di tambak

No Jenis Investasi Umur Teknis

(tahun) Harga (Rp) Persentase (%)

1 Tambak 15 72,420,000 98.64

2 Togo 8 1,000,000 1.36

Total Biaya Investasi 73,420,000 100

Sumber: diolah dari data primer (2016)

Biaya usaha

Biaya usaha terdiri dari dua jenis yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh nelayan saat melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan, sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang harus tetap dikeluarkan walaupun tidak melakukan operasi penangkapan ikan dengan hasil tangkapan yang sedikit atau banyak. Biaya variabel unit penangkapan togo di sungai per tahun terdiri atas biaya solar sebesar Rp3 600 000 (3liter/trip @Rp10 000), biaya es sebesar Rp2 400 000 (1 balok/trip @Rp20 000), biaya air tawar sebesar Rp1 200 000 (Rp10 000/dirijen ukuran @20L), biaya perbekalan sebesar

Rp6 000 000 (Rp50 000/trip) dan upah tenaga kerja sebesar Rp3 000 000 (Rp30 000/trip). Total biaya variabel sebesar Rp16 200 000.

Komponen biaya tetap dalam usaha perikanan togo yang dioperasikan di sungai terdiri atas biaya penyusutan kapal sebesar Rp700 000, biaya penyusutan mesin sebesar Rp200 000, biaya penyusutan jaring togo sebesar Rp250 000, biaya perawatan kapal setiap satu tahun sekali sebesar Rp700 000, biaya perawatan mesin setiap satu tahun sekali sebesar Rp300 000, biaya perawatan jaring togo setiap satu tahun sekali sebesar Rp350 000. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh nelayan togo yang beroperasi di sungai yaitu sebesar Rp2 500 000. Total biaya usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai yaitu sebesar Rp18 700 000 (Tabel 13).

Tabel 13 Komponen biaya usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai

No Jenis Biaya Biaya per tahun (Rp) Persentase (%)

Biaya Variabel

1 Solar 3,600,000 22.22

2 Es 2,400,000 14.81

3 Perbekalan 6,000,000 37.04

4 Air tawar 1,200,000 7.41

5 Upah tenaga kerja 3,000,000 19.00

Total Biaya Variabel 16,200,000 100

Biaya Tetap

1 Biaya penyusutan kapal 700,000 28.00

2 Biaya penyusutan mesin 200,000 8.00

3 Biaya penyusutan jaring togo 250,000 10.00

4 Biaya perawatan kapal 700,000 28.00

5 Biaya perawatan mesin 300,000 12.00

6 Biaya perawatan jaring togo 350,000 14.00

Total Biaya Tetap 2,500,000 100

Total Biaya Usaha 18,700,000

Biaya variabel unit penangkapan togo di tambak terdiri atas biaya es sebesar Rp1 5000 000 (1balok/trip @Rp20 000), biaya perbekalan sebesar Rp3 750 000 (Rp50 000/trip), biaya air tawar sebesar Rp750 000 (Rp10 000/dirijen ukuran @20L) dan biaya upah tenaga kerja Rp3 750 000 (Rp50 000/trip). Total biaya variabel sebesar Rp9 750 000. Komponen biaya tetap dalam usaha perikanan togo yang dioperasikan di tambak terdiri atas biaya penyusutan tambak sebesar Rp4 828 000, biaya penyusutan jaring togo sebesar Rp125 000, biaya perawatan tambak setiap satu tahun sekali sebesar Rp500 000, biaya perawatan jaring togo setiap satu tahun sekali sebesar Rp150 000. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh nelayan togo yang beroperasi di tambak yaitu sebesar Rp5 603 000. Total biaya usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai yaitu sebesar Rp15 353 000 (Tabel 14).

Tabel 14 Komponen biaya usaha penangkapan togo yang dioperasikan di tambak

No Jenis Biaya Biaya per tahun (Rp) Persentase (%)

Biaya Variabel

1 Es 1,500,000 15.38

2 Perbekalan 3,750,000 38.46

3 Air tawar 750,000 7.69

4 Upah pekerja 3,750,000 38.46

Total Biaya Variabel 9 750 000 100

Biaya Tetap

1 Biaya penyusutan tambak 4,828,000 86.17

2 Biaya penyusutan togo 125,000 2.23

3 Biaya perawatan tambak 500,000 8.92

4 Biaya perawatan togo 150,000 2.68

Total Biaya Tetap 5,603,000 100

Total Biaya Usaha 15,353,000

Penerimaan

Penerimaan merupakan sejumlah uang yang didapatkan oleh nelayan pada saat operasi penangkapan ikan. Hasil tangkapan yang dijual di Desa Cemara Labat untuk kedua alat tangkap hanya udang, sehingga ikan lainnya tidak dimasukkan dalam perhitungan. Penerimaan berasal dari penjualan udang peci, udang lampis dan udang jerbung yang terdiri atas berbagai pemasukan keuangan dari hasil penjualan hasil tangkapan pada musim puncak, sedang dan paceklik. Harga udang di sungai untuk jenis udang peci saat musim puncak Rp12 000, musim sedang Rp12 000 dan musim paceklik Rp13 500, dan untuk jenis udang lampis saat musim puncak Rp10 500, saat musim sedang Rp11 000 dan musim paceklik Rp12 000, sedangkan untuk jenis udang jerbung saat musim puncak Rp11 500, musim sedang Rp12 000 dan musim paceklik Rp13 000. Total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp29 130 000 (Tabel 15).

Tabel 15 Komponen penerimaan usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai

No Jenis Biaya Biaya (Rp) Persentase

(%)

1 Musim Puncak

Udang peci (18 kg x 64 trip x Rp12 000) 13,824,000

Udang lampis (3 kg x 64 trip x Rp11 000) 2,016,000

Udang jerbung (5 kg x 64 trip x Rp11 500) 3,680,000

Ikan lainnya -

Total 19,520,000 67.01

2 Musim Sedang

Udang peci (10 kg x 36 trip x Rp12 000) 4,320,000

Udang lampis (2 kg x 36 trip x Rp10 500) 792,000

Udang jerbung (4 kg x 36 trip x Rp12 000) 1,728,000

Ikan lainnya -

Total 6,840,000 23.48

3 Musim Paceklik

Udang lampis (2 kg x 20 trip x Rp12 000) 360,000

Udang jerbung (3 kg x 20 trip x Rp13 000) 520,000

Ikan lainnya -

Total 2,770,000 9.51

Total Penerimaan 29,130,000 100

Penerimaan dari unit penangkapan togo berasal dari penjualan udang peci dan udang geragai. Penerimaan dari hasil tangkapan nelayan togo yang dioperasikan di tambak pada setiap jenis udang berbeda bergantung pada musim penangkapan. Harga udang di tambak untuk jenis udang peci saat musim puncak Rp15 000, musim sedang Rp18 000 dan musim paceklik Rp20 000, sedangkan untuk jenis udang geragai saat musim puncak Rp30 000, musim sedang Rp32 000 dan musim paceklik Rp35 000. Total penerimaan yang diperoleh sebesar Rp55 319 592 (Tabel 16).

Tabel 16 Komponen penerimaan usaha penangkapan togo yang dioperasikan di tambak

Jenis Biaya Biaya (Rp) Persentase

(%)

1 Musim Puncak

Udang peci (44.8 kg x 45 trip x Rp15 000) 30,238,269

Udang geragai (5.3kg x 45 trip x Rp30 000) 7,206,923

Ikan lainnya -

Total 37,445,192 67.69

2 Musim Sedang

Udang peci (29.3 kg x 21 trip x Rp18 000) 11,083,154

Udang geragai (4 kg x 21 trip x Rp32 000) 2,736,246

Ikan lainnya -

Total 13,819,400 24.98

3 Musim Paceklik

Udang peci (20 kg x 9 trip x Rp20 000) 3,600,000

Udang geragai (1.5 kg x 9 trip x Rp35 000) 455,000

Ikan lainnya -

Total 4,055,000 7.33

Total Penerimaan 55,319,592 100

Analisis usaha

Keuntungan usaha alat tangkap togo di sungai yaitu sebesar Rp10 430 000 per tahun atau Rp869 167 per bulan sedangkan togo ditambak yaitu Rp39 966 592 per tahun atau Rp3 330 550 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kedua jenis togo untung atau layak untuk dilanjutkan. R/C digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Jika R/C > 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan untung sehingga layak untuk dilanjutkan. R/C usaha unit penangkapan togo yang dioperasikan di sungai sebesar 1.56, sedangkan unit penangkapan togo yang dioperasikan di tambak sebesar 4.00. Hal ini menunjukkan kegiatan usaha penangkapan kedua jenis togo dikatakan untung atau layak untuk dilanjutkan. PP (Payback Period) usaha unit penangkapan togo yang dioperasikan di sungai

sebesar 0.22 tahun, sedangkan unit penangkapan togo yang dioperasikan di tambak sebesar 1.32 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menutup kembali pengeluaran investasi diperlukan waktu kurang dari 3 bulan untuk togo di sungai dan sekitar 1 tahun 4 bulan untuk togo di tambak. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek dari umur usaha sehingga dapat dikatakan usaha ini menjadi layak untuk dijalankan. Komponen usaha unit penangkapan togo (Tabel 17).

Tabel 17 Komponen analisis usaha jaring togo

Togo yang dioperasikan di sungai

Togo yang dioperasikan di tambak

Keuntungan Rp10 430 000 Rp39 966 592

Revenue cost ratio (R/C) 1.56 4.00

Payback period (PP) 0.22 1.32

Sumber: diolah dari data primer (2016)

Analisis kriteria investasi

NPV yang dihasilkan pada usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai yaitu sebesar Rp54 910 002 sedangkan togo yang ditambak sebesar Rp174 201 818 dengan discount factor sebesar 9 %. Nilai ini berarti dalam selama tahun usaha penangkapan togo akan mendapatkan total keuntungan sebesar nilai tersebut apabila dilihat pada saat sekarang. Net B/C yang dihasilkan pada usaha penangkapan penangkapan togo yang dioperasikan di sungai yaitu sebesar 9.45, sedangkan togo yang ditambak sebesar 3.34 Nilai ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek pada unit penangkapan togo yang dioperasikan di sungai akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 9.45 dan untuk unit penangkapan togo yang dioperasikan ditambak sebesar Rp 3.34 pada tingkat suku bunga 9% per tahun.

IRR yang dihasilkan pada usaha usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai yaitu 178% per tahun, sedangkan togo yang ditambak yaitu 59% per tahun Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh dari usaha penangkapan akibat investasi yang ditanamkan selama umur proyek adalah sebesar 178% per tahun untuk togo di sungai dan 59% untuk togo di tambak. Besarnya nilai 178% pada perikanan togo di sungai disebabkan nilai investasi sangat kecil dibandingkan penerimaan yang diperoleh. Berdasarkan analisis investasi NPV, Net B/C, dan IRR usaha penangkapan togo yang dioperasikan di sungai (Lampiran 11) dan (Lampiran 12) tambak yang memperoleh NPV > 0, Net B/C > 1, dan IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga layak untuk dikembangkan. Komponen kriteria investasi unit penangkapan togo (Tabel 18). Tabel 18 Komponen kriteria investasi usaha penangkapan jaring togo

Togo yang dioperasikan di sungai

Togo yang dioperasikan di tambak

NPV Rp54 910 002 Rp174 201 818

Net B/C 9.45 3.34

IRR 178% 59%

Perikanan yang Bertanggung Jawab

Penilaian teknologi penangkapan ikan dilakukan untuk mewujudkan perikanan tangkap yang semakin bertanggung jawab. Pengolahan data menghasilkan sebuah nilai yang menentukan kategori setiap kriterianya. Nilai dari setiap indikator di sungai dan tambak merupakan rata-rata dari tiga nelayan di sungai dan tiga nelayan di tambak (Tabel 19). Semakin tinggi skor suatu indikator berarti unit penangkapan ikan memiliki ciri yang semakin mendekati suatu kriteria ideal.

Tabel 19 Skor setiap indikator unit penangkapan ikan di perairan Desa Cemara Labat

Indikator Alat Tangkap

Y1 Y2 X1 2 2 X2 2 3 X3 2 3 X4 2 3 X5 3 3 X6 3 3 X7 3 3 X8 3 3 X9 3 2 X10 1 1 X11 3 3 X12 3 2 X13 3 2 Total 33 33 Keterangan:

Y1 : Togo yang dioperasikan di sungai; Y2 : Togo yang dioperasikan di tambak

Indikator 1 : X1 = 2

Setiap jenis unit penangkapan yang diteliti dioperasikan oleh nelayan yang cukup terlatih, memahami dan menerapkan konsep efisiensi dan konservasi. Sebagian besar nelayan togo di sungai di Kabupaten Kapuas memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun sementara togo di tambak berkisar 2-5 tahun. Nelayan kedua alat tangkap juga menunjukkan minat yang cukup tinggi dalam

mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Awalnya peneliti ingin mengukur indikator X1 dengan membandingkan jumlah program yang telah diselenggarakan dengan jumlah program yang pernah diikuti nelayan, namun karena kesulitan dalam memperoleh data dan mendapatkan keterangan maka penilaian dilakukan dengan mengandalkan keterangan nelayan. Kurangnya pemahaman tentang konsep efesiensi dan konservasi juga merupakan suatu hambatan dalam melaksanakan pengelolaan perikanan secara bertanggung jawab.

Indikator 2 : X2=2 (Y1) dan X2=3 (Y2)

Berdasarkan aspek-aspek keselamatan anak buah kapal (ABK), keselamatan kasko, keselamatan mesin dan keselamatan alat penangkapan ikan, unit penangkapan ikan yang diteliti di sungai agak membahayakan nelayan dan orang lain di perairan. Seluruh unit penangkapan ikan yang diteliti tidak menyediakan fasilitas keselamatan di atas kapal. Tampaknya hal ini disebabkan pola pikir

nelayan tentang kurang pentingnya kelengkapan fasilitas

keselamatan dikarenakan hampir setiap nelayan memiliki kemampuan renang. Berdasarkan indikator keselamatan di perairan, togo yang dioperasikan di tambak termasuk tidak membahayakan nelayan dan orang lain karena lokasi tempat penangkapan sudah tetap dan memiliki jalur yang pasti. Pengabaian terhadap fasilitas keselamatan perlu menjadi perhatian sebab lingkungan kerja di atas air memiliki risiko tinggi mengingat kecelakaan sungai dapat terjadi sewaktu-waktu atau tak terduga. Temuan ini menyimpulkan bahwa evaluasi terhadap indikator keselamatan harus dilaksanakan

Dokumen terkait