• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan pada bulan Januari, Februari, Maret dan Agustus hingga Desember 2015. Pengambilan data dilakukan di Desa Cemara Labat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Gambar 2).

Gambar 2 Peta Desa Cemara Labat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah Sumber: Pemerintah Desa Cemara Labat 2014

Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian di lapangan adalah alat tulis, alat ukur berupa penggaris, meteran, timbangan serta peralatan dokumentasi seperti kamera. Objek penelitian adalah togo yang dioperasikan di sungai dan di tambakserta hasil tangkapan togo diantaranya udang peci (Penaeus indicus). Menurut taksonominya, udang peci memiliki klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Sub Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Family : Penaeidae

Genus : Penaeus

Species : Penaeus indicus

Gambar 3 Udang Peci (Penaeus indicus)

Sumber: Chan (1998)

Morfologi dari genus penaeus yang termasuk decapoda adalah sebagai berikut, tubuhnya terdiri atas dua bagian yaitu bagian kepala (cephalothorax) dan bagian perut (abdomen). Semua bagian badan beserta anggota-anggotanya terdiri atas ruas-ruas (segmen). Cephalothorax terdiri atas 13 ruas yaitu kepala yang terdiri 5 ruas dan dada 8 ruas, dan pada bagian perut terdiri atas 6 ruas. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas-ruas pula. Seluruh tubuhnya tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton yang terbuat dari chitin. Kerangka luar tersebut mengeras, kecuali pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan sehingga memudahkan udang untuk bergerak (Suyanto dan Mujiman 2001).

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi, survei, wawancara dan studi kasus. Data primer yang diperoleh meliputi unit penangkapan ikan, metode pengoperasian alat, daerah penangkapan ikan, jumlah dan panjang hasil tangkapan, finansial, tingkat tanggung jawab alat tangkap,

sejarah alat tangkap dan arus, sedangkan data sekunder yaitu pasang naik dan surut serta berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka (studi pustaka), lembaga-lembaga pemerintah dan instansi terkait. Seluruh data yang dibutuhkan diperoleh dari wawancara, observasi langsung di lapangan dan informasi dari masyarakat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas.

Responden untuk mengumpulkan seluruh data terkait hasil tangkapan, status teknologi penangkapan, kelayakan usaha, sejarah alat tangkap, kondisi daerah dan keragaan alat tangkap dalam penelitian ini ditentukan menggunakan metode

snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan bantuan key informant, dan dari key informant inilah akan berkembang sesuai petunjuknya. Peneliti pada metode ini hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dijadikan sampel (Subagyo 2006). Key informant yaitu kepala desa yang untuk selanjutnya akan menunjukan siapa informan yang kompeten memberikan data. Informasi diperoleh dari responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan total jumlah responden ialah 10 orang.

Hasil Tangkapan

Penelitian terhadap hasil tangkapan dilakukan dengan metode observasi di sungai dan tambak sebanyak 10 kali ulangan dengan jumlah responden dibatasi dibatasi 3 orang untuk alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai pada 3 stasiun dan 3 orang untuk togo yang dioperasikan di tambak pada 3 stasiun (Lampiran 4). Data hasil tangkapan diperoleh dari pencatatan jumlah dan panjang hasil tangkapan berdasarkan fishing area. Fishing area terdiri dari fishing area

untuk togo yang dioperasikan di sungai dan togo yang dioperasikan di tambak. Hasil tangkapan diidentifikasikan terlebih dahulu sebelum dianalisis untuk mengetahui klasifikasi taksonomi hasil tangkapan. Data penelitian yang diambil yaitu jumlah hasil tangkapan utama yaitu udang peci dan hasil tangkapan seperti udang geragai, lampis, jerbung dan ikan lainnya yang ditimbang dengan timbangan manual untuk setiap kali pengoperasian alat tangkap pada tiap responden (3 responden di sungai dan 3 responden di tambak) sebanyak 10 kali ulangan. Data kedua yang diambil ialah panjang udang peci yang diukur dengan penggaris sebanyak 30 sampel per ulangan atau trip. Ukuran panjang udang peci dalam penelitian ini ialah panjang total udang (cm).

Tingkat Tanggung Jawab Alat Tangkap

Metode yang digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat tanggung jawab penggunaan alat tangkap ini ialah metode survei dan wawancara pada 3 responden untuk alat tangkap togo yang dioperasikan di sungai dan 3 responden untuk yang dioperasikan di tambak. Menurut Nazir (2005) metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Selanjutnya untuk menilai tingkat tanggung jawab alat tangkap digunakan metode

multi criteria analysis atau analisis multi kriteria. Analisis multi kriteria adalah perangkat pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk masalah-masalah kompleks multikriteria yang mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif dalam proses pengambilan keputusan. Penggunaan AMK disesuaikan fungsinya sebagai perangkat pengambil keputusan yang dikembangkan untuk masalah-masalah

kompleks multikriteria (kriteria lebih dari 1) dalam proses pengambilan keputusan (Mendoza dan Macoun 1999). Jenis data yang dikumpulkan untuk menilai tingkat tanggung jawab ditentukan dengan menjabarkan indikator yang sesuai dengan setiap kriteria perikanan tangkap yang bertanggung jawab (Tabel 1). Penilaian tingkat tanggung jawab alat tangkap togo menggunakan metode dengan 13 indikator teknologi penangkapan ikan bertanggung jawab (Berlianti 2014) berdasarkan 14 kriteria ramah lingkungan (Purbayanto et al. 2010). Pengurangan satu kriteria disebabkan kriteria tersebut (kriteria 8 yaitu ikan yang tertangkap legal) dianggap telah termasuk dalam kriteria lain (kriteria nomor 7, yaitu selektif: ikan yang tertangkap seragam, legal atau proper size). Berikut ini adalah tiga belas kriteria beserta indikator teknologi penangkapan ikan yang bertanggung jawab.

1. Nelayan terlatih, memahami dan menerapkan konsep efisiensi dan konservasi; 2. Tidak membahayakan nelayan dan orang lain di perairan;

3. Sesuai dengan peraturan; 4. Hemat energi;

5. Tidak menghasilkan polusi;

6. Terbuat dari bahan yang pengadaannya tidak merusak lingkungan atau ekosistem yang dilindungi;

7. Selektif: Ikan yang tertangkap seragam, legal atau proper size;

8. Low potential of ghost fishing;

9. Memanfaatkan ikan secara maksimum;

10.Menjamin survival dari ikan dan biota perairan yang dikembalikan ke perairan (discards);

11.Tidak menangkap jenis yang dilindungi/biodiversity;

12.Tidak merusak lingkungan perairan dan habitat; 13.Tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lainnya.

Tabel 1 Indikator yang dikembangkan untuk menilai teknologi penangkapan ikan (Berlianti 2014)

No. Kriteria Perikanan

Bertanggung jawab Indikator Sub-Indikator

1 Nelayan terlatih,

memahami dan menerapkan konsep efisiensi dan

konservasi Kompetensi nelayan (X1) A. Tingkat Terlatih a) Lama Pengalaman Kerja b) Intensitas Pelatihan B. Tingkat pemahamam dan penerapan konsep efesiensi a) Paham b) Penerapan C. Tingkat pemahamam dan penerapan konsep konservasi a) Paham b) Penerapan

No. Kriteria Perikanan

Bertanggung jawab Indikator Sub-Indikator

2 Tidak membahayakan nelayan dan orang lain di perairan Keselamatan di perairan (X2) A. Keselamatan ABK B. Keselamatan Kasko C. Keselamatan Mesin D. Keselamatan Alat Penangkapan Ikan 3 Sesuai dengan peraturan Kepatuhan terhadap

peraturan (X3)

A. Jalur penangkapan B. Alat tangkap

4 Hemat energi Konsumsi bahan bakar kapal (X4)

A. Jumlah bahan bakar yang dipakai B. Penggunaan angin

sebagai tenaga penggerak kapal ikan

5 Tidak menghasilkan polusi Kuantitas bahan pencemar (X5)

A. Jumlah polutan udara

B. Jumlah polutan cair 6 Terbuat dari bahan yang

pengadaannya tidak merusak lingkungan atau ekosistem yang dilindungi

Bahan pembuatan alat penangkapan ikan (X6) A. Penggunaan bahan alami B. Penggunaan bahan buatan

7 Selektif: Ikan yang tertangkap seragam, legal atau proper size

Komposisi ikan yang tertangkap (X7)

A. Keragaman ikan yang ditangkap B. Jumlah ikan yang

memiliki legal atau

proper size

C. Proporsi jenis ikan sasaran (target species) 8 Low potential of ghost

fishing

Tingkat kerawanan suatu alat tangkap (X8)

(tidak ada)

9 Memanfaatkan ikan secara maksimum

Proporsi hasil tangkapan yang dimanfaatkan (X9)

(tidak ada)

10 Menjamin survival dari ikan dan biota perairan yang dikembalikan ke perairan (discards)

Perlakuan pada ikan dan biota perairan yang dikembalikan ke perairan (X10)

(tidak ada)

11 Tidak menangkap jenis yang dilindungi/

biodiversity

Kasus tertangkapnya jenis biota yang dilindungi (X11)

(tidak ada)

12 Tidak merusak lingkungan perairan dan habitat

Potensi terjadi

kerusakan lingkungan perairan dan habitat (X12)

(tidak ada)

13 Tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lainnya

Kejadian atau potensi konflik (X13)

Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek manajemen sumber daya manusia dan aspek finansial (Umar 2005). Penelitian kelayakan usaha yang dianalisis dalam penelitian ini difokuskan pada aspek finansial yang terdiri dari analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Data yang diperlukan diperoleh dengan metode wawancara dari 2 nelayan togo di sungai dan 2 nelayan togo di tambak. Metode ini digunakan untuk pengumpulan data yang antara lain adalah pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasional selama kegiatan berlangsung, biaya tetap, total penerimaan dan total pengeluaran nelayan yang kemudian dipakai untuk melakukan perhitungan kriteria investasinya; Revenue Cost Ratio (R/C), Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Aspek yang diteliti pada keadaan umum lokasi penelitian, antara lain sejarah alat tangkap, keragaan fisik alat tangkap, serta kondisi pasang dan arus perairan. Penelitian sejarah alat tangkap dilakukan melalui metode sejarah (historical research) pada 10 responden dengan profesi nelayan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kapuas dan perangkat desa. Metode sejarah ialah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data informasi yang berkaitan atau data peninggalan-peninggalan masa lalu, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Nawawi 2001). Data diperoleh melalui teknik recollections, yaitu penuturan atau tulisan orang tentang pengalaman masa lalunya atau kesaksian atas suatu peristiwa di masa lalu berdasarkan ingatan belaka, serta melalui running records yaitu file atau dokumen yang dimiliki oleh lembaga-lembaga pemerintah dan instansi terkait (Neuman 2006).

Penelitian keragaan fisik alat tangkap dilakukan dengan metode yang bersifat studi kasus pada 2 togo yang dioperasikan di tambak dan 2 unit togo yang dioperasikan di sungai. Data keragaan alat tangkap berupa unit penangkapan ikan, metode pengoperasian alat dan daerah penangkapan ikan. Menurut Nazir (2005), metode studi kasus adalah metode yang meneliti tentang status obyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk menggambarkan secara mendetail tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus, atau status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas itu akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Selanjutnya pengklasifikasian alat tangkap dilakukan berdasarkan

basic capture methods dan three basic way to control fish (Fridman dan Carrothers 1986).

Data tentang pasang naik dan surut diperoleh dari sumber website www.pasanglaut.com melalui kalender bulan di Sungai Kahayan pada bulan Januari, Februari, Maret, September hingga Desember 2015. Sungai Kahayan dipilih karena tidak tersedianya data untuk Sungai Cemara Labat dan Sungai Kapuas yang merupakan batang Sungai Cemara Labat, serta mempertimbangkan

tentang posisi Sungai Kapuas yang berada di antara Sungai Kahayan dan Sungai Barito. Penelitian tentang arus dilakukan dengan metode observasi langsung. Pengambilan data dilakukan dengan sebuah peranti sederhana yang terbuat dari bambu yang kemudian dipasang di mulut togo yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dan kedalaman perairan (Gambar 4). Pengamatan dilakukan pada 6 lokasi pemasangan alat tangkap togo yang terdiri atas 3 unit togo yang dioperasikan di sungai dan 3 unit togo yang dioperasikan di areal tambak. Penentuan kecepatan arus digolongkan menjadi tiga yaitu arus air lemah (sudut α

ca 30o), arus air cukup kuat (ca 45 o) dan arus air kuat (ca 60o) dengan semakin besar ukuran sudut menunjukkan semakin kuat arus (Gambar 5).

A B Gambar 4 Alat pengukur arus dari bambu

A. Pengujian di sungai

B. Pengujian di tambak

Gambar 5 Ilustrasi alat dalam air saat pengukuran

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan 6 jenis analisis. Analisis yang digunakan ialah analisis tingkat produktivitas unit penangkapan ikan, analisis statistik, analisis multi kriteria, analisis finansial, analisis sejarah dan analisis teknis.

Analisis Tingkat Produktivitas Unit Penangkapan Ikan

Estimasi tingkat produktivitas unit penangkapan ikan dilakukan dengan pendekatan nilai produktivitas per trip. Nilai ini dapat menggambarkan nilai laju tangkap per upaya penangkapan ikan berdasarkan atas pembagian total hasil tangkapan (kg) dengan upaya penangkapan (trip). Pendekatan ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas unit penangkapan ikan togo yang dioperasikan di sungai dan togo yang dioperasikan di tambak. Pendekatan yang digunakan dapat digambarkan pada setiap musim penangkapan ikan (musim puncak, musim sedang dan musim paceklik) dan 3 periode waktu. Penentuan musim penangkapan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan. Perhitungan produktivitas per trip untuk musim puncak pada kedua alat tangkap menggunakan data yang diperoleh selama penelitian yaitu effort atau jumlah hasil tangkapan yang diperoleh melalui pengukuran secara langsung dan jumlah trip berdasarkan jumlah ulangan responden yaitu 10 kali ulangan. Data jumlah trip dan produksi untuk musim sedang dan paceklik diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan. Pembagian 3 periode waktu dibagi menjadi periode pertama dari bulan Januari hingga Maret, periode kedua bulan April hingga Agustus dan periode ketiga yaitu bulan September hingga Desember. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas trip (Hanafiah 1986):

...(1) Analisis Statistik

Analisis statistik yang digunakan untuk membuktikan secara statsitik ialah uji t tidak berpasangan (unpaired comparison test) atau independent sample test

pada udang peci (Penaeus indicus) berdasarkan fishing area yaitu sungai dan tambak. Unpaired comparison test ialah salah satu metode pengujian hipotesis dengan tujuan membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, sehingga dapat diketahui apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau jelas berbeda (Santoso 2012). Pengujian pada penelitian ini digunakan untuk melihat adanya perbedaan berdasarkan jumlah hasil tangkapan (kg) dan ukuran panjang total hasil tangkapan (cm) pada dua fishing area tersebut. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan data dari hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian yaitu bulan September sampai Desember untuk togo yang diioperasikan di sungai dan Januari sampai Maret dan September untuk alat tangkap togo yang di tambak. Hipotesis yang digunakan ialah jumlah dan ukuran hasil tangkapan udang peci (Penaeus indicus) pada kedua alat tangkap togo sama. Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan jumlah sampel n1 = n2 = n, dengan rumus berikut.

….………(2) ………...………(3) dengan: n : Jumlah sampel t : Nilai t hitung

S : Simpangan baku pada dua kelompok

S2 : Ragam atau varians

: Kesalahan baku kedua kelompok

: Nilai rata-rata jumlah atau ukuran hasil tangkapan kelompok 1

: Nilai rata-rata jumlah atau ukuran hasil tangkapan kelompok 2

Pengambilan keputusan terhadap uji hipotesis juga dilakukan dengan cara melihat nilai probabilitas menggunakan bantuan software statistik SPSS versi 22 dengan kriteria uji:

Sig: p 0.05  ada perbedaan Sig: p > 0.05  tidak ada beda atau

t hitung < t tabel  terima hipotesis, pada taraf nyata 5% t hitung > t tabel  tolak hipotesis, pada taraf nyata 5%

Analisis Multi Kriteria

Kepentingan relatif suatu kriteria terhadap keputusan yang telah dibuat harus dievaluasi dan dimasukkan ke dalam proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan suatu pilihan,. Analisis ini adalah suatu perangkat yang dapat membantu mengevaluasi tingkat kepentingan relatif selutuh kriteria yang terkait dan menggambarkan tingkat kepentingannya dalam proses pengambilan keputusan akhir (Mendoza dan Macoun 1999).

Penilaian tingkat tanggung jawab alat tangkap togo menggunakan metode dengan 13 indikator teknologi penangkapan ikan bertanggung jawab (Lampiran 1). Indikator yang menggunakan sub indikator, data yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi data ordinal. Data ordinal enam responden pada tiap sub indikator dihitung rata-ratanya. Nilai rata-rata yang diperoleh tiap sub indikator kemudian dijumlahkan. Total nilai sub indikator akan menentukan kategori suatu unit penangkapan ikan; setiap kategori tersebut memiliki kriteria berupa kisaran total nilai sub indikator. Skor suatu indikator ditentukan berdasarkan kategori yang diperoleh. Berikut adalah metode cara menilai skor setiap indikator (Berlianti 2014)

Indikator ke-1:

+ +

+

A adalah tingkat pelatihan, B adalah tingkat pemahaman dan penerapan konsep efesiensi, C adalah tingkat pemahaman dan penerapan konsep konservasi

Indikator ke-2

A adalah keselamatan ABK, B adalah keselamatan kasko, C adalah keselamatan mesin, D adalah keselamatan alat penangkapan ikan

Indikator ke-3 hingga ke-6

Indikator ke-7

A adalah tingkat keseragaman, B adalah tingkat legal atau proper size, C adalah target spesies

Indikator ke-8 hingga ke-13

Indikator ke 8 s.d. 13 tidak memiliki sub-indikator.

Total Skor = X1+X2+X3+……+X13

Keterangan:

n : Nelayan atau responden x : Sub indikator

Tiap indikator terdiri dari 3 nilai yaitu 1, 2 dan 3; nilai 3 berarti baik, nilai 2 berarti tergolong cukup dan nilai 1 tergolong tidak baik. Semakin tinggi skor suatu indikator berarti unit penangkapan ikan memiliki ciri yang semakin mendekati suatu kriteria ideal. Penentuan unit penangkapan terbaik dilakukan berdasarkan nilai total skor tertinggi.

Strategi perbaikan unit penangkapan ikan dikembangkan berdasarkan penilaian kinerja pada status teknologi penangkapan ikan dan kelayakan usaha untuk memperbaiki indikator yang bernilai rendah. Strategi ini merupakan rekomendasi perbaikan yang difokuskan pada indikator-indikator terburuk sehingga unit penangkapan ikan tersebut akan semakin memenuhi kriteria ideal bertanggung jawab.

Analisis Kelayakan Usaha

Kelayakan suatu usaha dapat diketahui melalui pengujian melalui analisis finansial. Aspek finansial merupakan suatu analisis terhadap biaya dan manfaat pada suatu usaha yang dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dalam usaha tersebut (Kadariah et al. 1999). Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi (Kadariah et al. 1978).

1. Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Analisis usaha untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis ini meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenue cost ratio) dan analisis waktu balik modal (payback period). Pengukuran analisis usaha meliputi :

1) Analisis pendapatan usaha (Π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau jumlah nominal yang diperoleh dari selisih antara biaya pemasukan dengan biaya pengeluaran pada suatu kegiatan (Umar

2003). Rumus π yang digunakan adalah:

………..…………...(4)

dengan:

Π : Keuntungan

TR : Total Pemasukan (Total Revenue) TC : Total Pengeluaran (Total Cost)

Kriteria :

 Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung atau layak untuk dilanjutkan.  Jika total penerimaan < total biaya, usaha rugi atau tidak layak untuk lanjut.  Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas). 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu menguntungkan atau tidak (Nurmalina et al. 2010). Rumus R/C yang digunakan adalah:

………. (5) dengan: R : Penerimaan (Revenue) C : Pengeluaran (Cost) Kriteria :

 Jika R/C > 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan untung sehingga layak untuk dilanjutkan.

 Jika R/C = 1 maka kegiatan usaha tersebut dapat dikatakan tidak untung dan tidak rugi sehingga berada dalam kondisi impas.

 Jika R/C < 1 maka kegiatan usaha tersebut dikatakan rugi sehingga tidak layak untuk dilanjutkan.

3) Analisis waktu balik modal (Payback period)

Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat juga diartikan sebagai ratio antara initial cash investment dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu, selanjutnya nilai rasio dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Nurmalina et al. 2010). Rumus yang digunakan adalah:

………(6)

dengan:

I : Jumlah modal investasi yang dibutuhkan (Rupiah)

Ab : Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya (Rupiah/ tahun) Kriteria :

Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.

2. Analisis kriteria investasi

Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

1) Net Present Value (NPV)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan (benefit) dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al. 2010) :

……… (7)

dengan:

NPV : Net Present Value

Bt : Manfaat dari suatu proyek pada tahun ke-t Ct : Biaya dari suatu proyek pada tahun ke-t kotor

i : Tingkat suku bunga

n : Tahun kegiatan proyek (t = 1,2,3,..., n tahun) Kriteria :

 Jika NPV > 1 maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan  Jika NPV = 1 maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

 Jika NPV < 1 maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan suatu perbandingan yang pengambilannya terdiri atas present value

total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dan benefit bersih itu bersifat positif

Dokumen terkait