• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Kondisi iklim pada bulan Mei-September 2011 kurang mendukung pertumbuhan padi karena pada bulan-bulan ini terjadi pergantian musim dari musim hujan menjadi kemarau, hal ini menyebabkan kurangnya air sehingga untuk mencukupi air harus mengalirkan dari sungai menggunakan diesel. Kondisi suhu rata-rata di lapang selama penelitian (Mei-September) adalah 25.7-290C. Curah hujan tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan Agustus, pada bulan agustus hanya terjadi hujan satu kali saja yaitu pada akhir agustus.

Kondisi awal pertanaman tanaman sering di sulam karena banyak yang dimakan oleh keong mas (Pomacea canaliculata), penyulaman menggunakan bibit yang berumur sama. Pengendalian hama keong mas ini dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu aplikasi sebelum tanam dan setelah pertanaman pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu mengambil keong mas yang berada di lahan percobaan.

Gambar 1. Tanaman pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Hama lain yang menyerang tanaman adalah penggerek batang (Scirpophaga incertulas). Tanaman yang terserang hama ini bisa mengeluarkan malai tetapi malai tersebut tidak terisi atau mati, oleh karena itu hama penggerek

11

batang termasuk hama penting pada tanaman padi karena dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi, namun pada penelitian ini hama penggerek batang tidak banyak menyerang pertanaman sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil GKG yang diperoleh pada penelitian.

Penyakit yang ada pada vase vegetatif yaitu hawar daun jingga (red stripe), tanaman yang terserang penyakit ini hanya satu galur yaitu IPB117-F-14-2-1 sedangkan pada galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding tidak terserang, galur ini terserang pada semua ulangan tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap hasil produksi karena pada masa pembungaan penyakit ini mulai menghilang. Selain hawar daun jingga beberapa galur juga terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt) yang menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh besar dan menghasilkan malai, tanaman menjadi kerdil seperti rumput. Penyakit ini bisa menular melalui vektor pembawa yaitu wereng coklat sehingga apabila pada lahan terdapat wereng coklat maka hasil produksi akan berkurang secara drastis karena tanaman akan menjadi kerdil dan tidak bias mengeluarkan malai, namun pada penelitian ini di lokasi tidak terdapat wereng coklat sehingga penyakit kerdil rumput tidak menyebar ke banyak tanaman sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil GKG yang didapat.

(a) (b)

Gambar 2. Tanaman yang Terserang Penyakit (a) Tanaman yang terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt), dan (b) Tanaman yang terseranghawar daun jingga (red stripe)

Produktivitas Galur

Padi tipe baru memiliki karakter-karakter seperti: jumlah anakan yang sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit, memiliki jumlah bulir

12

permalai mencapai 200-250 bulir, tinggi tanaman 90-100 cm, dengan batang tebal, memiliki daun hijau tua dan tegak, memiliki sistem akar yang vigor, umur panen 100-130 hari, dan meningkatkan indeks panen ( Peng et al., 1994 ). Las et al. (2003) menambahkan potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.

Tabel 2. Nilai Produksi GKG (t/ha) pada Kadar Air 14%

No Galur/Genotipe U1 U2 U3 Rerata %Produksi terhadap

Ciherang IR64 1 IPB102-F-46-2-1 5.87 4.54 5.52 5.31 86.7 88.7 2 IPB107-F-16E-3-1 6.2 7.91 8.2 7.40 120.9 123.7 3 IPB107-F-25-1-1 7.35 6.16 5.46 6.32 103.2 105.6 4 IPB107-F-36-1-1 6.34 6.63 5.21 6.06 99.0 101.3 5 IPB107-F-48-1-1 6.36 6.72 6.02 6.36 103.9 106.3 6 IPB116-F-42-2-1 6.49 5.36 6.00 5.95 97.2 99.4 7 IPB116-F-45-2-1 6.40 7.11 5.69 6.40 104.5 107.0 8 IPB117-F-14-2-1 6.03 6.10 5.90 6.01 98.2 100.5 9 Ciherang 5.96 6.38 6.02 6.12 100 102.3 10 IR64 5.87 5.52 6.56 5.98 97.9 100 KK 11.10 %

Bobot GKG dalam percobaan ini mempunyai rataan berkisar antara 5.31-7.40 ton/ha. Galur-galur yang diuji memiliki rataan potensi hasil yang bervariasi ada yang di bawah varietas pembanding dan ada juga yang potensi hasilnya melebihi potensi hasil varietas pembanding. Galur-galur yang memiliki rataan potensi hasil diatas varietas pembanding antara lain F-16E-3-1, IPB107-F-25-1-1, IPB107-F-48-1-1, dan IPB116-F-45-2-1 yang memiliki rataan produktivitas berturut-turut 7.40, 6.32, 6.36, dan 6.4 ton/ha, sedangkan produktifitas varietas pembanding Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 6.12 dan 5,98 ton/ha. Perhitungan potensi hasil ini dengan cara menghitung hasil dari rumpun yang dipanen di setiap petakan dikalikan dengan jumlah rumpun yang bisa ditanam dalam satu hektar.

Galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding namun memiliki persentase potensi hasil lebih tinggi , pada petakannya hanya sedikit rumpun yang bisa dipanen karena banyak dari rumpun-rumpun galur ini yang terserang penyakit pada saat pertumbuhan vegetatif, namun

13

dari sedikit rumpun yang bisa dipanen galur ini memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding (Tabel 3).

Persentase hasil menunjukan bahwa peningkatan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang berkisar antara 3.2 – 20.9 %, sedangkan apabila dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 berkisar antara 0.5 - 23.7 %. Sementara dari rataan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji ada juga yang mempunyai persentase di bawah varietas pembanding antara lain galurIPB102-F-46-2-1 dan IPB116-F-42-2-1 yang mempunyai rataan produktivitas 5.31 dan 5.95 ton/ha. Las

et al., (2003) menyatakan bahwa salah satu ciri dari PTB adalah memliki potensi hasil 10 - 25% dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.

Keragaan Galur

Potensi hasil dari suatu varietas atau galur dipengaruhi oleh komponen produksi dari galur atau varietas tersebut. Purohit dan Majumder (2009) menyatakan bahwa potensi hasil dipengaruhi oleh karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir gabah.

Karakter vegetatif yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif dan persen anakan produktif. Tinggi tanaman dan anakan produktif merupakan karakter agronomi penting dan dapat dijadikan identitas penting suatu genotipe. Galur-galur yang diuji memiliki perbedaan tinggi tanaman yang nyata dengan varietas pembanding, baik itu lebih tinggi maupun lebih pendek dibanding dengan varietas pembanding, kecuali galur IPB117-F-14-2-1 yang memiliki tinggi 114 cm, galur ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding meskipun mempunyai tinggi yang lebih dibandingkan dengan kedua varietas pembnading yang masing masing mempunyai tinggi 111 dan 106 cm. Galur IPB107-F-16E-3-1, IPB116-F-42-2-1 dan IPB116-F-45-2-1 adalah galur-galur ang memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding dan berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang masing-masing memiliki tinggi tanaman bertutrut-turut 101, 99 dan 99 cm, adapun dari beberapa galur yang diuji galur IPB107-F-48-1-1 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

14

galur-galur lain maupun varietas pembanding, galur ini mempunyai tinggi rata-rata 124 cm hasil ini sangat berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Galur lain yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F-46-2-1,25-1-1, dan IPB107-F-36-1-1 tiga galur ini mempunyai tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 tinggi galur ini berturut-turut adalah 118, 117, dan 119 cm sedangkan untuk tinggi dari varietas pembanding IR64 adalah 106 cm. Standar tinggi tanaman yang ditetapkan IRRI untuk PTB paling rendah adalah 100 cm (Peng et al., 2008). Galur-galur yang diuji hampir semuanya sudah mempunyai tinggi tanaman yang memenuhi standar IRRI untuk PTB.

Tabel 3. Nilai Rataan Karakter Vegetatif Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding

No Galur/Genotipe TT JAT JAP % AP

1 IPB102-F-46-2-1 118b 15b 11b 73.3 2 IPB107-F-16E-3-1 101a 24 16 66.6a 3 IPB107-F-25-1-1 117b 15b 11b 73.3 4 IPB107-F-36-1-1 119b 16 12 75.0 5 IPB107-F-48-1-1 124ab 15b 12 86.6 6 IPB116-F-42-2-1 99a 15b 9ab 60ab 7 IPB116-F-45-2-1 99a 14b 13 92.8 8 IPB117-F-14-2-1 114 13b 11b 84.6 9 Ciherang 111 18 15 88.8 10 IR64 106 22 17 81.8

Keterangan: TT = Tinggi Tanaman (cm) JAT = Jumlah Anakan Total

JAP = Jumlah Anakan Produktif (batang) %AP = persen anakan produktif a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5%

b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5%

Tinggi tanaman ini tidak berpengaruh langsung terhadap produksi, tetapi berpengaruh terhadap panjang malai yang dimiliki tanaman tersebut. Galur IPB107-F-48-1-1 yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kedua varietas pembanding galur ini memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding panjang malai dari galur ini adalah 32.4 cm (Tabel 4), sedangkan untuk potensi hasil galur ini memiliki potensi hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding meskipun tidak berbeda nyata yaitu sebesar 6.36 ton/ha (Tabel 2).

15

Jumlah anakan sangat bervariasi pada semua galur yang diuji. Kisaran jumlah anakan pada galur-galur yang diuji adalah 13-24 batang. Galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan total lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding, hanya ada satu galur yang memiliki jumlah anakan total lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding yaitu galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki rata-rata jumlah anakan total 24 batang, tetapi jumlah ini tidak berbeda nytata dengan kedua varietas pembanding yang memiliki rata-rata jumlah anakan total berturut-turut Ciherang dan IR64 18 dan 22 batang. Galur IPB107-F-16E-3-1 juga merupakan galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, selain itu galur ini juga memiliki jumlah gabah permalai yang lebih banyak dibandingkan dengan galur lain yang diuji juga dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4).

Galur-galur yang miliki jumlah anakan yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F-46-2-1, IPB107-F-25-1-1, IPB116-F-45-2-1 dan IPB117-F-14-2-1 yang memiliki jumlah total anakan berturut-turut adalah 15 batang, 15 batang, 14 batang, dan 13 batang anakan, jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 yang mempunyai jumlah anakan total 22 batang namun tidak berbeda nyata dengan Ciherang yang mempunyai jumlah anakan total 18 batang. Galur-galur lain yang memiliki jumlah total anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding tetapi tidak berbeda nyata adalah IPB107-F-36-1-1, IPB107-F-48-1-1 dan IPB116-F-42-2-1.

Jumlah anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari 9-16 batang. Galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang adalah galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan produktif sebanyak 16 batang meskipun tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang, namun jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah anakan produktif yang dimiliki varietas pembanding IR64 yang memiliki anakan produktif berurut-turut 17 batang. Galur-galur yang diuji rata-rata memiliki jumlah anakan produktif kurang dari 13 batang hal ini di karenakan karena jumlah anakan total yang dihasilkan oleh galur-galur ini juga lebih sedikit kecuali galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan yang melebihi jumlah anakan

16

kedua varietas pembanding, namun jika dilihat dari prosentasenya maka galur IPB107-F-16E-3-1 termasuk galur yang mempunyai persentase jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan galur lainya karena dari 24 batang jumlah total anakan yang dimiliki hanya ada 16 batang anakan yang produktif.

Galur IPB116-F-42-2-1 merupakan galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji bahkan berbeda nyata lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, sedangkan galur IPB102-F-46-2-1 hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 saja. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang memiliki persentase jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji maupun dengan kedua varietas pembanding karena dari 14 jumlah anakan total yang dimiliki jumlah anakan produktifnya sebanyak 13 batang, meskipun galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB107-F-16E-3-1 namun tidak berbanding lurus dengan potensi hasil dari galur-galur yang diuji karena dari sedikitnya anakan ini bisa ditutupi dengan panjang malai yang lebih panjang dan jumlah gabah per malai yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4). Khush (2000) menjelaskan bahwa salah satu sifat yang diharapkan dari pembentukan PTB adalah jumlah anakan produktif sedikit (8-10 batang). Dalam percobaan ini hampir semua galur memiliki anakan produktif yang relatif sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

Persentase anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari 66.6-92.8 %. Galur yang mimiliki persentase anakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan varietas pembanding adalah galur IPB116-F-45-2-1 yang memiliki persentase anakan produktif 92.8 % meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase anakan produktif 88.8 dan 81.8 %. Galur IPB116-F-45-2-1 ini selain memiliki persentase jumlah anakan yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding namun juga memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua

17

varietas pembanding (Tabel 2). Abdullah et al (2008) dalam tulisanya menyatakan bahwasanya salah satu ciri dari PTB adalah memiliki jumlah anakan yang sedikit dan sedikit anakan yang tidak produktif. Galur IPB107-F-16E-3-1 merupakan galur yang mempunyai persentase anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding yaitu sebesar 66.6 % jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang yang memiliki persentase anakan 88.8 %.

Persentase anakan produktif yang dimiliki galur IPB107-F-16E-3-1 ini berbanding terbalik dengan jumlah anakan total yang dimiliki, meskipun memiliki persentase jumlah anakan produktif yang rendah galur ini masil memiliki jumlah anakan produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang dan juga potensi hasil dari galur ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2).

Komponen produksi lainya yang diamati adalah panjang malai, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa per malai dan bobot 1000 butir gabah isi. Panjang malai galur-galur yang diuji memiliki kisaran antara 28.17-32.43 cm. Panjang malai dari tiap galur yang diuji memiliki perbedaan yang nyata dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB116-F-42-2-1 yang hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang namun masih lebih panjang dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 meskipun tidak berbeda nyata. Galur IPB107-F-48-1-1 merupakan galur yang memiliki panjang malai lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yaitu 32.43 cm, sedangkan galur-galur lain yang diuji memiliki panjang malai di atas 28 cm dan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki panjang malai berturut-turut 24.26 dan 25.7 cm.

Jumlah gabah total per malai yang terdiri dari jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa berkisar antara 235-335 butir, jumlah ini berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki jumlah gabah total 171 dan 168 butir per malai. Jumlah gabah per malai terbanyak dihasilkan oleh galur IPB107-F-16E-3-1 yang meiliki jumlah gabah total sebanyak 347 butir, sedangkan dari galur-galur yang diuji galur IPB116-F-42-2-1 memiliki jumlah gabah total per malai lebih sedikit yaitu 235 butir per malai.

18

Tabel 4. Nilai Rataan Karakter Generatif Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding No Galur/Genotipe PM JGT JGI GH BG 1 IPB102-F-46-2-1 30.4ab 335ab 226ab 32.7 28.2 2 IPB107-F-16E-3-1 31.2ab 347 ab 245 ab 29.5 23.2ab 3 IPB107-F-25-1-1 31.2ab 304 ab 225 ab 25.8 23.8 ab 4 IPB107-F-36-1-1 31.6ab 301 ab 197 ab 34.7 25.3 a 5 IPB107-F-48-1-1 32.4ab 325 ab 247 ab 24.0 25.8 6 IPB116-F-42-2-1 28.1a 235 ab 158 32.2 25.7 7 IPB116-F-45-2-1 28.6ab 262 ab 203 ab 22.6 26.5 8 IPB117-F-14-2-1 29.7ab 298 ab 205 ab 31.2 30.2 9 Ciherang 24.2 171 132 23.2 28.2 10 IR64 25.7 168 126 24.7 27.8

Keterangan: PM = Panjang malai (cm) JGT=jumlah gabah Total permalai

JGI=Jumlah Gabah Isi GH = Gabah Hampa (%)

BG = Bobot 1000 bulir (g)

a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5%

b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5%

Panjang malai dan jumlah gabah total per malai yang dihasilkan ini mampu menutupi kekurangan anakan pada galur-galur yang diuji sehingga masih bisa menghasilkan potensi hasil yang tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding, bahkan pada beberapa galur memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2). Persentase gabah hampa galur-galur yang diuji berkisar antara 22.64-34.78%, hasil ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase gabah hampa 23.23 dan 24.73 %. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang memiliki persentase gabah hampa lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan kedua varietas pembanding yaitu sebesar 22.6 %, galur ini juga memilik potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

19

(a)

Gambar 3. Penampilan Malai (atas) Jumlah malai per rumpun galur-galur yang diuji dan varietas pembanding, dan (bawah) Panjang malai galur-galur yang diuji yang diuji dan varietas pembanding.

Bobot 1000 butir gabah isi galur-galur yang diuji masih di bawah kedua varietas pembanding kecuali galur IPB117-F-14-2-1 yang memilik bobot 30.23 g sedangkan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki bobot 28.23 dan 27.83 g, meskipun memiliki bobot 1000 butir lebih tinggi galur ini memiliki potensi hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 hal ini disebabkan karena galur ini memiliki jumlah anakan dan juga jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 3). Galur IPB107-F-16E-3-1 memiliki bobot 1000 butir yang

20

berbeda nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding yaitu seberat 23.2 g, namun hal ini tidak mempengaruhi potensi hasil karena masih tertutupi dengan panjang malai yang lebih panjang, jumlah gabah total permalai yang lebih banyak dan juga jumlah anakan total yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding sehingga galur ini masil memliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

Tabel 6. Umur Berbunga Dan Panen Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding

No Galur/Genotipe UB UP Masa Pengisian

1 IPB102-F-46-2-1 78 114 36 2 IPB107-F-16E-3-1 78 114 36 3 IPB107-F-25-1-1 77 112 35 4 IPB107-F-36-1-1 79 108 29 5 IPB107-F-48-1-1 79 108 29 6 IPB116-F-42-2-1 71 107 36 7 IPB116-F-45-2-1 71 105 34 8 IPB117-F-14-2-1 77 114 37 9 Ciherang 79 116 37 10 IR64 73 112 39

Keterangan : UB = Umur Berbunga (hari) UP = Umur Panen (hari)

Umur tanaman berbunga 50% berkisar antara 71-79 hari setelah tebar. Galur IPB116-F-42-2-1dan IPB116-F-45-2-1 berbunga 8 hari sebelum Ciherang dan 2 hari sebelum IR64, dan galur IPB107-F-36-1-1 dan IPB107-F-48-1-1 memiliki sama dengan varietas pembanding Ciherang yaitu 79 hari setelah tebar dan 6 hari setelah varietas pembanding IR64 berbunga.

Penentuan waktu panen dihitung sejak tanaman ditebar hingga tanaman sudah siap untuk dipanen yaitu bulir sudah mulai masak penuh, umur panen galur-galur yang diuji mulai dari 105 hari setelah tebar sampai 114 hari setelah tebar. Semua galur yang diuji termasuk tanaman yang memiliki umur panen yang genjah. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang mempunyai umur penen 11 hari sebelum Ciherang dan 7 hari sebelum IR64 dipanen. selain itu galur ini juga mempunyai peningkatan potensi hasil sebesar 4.5% pada varietas Ciherang dan 7% pada varietas IR64. Sementara untuk masa pengisian dari galur berkisar antara 29 hari sampai dengan 37 hari sedangkan untuk kedua varietas pembanding

21

Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 37 dan 39 hari. Penentuan masa pengisian ini adalah selisih dari umur panen dan umur berbunga 50%.

Pembentukan PTB di Indonesia diarahkan pada PTB yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi produktif semua (12-18 batang), jumlah gabah per malai 150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot 1000 butir 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah (110-120 hari) (Abdullah et al., 2008). Semua galur yang diuji sudah memiliki sifat-sifat yang mendekati dari sifat-sifat yang diarahkan untuk pembentukan PTB di Indonesia.

KESIMPULAN

Galur-galur yang diuji memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3-1 dan IPB116-F-45-2-1 memiliki daya hasil yang tinggi yaitu 7.40 ton/ha dan 6.4 ton/ha. Sedangkan galur yang mempunyai ciri yang mendekati ciri-ciri padi tipe baru adalah galur IPB116-F-45-2-1, galur ini memiliki jumlah anakan, anakan produktif, tinggi tanaman, dan umur tanaman yang hampir mendekati ciri-ciri padi tipe baru (PTB). Galur IPB116-F-45-2-1 memiliki umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yaitu 105 hari setelah tebar umur panen ini 11 hari sebelum varietas pembanding Ciherang dan 7 hari sebelum varietas pembanding IR64.

SARAN

1. Galur IPB107-F-25-1-1 dan IPB116-F-45-2-1 memiliki potensi hasil dan kriteria cukup baik untuk dilepas menjadi varietas unggul baru.

2. Sebaiknya galur juga dicoba ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat, misal dengan jarak tanam legowo 2:1 (40 X 20 X 10).

Dokumen terkait