Hasil pengamatan perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis meliputi diameter koloni, jumlah koloni, dan kerapatan spora. A. HASIL PENELITIAN
1. Pengamatan Diameter Koloni J amur Trichoderma sp dan Penicillium sp Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos sebagaimana nampak pada (Gambar 5.) bahwa jamur trichoderma dengan morfologi warna koloni hijau dan putih (Baker,1974) mengalami perkembangan koloni, yang ditandai dengan misellium jamur menyentuh dinding cawan petry bagian dalam, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada diameter koloni Trichoderma sp berbeda sangat nyata. (Tabel Lampiran 1.)
Gambar 5. Hasil Pengamatan Diameter Jamur Trichoderma sp pada Hari Ke Tiga setelah Inokulasi
A. Perlakuan Filtrat Kompos yang Dikombinasikan dengan Urine Kambing
B. Perlakuan Filtrat Kompos yang Dikombinasikan dengan Urine Sapi
Perkembangan diameter koloni Trichoderma sp tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan media PDA dengan filtrat kompos (A1K1) dan perlakuan media PDA dengan
filtrat kompos yang dikombinasikan dengan urine kambing (A1K4), hal ini menujukkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
19
perlakuan tersebut berbeda sangat nyata terhadap perlakuan media PDA dengan filtrat
kompos yang dikombinasikan dengan urine sapi (A1K3) pada (Gambar 6).
Gambar 6. Grafik : Diameter Koloni Trichoderma sp
Rerata diameter koloni jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan kombinasi berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 1. Rerata diameter koloni jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%.
Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos, bahwa jamur
Penicillium sp dengan morfologi warna abu – abu kehijauan (Alexopaulus dan mims,
1979) mengalami perkembangan koloni, yang ditandai dengan misellium jamur menuju
0 2 4 6 8 10
(1.) PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos Kotoran Sapi (4.) PDA + Kompos Urine Sapi (5.) PDA + Kompos Urine Kambing (6.) PDA + Kompos Guano
Nilai Diameter Koloni J amur (cm)
Per lakuan Diameter Koloni Trichoderma sp Rata-r ata (cm) Notasi
Kontrol PDA 8,75 c
PDA + Kompos 9 e
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 8,12 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 2,15 a
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing 9 de
PDA + Kompos dikombinasi Guano 8,25 b
BNT 5% 0,46
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
20
dinding cawan petry bagian dalam, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada diameter koloni Penicillium sp berbeda sangat nyata, hal ini ditunjukan pada (Tabel Lampiran 2. )
Perkembangan diameter koloni Penicillium sp tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan media PDA dengan filtrat kompos dengan urine kambing (A1K4), perlakuan
media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan kotoran sapi (A1K4),
dan perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan guano (A1K5) pada (Gambar 7).
Gambar 7. Grafik : Diameter Koloni Penicillium sp
Rerata diameter koloni jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan kombinasi berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 2).
0 0,5 1 1,5 2 2,5
(1). PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos Kotoran … (4. ) PDA + Kompos Urine Sapi
(5.) PDA + Kompos Urine … (6.) PDA + Kompos Guano
Nilai Diameter Koloni J amur (cm)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
21
Tabel 2. Rerata diameter koloni jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%.
2. J umlah Koloni J amur Trichoderma sp dan J amur Penicillium sp
Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos, bahwa jamur
Trichoderma dengan morfologi warna koloni hijau dan putih (Baker,1974), didapati
jumlah koloni jamur Trichoderma sp yang bervariasi, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada diameter koloni Trichoderma sp berbeda sangat nyata, hal ini ditunjukan pada (Tabel Lampiran 3.)
Diketahui bahwa jumlah koloni trichoderma tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan guano
(A1K5) dan perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan
urine kambing (A1K4), hal ini menujukkan perlakuan tersebut berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan
urine sapi (A1K3) pada (Gambar 8).
Per lakuan Diameter Koloni Penicillium sp Rata-r ata(Cm) Notasi
Kontrol PDA 1,45 a
PDA + Kompos 1,6 a
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 2 bc
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 1,825 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing 2,1 c
PDA + Kompos dikombinasi Guano 2,025 b
BNT 5% 0,184
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
22
Gambar 8. Grafik : Jumlah Koloni Trichoderma sp
Rerata jumlah koloni jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 3).
Tabel 3. Rerata jumlah koloni jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Per lakuan J umlah Koloni Trichoderma sp J umlah Notasi
Kontrol PDA 54 a
PDA + Kompos 69,75 c
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 62 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 61 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing
74 c
PDA + Kompos dikombinasi Guano 82,25 d
BNT 5% 5,395
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%
Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos, bahwa jamur
Penicillium sp dengan morfologi warna abu – abu kehijauan (Alexopaulus dan mims,
1979) jumlah koloni yang bervariasi, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada jumlah koloni Penicillium sp berbeda sangat nyata, hal ini ditunjukan pada (Tabel Lampiran 4. )
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
(1.) PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos +Kotoran Sapi (4.) PDA + Kompos + Urine Sapi (5.) PDA + Kompos +i Urine Kambing (6.) PDA + Kompos + Guano
Nilai J umlah Koloni (cfu/ml)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
23
Jumlah koloni Penicillium sp tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan media PDA
dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan guano (A1K5) dan perlakuan media
PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan urine kambing (A1K4), hal ini
menujukkan perlakuan tersebut berbeda sangat nyata terhadap perlakuan media PDA
dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan urine sapi (A1K3) pada (Gambar 9).
Gambar 9. Grafik : Jumlah Koloni Penicillium sp
Rerata jumlah koloni jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam ekstrak kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 4).
Tabel 4. Rerata jumlah koloni jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Per lakuan J umlah Koloni Penicillium sp J umlah Notasi
Kontrol PDA 52 a
PDA + Kompos 63,5 b
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 66,25 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 63,75 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing 76,25 c
PDA + Kompos dikombinasi Guano 84 d
BNT 5% 3,823
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
(1.) PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos +i Kotoran Sapi (4.) PDA + Kompos +i Urine Sapi (5.) PDA + Kompos +Urine Kambing (6.) PDA + Kompos + Guano
Nilai J umlah Koloni (cfu/ml)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
24
3. Kerapatan Spor a J amur Trichoderma sp dan J amur Penicillium sp
Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos, bahwa jamur trichoderma dengan morfologi warna koloni hijau dan putih (Baker,1974) menunjukan bahwa kerapatan spora jamur Trichoderma sp bervariasi, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada kerapatan spora Trichoderma sp berbeda sangat nyata, hal ini ditunjukan pada (Tabel Lampiran 5). Pada Grafik 10. diketahui bahwa kerapatan spora Trichoderma sp tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasi dengan kotoran sapi (A1K2) dan
perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan urine
kambing (A1K4), hal ini menujukkan perlakuan tersebut berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan urine sapi
(A1K3) pada (Gambar 10).
Gambar 10. Grafik : Kerapatan Spora Trichoderma sp
Rerata kerapatan spora jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 5).
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00
(1.) PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos + Kot oran Sapi (4. ) PDA + Kompos + Urine Sapi (5.) PDA + Kompos + Urine Kambing (6.) PDA + Kompos + Guano
Nilai Kerapat an Spora (sel/ ml)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
25
Tabel 5. Rerata kerapatan spora jamur Trichoderma sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Per lakuan Ker apatan Spor a Penicillium sp
Notasi
Kontrol PDA 12,50 a
PDA + Kompos 14,25 a
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 40,50 d
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 23,25 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing 47,5 e
PDA + Kompos dikombinasi Guano 33,75 c
BNT 5% 4,186
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%
Uji media PDA yang dikombinasikan dengan berbagai kompos, bahwa jamur
penicillium sp dengan morfologi warna abu – abu kehijauan (Alexopaulus dan mims,
1979) menunjukan bahwa kerapatan spora jamur Penicillium sp bervariasi, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pengamatan pada jumlah krapatan spora
Penicillium sp berbeda sangat nyata, hal ini ditunjukan pada (Tabel Lampiran 6. )
Pada Grafik 6. diketahui bahwa jumlah kerapatan spora Penicillium sp tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan media PDA dengan filtrat kompos dengan urine kambing
(A1K4), dan perlakuan media PDA dengan filtrat kompos yang dikombinasikan dengan
kotoran sapi (A1K4) pada (Gambar 11).
Gambar 11. Grafik : Kerapatan spora Penicillium sp
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
(1.) PDA (2.) PDA + Kompos (3.) PDA + Kompos + Kotoran Sapi (4.) PDA + Kompos + Urine Sapi (5.) PDA + Kompos + Urine Kambing (6.) PDA + Kompos + Guano
Nilai Kerapatan Spora (sel/ml)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
26
Rerata kerapatan spora jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis dapat dilihat pada (Tabel 6).
Tabel : 6. Rerata kerapatan spora jamur Penicillium sp pada berbagai perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk kandang dan urine hewan pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis.
Per lakuan Ker apatan Spor a Penicillium sp Notasi
Kontrol PDA 33,5 a
PDA + Kompos 34,25 a
PDA + Kompos dikombinasi Kotoran Sapi 41 b
PDA + Kompos dikombinasi Urine Sapi 35,5 a
PDA + Kompos dikombinasi Urine Kambing 42,75 b
PDA + Kompos dikombinasi Guano 35,75 a
BNT 5% 2,848
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf signifikansi 5%
B. PEMBAHASAN
Hasil pengamatan diameter koloni jamur Trichoderma sp pada perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata sebagaimana di tunjukkan pada (Gambar 6). Nilai pertumbuhan tertinggi diperoleh pada Trichoderma sp dengan perlakuan media PDA
dikombinasi filtrat kompos dan urine kambing (A1K5), pengamatan diameter koloni
jamur Penicillium sp diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan media PDA dikombinasi
filtrat kompos dan urine kambing (A2K5), Hasil pengamatan jumlah koloni jamur
Trichoderma sp pada perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan
berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata sebagaimana di tunjukkan pada (Gambar 8). Nilai jumlah koloni terbanyak diperoleh pada Trichoderma
sp dengan perlakuan media PDA dikombinasi filtrat kompos dan guano (A1K6),
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
27
pengamatan jumlah koloni terbanyak diperoleh pada Penicillium sp dengan prlakuan yang sama (Gambar 9), yaitu perlakuan media PDA dikombinasi filtrat kompos dan guano (A1K6).
Hasil pengamatan kerapatan spora jamur Trichoderma sp pada perlakuan kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata sebagaimana di tunjukkan pada (Gambar 10). Nilai kerapatan spora tertinggi diperoleh pada Trichoderma sp dengan perlakuan media PDA
dikombinasi filtrat kompos dan urine kambing (A1K5), pengamatan kerapatan jamur
Penicillium sp diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan media PDA dikombinasi filtrat
kompos dan urine kambing (A2K5). pada perlakuan tersebut hal ini sangat mendukung
kedua jamur, karena asupan nutrisi yang diserap oleh jamur tersedia pada media, urine kambing terdapat berbagai macam unsur yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan,
seperti unsur nitrogen (N), bahan organik (BO), P2O5, dan CaO.
Mikroba dalam pertumbuhannya memerlukan bahan makanan tidak saja dalam bentuk organik saja, tetapi juga yang memerlukan nutrient dalam bentuk anorganik bahkan kedua-duanya. Demikian juga dengan jumlah nutrient yang diperlukan, sangat berbeda antara mikrobia satu dengan lainnya (Darkuni,2001). Sehingga dalam larutan biak sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yaitu tersedia semua unsur yang ikut serta dalam pembentukan bahan sel dalam bentuk berbagai senyawa yang dapat diolah (Schlegel ,1994) Unsur ini diperlukan dalam banyak dan terdapat pada semua organisme. Yang termasuk unsur makronutrien adalah karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, belerang, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan besi (C, O, H, N, S, P, K, Ca, Mg dan Fe). Menurut Irianto (2007) unsur makro merupakan 95% dari bobot kering sel dan semuanya berada dalam senyawaan yang sama dalam tiap sel (protein, lemak, karbohidrat, DNA, RNA) dan juga pada virus. Untuk keperluan hidupnya, semua
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
28
makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk keperluan kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi) (Waluyo ,2007). Ada lebih dari 40 jenis nutrient (zat gizi) di dalam makanan, dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan fungsi yang unik dan spesifik yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Di dalam tubuh kita, zat gizi ini adalah sumber utama energi bagi tubuh.
Peran utama nutrient adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor electron dalam rekasi bioenergetik (reaksi yang menghasilakn energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor electron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen.
Makhluk hidup menggunakan sumber-sumber nutrient dapat dalam bentuk padat, tetapi ada juga yang hanya dapat menggunakan sumber nutrient dalam bentuk cair (larutan) (Waluyo ,2007).. Bila jasad hidup menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat digolongkan tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan nutrient dalam bentuk cairan tergolong tipe holofitik. Namun ada juga dari tipe holofitik yang dapat menggunakan sumber nutrient dalam bentuk padat, tetapi bahan tersebut dicerna dahulu di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada kompatibilitas berbagai macam filtrat kompos dengan berbagai macam pupuk organik pada medium buatan (PDA) sebagai media tumbuh jamur antagonis adalah :
Media PDA berkombinasi dengan filtrat kompos memiliki potensi sebagai media tumbuh jamur antagonis, dengan perlakuan media PDA berkombinasi dengan filtrat kompos dan urine kambing (A1K4) dan perlakuan media PDA berkombinasi dengan filtrat kompos dan guano (A1K5).
B. Saran
Inokulasi isolat jamur Trichoderma sp. dan Penicillium sp. didalam ruang laminar air flow diupayakan untuk menjaga dalam kondisi yang steril.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2011 Trichoderma http://id.wikipedia.org/wiki/Trichoderma
20 Februari 2011
Anonimous, 2011.Guano http://id.wikipedia.org/wiki/Guano
27 Januari 2011
Agrios, 1978, Plant Pathology. Academic Press. New York San Fransisco – London 629 Page
Baker, K.F dan R.J. Cook. 1974. Biological Control of Plant Pathogen. W.H. Freeman and Company. San Francisco. 433 hal.
Bollen, G.J. 1974. Fungal recolonization of heat-treated glasshouse soils. Agro Ecosystems I: 139-155.
Buchanan, R.E. dan N.E. Gibbons. 1974. Bergey's manual of determinative bacteriology. The Williams & Wilkins Comp., Baltimore. 1246 h.
Cholil, A. 1981. Effect of Heat Treatmenton The Soil Microflora of a Potato Field. Agrivita 4 (4): 30-33.
Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi,Virologi Dan Mikologi). Malang: UM press.
Johnson, L.; E.A. Curl; J.H. Bon dan H.A. Fribourg. 1959. Methods for studying
soil microflora plant disease relationships. Burgess
Publ.Comp.,Minneapolis.178 h.
Jones, R.W.; R.E. Pettit; dan R.A. Taber. Lignite and still-age; carrier and substrate for application of fungal biocontrol agents to soil. 1984. Phytopathology 74 (19): 1167-1170.
Haggag M W 1* and M. S. M. Saber. 2007. Journal of Food, Agriculture & Environment Vol.5 (2) : 302-309. 2007
Holth, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staley, S.T. Williams . 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9 th edition. William and Wilkins (Eds). Baltimore.
Maurhofer, M.; C. Keel; U. Schnider; C. Voisard; D. Haas; dan G. Defago. 1992. Influence of enhanced antibiotic production in Pseudomonas fluorescens strain CHAO on its disease suppessive capacity. Phytopathology 82 (2): 190-195.
Nirwanto, H. 2001. Studi Hubungan Cuaca dengan Epidemi Penyakit Bercak Ungu (Alternaria porri) dalam Penentuan Nilai Ekonomi Penggunaan Fungisida
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
31
pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum). Tesis. PPSUB. Universitas Brawijaya. Malang.
Nirwanto, H., 2007. Ketahanan populasi varietas bawang merah terhadap epidemi penyakit bercak ungu Alternaria porri (Ell.) Cif. Di daerah Batu Malang.Disertasi. PPSUB. Unibraw. Malang.
Oduro, K.A.; D.E. Munnecke; J.J. Sims dan N.T. Keen. 1976. Isolation of antibiotics produced in culture by Armillaria mellea. Trans.Br.mycol.Soc. 66 (2): 195-199.
Puspawati,N.M., I.R.Sastrahidayat,S. Djauhari, H.S. Modjo, 1991. Penerapan pengendalian terpadu terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri) pada tanaman bawang putih di lapang. Dirjen PT. Dept P dan K.
Sastrahidayat, I.R. 1977. The effect of heat treatment on the survival of Fusarium
oxysporum f.sp. lycopersici in soil. Differential sensitivity of some
fungi to rovral. Laboratorium voor Fytopathologie,
Landbouwhogeschool, Wageningen, The Netherland. 29 h.
Sastrahidayat, I.R. 1994 a. Penuntun mempelajari jamur di laboratorium. Diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian Unibraw. 96h.
_______________________ b. Medium buatan untuk jamur dan bakteri. Fakultas Pertanian Unibraw. 109 h.
Sastrahidayat, I.R. 1995 b. Penerapan pengendalian terpadu terhadap penyakit bercak ungu (Alternaria porri) pada tanaman bawang putih di lapang. Agrivita 18 (1): 36-41.
Schippers, B. dan W.M.M.M. De Weyer. 1972. Chlamydospore formation and lysis of macroconidia of Fusarium solani f. cucurbitae in chitin-amended soil. Neth. J. Pl. Path. 78: 45-54.
Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung
Tuite, J., 1969. Plant Pathological Methods. Fungi and Bacteria. Burgess Publishing Co. Minneapolis, Minnesota
Van den Heuvel, J. 1970. Antagonistic effects of epiphytic microorganims on infection of dwarf bean leaves by Alternaria zinniae. Phytopathologisch Laboratorium "Willecommelin" Scholten, Baarn. Mededeling.No. 84. 84 h.
1971. Antagonism between pathogenic and saprophytic Alternaria sp.on bean leaves. p.537-544. In Preece,T.F. and C.H. Dickinson. Acology of leaf surface microorganisms.Acad.Press. New York. 640 h. Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologio Umum. Malang: UMM Press.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :