• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Terjun Cibeureum merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di TNGGP Cibodas (Gambar 5). Cibeureum dalam bahasa Sunda memiliki arti sungai merah. Pemberian nama Cibeureum ini dikarenakan adanya nuansa merah pada air terjun tersebut. Nuansa merah tersebut diakibatkan oleh tumbuhnya lumut merah (Spagnum gadeanum) pada dinding tebing air terjun terebut. Air terjun dengan ketinggian 1.625 mdpl ini dapat diakses melalui pintu masuk Cibodas. Jarak dari pintu masuk Cibodas menuju air terjun tersebut adalah 2,8 km dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Arena terbuka di lokasi ini terbentuk oleh beberapa jejak No Alternatif Strategi Keterkaitan unsur SWOT Skor Ranking

1 2 n

pertemuan lahar Gunung Gede dan Pangrango. Batu-batu yang terdapat pada lokasi juga merupakan batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede dan Pangrango.

Gambar 5 Air Terjun Cibeureum

Sepanjang jalur wisata menuju Air Terjun Cibeureum juga dapat ditemukan beberapa objek wisata seperti Telaga Biru (Gambar 6) dan Rawa Gayonggong (Gambar 7). Telaga Biru berjarak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas dengan ketinggin 1.575 mdpl. Waktu tempuh untuk mencapai Telaga Biru tersebut adalah 25 menit. Telaga Biru memiliki luas telaga sebesar ± 500 m2 dengan kedalaman air rata-rata sebesar 2 m. Warna air telaga ini dapat berubah dari warna hijau kecoklatan hingga biru. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh siklus pertumbuhan ganggang yang tumbuh di telaga tersebut.

Gambar 6 Telaga Biru

Rawa Gayonggong (Vregnitis vulgaris) merupakan sebuah cekungan yang terbentuk dari bekas kawah mati yang kemudian menampung aliran air yang

mengalir dari Air Terjun Cibeureum. Pada rawa ini tumbuh berbagai macam jenis rumput karena adanya sedimentasi lumpur akibat erosi tanah. Jenis rumput yang mendominasi rawa tersebut adalah rumput Gayonggong yang kemudian dijadikan nama bagi rawa tersebut. Rawa terletak 1,8 km dari pintu masuk Cibodas dengan waktu tempuh 45 menit. Adapun ketinggian dari rawa tersebut adalah 1400 mdpl.

Gambar 7 Rawa Gayonggong

Air Terjun Cibeureum, Rawa Gayonggong, dan Telaga Biru berada dalam pengelolaan Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Mandalawangi. RPTN Mandalawangi merupakan bagian dari Seksi PTN Cibodas. Selain itu RPTN ini merupakan RPTN yang lokasinya paling dekat dengan Balai Besar TNGGP.

Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap

Keindahan merupakan salah satu komponen lanskap. Sebagai sebuah komponen lanskap, keindahan memiliki fitur-fitur yang mempengaruhi kualitas estetika lanskap tersebut. Fitur-fitur keindahan tersebut terdiri dari (1) kualitas bentuk dan warna sebagai pembentuk efek visual, (2) jarak dan luas pandangan pada lanskap, dan (3) pernyataan resmi terhadap suatu tapak, seperti hangatnya matahari dan aroma bunga, merupakan persepsi terhadap suatu lanskap (Lucas, 1992)

Kualitas estetika lanskap merupakan salah satu faktor penting bagi pengunjung dalam memilih objek wisata yang ingin dukunjungi. Kualitas estitika lanskap tersebut akan mempengaruhi kesan pengunjung terhadap objek wisata tersebut. Kesan yang didapatkan tersebut kemudian akan mempengaruhi kepuasan pengunjung. Selain kualitas estetika lanskap dari objek wisata tersebut sendiri, kualitas estetika lanskap disepanjang jalur wisata juga memepengaruhi kesan pengunjung saat mengunjungi objek wisata tersebut.

Berdasarkan persepsi responden, didapatkan hasil penilaian SBE terhadap lanskap sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum berkisar antara -36,97 - 108,91 (Gambar 8). Data tersebut kemudian ditransformasi menjadi data interval untuk diklasifikasikan menjadi tiga kategori kualitas estetika (Tabel 7). Ketiga

kategori kualitas estetika tersebut terdiri dari kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi. Lanskap yang temasuk dalam kategori kualitas estetika rendah adalah lanskap yang kualitas estetikanya tidak disukai oleh responden dengan nilai ≤11,65.

Nilai SBE yang termasuk dalam kategori kualitas estetika sedang adalah yang bernilai diantara 11,65 - 60,98. Lanskap yang termasuk dalam kategori kualitas estetika sedang tersebut merupakan lanskap yang kualitas estetikanya cukup disukai oleh responden. Sedangkan yang temasuk kategori kualitas estetika tinggi adalah lanskap dengan nilai SBE ≥60,98, yang mana merupakan lanskap yang kualitas estetikanya disukai oleh responden.

Gambar 8 Grafik hasil penilaian SBE

Hasil pengklasifikasian menunjukkan bahwa terdapat sembilan lanskap yang termasuk dalam kategori kualitas estetika rendah, yaitu Lanskap 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan, 9. Lanskap 10, 11, 12, 13, 16, dan 19 merupakan keenam lanskap yang termasuk dalam kategori kualitas estetika sedang. Sedangkan kategori kualitas estetika tinggi terdiri dari empat lanskap yang termasuk di dalamnya, yaitu Lanskap 14, 15, 17, dan 18. Jika hasil tersebut dipersentasekan, maka terdapat 47% lanskap dengan kualitas estetika rendah, 32% lanskap dengan kualitas estetika sedang, dan 21% lanskap dengan kualitas estetika tinggi. Cukup besarnya hasil persentase lanskap dengan kualitas estetika rendah menunjukkan bahwa kesan positif yang didapatkan oleh pengunjung saat melalui jalur wisata Air Terjun Cibereum masih kurang. Selain itu juga terlihat bahwa kondisi keindahan lanskap di sepanjang jalur wisata tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih.

Tabel 7 Kategori lanskap berdasarkan kualitas estetika

No. Kategori Kualitas Estetika

Rendah Sedang Tinggi

1. 2. 3. 4. 5. 6. Tabel 7 (lanjutan)

No. Kategori Kualitas Estetika

Rendah Sedang Tinggi

7.

8.

9.

Pada lanskap yang berada dalam kategori kualitas estetika rendah dapat dilihat bahwa sebagian besar merupakan lanskap jalan setapak yang pada bagian kanan dan kirinya dikelilingi oleh pohon-pohon dan tanaman semak. Seperti yang terlihat pada Lanskap 1, 6, 7, dan 9, pohon-pohon yang ada di sekitar jalur wisata memiliki jarak tanam yang cenderung rapat dan berdaun lebat. Hal ini menyebabkan jarak pandang ke sekitar kawasan menjadi terbatas. Jarak pandang yang terbatas tersebut memberikan kesan sempit. Selain itu tanaman semak yang berada di sekeliling jalan setapak cenderung tidak teratur sehingga memberikan kesan berantakan. Kesan sempit dan berantakan ini menyebabkan pengunjung cenderung merasa tidak aman dan nyaman. Perasaan tidak aman dan nyaman tersebut ditimbulkan ini kemudian menyebabkan pengunjung tidak ingin berada dalam jangka waktu yang lama pada tapak. Selain itu seperti yang terlihat pada Lanskap 1, 4, 5 dan 8, kondisi tapak juga terlihat sangat monoton. Kesan monoton tersebut ditimbulkan oleh pohon-pohon dan tanaman semak yang berada disekitarnya yang tidak bervariasi sehingga memberikan kesan membosankan dan suram. Kesan tersebut juga menyebabkan pengunjung tidak menyukai lanskap tersebut.

Terdapat dua tipe lanskap yang termasuk dalam kategori lanskap dengan kualitas estetika sedang. Kedua tipe lanskap tersebut terdiri dari lanskap yang memiliki hardscape berupa jembatan atau viewing deck, serta lanskap yang memiliki elemen air di dalamnya. Kondisi lanskap yang memiliki hardscape berupa jembatan atau viewing deck dapat dilihat pada Lanskap 11, 12, 13, dan 16, sedangkan lanskap yang memiliki elemen air dapat dilihat pada Lanskap 10 dan 19. Adapun elemen air pada lanskap dengan kualitas estetika sedang merupakan elemen air yang statis. Elemen air yang statis tersebut meningkatkan kesan tenang

pada tapak sehingga pengunjung merasa lebih nyaman. Selain itu, kedua jenis hardscape dan elemen air yang ada membuat lanskap tersebut terlihat lebih menarik dan tidak monoton. Lanskap pada kategori ini juga memiliki kesan lebih luas dan rapi dibandingkan lanskap dengan kualitas estetika rendah. Hal tersebut menyebabkan pengunjung merasa cukup aman dan nyaman untuk berada pada tapak dalam jangka waktu cukup lama. Oleh karena itu lanskap-lanskap yang termasuk pada kategori ini cukup disukai oleh pengunjung.

Lanskap pada kategori kualitas estetika tinggi, merupakan lanskap yang paling disukai oleh pengunjung. Lanskap pada kategori ini memiliki kesan paling luas dan paling rapi dibandingkan dengan lanskap-lanskap yang termasuk dalam lanskap dengan kualitas estetika sedang dan rendah. Pada keempat lanskap yang termasuk dalam kategori ini dapat dilihat bahwa dua diantaranya, yaitu Laskap 14 dan 17 merupakan lanskap dengan jarak pandang yang jauh sehingga memberikan kesan luas. Pada kedua lanskap tersebut juga terdapat hardscape berupa jembatan yang menambah daya tarik dari lanskap tersebut. Sedangkan pada Lanskap 15 dan 18 terdapat elemen air yang bergerak secara dinamis. Elemen air yang begerak secara dinamis ini memberikan kesan ceria sehingga pengunjung merasa senang dan ingin berinteraksi dengan objek tersebut. Seluruh kesan yang diberikan oleh lanskap-lankap tersebut menyebabkan pengunjung merasa nyaman dan aman untuk berada pada tapak pada jangka waktu lama.

Apabila diurutkan berdasarkan lokasinya pada jalur (Gambar 9), terlihat bahwa semakin mendekati objek wisata, kondisi visual lanskap pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum semakin disukai oleh pengunjung. Sedangkan kondisi lanskap yang berada di dekat pintu masuk cenderung tidak disukai oleh pengunjung. Lanskap 18 yang memiliki penilaian paling tinggi berada tepat pada objek wisata. Pada lanskap tersebut terdapat air terjun yang mana menjadi daya tarik bagi pengunjung. Sedangkan Lanskap 7 sebagai lanskap dengan nilai terendah berada kurang lebih 1 km dari pintu masuk. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap yang berada di dekat pintu masuk memerlukan perubahan atau penambahan hardscape agar memberi kesan yang lebih baik bagi pengunjung.

Berdasarkan hasil penilaian kualitas estetika lanskap tersebut dapat disimpulkan bahwa kesan luas dan rapi menjadi faktor penting yang memepengaruhi kesan pengujung terhadap kualitas estetika lanskap tersebut. Hal tersebut dikarenakan kedua faktor tersebut memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung saat berada pada tapak. Selain itu adanya hardscape dan elemen air juga membuat tapak juga tidak terkesan monoton dan lebih menarik. Hal ini menunjukkan bahwa hardscape dan elemen air menjadi salah satu faktor pendukung bagi peningkatan kualitas estetika sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Kesan luas pada jalur wisata dapat ditingkatkan dengan membuka beberapa lokasi di pinggir jalur sebagai shelter peristirahatan maupun pos jaga. Pembukaan lokasi ini dapat menambah kesan luas pada tapak karena mengurangi jumlah pohon yang menutupi jarak pandang. Selain menambah kesan luas, penambahan shelter peristirahatan maupun pos jaga tersebut juga dapat mengurangi kesan monoton dan membuat kawasan disekitar jalur wisata menjadi lebih menarik. Bahan hardscape yang digunakan sebaiknya adalah bahan yang rendah karbon. Hal ini bertujuan untuk mendukung terwujudnya masyarakat rendah karbon (LCS) pada kawasan di sekitar jalur wisata.

Ga mbar 9 J alur w isata Ai r T erjun Ci be ure um

Evaluasi Karakteristik Estetika Lanskap

Pada evaluasi karakteristik estetika lanskap ini digunakan 3 buah foto kondisi asli yang juga merupakan sampel lanskap bagi penilaian kualitas estetika lanskap. Ketiga foto kondisi asli tersebut digunakan sebagai foto kontrol (Gambar 10). Foto kontrol tersebut merupakan acuan untuk melihat pengaruh penggantian maupun penambahan hardscape pada jalut wisata Air Terjun Cibeureum.

(a) (b) (c)

Gambar 10 Foto kontrol

a) jalur berundag; b) jalur datar; c) jalur jembatan

Berdasarkan ketiga foto kontrol tersebut didapatkan 28 buah foto montase (Tabel 8). Seluruh foto montase tersebut beserta ketiga foto kontrol kemudian diberikan penilaian untuk setiap 13 karakteristik yang telah ditentukan. Karakteristik tersebut terdiri dari buruk-indah

(K1),

membosankan-menarik (K2), panas-sejuk (K3), gersang-teduh (K4), timpang-harmonis (K5), biasa-unik (K6), lembab-kering (K7), sempit-luas (K8), suram-cerah (K9), sulit-mudah (K10), licin-kasar (K11), muram-ceria (K12), serta bahaya-aman (K13).

Tabel 8 Hasil foto montase terhadap masing-masing foto kontrol

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

1 Hasil montase jalur berundag M1 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu. M2 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving. M3 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai.

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

1 Hasil montase jalur berundag M4 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal. M5 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan tanah. M6 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu dan penambahan handrail besi. M7 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving dan penambahan handrail besi. M8 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai dan penambahan handrail besi. M9 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal dan penambahan handrail besi. M10 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan tanah dan penambahan handrail besi.

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

1 Hasil montase jalur berundag M11 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu dan penambahan handrail tambang. M12 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving dan penambahan handrail tambang. M13 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai dan penambahan handrail tambang. M14 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal dan penambahan handrail tambang. M15 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan tanah dan penambahan handrail tambang. M16 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu dan penambahan bollard berlampu. M17 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving dan penambahan bollard berlampu.

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

1 Hasil montase jalur berundag M18 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai dan penambahan bollard berlampu. M19 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal dan penambahan bollard berlampu. M20 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan tanah dan penambahan bollard berlampu. 2 Hasil montase jalur datar M21 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu. M22 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving. M23 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai. M24 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal.

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

3 Hasil montase jalur jembatan M25 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan kayu. M26 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan paving. M27 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan lantai. M28 Montase jenis hardscape jalan setapak dengan aspal.

Hasil penilaian terhadap seluruh foto oleh responden disajikan dalam grafik perbandingan yang dikelompokkan berdasarkan kondisi asli lanskap dan hasil foto montase masing-masing kondisi asli lanskap tersebut. Selain itu juga terdapat sebuah grafik yang menampilkan konsistensi responden dalam memberikan penilaian (Gambar 11). Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan nilai setiap karakter lanskap pada kedua gambar pegulangan tidak begitu signifikan. Perubahan nilai berada pada kisaran 0,05 – 0,72 dengan rata-rata 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi responden cukup baik pada saat memberikan penilaian. Oleh karena itu hasil penilaian yang didapatkan dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.

Secara keseluruhan, hasil penilaian menunjukkan bahwa karakter estetika lanskap yang paling terpengaruh oleh adanya perubahan maupun penambahan jenis hardscape adalah karakter K3, K4, dan K5. Berdasarkan grafik hasil (Gambar 12) terlihat bahwa penilaian terhadap ketiga karakter lanskap tersebut menjadi menurun. Penurunan nilai ini menunjukkan bahwa perubahan maupun penambahan jenis hardscape menurunkan kesan sejuk, teduh, dan harmonis pada tapak. Penggantian hardscape jalan setapak dengan menggunakan aspal secara umum cenderung memberikan kesan paling muram dan suram. Sedangkan keramik cenderung memberikan kesan paling licin bagi setiap tapak. Adapun penggantian hardscape

dengan tanah menyebabkan adanya kecenderungan memberi kesan buruk, membosankan, biasa, dan berbahaya. Hardscape yang cenderung memberi pengaruh yang baik pada karakter estetika lanskap adalah elemen kayu dan paving.

Gambar 11 Grafik hasil penilaian SD untuk gambar pengulangan

Terdapat empat grafik hasil penilaian SD untuk lanskap dengan jalur berundag (Gambar 13). Grafik tersebut dikelompokkan berdasarkan penggantian maupun penambahan jenis hardscape yang dilakukan pada foto kontrol. Grafik kelompok montase tipe 1 (Gambar 13 (a)) merupakan grafik bagi jalur berundag yang foto montasenya berupa penggantian jenis hardscape pada jalur wisata. Pada grafik tersebut terlihat bahwa jenis hardscape berupa kayu cenderung meningkatkan penilaian sebagian besar karakteristik estetika lanskap. Peningkatan penilaian yang diakibatkan oleh jenis hardscape ini merupakan yang paling merata bagi semua karakteristik estetika lanskap dibandingkan jenis hardscape lainnya.

Berbeda halnya dengan kelompok montase tipe 2 (Gambar 13 (b)) yang montasenya berupa penggantian jenis hardscape dengan penambahan handrail besi. Secara keseluruhan jenis hardscape berupa kayu memberikan dampak positif yang paling merata bagi setiap karakteristik. Namun penambahan handrail besi menyebabkan beberapa jenis hardscape lainnya memberi pengaruh lebih dominan bagi peningkatan beberapa karakteristik lanskap. Salah satu diantaranya adalah jenis hardscape berupa paving yang memberikan peningkatan yang signifikan bagi K9, K10, K11, K12, dan K13. Hal ini selain dikarenakan paving yang memang memiliki dampak cukup baik bagi setiap karakteristik lanskap, kombinasi handrail besi dan paving memberikan kesan yang cukup selaras antara satu dengan yang lainnya dibandingkan kombinasi kayu dengan handrail besi.

Kelompok montase tipe 3 (Gambar 13(c)) merupakan kelompok montase dengan penggantian jenis hardscape beserta penambahan handrail tambang. Pada kelompok montase tipe 3 terlihat bahwa jenis hardscape paving memberikan dampak paling baik bagi karakteristik estetika lanskap. Seperti halnya dengan kelompok montase tipe 2, penambahan handrail tambang memberikan kesan paling selaras saat dipadukan dengan paving. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor yang meningkatkan penilaian responden pada hasil montase ini.

Pada kelompok montase 4 (Gambar 13 (d)) dilakukan penggantian jenis hardscape beserta penambahan bollard berlampu. Hasil penilaian terhadap kelompok montase ini menunjukkan bahwa penggantian hardscape jalur setapak dengan kayu dan penambahan hardscape bollard berlampu memberikan pengaruh yang paling baik bagi karakter estetika lanskap jalur wisata tersebut. Karakter yang mengalami kenaikan nilai SD paling baik adalah K2, K6, K9, K10, dan K12. Hal ini disebabkan selarasnya perpaduan antara jalan kayu dengan bollard berlampu yang memiliki warna dasar tiang coklat. Perpaduan ini terlihat menyatu dengan kondisi sekitarnya. Oleh karena itu nilai karakter estetika lanskapnya cenderung meningkat. Selain itu hasil montase memberikan peningkatan nilai karakteristik estetika lanskap paling baik bagi jalur berundag. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa penambahan hardscape akan membantu meningkatkan nilai karakteristik lanskap apabila terlihat selaras dengan kondisi di sekitarnya.

Namun penggunaan kayu sebagai hardscape bagi jalan setapak pada jalur berundag pada kenyataannya cukup berbahaya dan tidak tahan lama. Kondisi lingkungan yang lembab akan menyebabkan kayu menjadi mudah berlumut dan rapuh. Oleh karena itu berdasarkan hasil yang didapatkan maka untuk meningkatkan nilai karakteristik estetika lanskap pada jalur berundag tanpa merubah jenis perkerasannya adalah dengan menambahkan hardscape yang terlihat selaras dengan perkerasan tersebut. Atau dapat juga dibuat hardscape buatan yang bentuk dan kondisi visualnya terlihat seperti kayu.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 13 Grafik penilaian SD jalur berundag (a) montase tipe 1; (b) montase tipe 2; (c) montase tipe 3; (d) montase tipe 4;

Pada lanskap jalur datar, perubahan jenis hardscape jalan setapak menjadi paving memberikan pengaruh paling baik bagi karakter estetika lanskapnya (Gambar 14). Karakter estetika lanskap tersebut secara umum cenderung menjadi lebih positif dibandingkan pada saat kondisi aslinya. Adapun karakter lanskap yang paling dipengaruhi adalah indah, cerah, dan kasar.

Berbeda halnya dengan lanskap jalur jembatan, karakter estetika lanskap bernilai paling positif pada kondisi aslinya (Gambar 15). Perubahan jenis hardscape yang dilakukan cenderung menurunkan nilai karakter estetika lanskap pada tapak tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi asli tapak tersebut telah memiliki karakter estetika lanskap yang baik.

Gambar 14 Grafik penilaian SD jalur datar

Gambar 15 Grafik penilaian SD jalur jembatan

Hasil analisis SD sebelumnya kemudian dianalisis kembali dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang paling mempengaruhi estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS, terdapat tiga

kelompok yang mengelompokkan setiap karakter estetika laskap dalam 3 faktor (Tabel 9). Masing-masing faktor tersebut kemudian didefinisikan menjadi sebuah kata sifat yang dapat mewakili seluruh karakter estetika lanskap yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk pada faktor 1, maka faktor tersebut dapat didefinisikan sebagai kenyamanan. Pada faktor 2, karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk di dalamnya dapat didefinisikan sebagai kecerahan. Sedangkan pada faktor 3 dapat didefinisikan sebagai keamanan berdasarkan karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk di dalamnya. Hasil definisi ini menunjukkan bahwa kenyamanan, kecerahan, dan keamanan merupakan faktor-faktor yang paling mempengaruhi estetika lanskap sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Tabel 9 Faktor-faktor yang terbentuk dari analisis faktor

No. Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

1. Buruk-Indah (K1) Suram-Cerah (K9) Sempit-Luas (K8) 2. Membosankan-Menarik (K2) Muram-Ceria (K12) Licin-Kasar (K11)

3. Panas-Sejuk (K3) Bahaya-Aman (K13) 4. Gersang-Teduh (K4) 5. Timpang-Harmonis (K5) 6. Biasa-Unik (K6) 7. Lembab-Kering (K7) 8. Sulit-Mudah (K10)

Selain mengetahui pengaruh penggantian maupun penambahan jenis hardscape dan faktor-faktor yang mempengaruhi estetika lanskap jalur wisata tersebut, juga perlu diketahui korelasi antara karakteristik estetika lanskap dengan kualitas estetika lanskap. Korelasi antara karakteristik dan kualitas estetika lanskap tersebut diketahui dengan melakukan analisis regresi. Analisis ini dilakukan terhadap tiga foto kontrol yang mana sebelumnya juga sudah dianalisis SBE. Berdasarkan hasil analisi regresi didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kenaikan nilai SD pada K8 akan menyebabkan kenaikan sebesar 81,39 pada nilai SBE. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa K8 memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai SBE. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa dari segi statistik terdapat kecenderungan berupa semakin luas kesan yang diberikan oleh suatu tapak, maka kualitas estetika lanskap tapak tersebut akan cenderung semakin baik.

Evaluasi Daya Dukung Jalur Wisata

Sebagai salah satu lokasi wisata favorit bagi para pengunjung TNGGP Cibodas, intensitas kunjungan ke Air Terjun Cibeurum sangat tinggi terutama pada saat hari libur. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola jalur wisata Air Terjun Cibeureum, pada hari biasa rata-rata jumlah pengunjung adalah 85 orang/hari. Namun pada hari libur, rata-rata jumlah pengunjung adalah 675 orang/hari. Jumlah kunjungan tersebut tentunya akan memberi pengaruh terhadap kualitas estetika lanskap yang ada. Selain itu, hal tersebut juga akan mempengaruhi rencana pengelolaan yang akan diterapkan pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Oleh karena itu jumlah kunjungan tersebut perlu dianalisis apakah sudah sesuai

Dokumen terkait