• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Jalur Wisata Air Terjun Cibeureum sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Jalur Wisata Air Terjun Cibeureum sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN JALUR WISATA

AIR TERJUN CIBEUREUM

SEBAGAI PENYEDIA JASA KEINDAHAN LANSKAP

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Jalur Wisata Air Terjun Cibeureum sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)

sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh KASWANTO.

Jasa keindahan lanskap merupakan salah satu jasa lanskap yang tersedia di jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Jasa keindahan lanskap tersebut merupakan daya tarik terbesar bagi pengunjung, oleh karena itu keberadaan jasa keindahan lanskap tersebut diharapkan dapat berkelanjutan. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas yang baik dari jasa keindahan lanskap adalah dengan membuat rencana pengelolaan bagi jasa keindahan lanskap tersebut. Pembuatan rencana pengelolaan diawali dengan melakukan evaluasi terhadap kualitas estetika lanskap dengan menggunakan analisis Scenic Beauty Estimation (SBE) serta evaluasi karakteristik estetika lanskap dengan analisis Semantic Differential (SD). Selain itu juga dilakukan analisis SWOT untuk memenyusun rekomendasi rencana pengelolaan tersebut. Berdasarkan analisis SBE diketahui bahwa kesan luas dan rapi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kualitas estetika jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Selain itu adanya tambahan hardscape tertentu seperti jembatan dan viewing deck serta elemen air juga mempengaruhi kualitas estetika lanskap jalur wisata tersebut. Pada analisis SD didapatkan hasil bahwa perubahan maupun penambahan jenis hardscape akan mempengaruhi karakteristik estetika lanskap. Nilai karakteristik estetika lanskap akan semakin baik apabila jenis hardscape yang digunakan selaras dan menyatu dengan kondisi lanskapnya. Hasil analisis SD kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor. Analisis tersebut menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi nilai karakteristik estetika lanskap adalah faktor aman, nyaman dan cerah. Berdasarkan hasil analisis SD juga dilakukan analisis regresi yang menunjukkan bahwa karakteristik estetika sempit-luas memberikan pengaruh paling signifikan terhadap kualitas estetika lanskap. Hasil analisis SBE dan SD tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi rencana pengelolaan. Berdasarkan analisis SWOT kemudian didapatkan delapan alternatif strategi untuk pengelolaan jasa lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

(5)

NI PUTU RIA FEBRIANA. Tourism Track Management of Cibeureum Waterfall as A Provider of Landscape Beautification Service at Gunung Gede Pangrango National Park. Supervised by KASWANTO.

Landscape beautification service is one of landscape services that provided by Cibeureum Waterfall tourism track. The landscape beautification service is the biggest attraction for visitors. That is why the presence of landscape beautification service should be sustainable. One way to keep the good quality of landscape beautification service is to make a management plan. The making of management plan was started with evaluation of landscape aesthetic quality by using Scenic Beauty Estimation (SBE) analysis and also evaluation of landscape aesthetic characteristics by using Semantic Differential (SD) analysis. Furthermore, it also used SWOT analysis to arrange the recommendation of management plan. The result of SBE analysis showed that the wide and measured images of the landscape were giving a significant impact for landscape aesthetic quality value of Cibeureum Waterfall tourism track. Moreover, any kind of hardscape addition, such as bridge and viewing deck and also water element would give an influence to the quality of landscape aesthetic. From SD analysis, the result showed that modification nor addition of the hardscape type would give an impact to landscape aesthetic characteristics. The value of landscape aesthetic characteristics would be increased if the type of hardscape that was used is in a harmony and fused with the landscape condition. The result of SD analysis then used for factor analysis which showed that the most influence factors for landscape aesthetic characteristics are safety, comfort, and brightness factors. By using the result of SD analysis, it also analyzed with regression analysis which showed that narrow-wide of landscape aesthetic characteristic was giving a significant impact to landscape aesthetic quality. All the results of landscape quality and landscape characteristics evaluation were considered for the management plan recommendation. As the result of SWOT analysis, there are eight recommendations or alternative strategies for Cibeureum Waterfall tourism track management plan.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(7)

PENGELOLAAN JALUR WISATA

AIR TERJUN CIBEUREUM

SEBAGAI PENYEDIA JASA KEINDAHAN LANSKAP

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

NI PUTU RIA FEBRIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

(8)
(9)

Nama : Ni Putu Ria Febriana NIM : A44100026

Disetujui oleh

Dr. Kaswanto, SP. MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(10)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Jalur Wisata Air Terjun Cibeureum sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Kaswanto, SP. MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen pembimbing akademik Dr. Ir. Bambang Sulistiyantara, MAgr, pihak TNGGP, Papa, Mama, seluruh keluarga besar, teman-teman Arsitektur Lanskap 47, teman-teman KMB IPB, serta pihak lainnya atas segala doa dan dukungannya.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pengelolaan jasa keindahan lanskap bagi jalur wisata Air Terjun Cibeureum agar keberadaannya dapat berkelanjutan dan memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(11)

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Kerangka Pikir 2

Batasan Penelitian 2

METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan Penelitian 3

Tahapan dan Metode Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum 10

Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap 12

Evaluasi Karakter Estetika Lanskap 18

Evaluasi Daya Dukung Jalur Wisata 27

Evaluasi Pengelolaan 28

Analisis SWOT 31

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 44

(12)

1 Alat penelitian 4

2 Identifikasi faktor internal dan eksternal 7

3 Rating dan tingkat kepentingan faktor internal dan internal 8 4 Penentuan total skor pembobotan faktor internal dan eksternal 9 5 Penyusunan srategi pengelolaan dengan matriks SWOT 10

6 Prioritas rekomendasi 10

4 Matriks internal-eksternal 9 5 Air Terjun Cibeureum 11

(13)

1 Kuisioner Scenic Beauty Estimation 44

2 Kuisioner Semantic Differential 45

3 Hasil penilaian SBE 46

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu kawasan penyedia jasa lanskap yang terdapat di Jawa Barat. Jasa lanskap yang tersedia di TNGGP mencakup keempat bentuk jasa lanskap yang ada saat ini, yaitu (1) jasa lanskap tata air, (2) jasa lanskap keanekaragaman hayati, (3) jasa lanskap penyerapan karbon, dan (4) jasa lanskap keindahan. Jasa lanskap keindahan merupakan salah satu yang perlu dikelola lebih baik di TNGGP. Pengelolaan jasa lanskap ini salah satunya berupa pemanfaatan keindahan lanskap TNGGP sebagai objek-objek wisata.

Kawasan TNGGP memiliki enam pintu masuk sebagai akses ke dalam kawasan. Salah satu dari keenam pintu masuk tersebut adalah pintu masuk Cibodas yang berlokasi di Kabupaten Cianjur. Sepanjang jalur melalui pintu masuk Cibodas hingga menuju puncak gunung, pengunjung dapat menjumpai beberapa objek wisata alam. Salah satu dari beberapa objek wisata alam yang paling sering dikunjungi adalah Air Terjun Cibeureum. Tingginya intensitas kunjungan pada objek wisata ini tentunya mempengaruhi kualitas estetika lanskap sepanjang jalur menuju objek wisata dan objek wisata itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan penilaian kualitas estetika lanskap dan karakter estetika lanskap di sepanjang jalur dan di kawasan Air Terjun Cibeureum tersebut.

Salah satu faktor pendukung untuk menjaga kualitas estetika lanskap sepanjang jalur wisata Air Terjun Ciebeureum adalah dengan menyusun rencana pengelolaan yang baik. Rencana pengelolaan ini disusun berdasarkan hasil penilaian kualitas dan karakteristik estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum tersebut. Rencana pengelolaan tersebut juga harus memperhatikan terpenuhinya lima aspek pengelolaan lanskap yang terdiri dari struktur organisasi, jadwal pengelolaan, tenaga kerja, alat dan bahan, serta biaya pengelolaan. Selain itu, rencana pengelolaan disusun berbasiskan pada konsep masyarakat rendah karbon - Low Carbon Society (LCS) yang kebijakannya diarahkan ke lanskap berkelanjutan.

Tujuan

Tujuan kegiatan penelitian pada jalur wisata Air Terjun Ciebeureum ini terdiri dari:

1. mengevaluasi kualitas estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum, 2. mengevaluasi karakter estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum, dan 3. menyusun rencana pengelolan jasa keindahan lanskap jalur wisata Air Terjun

Cibeurum.

Manfaat

Manfaat kegiatan penelitian ini diantaranya:

(15)

3. memberikan rekomendasi rencana pengelolaan jasa keindahan lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeurum.

Kerangka Pikir

Kawasan TNGGP merupakan salah satu kawasan penyedia jasa keindahan lanskap. Jasa keindahan lanskap ini dimanfaatkan sebagai objek wisata. Salah satu objek wisata favorit di kawasan ini adalah Air Terjun Cibeurum. Tingginya intensitas kunjungan pada kawasan dapat menurunkan kualitas estetika lanskap sepanjang jalur wisata hingga Air Terjun Cibeureum. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah rencana pengelolaan bagi jasa keindahan lanskap sepanjang jalur wisata tersebut. Kerangka pikir penelitian dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada pengamatan di jalur wisata Air Terjun Cibeureum ditinjau dari segi keindahan lanskap yang terdapat di sepanjang jalur tersebut. Hasil akhir dibatasi pada hasil evaluasi keindahan lanskap, evaluasi karakter lanskap dan rekomendasi rencana pengelolaan jasa keindahan lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Pengelolaan Jalur Wisata Air Terjun Cibeureum sebagai Penyedia Jasa Keindahan Lanskap di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Kualitas

Estetika Lanskap

Karakteristik Estetika Lanskap

Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango

Jasa Keindahan Lanskap

Objek Wisata

Air Terjun Cibeureum

(16)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di jalur wisata Air Terun Cibeureum Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas (Gambar 2). TNGGP Cibodas bertempat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kegiatan penelitian berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

(17)

Tabel 1 Alat penelitian

Alat Kegunaan

Perangkat keras (hardware) Alat tulis

Kamera digital

Pencatatan data hasil wawancara di lapang Pengambilan sampel foto kondisi jalur wisata Perangkat lunak (software)

Microsoft Word Pembuatan kuisioner dan input data

Adobe Photoshop Pembuatan foto montase dan finishing gambar Google Sketchup Pembuatan peta jalur wisata

Micrososft Excel Pengolahan data SBE, SD, dan SWOT

SPSS Pengolahan data SD

Tahapan dan Metode Penelitian

Secara umum kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap pengolahan data. Ada pun skema tahapan kegiatan penelitian tertera pada Gambar 3.

Gambar 3 Skema kegiatan penelitian 1. Persiapan

Pada tahap persiapan mahasiswa melakukan konsultasi intensif dengan dengan dosen pembimbing dalam menentukan lokasi penelitian. Setelah lokasi penelitian ditentukan, dilakukan pengumpulan data kondisi umum lokasi penelitian dan melakukan penjajakan dengan pihak terkait. Berdasarkan gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian kemudian ditentukan topik skripsi yang sesuai. Selanjutnya pembuatan surat izin dan permohonan penelitian ke TNGGP Cibodas.

Persiapan

Pengambilan Data

Pengolahan dan Analisis Data menggunakan analisis SBE, Semantic

Differential, dan SWOT

(18)

2. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan selama penelitian diawali dengan pengumpulan data struktur oraganisasi pengelolaan lanskap, jadwal pengelolaan, alat dan bahan, tenaga kerja, dan biaya pengelolaan. Selain itu juga dikumpulkan data keindahan lanskap yang terdapat pada lokasi serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaannya

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapatkan pada tahap pengambilan data kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode berikut:

a. Scenic Beauty Estimination (SBE)

Metode analisis Scenic Beauty Estimination (SBE) digunakan untuk mengevaluasi kualitas estetika lanskap sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum (Daniel dan Boster, 1976). Berdasarkan hasil analisis ini akan diketahui nilai kualitas estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Proses analisis SBE dimulai dengan pengambilan dokumentasi visual lanskap. Berdasarkan hasil gambar yang didapatkan dipilih 19 gambar yang akan diujikan. Sembilan belas gambar yang sudah dipilih kemudian dipresentasikan dengan slide untuk mendapatkan penilaian responden terhadap kondisi visual lanskapnya. Jumlah gambar yang dipresentasikan adalah 20 gambar. Satu dari 20 gambar yang dipresentasikan merupakan gambar pengulangan. Gambar pengulangan digunakan untuk melihat konsistensi responden pada saat melakukan penilaian. Responden untuk penilaian SBE ini adalah mahasiswa Arsitektur Lanskap yang berjumlah 60 orang. Sebelum tahap presentasi slide, responden dibagikan kuisioner (Lampiran 1) dan diberi penjelasan mengenai latar belakang dan tujuan penilaian serta teknis penilaian kuisioner. Setiap slide diputar selama 8 detik. Penilaian dilakukan dalam skala 1-10, dengan skala 1 sebagai nilai paling buruk dan skala 10 sebagai nilai paling baik. Penilaian yang dilakukan oleh responden kemudian diolah menjadi sebuah nilai dengan menggunakan formulasi (Daniel dan Boster, 1976) sebagai berikut:

Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke ith oleh responden j

Rj = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j

Rij = nilai ith dari responden j

Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j

Selanjutnya untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks kuantitas pendugaan keindahan suatu lanskap (Daniel dan Boster, 1976), formulasi yang digunakan dalam analisa adalah

SBEx = nilai pendugaan keindahan pemandangan lanskap ke- x

zyx = nilai rata-rata z lanskap ke x

zyo = nilai rata-rata z suatu lanskap tertentu sebagai standar Zij = −

(19)

b. Semantic Differential (SD)

Metode analisis Semantic Differential (SD) menggunakan kata sifat yang berlawanan untuk mengetahui karakter lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Melalui hasil analisis karakter lanskap ini akan diketahui karakter lanskap yang mempengaruhi persepsi terhadap estetika lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum (Lestari dan Gunawan, 2010).

Analisis SD diawali dengan membuat foto montase dari tiga foto kondisi lanskap TNGGP Cibodas yang sudah diambil sebelumnya. Foto kondisi asli tersebut mewakili tiga tipe jalur jalan setapak yang ada disepanjang jalur menuju objek wisata. Ketiga tipe jalur jalan setapak tersebut terdiri dari jalur berundag, jalur datar, dan jalur jembatan. Tipe jalur datar dan jembatan terdiri dari empat foto montase terhadap jenis hardscape jalan setapak yang digunakan. Keempat jenis hardscape yang digunakan adalah paving, aspal, keramik, dan kayu. Pada jalur berundag terdapat 20 foto montase. Lima foto montase pertama merupakan montase dari jenis hardscape jalan setapak. Hardscape tersebut terdiri dari paving, aspal, keramik, kayu, dan tanah. Lima belas foto montase selanjutnya merupakan hasil montase pada hardscape jalan setapak dan penambahan elemen pegangan besi, pegangan tali tambang, dan bollard berlampu pada setiap montase jenis hardscape jalan setapak.

Terdapat 13 karakter estetika lanskap yang digunakan beserta dengan lawan katanya. Karakter-karakter estetika lanskap tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel penilaian pada kuisioner (Lampiran 2) yang akan diisi oleh responden. Responden adalah 60 orang mahasiswa Arsitektur Lanskap.

Nilai untuk setiap karakter estetika lanskap berkisar pada skala -3 sampai 3. Hasil penilaian responden kemudian ditabulasikan. Setelah itu dicari nilai rataan untuk setiap karakter lanskap dengan menjumlahkan nilai dari seluruh responden dibagi dengan jumlah responden. Nilai rataan ini menjadi dasar pengelompokkan karakter lanskap yang berpengaruh pada tapak. Dari nilai rataan ini akan didapat grafik penilaian dengan cara mengeplotkan hasil penilaian ke dalam grafik Semantic Differential (SD).

Hasil nilai rataan setiap karakter lanskap pada setiap gambar tersebut juga kemudian dianalisis faktor dengan menggunakan SPSS. Analisis faktor ini digunakan untuk mereduksi variabel-variabel karakter lanskap yang digunakan dalam penelitian ke dalam variabel faktor yang mewakili variabel-variabel karakter lanskap tersebut. Berdasarkan analisis faktor ini akan didapatkan tiga variable faktor yang merupakan kumpulan variabel-variabel karakter lanskap (Falah, 2013). Masing-masing faktor kemudian didefinisikan menjadi sebuah karakter estetika lanskap yang mewakili seluruh karakter yang termasuk pada masing-masing faktor.

(20)

hasil analisis akan didapatkan sebuah persamaan regresi sederhana (Majiddin,

c. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)

Metode analisis SWOT digunakan untuk menyusun alternatif strategi pengelolaan jasa lanskap dengan membandingkan faktor internal (Strength dan Weakness) dengan faktor eksternal (Opportunity dan Threat). Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating (Rangkuti, 1997).

Sebelum dilakukan analisis SWOT, dilakukan analisis daya dukung untuk mengetahui jumlah kunjungan yang sesuai per harinya bagi jalur wisata Air Terjun Cibereum. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah jumlah kunjungan pada jalur wisata tersebut pada kondisi nyata di lapang sudah sesuai dengan jumlah kunjungan yang sesuaiatau belum. Hasil analisis tersebut kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususunan rekomendasi rencana pengelolaan. Adapun perhitungan jumlah kunjungan tersebut dilakukan dengan rumus (Nurisjah dan Pramukanto, 2012):

T = total kunjungan per hari yang diperkenankan (orang/hari)

S = luas kebutuhan area/ individu (m2/orang)

DD = Daya dukung (orang) N = jam kunjungan/hari yang diizinkan

K = koefisien rotasi/hari R = rata-rata waktu kunjungan

A = luas area yang digunakan untuk wisata (m2)

Analisis SWOT diawali dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal lanskap. Identifikasi ini didapatkan dengan melakukan wawancara kepada 3 orang ahli yang sudah mengetahui kondisi jalur wisata Air Terjun Cibeuerum. Ketiga orang ahli tersebut terdiri dari perwakilan TNGGP Cibodas, perwakilan resort Mandalawangi, dan dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hasil identifikasi yang didapatkan kemudian disajikan seperti pada Tabel 2.

Y = a X1 + b X2 + … + C

DD = A

S

(21)

Tabel 2 Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal

Tingkat Kepentingan Faktor Internal

SIMBOL FAKTOR STRENGTHS TINGKAT KEPENTINGAN RATING S1

S2 Sn

SIMBOL FAKTOR WEAKNESS TINGKAT KEPENTINGAN RATING W1

W2

Wn

Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

SIMBOL OPPORTUNITIESFAKTOR TINGKAT KEPENTINGAN RATING

O1

O2 On

SIMBOL FAKTOR THREATS TINGKAT KEPENTINGAN RATING T1

T2

Tn

Masing-masing faktor diberi penilaian tingkat kepentingan dimulai dari yang sangat penting hingga tidak penting serta diberi rating mulai skala 1 hingga 4. Pernilaian tingkat kepentingan dan rating diberikan berdasarkan kriteria yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Rating tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal

Nilai Peringkat

Matriks IFE Matriks EFE

Strenghts

yang berarti Peluang sedang

Ancaman

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991):

(22)

Setelah dilakukan pembobotan, dilakukan perhitungan total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan mengalikan tiap bobot dengan rating di setiap faktor internal dan eksternal. Penghitungan skor masing-masing faktor tersebut dilakukan dengan menggunakan Tabel 4.

Tabel 4 Penentuan total skor pembobotan faktor internal dan eksternal

Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

SIMBOL S1 S2 Sn W1 W2 Wn TOTAL BOBOT RATING SKOR

Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

SIMBOL O1 O2 On T1 T2 Tn TOTAL BOBOT RATING SKOR Factor Evaluation (EFE) lebih dari 2.5, nilai tersebut menunjukkan kondisi yang kuat. Hal tersebut dapat dipetakan melalui matriks Internal-External (IE) yang dapat dilihat pada Gambar 4 sehingga dapat diketahui strategi yang sesuai untuk dikembangkan.

Gambar 4 Matriks Internal-External (IE)

(23)

Cibeureum. Apabila hasil pemetaan berada pada kuadran I, II, atau IV maka strategi yang diterapkan akan bersifat grow and built. Sedangkan jika hasil pemetaan berada pada kuadran III, V, atau VII, maka strategi yang diterapkan besifat hold and maintain. Namun, jika hasil pemetaan berada pada kuadran VI, VIII, atau IX, maka strategi yang sebaiknya diterapkan bersifat harvest and divest. Berdasarkan hasil tersebut kemudian dikembangkan strategi-strategi pengelolaan dengan menggunakan matriks SWOT seperti yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Penyusunan strategi pengelolaan melalui matriks SWOT EKSTERNAL kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan

kelemahan serta menghindari ancaman yang ada

Berdasarkan hasil penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT maka diperoleh strategi rekomendasi rencana pengelolaan sesuai dengan tingkat prioritasnya. Berdasarkan hasil analisis yang dihasilkan alur proses penyusunan rekomendasi seperti yang tercantum pada Tabel 6. Tabel 6 Prioritas rekomendasi strategi pengelolaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Air Terjun Cibeureum merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di TNGGP Cibodas (Gambar 5). Cibeureum dalam bahasa Sunda memiliki arti sungai merah. Pemberian nama Cibeureum ini dikarenakan adanya nuansa merah pada air terjun tersebut. Nuansa merah tersebut diakibatkan oleh tumbuhnya lumut merah (Spagnum gadeanum) pada dinding tebing air terjun terebut. Air terjun dengan ketinggian 1.625 mdpl ini dapat diakses melalui pintu masuk Cibodas. Jarak dari pintu masuk Cibodas menuju air terjun tersebut adalah 2,8 km dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Arena terbuka di lokasi ini terbentuk oleh beberapa jejak No Alternatif Strategi Keterkaitan unsur SWOT Skor Ranking

(24)

pertemuan lahar Gunung Gede dan Pangrango. Batu-batu yang terdapat pada lokasi juga merupakan batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede dan Pangrango.

Gambar 5 Air Terjun Cibeureum

Sepanjang jalur wisata menuju Air Terjun Cibeureum juga dapat ditemukan beberapa objek wisata seperti Telaga Biru (Gambar 6) dan Rawa Gayonggong (Gambar 7). Telaga Biru berjarak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas dengan ketinggin 1.575 mdpl. Waktu tempuh untuk mencapai Telaga Biru tersebut adalah 25 menit. Telaga Biru memiliki luas telaga sebesar ± 500 m2 dengan kedalaman air rata-rata sebesar 2 m. Warna air telaga ini dapat berubah dari warna hijau kecoklatan hingga biru. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh siklus pertumbuhan ganggang yang tumbuh di telaga tersebut.

Gambar 6 Telaga Biru

(25)

mengalir dari Air Terjun Cibeureum. Pada rawa ini tumbuh berbagai macam jenis rumput karena adanya sedimentasi lumpur akibat erosi tanah. Jenis rumput yang mendominasi rawa tersebut adalah rumput Gayonggong yang kemudian dijadikan nama bagi rawa tersebut. Rawa terletak 1,8 km dari pintu masuk Cibodas dengan waktu tempuh 45 menit. Adapun ketinggian dari rawa tersebut adalah 1400 mdpl.

Gambar 7 Rawa Gayonggong

Air Terjun Cibeureum, Rawa Gayonggong, dan Telaga Biru berada dalam pengelolaan Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Mandalawangi. RPTN Mandalawangi merupakan bagian dari Seksi PTN Cibodas. Selain itu RPTN ini merupakan RPTN yang lokasinya paling dekat dengan Balai Besar TNGGP.

Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap

Keindahan merupakan salah satu komponen lanskap. Sebagai sebuah komponen lanskap, keindahan memiliki fitur-fitur yang mempengaruhi kualitas estetika lanskap tersebut. Fitur-fitur keindahan tersebut terdiri dari (1) kualitas bentuk dan warna sebagai pembentuk efek visual, (2) jarak dan luas pandangan pada lanskap, dan (3) pernyataan resmi terhadap suatu tapak, seperti hangatnya matahari dan aroma bunga, merupakan persepsi terhadap suatu lanskap (Lucas, 1992)

Kualitas estetika lanskap merupakan salah satu faktor penting bagi pengunjung dalam memilih objek wisata yang ingin dukunjungi. Kualitas estitika lanskap tersebut akan mempengaruhi kesan pengunjung terhadap objek wisata tersebut. Kesan yang didapatkan tersebut kemudian akan mempengaruhi kepuasan pengunjung. Selain kualitas estetika lanskap dari objek wisata tersebut sendiri, kualitas estetika lanskap disepanjang jalur wisata juga memepengaruhi kesan pengunjung saat mengunjungi objek wisata tersebut.

(26)

kategori kualitas estetika tersebut terdiri dari kualitas estetika rendah, sedang, dan tinggi. Lanskap yang temasuk dalam kategori kualitas estetika rendah adalah lanskap yang kualitas estetikanya tidak disukai oleh responden dengan nilai ≤11,65. Nilai SBE yang termasuk dalam kategori kualitas estetika sedang adalah yang bernilai diantara 11,65 - 60,98. Lanskap yang termasuk dalam kategori kualitas estetika sedang tersebut merupakan lanskap yang kualitas estetikanya cukup disukai oleh responden. Sedangkan yang temasuk kategori kualitas estetika tinggi adalah lanskap dengan nilai SBE ≥60,98, yang mana merupakan lanskap yang kualitas estetikanya disukai oleh responden.

Gambar 8 Grafik hasil penilaian SBE

(27)

Tabel 7 Kategori lanskap berdasarkan kualitas estetika

No. Kategori Kualitas Estetika

Rendah Sedang Tinggi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

(28)

No. Kategori Kualitas Estetika

Rendah Sedang Tinggi

7.

8.

9.

Pada lanskap yang berada dalam kategori kualitas estetika rendah dapat dilihat bahwa sebagian besar merupakan lanskap jalan setapak yang pada bagian kanan dan kirinya dikelilingi oleh pohon-pohon dan tanaman semak. Seperti yang terlihat pada Lanskap 1, 6, 7, dan 9, pohon-pohon yang ada di sekitar jalur wisata memiliki jarak tanam yang cenderung rapat dan berdaun lebat. Hal ini menyebabkan jarak pandang ke sekitar kawasan menjadi terbatas. Jarak pandang yang terbatas tersebut memberikan kesan sempit. Selain itu tanaman semak yang berada di sekeliling jalan setapak cenderung tidak teratur sehingga memberikan kesan berantakan. Kesan sempit dan berantakan ini menyebabkan pengunjung cenderung merasa tidak aman dan nyaman. Perasaan tidak aman dan nyaman tersebut ditimbulkan ini kemudian menyebabkan pengunjung tidak ingin berada dalam jangka waktu yang lama pada tapak. Selain itu seperti yang terlihat pada Lanskap 1, 4, 5 dan 8, kondisi tapak juga terlihat sangat monoton. Kesan monoton tersebut ditimbulkan oleh pohon-pohon dan tanaman semak yang berada disekitarnya yang tidak bervariasi sehingga memberikan kesan membosankan dan suram. Kesan tersebut juga menyebabkan pengunjung tidak menyukai lanskap tersebut.

(29)

pada tapak sehingga pengunjung merasa lebih nyaman. Selain itu, kedua jenis hardscape dan elemen air yang ada membuat lanskap tersebut terlihat lebih menarik dan tidak monoton. Lanskap pada kategori ini juga memiliki kesan lebih luas dan rapi dibandingkan lanskap dengan kualitas estetika rendah. Hal tersebut menyebabkan pengunjung merasa cukup aman dan nyaman untuk berada pada tapak dalam jangka waktu cukup lama. Oleh karena itu lanskap-lanskap yang termasuk pada kategori ini cukup disukai oleh pengunjung.

Lanskap pada kategori kualitas estetika tinggi, merupakan lanskap yang paling disukai oleh pengunjung. Lanskap pada kategori ini memiliki kesan paling luas dan paling rapi dibandingkan dengan lanskap-lanskap yang termasuk dalam lanskap dengan kualitas estetika sedang dan rendah. Pada keempat lanskap yang termasuk dalam kategori ini dapat dilihat bahwa dua diantaranya, yaitu Laskap 14 dan 17 merupakan lanskap dengan jarak pandang yang jauh sehingga memberikan kesan luas. Pada kedua lanskap tersebut juga terdapat hardscape berupa jembatan yang menambah daya tarik dari lanskap tersebut. Sedangkan pada Lanskap 15 dan 18 terdapat elemen air yang bergerak secara dinamis. Elemen air yang begerak secara dinamis ini memberikan kesan ceria sehingga pengunjung merasa senang dan ingin berinteraksi dengan objek tersebut. Seluruh kesan yang diberikan oleh lanskap-lankap tersebut menyebabkan pengunjung merasa nyaman dan aman untuk berada pada tapak pada jangka waktu lama.

Apabila diurutkan berdasarkan lokasinya pada jalur (Gambar 9), terlihat bahwa semakin mendekati objek wisata, kondisi visual lanskap pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum semakin disukai oleh pengunjung. Sedangkan kondisi lanskap yang berada di dekat pintu masuk cenderung tidak disukai oleh pengunjung. Lanskap 18 yang memiliki penilaian paling tinggi berada tepat pada objek wisata. Pada lanskap tersebut terdapat air terjun yang mana menjadi daya tarik bagi pengunjung. Sedangkan Lanskap 7 sebagai lanskap dengan nilai terendah berada kurang lebih 1 km dari pintu masuk. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap yang berada di dekat pintu masuk memerlukan perubahan atau penambahan hardscape agar memberi kesan yang lebih baik bagi pengunjung.

Berdasarkan hasil penilaian kualitas estetika lanskap tersebut dapat disimpulkan bahwa kesan luas dan rapi menjadi faktor penting yang memepengaruhi kesan pengujung terhadap kualitas estetika lanskap tersebut. Hal tersebut dikarenakan kedua faktor tersebut memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung saat berada pada tapak. Selain itu adanya hardscape dan elemen air juga membuat tapak juga tidak terkesan monoton dan lebih menarik. Hal ini menunjukkan bahwa hardscape dan elemen air menjadi salah satu faktor pendukung bagi peningkatan kualitas estetika sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

(30)

Ga

mbar

9 J

alur w

isata

Ai

r T

erjun Ci

be

ure

(31)

Evaluasi Karakteristik Estetika Lanskap

Pada evaluasi karakteristik estetika lanskap ini digunakan 3 buah foto kondisi asli yang juga merupakan sampel lanskap bagi penilaian kualitas estetika lanskap. Ketiga foto kondisi asli tersebut digunakan sebagai foto kontrol (Gambar 10). Foto kontrol tersebut merupakan acuan untuk melihat pengaruh penggantian maupun penambahan hardscape pada jalut wisata Air Terjun Cibeureum.

(a) (b) (c)

Gambar 10 Foto kontrol

a) jalur berundag; b) jalur datar; c) jalur jembatan

Berdasarkan ketiga foto kontrol tersebut didapatkan 28 buah foto montase (Tabel 8). Seluruh foto montase tersebut beserta ketiga foto kontrol kemudian diberikan penilaian untuk setiap 13 karakteristik yang telah ditentukan. Karakteristik tersebut terdiri dari buruk-indah

(K1),

membosankan-menarik (K2), panas-sejuk (K3), gersang-teduh (K4), timpang-harmonis (K5), biasa-unik (K6), lembab-kering (K7), sempit-luas (K8), suram-cerah (K9), sulit-mudah (K10), licin-kasar (K11), muram-ceria (K12), serta bahaya-aman (K13).

Tabel 8 Hasil foto montase terhadap masing-masing foto kontrol

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

1 Hasil montase jalur berundag

M1 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan kayu.

M2 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan paving.

M3 Montase jenis

(32)

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

(33)

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

(34)

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

(35)

Tabel 8 (lanjutan)

No. Kategori Kode Foto Montase Keterangan

3 Hasil montase jalur jembatan

M25 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan kayu.

M26 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan paving.

M27 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan lantai.

M28 Montase jenis

hardscape jalan setapak dengan aspal.

Hasil penilaian terhadap seluruh foto oleh responden disajikan dalam grafik perbandingan yang dikelompokkan berdasarkan kondisi asli lanskap dan hasil foto montase masing-masing kondisi asli lanskap tersebut. Selain itu juga terdapat sebuah grafik yang menampilkan konsistensi responden dalam memberikan penilaian (Gambar 11). Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan nilai setiap karakter lanskap pada kedua gambar pegulangan tidak begitu signifikan. Perubahan nilai berada pada kisaran 0,05 – 0,72 dengan rata-rata 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi responden cukup baik pada saat memberikan penilaian. Oleh karena itu hasil penilaian yang didapatkan dapat digunakan untuk pembahasan lebih lanjut.

(36)

dengan tanah menyebabkan adanya kecenderungan memberi kesan buruk, membosankan, biasa, dan berbahaya. Hardscape yang cenderung memberi pengaruh yang baik pada karakter estetika lanskap adalah elemen kayu dan paving.

Gambar 11 Grafik hasil penilaian SD untuk gambar pengulangan

(37)

Terdapat empat grafik hasil penilaian SD untuk lanskap dengan jalur berundag (Gambar 13). Grafik tersebut dikelompokkan berdasarkan penggantian maupun penambahan jenis hardscape yang dilakukan pada foto kontrol. Grafik kelompok montase tipe 1 (Gambar 13 (a)) merupakan grafik bagi jalur berundag yang foto montasenya berupa penggantian jenis hardscape pada jalur wisata. Pada grafik tersebut terlihat bahwa jenis hardscape berupa kayu cenderung meningkatkan penilaian sebagian besar karakteristik estetika lanskap. Peningkatan penilaian yang diakibatkan oleh jenis hardscape ini merupakan yang paling merata bagi semua karakteristik estetika lanskap dibandingkan jenis hardscape lainnya.

Berbeda halnya dengan kelompok montase tipe 2 (Gambar 13 (b)) yang montasenya berupa penggantian jenis hardscape dengan penambahan handrail besi. Secara keseluruhan jenis hardscape berupa kayu memberikan dampak positif yang paling merata bagi setiap karakteristik. Namun penambahan handrail besi menyebabkan beberapa jenis hardscape lainnya memberi pengaruh lebih dominan bagi peningkatan beberapa karakteristik lanskap. Salah satu diantaranya adalah jenis hardscape berupa paving yang memberikan peningkatan yang signifikan bagi K9, K10, K11, K12, dan K13. Hal ini selain dikarenakan paving yang memang memiliki dampak cukup baik bagi setiap karakteristik lanskap, kombinasi handrail besi dan paving memberikan kesan yang cukup selaras antara satu dengan yang lainnya dibandingkan kombinasi kayu dengan handrail besi.

Kelompok montase tipe 3 (Gambar 13(c)) merupakan kelompok montase dengan penggantian jenis hardscape beserta penambahan handrail tambang. Pada kelompok montase tipe 3 terlihat bahwa jenis hardscape paving memberikan dampak paling baik bagi karakteristik estetika lanskap. Seperti halnya dengan kelompok montase tipe 2, penambahan handrail tambang memberikan kesan paling selaras saat dipadukan dengan paving. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor yang meningkatkan penilaian responden pada hasil montase ini.

Pada kelompok montase 4 (Gambar 13 (d)) dilakukan penggantian jenis hardscape beserta penambahan bollard berlampu. Hasil penilaian terhadap kelompok montase ini menunjukkan bahwa penggantian hardscape jalur setapak dengan kayu dan penambahan hardscape bollard berlampu memberikan pengaruh yang paling baik bagi karakter estetika lanskap jalur wisata tersebut. Karakter yang mengalami kenaikan nilai SD paling baik adalah K2, K6, K9, K10, dan K12. Hal ini disebabkan selarasnya perpaduan antara jalan kayu dengan bollard berlampu yang memiliki warna dasar tiang coklat. Perpaduan ini terlihat menyatu dengan kondisi sekitarnya. Oleh karena itu nilai karakter estetika lanskapnya cenderung meningkat. Selain itu hasil montase memberikan peningkatan nilai karakteristik estetika lanskap paling baik bagi jalur berundag. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa penambahan hardscape akan membantu meningkatkan nilai karakteristik lanskap apabila terlihat selaras dengan kondisi di sekitarnya.

(38)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 13 Grafik penilaian SD jalur berundag (a) montase tipe 1; (b) montase tipe 2; (c) montase tipe 3; (d) montase tipe 4;

Pada lanskap jalur datar, perubahan jenis hardscape jalan setapak menjadi paving memberikan pengaruh paling baik bagi karakter estetika lanskapnya (Gambar 14). Karakter estetika lanskap tersebut secara umum cenderung menjadi lebih positif dibandingkan pada saat kondisi aslinya. Adapun karakter lanskap yang paling dipengaruhi adalah indah, cerah, dan kasar.

(39)

Gambar 14 Grafik penilaian SD jalur datar

Gambar 15 Grafik penilaian SD jalur jembatan

(40)

kelompok yang mengelompokkan setiap karakter estetika laskap dalam 3 faktor (Tabel 9). Masing-masing faktor tersebut kemudian didefinisikan menjadi sebuah kata sifat yang dapat mewakili seluruh karakter estetika lanskap yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk pada faktor 1, maka faktor tersebut dapat didefinisikan sebagai kenyamanan. Pada faktor 2, karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk di dalamnya dapat didefinisikan sebagai kecerahan. Sedangkan pada faktor 3 dapat didefinisikan sebagai keamanan berdasarkan karakter-karakter estetika lanskap yang termasuk di dalamnya. Hasil definisi ini menunjukkan bahwa kenyamanan, kecerahan, dan keamanan merupakan faktor-faktor yang paling mempengaruhi estetika lanskap sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Tabel 9 Faktor-faktor yang terbentuk dari analisis faktor

No. Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

1. Buruk-Indah (K1) Suram-Cerah (K9) Sempit-Luas (K8) 2. Membosankan-Menarik (K2) Muram-Ceria (K12) Licin-Kasar (K11)

3. Panas-Sejuk (K3) Bahaya-Aman (K13)

4. Gersang-Teduh (K4) 5. Timpang-Harmonis (K5) 6. Biasa-Unik (K6)

7. Lembab-Kering (K7) 8. Sulit-Mudah (K10)

Selain mengetahui pengaruh penggantian maupun penambahan jenis hardscape dan faktor-faktor yang mempengaruhi estetika lanskap jalur wisata tersebut, juga perlu diketahui korelasi antara karakteristik estetika lanskap dengan kualitas estetika lanskap. Korelasi antara karakteristik dan kualitas estetika lanskap tersebut diketahui dengan melakukan analisis regresi. Analisis ini dilakukan terhadap tiga foto kontrol yang mana sebelumnya juga sudah dianalisis SBE. Berdasarkan hasil analisi regresi didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kenaikan nilai SD pada K8 akan menyebabkan kenaikan sebesar 81,39 pada nilai SBE. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa K8 memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai SBE. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa dari segi statistik terdapat kecenderungan berupa semakin luas kesan yang diberikan oleh suatu tapak, maka kualitas estetika lanskap tapak tersebut akan cenderung semakin baik.

Evaluasi Daya Dukung Jalur Wisata

Sebagai salah satu lokasi wisata favorit bagi para pengunjung TNGGP Cibodas, intensitas kunjungan ke Air Terjun Cibeurum sangat tinggi terutama pada saat hari libur. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola jalur wisata Air Terjun Cibeureum, pada hari biasa rata-rata jumlah pengunjung adalah 85 orang/hari. Namun pada hari libur, rata-rata jumlah pengunjung adalah 675 orang/hari. Jumlah kunjungan tersebut tentunya akan memberi pengaruh terhadap kualitas estetika lanskap yang ada. Selain itu, hal tersebut juga akan mempengaruhi rencana pengelolaan yang akan diterapkan pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

(41)

Oleh karena itu jumlah kunjungan tersebut perlu dianalisis apakah sudah sesuai dengan daya dukung jalur wisata tersebut.

Jalur wisata Air Terjun Cibeureum memiliki panjang sebesar 2,8 km dengan lebar rata-rata 1,8 m. Kebutuhan luas area per individu bagi pengunjung untuk melakukan pejalanan pada jalur wisata ini adalah 2 m2/orang (Harris dan Dannies, 1998). Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa daya dukung dari jalur wisata Air Terjun Cibeureum adalah 252 orang. Waktu yang dihabiskan pengunjung selama berada di jalur wisata tersebut merupakan waktu tempuh untuk menuju ke Air Terjun Cibeureum. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk satu kali kunjungan adalah 2 jam dengan berjalan kaki. Perjalanan selama 2 jam tersebut sudah mencakup waktu perjalanan untuk pulang dan pergi. Selain itu pengunjung juga menghabiskan waktu selama 1 jam untuk menikmati objek wisata yang ada. Oleh karena itu rata-rata waktu yang dihabiskan pengunjung di lokasi wisata adalah 3 jam. Waktu kunjungan untuk rekreasi harian pada jalur wisata tersebut dimulai dari pukul 8.00 - 14.00. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jam kunjungan/hari yang diizinkan adalah selama 6 jam/hari. Pada jangka waktu 6 jam tersebut, pengunjung yang rata-rata waktu kunjungannya adalah 3 jam, mengalami pergantian sebanyak dua kali/hari. Total kunjungan perhari yang diperkenankan merupakan hasil kali daya dukung jalur wisata dan koefisien rotasinya. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa total kunjungan perhari yang diperkenankan bagi jalur wisata tersebut adalah 504 orang/hari. Adapun proses perhitungan adalah sebagai berikut:

Jika hasil yang didapat dibandingkan dengan kondisi aktual, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata jumlah pengunjung harian yang datang pada hari biasa masih cenderung rendah dan rata-rata jumlah pengunjung yang datang pada hari libur melebihi total kunjungan per hari yang diperkanankan. Hal ini menunjukkan bahwa masih memungkinkan untuk menambah jumlah pengunjung hingga mencapai batas hasil perhitungan daya dukung yang didapatkan pada hari biasa. Namun pada hari libur, jumlah pengunjung yang memasuki kawasan harus dibatasi agar tidak melebihi yang diizinkan.

Evaluasi Pengelolaan

(42)

pengelolaan yang disusun sudah sesuai dengan yang dibutuhkan jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Berdasarkan data yang ada, didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi

Pengelolaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum berada di bawah Resort Pengelolaan Taman Nasional (RPTN Mandalawangi). Kepala Resort dengan Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), Polisi Hutan (POLHUT), dan Jabatan Fungsional Umum (JFU) berada pada satu kantor yang sama sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi yang baik ini tentunya mendukung berlangsungnya respon yang cepat apabila terdapat hal yang membutuhkan kerjasama dari setiap bagian untuk tetap mempertahankan jasa keindahan lanskap yang ada.

Gambar 16 Struktur organisasi pengelolaan RPTN Mandalawangi Sebuah struktur organisasi pada sebuah kawasan lindung sebaiknya mempunyai seksi khusus yang menangani bagian seperti ekologi, rekreasi outdoor, dan wisata (Lucas, 1992). Namun pada struktur organisasi (Gambar 16) dapat dilihat bahwa belum terdapat bagian khusus yang menangani pengelolaan bagi masing-masing objek wisata, khususnya jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Hal ini tentunya menyebabkan pengelolaan menjadi kurang terorganisir dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu bagian khusus yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kawasan sebagai objek wisata, khususnya pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum (Gambar 17).

(43)

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada RPTN Mandalawangi merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Upah yang diterima para pegawai ditentukan berdasarkan golongan/pangkatnya sebagai PNS. Terdapat enam orang tenaga kerja yang terdiri dari seorang Kepala Resort, tiga orang POLHUT, satu orang PEH, dan satu orang JFU. Jam kerja para pegawai tersebut adalah 8 jam/hari. Selain itu juga terdapat kurang lebih sebanyak 22 yang bekerja sebagai orang penjaga toilet dan pengelola sampah. Para pekerja ini merupakan pekerja sukarela. Sukarelawan tersebut merupakan warga yang dinggal di sekitar kawasan. Penghasilan yang mereka dapatkan berasal dari pembayaran penggunaan toilet oleh pengunjung serta penjualan sampah-sampah yang dapat didaur ulang seperti plastik. Tenaga kerja pada sebuah kawasan lindung sebaiknya adalah pegawai tetap (Lucas, 1992). Oleh karena itu para pekerja yang merupakan pekerja sukarela tersebut sebaiknya dipekerjakan sebagai pegawai tetap. 3. Jadwal Pengelolaan

Jadwal pengelolaan dari pihak RPTN Mandalawangi cenderung berupa pemeliharaan ekstensif, mengingat kondisi kawasan yang merupakan kawasan alami. Kegitan tersebut juga sebagian besar merupakan kegiatan patroli rutin. Kegitan untuk pengelolaan seperti pengumpulan sampah dan penjagaan kebersihan toilet di jalur wisata Air Terjun Cibeureum dilakukan oleh sukarelawan setiap hari. Hal ini tentunya sangat membantu pihak RPTN dalam menjaga kebersihan dan keindahan jalur wisata tersebut. Namun bantuan tersebut belumlah cukup karena kegiatan pembersihan untuk hasil vandalisme oleh pengunjung belum ada. Sehingga diperlukan jadwal pengelolaan yang lebih rinci dan spesifik sehingga pengelolaan kawasan dapat berlangsung dengan baik. Pembuatan jadwal pengelolaan tersebut ditentukan oleh hubungan antara bentuk kegiatan pemeliharaan dengan frekuensi pemeliharaan seperti harian, mingguan, dan bulanan (Arifin dan Arifin, 2005)

4. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pengelolaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum sebagian besar merupakan alat-alat yang dapat di gunakan untuk memadamkan api, memindahkan pohon tumbang. Selain itu juga terdapat alat bantu komunikasi (Handy Talkie - HT) saat kegiatan patroli dilakukan. Namun alat-alat untuk membersihkan kawasan dari sampah-sampah yang dihasilkan oleh pengunjung masih kurang memadai. Selain itu tidak terdapat alat dan bahan khusus yang disediakan untuk membersihkan hasil vandalisme yang diakibatkan oleh pengunjung. Hal ini mengakibatkan belum adanya penanganan khusus bagi hasil kegiatan vandalisme tersebut. Oleh karena itu alat dan bahan untuk pengelolaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum harus dilengkapi kembali. Tabel 10 Alat dan bahan yan terdapat di Resort Mandalawangi

No. Alat Jumlah Satuan

1. Jet Shooter 4 Buah

2. Penggaruk 4 Buah

3. Sekop 4 Buah

(44)

Tabel 10 (lanjutan)

Pada RPTN Mandalawangi belum terdapat rencana anggaran biaya (RAB) khusus untuk pengelolaan RPTN tersebut. RAB yang ada masih menyatu dengan RAB Balai Besar TNGGP. Berdasarkan RAB Balai Besar TNGGP, biaya pengelolaan yang disusun merupakan biaya untuk administrasi dan kegiatan lainnya seperti rapat dan penyuluhan. Pada RAB belum tertera biaya bagi pengelolaan yang berperan penting dalam pemanfaatan jasa keindahan lanskap kawasan. Namun pada RAB tertera bahwa, terdapat biaya untuk penyewaan truk sampah sebesar Rp 500.000,00 bagi kantor bidang PTN wilayah Cibodas. Truk sampah tersebut disewa sebanyak dua kali sebulan. Sehingga biaya keseluruhan untuk penyewaan truk sampah tersebut adalah sebesar Rp 12.000.000,00/tahun.

Biaya pemeliharan sebuah lanskap haruslah direncanakan secara teliti dan rinci (Arifin dan Arifin, 2005). Oleh karena itu RPTN Mandalawangi sebaiknya memiliki RAB tersendiri agar lebih mengakomodasi kebutuhan pemeliharaan pada kawasan RPTN Mandalawangi, khususnya jalur wisata Air Terjun Cibeureum dengan baik. Penyusunan anggaran biaya tersebut sebaiknya mempertimbangkan (1) luas kawasan yang dikelola, (2) desain dan penggunaan elemen-eleman lanskap, (3) standar biaya kerja harian, honorer dan tetap, (4) kelengkapan dan efektivitas peralatan pemeliharaan taman, (5) bahan habis pakai, dan (6) biaya tenaga supervisor dan tenaga ahli (Arifin dan Arifin, 2005)

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat)

Analisis SWOT diawali dengan penentuan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang terdapat pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Penentuan faktor internal dan eksternal tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap para ahli. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan masing-masing empat kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang terdapat pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

1. Strengths (Peluang)

a. Terletak di kawasan yang sudah terkenal dan strategis.

(45)

Oleh karena itu, kedua hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor bagi masyarakat dalam mengetahui keberadaan jalur wisata ini.

b. Aksesibilitas sudah baik, sehingga mudah dijangkau.

Letak kawasan TNGGP Cibodas yang berada dekat dengan pemukiman penduduk merupakan salah satu faktor baiknya aksesibilitas menuju jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Kawasan TNGGP Cibodas juga berada dekat dengan jalan utama dan sudah beraspal. Hal tersebut tentunya mempermudah wisatawan dalam mengunjungi jalur wisata tersebut.

c. Pembagian masing-masing perangkat sudah jelas dan jumlah sarana prasarana mencukupi.

Pembagian tugas bagi masing-masing tenaga kerja di RPTN Mandalawangi sudah jelas. Jumlah sarana-prasarana yang ada juga sudah cukup memadai, sehingga pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan baik.

d. Tingkat pendidikan pegawai sudah baik.

Pegawai-pegawai di RPTN Mandalawangi merupakan sarjana. Tingkat pendidikan ini tentunya mempengaruhi tingkat pengetahuan, pola pikir, dan cara kerja para pegawai yang ada. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang baik bagi pelaksanaan pekerjaan yang ada.

2. Weakness (Kelemahan)

a. Fungsi kawasan sebagai objek wisata lebih terkenal dibandingkan jasa lanskapnya.

Jalur wisata Air Terjun Cibeureum beserta objek wisata yang terapat didalamnya lebih terkenal di kalangan masyarakat hanya sebagai lokasi untuk berekreasi. Hal ini menyebabkan pengunjung datang hanya untuk berekreasi tanpa memperdulikan kondisi kawasan sebagai penyedia jasa lanskap.

b. Data-data potensi pada di sepanjang jalur wisata masih belum tertata dengan baik.

Belum terdapat pendataan khusus mengenai potensi yang berada di sepanjang jalur wisata secara signifikan. Pendataan tersebut perlu dilakukan karena akan bermanfaat bagi penyusunan rencana pengelolaan

c. Kemampuan dan keterampilan tenaga kerja dalam mengelola jasa keindahan lanskap masih belum cukup memadai.

Tenaga kerja yang ada sebagian besar hanya melakukan kegiatan pebersihan sampah dan pengecekan keamanan di sepanjang jalur. Hal-hal lainnya yang mempengaruhi kualitas estetika lanskap seperti vandalisme dan kondisi hardscape yang ada belum dikelola dengan baik.

3. Opportunities (Kekuatan)

a. Masyarakat memiliki kepentingan dengan jalur wisata Air Terjun Cibeureum sebagai penyedia jasa lanskap.

(46)

membantu perekonomian bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNGGP Cibodas.

b. Kerjasama dengan pihak asing lebih mudah karena sudah dikenal secara internasional.

Sebagai salah satu taman nasional tertua di Indonesia, keberadaan TNGGP sudah terkenal secara internasional, terutama dalam perannya sebagai penyedia jasa lingkungan. Oleh karena itu sebagai salah satu bagian dari TNGGP, pengembangan jalur wisata Air Terjun Cibeureum apabila membutuhkan bantuan dari pihak asing akan lebih mudah.

c. Terdapat kemitraan dalam menjalin kerjasama.

Kerjasama yang dilakukan oleh pihak TNGGP tidaklah sebatas pada satu kegiatan saja. Pada saat menjalin kerjasama, TNGGP juga menjalin kemitraan dengan pihak-pihak lainnya seperti misalnya para sukarelawan. Hal ini tentunya membuat kerjasama yang ada terjalin secara berkelanjutan dan mempermudah pelaksanaan setiap kegiatan yang ada.

d. Terdapat dukungan dari stake holder.

Para stake holder memberikan dukungan bagi setiap kegiatan yang ada baik berupa dana maupun tenaga. Hal ini tentunya mempermudah dan memperlancar pelaksanaan setiap kegiatan yang ada.

4. Threats (Ancaman)

a. Partisipasi pengunjung dalam pengelolaan jalur wiasata Air Terjun Cibeureum masih kurang.

Masih banyak masyarakat yang datang hanya untuk berekreasi tanpa turut serta memelihara jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Kurangnya partisipasi tentunya mempersulit pemeliharaan jalur wisata tersebut dengan efektif dan efesien.

b. Masih terdapat masyarakat yang belum merasakan fungsi jalur wisata Air Terjun Cibureum sebagai penyedia jasa lanskap karena tidak mengetahuinya.

Tidak banyak masyarakat yang mengetahui fungsi dari jalur wisata Air Terjun Cibeureum sebagai penyedia jasa lanskap. Ketidak tahuan ini menyebabkan masih terdapat masyarakat yang tidak merasakan manfaat dari jasa lanskap yang ada. Tidak adanya manfaat yang dirasakan ini menyebabkan masyarakat menjadi kurang peduli terhadap kondisi jasa lanskap jalur wisata tersebut.

c. Pengunjung yang datang membuang sampah sembarangan dan melakukan vandalisme.

(47)

Gambar 18 Contoh vandalisme yang dilakukan pengunjung

Masing-masing faktor internal dan internal tersebut kemudian diberikan penilaian terhadap seberapa besar tingkat kepentingannya terhadap keberadaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Selain itu setiap faktor juga diberikan rating untuk mempermudah perhitungan bobot bagi masing-masing faktor (Tabel 11, 12, 13, dan 14).

Tabel 11 Nilai tingkat kepentingan dan rating faktor strenght

SIMBOL FAKTOR STRENGTHS TINGKAT KEPENTINGAN RATING S1 Terletak di kawasan yang

sudah terkenal dan strategis.

Penting 3

S2 Aksesibilitas sudah baik, sehingga mudah

Tabel 12 Nilai tingkat kepentingan dan rating faktor weakness

SIMBOL FAKTOR WEAKNESS TINGKAT KEPENTINGAN RATING W1 Fungsi kawasan sebagai

objek wisata lebih terkenal dibandingkan jasa

lanskapnya.

Penting 3

(48)

Tabel 13 Nilai tingkat kepentingan dan rating faktor opportunities

SIMBOL FAKTOR

OPPORTUNITIES TINGKAT KEPENTINGAN RATING

Q1 Kerjasama dengan pihak asing lebih mudah karena

Q3 Terdapat kemitraan dalam menjalin kerjasama.

Penting 3

Q4 Terdapat dukungan dari

stake holder.

Penting 3

Tabel 14 Nilai tingkat kepentingan dan rating faktor threats

SIMBOL FAKTOR THREATS TINGKAT KEPENTINGAN RATING T1 Partisipasi pengunjung

dalam pengelolaan jalur wiasata Air Terjun Cibeureum masih kurang.

Sangat Penting 4

T2 Masih terdapat masyarakat yang belum merasakan

T3 Pengunjung yang datang membuang sampah sembarangan dan melakukan vandalisme.

Sangat Penting 4

Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan pemberian rating pada masing-masing faktor, didapatkan hasil pembobotan bagi faktor internal dan faktor eksternal. Melalui perhitungan tersebut juga akan didapatkan skor bagi faktor internal (Tabel 15) dan faktor eksternal (Tabel 16).

Tabel 15 Hasil perhitungan bobot dan skor faktor internal

SIMBOL FAKTOR TOTAL BOBOT RATING SKOR

S1 Terletak di kawasan yang sudah terkenal dan strategis.

15 0,18 3 0,54

(49)

Tabel 15 (lanjutan)

SIMBOL FAKTOR TOTAL BOBOT RATING SKOR

W1 Fungsi kawasan sebagai objek wisata lebih terkenal dibandingkan jasa

lanskapnya.

15 0,18 3 0,54

W2 Data-data potensi pada di sepanjang jalur wisata

Tabel 16 Hasil perhitungan bobot dan skor faktor eksternal

SIMBOL FAKTOR TOTAL BOBOT RATING SKOR

Q1 Kerjasama dengan pihak asing lebih mudah karena

Q3 Terdapat kemitraan dalam menjalin kerjasama.

15 0,17 3 0,51

Q4 Terdapat dukungan dari stake holder.

15 0,17 3 0,51

T1 Partisipasi pengunjung dalam pengelolaan jalur wiasata Air Terjun Cibeureum masih kurang.

9 0,10 2 0,20

T2 Masih terdapat masyarakat yang belum merasakan fungsi jalur wisata Air Terjun Cibureum sebagai penyedia jasa lanskap.

9 0,10 2 0,20

T3 Pengunjung yang datang membuang sampah

sembarangan dan melakukan vandalisme.

9 0,10 2 0,20

(50)

Hasil pembobotan menunjukkan bahwa skor bagi IFE adalah 2,71 dan skor EFE sebesar 2,84. Hasil tersebut kemudian dipetakan pada matriks IE yang mana menunjukkan bahwa strategi pengelolaan yang sebaiknya diterapkan adalah bersifat hold and maintain (Gambar 19).

Gambar 19 Matriks IE rencana pengelolaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum

Berdasarkan hasil mariks IE kemudian disususun rencana pengelolaan yang bersifat hold and maintain dengan mengaitkan setiap faktor internal dan faktor eksternal yang ada (Tabel 17). Faktor internal kekuatan dikombinasikan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman. Begitu juga dengan faktor internal kelemahan dikombinasikan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman sehingga nantinya didapatkan strategi yang sesuai dan saling melengkapi bagi masing-masing faktor.

Tabel 17 Hasil penyusunan strategi pengelolaan

EKSTERNAL Terjun Cibeureum yang memiliki kualitas estetika rendah.

 Membuat pos jaga di dekat masing-masing objek

pengelolaan yang khusus bagi jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

(51)

Tabel 17 (lanjutan) terhadap data potensi kawasan di sepanjang jalur wisata.

 Memberikan penjelasan

singkat kepada

pengunjung mengenai peraturan yang harus ditaati selama berada di dalam kawasan dan sebelum memasuki kawasan.

Seluruh strategi yang sudah didapatkan kemudian ditentukan tingkat prioritasnya (Tabel 18). Penentuan prioritas ini dilakukan dengan menjumlahkan setiap skor dari masing-masing faktor internal dan eksternal yang terkait dalam setiap strategi. Jumlah skor penilaian yang didapatkan oleh masing-masing strategi menjadi penentu peringkat dari strategi tersebut.

Tabel 18 Hasil prioritas rekomendasi strategi pengelolaan No Alternatif Strategi Keterkaitan

Unsur SWOT Skor Ranking 1 Menambah hardscape pada

jalur wisata Air Terjun yang berada di sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

S2, S3, Q2 0,58 8

3 Mempekerjakan sukarelawan sebagai pegawai tetap.

S3, Q3, Q4 1,21 5

4 Memberikan pelatihan kepada setiap pegawai dan

(52)

Tabel 18 (lanjutan)

Berdasarkan hasil tersebut kemudian didapatkan beberapa alternatif strategi yang memadukan faktor internal dan eksternal serta menekankan pada hold and maintain. Alternatif strategi tersebut juga disusun dengan memperhatikan hasil evaluasi kualitas dan karakteristik estetika lanskap, serta hasil perhitungan daya dukung dan evaluasi rencana manajemen. Berikut ini adalah rekomendasi rencana pengelolaan yang didapatkan, yaitu:

1. Memberikan pelatihan kepada setiap pegawai dan sukarelawan mengenai cara mengelola jasa keindahan lanskap.

Setiap pegawai dan sukarelawan diberikan pelatihan mengenai pengelolaan jasa lanskap. Pelatihan ini sebelumnya diawali dengan memberikan pemahaman mengenai jasa lanskap tersebut sendiri. Pelatihan juga dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang ahli dalam bidang jasa lanskap. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan rasa peduli untuk menjaga jasa lanskap yang ada.

2. Menambah hardscape pada jalur wisata Air Terjun Cibeureum yang memiliki kualitas estetika rendah.

Penambahan hardscape ini dapat berupa penambahan bollard berlampu, shelter untuk peristirahatan, dan lainnya. Penambahan bollard berlampu diharapkan dapat mengurangi kesan monoton dan penambahan shelter untuk peristirahatan dapat membantu memberikan kesan lebih luas pada tapak. Hal tersebut diharapkan dapat membuat pengunjung menjadi merasa lebih aman dan nyaman selama berada pada tapak. Bahan hardscape yang digunkan adalah bahan yang ramah lingkungan dan menghasilkan efek karbon yang rendah sehingga sesuai dengan konsep LCS.

3. Membuat rencana pengelolaan yang khusus bagi jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Pada bagian struktur organisasi perlu dibuat bagian khusus yang bertanggung jawab atas pengelolaan jasa lanskap. Bidang ini juga nantinya memiliki pegawainya tersendiri yang dikepalai oleh seorang kepala pengelolaan jasa lanskap. Jadwal pengelolaan disusun secara terperinci dimulai dari jadwal No Alternatif Strategi Keterkaitan

Unsur SWOT Skor Ranking 7 Membuat kegiatan yang dapat

menarik minat pengunjung harus ditaati selama berada di dalam kawasan sebelum memasuki kawasan.

(53)

pengelolaan harian hingga insidental. Alat dan bahan juga harus dilengkapi sesuai dengan kebutuhan di lapang. Selain itu biaya pengelolaan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan.

4. Melakukan penataan terhadap data potensi lanskap di sepanjang jalur wisata. Data potensi lanskap di sepanjang jalur wisata sebaiknya diperlengkap dan disusun dalam sebuah arsip khusus. Data potensi lanskap tersebut nantinya digunakan sebagai dasar pengambangan dan pengelolaan lanskap di sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibereum. Penggunaan data potensi lanskap tersebut sebagai dasar pengembangan dan pengelolaan diharapkan dapat membuat potensi lanskap yang ada tetap terjaga kualitasnya dan berkelanjutan.

5. Mempekerjakan sukarelawan sebagai pegawai tetap.

Keberadaan para sukarelawan tersebut tentunya sangat membantu pihak RPTN dalam melaksanakan pengelolaan jalur wisata Air Terjun Cibeureum. Namun akan lebih baik apabila sukarelawan tersebut dipekerjakan sebagai pegawai tetap. Selain untuk mempermudah pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh sukarelawan, hal ini tentunya akan membentuk memberikan lapangan pekerjaan yang tetap bagi mereka yang mana juga merupakan masyarakat sekitar kawasan tersebut.

6. Memberikan penjelasan singkat kepada pengunjung mengenai peraturan yang harus ditaati selama berada di dalam kawasan sebelum memasuki kawasan.

Pemberian penjelasan singkat mengenai peraturan yang harus ditaati selama berada di kawasan ini penting untuk mengingatkan pengunjung dalam bersikap selama berada di dalam kawasan. Hal ini diharapkan dapat membantu meminimalisir sikap pengunjung yang dapat memberikan dampak buruk bagi kawasan khususnya kualitas estetika lanskapnya. Selain dibuat beberapa signage yang bertuliskan peraturan dan peringatan mengenai hal yang sebaiknya dilakukan da tidak boleh di lakukan pada lokasi penempatan signage (Gambar 20). Signage tersebut dipasang di dekat setiap pos jaga dan pada objek wisata tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu pengunjung untuk tetap mengingat dan mematuhi peraturan.

Sumber: http://www.nativetreesociety.org Gambar 20 Contoh signage

7. Membuat kegiatan yang dapat menarik minat pengunjung untuk datang serta membuat pengunjung merasa peduli dan mau turut serta dalam menjaga potensi keindahan lanskap jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

(54)

jalur wisata. Para pengunjung dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditempatkan pada beberapa spot. Lokasi yang telah dibersihkan oleh pengunjung nantinya dapat dilombakan dengan melakukan lomba fotografi. Lomba fotografi dilakukan dengan memberikan foto kondisi lokasi sebelum dibersihkan dan setelah dibersihkan. Kegiatan pembersihan jalur wisata ini juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan masyarakat rendah karbon (LCS). Pembersihan kawasan di sepanjang jalur wisata dari sampah-sampah plastik dan sampah lainnya akan mengurangi produksi karbon pada kawasan tersebut. 8. Membuat pos jaga di dekat masing-masing objek wisata yang berada di

sepanjang jalur wisata Air Terjun Cibeureum.

Pembuatan pos jaga ini bertujuan agar memudahkan pemantauan terhadap kondisi disekitar objek wisata dan di sepanjang jalur wisata terdekat (Gambar 21). Keberadaan pos ini akan membantu terkoordinir dengan baiknya para pekerja saat melakukan kegiatan pengelolaan di sekitar kawasan. Sehingga nantinya para pekerja selain mengerjakan tugasnya juga dapat membantu mengingatkan pengunjung untuk turut menjaga kondisi kawasan agar tidak rusak. Selain itu petugas pos jaga juga diharapkan dapat memantau kegiatan pengunjung selama berada di dalam kawasan.

Sumber: http://www.littlebuildingsinc.com/

Gambar 21 Contoh pos jaga

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian
Tabel 1 Alat penelitian
Gambar 4 Matriks Internal-External (IE)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian kinerja di Sekretariat Dewan Provinsi Gorontalo selain menggunaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), juga lebih memfokuskan pada unsur-unsur

Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan listrik adalah vektor gaya Coulomb yang bekerja pada satu satuan.. muatan yang kita letakkan pada suatu titik dalam medan gaya ini,

PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA ORTODOX (Penelitian Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Direct dan

Pernyataan hukum Gauss, ”Fluks listrik yang menembus suatu permukaan tertutup sama dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan tertutup itu dibagi dengan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran matematika melalui metode guided note taking pada siswa kelas

LKS IPA terpadu tipe connected pada materi zat aditif makanan untuk melatih berpikir kritis siswa yang disusun sudah layak digunakan sebagai perangkat

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Agustus 2017 terjadi pada empat kelompok pengeluaran, di mana kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami Inflasi tertinggi sebesar

Di lain sisi, sudah saatnya kami (2) menegaskan peran dalam menerjemahkan hasil-hasil penelitian menjadi informasi yang praktis dan bisa diterapkan, baik oleh mereka yang bekerja