• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Sekolah Dasar

Penelitian dilakukan di 4 Sekolah Dasar (SD) yaitu terdiri dari dua SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makan, serta dua SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Sekolah Dasar swasta yang terpilih adalah SDIT Aliya dan SDS Pertiwi, sedangkan SD negeri yang terpilih adalah SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1. Pemilihan sekolah dilakukan secara stratified random sampling, dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Aliya terletak di Jalan Gardu Raya RT 3 RW 11 Kelurahan Bubulak, Bogor Barat. SDIT Aliya berdiri sejak tahun 2003, dibangun diatas tanah milik pribadi yayasan keluarga Aliya. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana psikologi. Kurikulum yang digunakan di SDIT Aliya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 7 hingga 9 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB pada hari senin, rabu dan jumat. Selain itu, pada hari selasa dan kamis jam belajar dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 16.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang audio video, kantin, koperasi, lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi Tilawah Qur’an, klub Bahasa Inggris, klub matematika, klub sains, jurnalistik, seni peran/drama, melukis,biola, angklung, kepanduan, karate, olah raga (futsal, renang, bulutangkis).

Sekolah Dasar Swasta Pertiwi terletak di Jalan Sukasari III No 4 Bogor. SDS Pertiwi berdiri sejak tahun 1972, yang pada awalnya dirintis oleh Organisasi Pertiwi Cabang Kotamadya Daerah Tk. II Bogor. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang digunakan di SDS Pertiwi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.30 WIB. Namun ada pula anak-anak yang ikut kegiatan TPA seusai sekolah, yang dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, ruang musik, ruang komputer khusus, ruang laboratorium bahasa, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi baca tulis Al Quran, Ekstrasia, English Club, Sains Club, Pertiwi Match Olimpiade, olahraga (Futsal Club dan Chees Club), informasi dan teknologi komputer, sanggar seni (seni musik tradisional, seni musik modern, seni suara, seni lukis dan seni peran).

Sekolah Dasar Negeri Baranangsiang terletak di Jalan Malabar No 2 Bogor. SDN Baranangsiang berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Baranangsiang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 12.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu perpustakaan, mushola, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pencak silat, karawitan dan pramuka.

Sekolah Dasar Negeri Kedung Badak 1 terletak di Jalan Kolonel Enjo Martadisastra III Bogor. SDN Kedung Badak 1 berdiri pada tahun 1975, dibangun diatas tanah yang memilki status hak guna pakai (milik TNI AD). Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Kedung Badak 1 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 12.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu lapangan sekolah dan perpustakaan. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pramuka, seni tari, olahraga dan seni musik. Profil masing-masing sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Profil sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru

Nama SD Luas Bangunan

(m2) Jumlah Murid (orang) Jumlah Guru (orang) Aliya 8530 579 53 Pertiwi 2900 627 26 Baranangsiang 1600 366 18 Kedung Badak 1 647,61 458 15 Karakteristik Contoh Umur

Contoh pada penelitian ini berumur 10-12 tahun dengan rata-rata umur masing-masing contoh PM adalah 11,1 tahun dan contoh Non PM 11,2 tahun. Lebih dari separuh contoh berumur 11-12 tahun, baik di SD yang terdapat penyelenggaran makan (PM) maupun di SD yang tidak terdapat penyelenggaraan makan (Non PM) masing-masing sebesar 72,7% dan 66,7%. Sebaran anak menurut umur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh menurut umur

Umur PM NON PM Total

n % n % n %

10-11 13 39,4 9 27,3 22 33,3

11-12 20 60,6 24 72,7 44 66,7

Total 33 100 33 100 66 100

Jenis Kelamin

Sebaran contoh menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Persentase contoh laki-laki lebih banyak pada contoh PM, sedangkan pada contoh Non PM persentase perempuan lebih banyak masing-masing sebesar 63,6% dan 60,6%.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin PM NON PM Total n % n % n % Laki-laki 21 63,6 13 39,4 34 51,5 Perempuan 12 36,4 20 60,6 32 48,5 Total 33 100 33 100 66 100

Uang Jajan

Uang jajan adalah uang yang benar-benar dipergunakan oleh anak untuk jajan, makanan dan minuman baik di sekolah maupun di rumah selama satu hari. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan besar uang jajan antara kedua contoh (p<0,05). Sebagaimana terlihat pada Tabel 11 sebaran contoh dengan uang jajan lebih dari Rp. 8.000,00 sehari pada contoh PM lebih sedikit dibanding pada contoh Non PM masing-masing sebesar 12,1% dan 15,2%. Hal ini karena anak yang bersekolah di SD negeri atau tanpa adanya penyelenggaraan makan (Non PM) lebih sering jajan baik di sekolah maupun dirumah dan tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah, sedangkan anak yang bersekolah di SD PM sebagian besar membawa bekal dari rumah serta mengikuti penyelenggaraan makan di sekolah.

Tabel 11 Sebaran contoh menurut uang jajan per hari

Uang Jajan (Rp/hari) PM NON PM Total n % n % n % <2000 3 9,1 1 3,0 4 6,1 2000-8000 26 78,8 26 78,8 52 78,8 >8000 4 12,1 6 18,2 10 15,2 Total 33 100 33 100 66 100 Nilai IPA

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh atau sebesar 72,7% baik di SD PM maupun Non PM mendapat nilai IPA dengan kategori cukup dengan kisaran nilai 63-83. Nilai IPA menggambarkan pengetahuan gizi dan kesehatan contoh, baik yang bersekolah di SD PM maupun non PM. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada contoh SD PM dan non PM tidak berbeda.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut nilai IPA

Nilai IPA PM NON PM Total

n % n % n %

<63 4 12.1 4 12.1 8 12.1

63-83 24 72.7 24 72.7 48 72.7

>83 5 15.2 5 15.2 10 15.2

Karakteristik Orang Tua Pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua contoh diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal dari ayah. Tingkat pendidikan orang tua (ayah) contoh dibagi menjadi SD, SLTP, SLTA/ sederajat, D3, S1 dan S2. Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh SD PM mempunyai ayah dengan tingkat pendidikan S1 sebesar 66,7%, sedangkan sebaran pendidikan orang tua contoh di SD Non PM sebagian besar adalah lulusan SLTA atau sederajat yaitu sebesar 42,4%.

Menurut Suhardjo (1996) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran Contoh menurut pendidikan orang tua

Pendidikan Orang Tua/ayah PM NON PM Total n % n % n % SD 0 0,0 6 18,2 6 9,1 SLTP 0 0,0 11 33,3 11 16,7 SLTA/sederajat 4 12,1 14 42,4 18 27,3 D3 4 12,1 0 0,0 4 6,1 S1 22 66,7 1 3,0 23 34,8 S2 3 9,1 1 3,0 4 6,1 Total 33 100 33 100 66 100

Pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua (ayah) yang dibedakan menjadi buruh, supir, pedagang, TNI, PNS, pegawai swasta, wiraswasta, dan pegawai BUMN. Persentase terbesar orang tua SD PM sebesar 54,5% dan orang tua SD Non PM sebesar 42,4% adalah pegawai swasta.

Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar (Engel et al 1994 diacu dalam Lusiana 2008). Selain itu,

jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi keluarganya. Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua

Pekerjaan Orang Tua/ayah PM NON PM Total n % n % n % Buruh 0 0,0 6 18,2 6 9,1 Supir 0 0,0 1 3,0 1 1,5 Pedagang 0 0,0 2 6,1 2 3,0 TNI 0 0,0 1 3,0 1 1,5 PNS 5 15,2 2 6,1 7 10,6 Pegawai Swasta 18 54,5 14 42,4 32 48,5 Wiraswasta 7 21,2 7 21,2 14 21,2 BUMN 3 9,1 0 0,0 3 4,5 Total 33 100 33 100 66 100 Kebutuhan Energi

Berdasarkan Tabel 15 tinggi badan rata-rata contoh PM dan Non PM masing-masing adalah sebesar 142 cm dan 139,7 cm. Berat badan rata-rata contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 39,6 kg dan 33,4 kg (p<0,05).

Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi. Menurut FAO/WHO/UNU 2001; WNPG 2004 untuk menentukan angka kebutuhan energi lebih tepat jika menggunakan EAR dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi). Karena perhitungan EAR menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat badan), dan aktifitas fisik.

Rata-rata angka kebutuhan energi contoh PM dan Non PM masing-masing adalah sebesar 2068 kkal dan 2105 kkal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardinsyah dkk (2002) bahwa kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata angka kebutuhan energi (AKE)

Variable PM Non PM

Rata-rata Rata-rata

Tinggi badan/TB (cm) 142,0 139,7

Berat badan/BB (kg) 39,6 33,4

Angka metabolisme basal/AMB (kkal) 1194,7 1150,6

Faktor aktivitas/FA 1,6 1,8

Angka kebutuhan energi/AKE (kkal) 2068 2105

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Tingkat Kecukupan Energi

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan 120% AKG. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada Tabel 16.

Kebutuhan energi contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 2068 kkal dan 2105 kkal. Konsumsi energi rata-rata contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 1679 kkal dan 1449 kkal. Hal ini menyebabkan tingkat kecukupan energi rata-rata pada contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM, masing-masing sebesar 82,7% dan 71,4% (p<0,05).

Hasil klasifikasi tingkat kecukupan energi menunjukkan yang termasuk kategori normal pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM, masing-masing sebesar 24,2% dan 15,2%. Sebaliknya pada kategori defisit tingkat berat persentase contoh PM lebih rendah dibandingkan contoh Non PM, masing-masing sebesar 24,2% dan 54,5%. Lebih dari separuh contoh Non PM mengalami defisit tingkat berat disebabkan karena kurangnya jumlah energi yang dikonsumsi dalam sehari. Hal ini didukung oleh data rata-rata konsumsi energi pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 1679 kkal/hari dan 1449 kkal/hari. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi (TKE)

Klasifikasi PM Non PM

n % n %

Defisit tingkat berat 8 24,2 18 54,5

Defisit tingkat sedang 7 21,2 4 12,1

Defisit tingkat ringan 8 24,2 5 15,2

Normal 8 24,2 5 15,2

Kelebihan 2 6,0 1 3,0

Jumlah 33 100 33 100

Rata-rata TKE (%) 82,7±18,0 71,4±17,8

Rata-rata konsumsi (kkal) 1679±298 1449±366

Rata-rata AKE(kkal) 2068±315 2105±363

Tingkat Kecukupan Protein

Angka kecukupan protein contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 55,1 g dan 45,6 g. Konsumsi protein contoh PM dan Non PM dengan nilai rata-rata masing-masing yaitu sebesar 45,5 g dan 35,7 g. Hal ini menyebabkan rata-rata tingkat kecukupan protein pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 89,0% dan 83,6%. Berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan protein baik contoh PM maupun Non PM termasuk kategori defisit tingkat ringan.

Contoh yang mengalami defisit tingkat berat masih terdapat pada contoh PM maupun Non PM masing-masing sebesar 33,3% dan 39,4%. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya konsumsi protein hewani maupun nabati, baik pada contoh PM maupun Non PM masing-masing sebesar 45,5 g dan 35,7 g. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein

Klasifikasi PM Non PM

n % n %

Defisit tingkat berat 11 33.3 13 39.4

Defisit tingkat sedang 5 15.2 3 9.1

Defisit tingkat ringan 2 6.1 2 6.1

Normal 8 24.2 9 27.3 Kelebihan 7 21.2 6 18.2 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TKP (%) 89,0%±30,7 83,6%±30,0 Rata-rata konsumsi (g) 45,5±10,5 35,7±9,3 Rata-rata AKP (g) 55,1±17,5 45,6±11,4

Tingkat kecukupan Vitamin A

Vitamin dan mineral termasuk dalam zat gizi mikro (mikronutrient). Tubuh hanya membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah sangat kecil. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikelompokkan menjadi dua kategori menurut Gibson (2005), yaitu kurang (tingkat kecukupan <77%) dan cukup (tingkat kecukupan 77%).

Tingkat kecukupan vitamin A contoh PM lebih tinggi dibanding contoh Non PM masing-masing adalah sebesar 219,1% dan 124,7% (p<0,05). Hal ini sesuai dengan hasil klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A, kelompok contoh PM tidak ada yang masuk kategori kurang, sedangkan pada contoh Non PM masih terdapat yang masuk kategori kurang sebesar 42,4%. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan dan diare, meningkatkan angka kematian campak, serta menyebabkan keterlamtan pertumbuhan.

Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak dan jeruk (Almatsier 2003). Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A terdapat pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A

Klasifikasi PM Non PM n % n % Kurang 0 0 14 42,4 Cukup 33 100 19 57,6 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TK Vit A (%) 219,1±86,0 124,7±105,7

Rata-rata konsumsi (RE) 1358,5±472,2 630,2±493,9

Rata-rata AK Vit A (RE) 660,7±210,0 546,8±136,8

Tingkat kecukupan Vitamin C

Tingkat kecukupan vitamin C pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM (p<0,05), dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 63% dan 35,6%. Persentase contoh yang termasuk kategori cukup untuk konsumsi vitamin C lebih tinggi pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM masing-masing

sebesar 21,2% dan 6,1%. Meskipun demikian, masih banyak contoh PM dan Non PM yang termasuk dalam kategori kurang masing-masing yaitu sebesar 78,8% dan 93,9%. Hal ini didukung oleh data rata-rata konsumsi vitamin C masing-masing untuk contoh PM dan Non PM sebesar 31,8 g dan 14,8 g. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C terdapat pada Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C

Klasifikasi PM Non PM n % n % Kurang 26 78,8 31 93,9 Cukup 7 21,2 2 6,1 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TK Vit C (%) 63,0±53,7 35,6±37,8 Rata-rata konsumsi (mg) 31,8±22,6 14,8±12,5 Rata-rata AK vit C (mg) 55,0±17,5 45,5±11,4

Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004), pada derajat yang lebih ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka. Selain itu, asupan vitamin C yang tinggi akan meningkatkan risiko timbulnya batu ginjal karena meningkatnya produksi oksalat, rebound scurvy akibat penurunan yang mendadak selain itu pada beberapa orang dapat mengakibatkan gangguan lambung dan diare.

Tingkat kecukupan Kalsium (Ca)

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Selain itu, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Kebutuhan kalsium akan terpenuhi bila kita makan makanan yang seimbang tiap hari (Almatsier 2003).

Hasil klasifikasi tingkat kecukupan kalsium menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 60,6% dan 66,7% termasuk kategori kurang. Kekurangan kalsium yang diperoleh oleh contoh baik PM maupun Non PM disebabkan masih kurangnya konsumsi pangan yang mengandung kalsium. Hal ini didukung oleh data konsumsi kalsium

masing-masing sebesar 1370,4 mg dan 1854,6 mg. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Kalsium (Ca)

Klasifikasi PM Non PM n % n % Kurang 20 60,6 22 66,7 Cukup 13 39,4 11 33,3 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TK kalsium (%) 133,3±225,6 198,3±357,5 Rata-rata konsumsi (mg) 1370,4±2077,3 1854,6±3453,4 Rata-rata AK kalsium (mg) 1101,2±350,0 911,3±228,0

Tingkat kecukupan Fosfor (P)

tingkat kecukupan fosfor contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 73,5% dan 91,2%. Masih terdapat masing-masing sebanyak 75,8% dan 87,9% pada contoh PM dan Non PM memiiki tingkat kecukupan fosfor yang kurang. Hal ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan yang mengandung fosfor, baik pada contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 715,7 mg dan 725,8 mg.

Menurut Almatsier (2003) fosfor terdapat di dalam semua makanan, terutama makanan yang kaya protein, seperti daging, ayam, ikan, telur,susu dan hasil olahannya, serta kacang-kacangan dan serealia. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan fosfor dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Fosfor (P)

Klasifikasi PM Non PM n % n % Kurang 25 75,8 29 87,9 Cukup 8 24,2 4 12,1 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TK fosfor (%) 73,5±84,5 91,2±191,8 Rata-rata konsumsi (mg) 715,7±672,3 725,8±1215,4 Rata-rata AK fosfor (mg) 1101,2±350,0 911,3±228,0

Tingkat kecukupan Zat Besi (Fe)

Tingkat kecukupan zat besi contoh PM dan Non PM masing-masing sebesar 85,6% dan 83%. Hasil klasifikasi tingkat kecukupan zat besi yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh PM sebesar 54,5% termasuk dalam kategori cukup, namun lebih dari separuh contoh Non PM sebesar 60,6% termasuk dalam kategori kurang. Kekurangan zat besi yang diperoleh oleh contoh Non PM disebabkan karena masih kurangnya konsumsi zat besi yaitu sebesar 11,4 mg. Hal lainnya disebabkan karena adanya zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh seperti asam fitat, asam oksalat dan tanin terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh. Selain itu, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi adalah asam organik (vitamin C), zat penghambat penyerapan (asam fitat, asam oksalat dan tanin), tingkat keasaman lambung, faktor intrinsik dan kebutuhan tubuh (Almatsier, 2003).

Menurut Almatsier (2003) kekurangan zat besi pada anak-anak menimbulkan apatis, mudah tersinggung, dan menurunnya kemampuan untuk belajar. Sumber baik zat besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, ikan, telur, serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Zat Besi (Fe)

Klasifikasi PM Non PM n % n % Kurang 15 45,5 20 60,6 Cukup 88 54,5 13 39,4 Jumlah 33 100 33 100 Rata-rata TK Fe (%) 85,6±34,9 83,0±63,3 Rata-rata konsumsi (mg) 13,3±3,8 11,4±6,4 Rata-rata AK Fe (mg) 16,8±5,1 15,5±4,3

Kontribusi Energi dan Zat Gizi Kontribusi Energi dan Zat Gizi di Sekolah

Total energi yang dikonsumsi oleh contoh dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah. Dapat dibedakan makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah. Kontribusi energi dan zat gizi makanan di

sekolah diperoleh dari perbandingan konsumsi energi dan zat gizi di sekolah terhadap total konsumsi sehari.

Tabel 23 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang di konsumsi di sekolah pada contoh PM lebih tinggi dibandingkan yang di konsumsi contoh Non PM. Di sekolah PM disediakan makan siang yang menyediakan kalori sebanyak 500-700 kkal setara dengan sebesar 37,9% energi, 35,1% protein, 34,5% lemak, 41,5% karbohidrat, 54,0% vitamin A, 44,4% vitamin C, 22,4% kalsium, 32,2% fosfor, 36,6% zat besi. Sesuai dengan pernyataan Nicholls (1976) bahwa nilai kalori dalam suatu hidangan sekolah seyogyanya sebesar 700 kalori bagi anak-anak pada umur antara 6-11 tahun.

Kalori dari makan siang ini sedikitnya memberikan sumbangan atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari kebutuhan sehari. Seperti yang dikemukakan Walker (2005) makan siang di sekolah harus memberikan sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium.

Pada contoh Non PM kontribusi energi dan zat gizi di sekolah, hanya diperoleh dari makanan jajanan. Kontribusi energi dan zat gizi di sekolah yaitu sebesar 18,8% energi, 16,3% protein, 20,5% lemak, 23,5% karbohidrat, 21,2% vitamin A, 13,2% vitamin C, 22,4% kalsium,15,8% fosfor, dan 20,5% zat besi.

Menurut (Khomsan 2004) jajan adalah hal yang lumrah dilakukan anak-anak. Dalam satu segi jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainnya juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan diantara kedua waktu makan tersebut.

Terdapat perbedaan kontribusi energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi di sekolah (p<0,05). Namun uji beda kontribusi kalsium di sekolah menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok contoh. Hal ini karena rata-rata kontribusi kalsium di sekolah diantara kedua contoh tidak terlalu jauh perbedaanya.

Kontribusi Energi dan Zat Gizi di Rumah

Kontribusi energi dan zat gizi di rumah diperoleh dari perbandingan antara konsumsi makanan di rumah terhadap konsumsi total sehari. Kontribusi energi dan zat gizi dirumah pada kelompok contoh PM lebih rendah dibandingkan pada kelompok contoh PM. Tabel 23 menunjukkan rinciannya

masing-masing adalah sebesar 62,0% energi; 64,8% protein; 65,5% lemak; 58,5% karbohidrat; 45,9% vitamin A; 55,5% vitamin C; 77,6% kalsium; 67,8% fosfor; 63,4% zat besi dan 81,2% energi; 83,7% protein; 76,5% lemak; 79,5% karbohidrat; 84,1% vitamin A; 73,5% vitamin C; 78,7% kalsium; 86,8% fosfor; 77,6%; 84,1% zat besi. Hal ini karena pada kelompok contoh Non PM lebih banyak waktu tersedia di rumah. Hasil uji beda kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi di rumah terdapat perbedaan pada kedua kelompok contoh (p<0,05). Namun uji beda kalsium menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok contoh.

Tabel 23 Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi di sekolah dan di rumah

Zat Gizi Kontribusi (%) Sekolah Rumah PM NON PM PM NON PM Energi (kkal) 37,9 18,8 62,0 81,2 Protein (g) 35,1 16,3 64,8 83,7 Lemak (g) 41,5 20,5 58,5 79,5 Karbohidrat (g) 34,5 23,5 65,5 76,5 Kalsium (mg) 22,4 21,2 77,6 78,7 Phosfor (mg) 32,2 13,2 67,8 86,8 Zat besi (mg) 36,6 22,4 63,4 77,6 Vitamin A (RE) 54,0 15,8 45,9 84,1 Vitamin C (mg) 44,4 20,5 55,5 73,5

Jumlah dan Jenis Pangan Jumlah dan jenis pangan contoh di Sekolah

Tabel 24 menunjukkan sumber pangan kelompok padi-padian yang paling

Dokumen terkait