• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR LUTHFI RAKHMAWATI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT

KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

LUTHFI RAKHMAWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRACT

Luthfi Rakhmawati. Food Contribution in School and Nutrient Adequacy Level of Elementary School Children in Bogor. Supervised by Katrin Roosita and Vera Uripi Subandriyo.

The objective of this research was to know the contribution of school feeding and home feeding; and to know nutrient adequacy level elementary school children. cross sectional study design was used is in the research which was conducted by using from April to June 2009 in Aliya, Pertiwi, Baranangsiang and Kedung Badak 1 Elementary School Bogor. The samples of this research were 5 grade of elementary school students with and without school lunch program.

The contribution of school feeding of samples with school lunch program were higher than samples without school lunch (p<0,05). The contribution of home feeding of samples with school lunch program were lower than samples without school lunch service (p<0,05). Adequacy level of energy, vitamin A and C of school with lunch services (p<0,05). The average level of protein, calcium, phosphor, and iron of samples with and without school lunch program were not different. These result elaborate that the lower contribution of feeding school of student without school lunch program was compensated by home feeding.

Keyword: Food Contribution, Nutrient Adequacy Level and Elementary School Children

(3)

RINGKASAN

LUTHFI RAKHMAWATI. Kontribusi Makanan di Sekolah dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor. Di bimbing oleh Katrin Roosita dan Vera Uripi Subandriyo.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi di sekolah dan di rumah serta bertujuan khusus untuk membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Tujuan khusus peneltian ini adalah (1) mengetahui karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang jajan, nilai IPA, berat badan dan tinggi badan) (2) membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah dasar yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan (3) mengetahui kontribusi makanan anak usia sekolah dasar di sekolah dan di rumah terhadap total konsumsi energi dan zat gizi (4) mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi anak usia sekolah dasar baik di sekolah maupun di rumah.

Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional study yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2009. Pemilihan SD dilakukan dengan cara stratified random sampling. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bogor (tahun ajaran 2008/2009) terdapat 289 SD, dipilih 2 SD yang terdapat penyelenggaraan makan (PM) dan 2 SD yang tidak terdapat penyelenggaraaan makan (Non PM), yaitu SDIT Aliya, SDS Pertiwi, SDN Baranangsiang, dan SDN Kedung Badak1. Kriteria yang digunakan berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian. Jumlah populasi contoh di SD PM adalah 46 orang, masing-masing di SDIT Aliya 33 orang, dan SDS Pertiwi 13 orang. Jumlah populasi contoh di SD Non PM adalah 66 orang, dengan rincian masing-masing SDN Kedung Badak 1 sebanyak 33 orang dan SDN Baranangsiang sebanyak 33 orang. Selanjutnya dari masing-masing kelompok contoh diambil secara acak sebanyak sebanyak 33 orang dari SD PM dan SD Non PM.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh dan konsumsi pangan. Data-data tersebut diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh dan penimbangan makanan. Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari lokasi penelitian serta karakteristik orang tua berupa pendidikan dan pekerjaan orang tua.

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, dan entri data. Data dientri dengan menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Data karakteristik orang tua dan karakteristik contoh dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Angka kecukupan protein, vitamin dan mineral didasarkan pada kecukupan zat gizi menurut WNPG 2004 berdasarkan kelompok umur.

Tingkat kecukupan energi dan protein terhadap kebutuhan energi dan protein dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh, sedangkan tingkat kecukupan vitamin dan mineral dibandingkan terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Selain itu, untuk menghitung kontribusi konsumsi di sekolah maupun di rumah, yaitu konsumsi di sekolah maupun di rumah dibandingkan terhadap total konsumsi sehari. Untuk

(4)

menganalisis perbedaan konsumsi, kontribusi, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dilakukan uji beda T-test (Independent Sample T-test).

Persentase terbesar umur contoh PM dan Non PM berkisar antara 11-12 tahun. Persentase contoh laki-laki lebih banyak pada contoh PM, sedangkan pada contoh Non PM persentase perempuan lebih banyak. Besar uang jajan kedua kelompok contoh berkisar antara Rp. 2.000,00-Rp. 8.000,00 per hari. Nilai IPA kelompok contoh PM dan Non PM termasuk kategori cukup dengan kisaran nilai 63-83. Berat badan contoh PM lebih tinggi dibandingkan contoh Non PM masing-masing sebesar 39,6 kg dan 33,4 kg. Tinggi badan rata-rata contoh PM dan Non PM masing-masing adalah sebesar 142 cm dan 139,7 cm.

Tingkat kecukupan energi lebih tinggi pada kelompok contoh PM dibandingkan contoh Non PM (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein. Lebih dari separuh contoh Non PM mengalami defisit energi tingkat berat. Masih terdapat kelompok contoh PM dan Non PM mengalami defisit protein tingkat berat.

Tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C lebih tinggi pada kelompok contoh PM dibandingkan contoh Non PM (p<0,05%). Namun tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan kalsium, fosfor, dan zat besi. Pada contoh PM maupun Non PM masih terdapat yang mengalami kekurangan vitamin C, kalsium, dan fosfor. Selain itu, contoh Non PM masih mengalami kekurangan vitamin A dan zat besi.

Kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral di sekolah lebih tinggi pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM. Sebaliknya rata-rata kontribusi energi dan zat gizi lainnya di rumah lebih rendah pada contoh PM dibandingkan contoh Non PM. Hasil uji beda kontribusi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, fosfor dan zat besi baik di sekolah maupun di rumah terdapat perbedaan pada kedua kelompok contoh (p<0,05), namun uji beda kalsium menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok contoh.

Konsumsi kedua kelompok contoh cukup beragam. Jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh kelompok contoh PM lebih beragam dan banyak dibandingkan contoh Non PM.

(5)

Judul Skripsi : Kontribusi Makanan di Sekolah terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor Nama : Luthfi Rakhmawati

NIM : I14052261

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Katrin Roosita, SP, MSi dr. Vera Uripi Subandriya

NIP. 197110201 199903 2 001 NIP. 19511207 198803 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS. NIP. 19621204 198903 2 002

(6)

KONTRIBUSI MAKANAN DI SEKOLAH DAN TINGKAT

KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI PADA ANAK USIA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

LUTHFI RAKHMAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk meperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 25 Desember 1987 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Wagijo dan Ibu Badriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 02 Kebakalan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Mandiraja dan lulus pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2005 di SMUN 1 Banjarnegara. Pada tahun 2005 juga penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada semester 3 atau kenaikan tingkat 2, yaitu pada tahun 2006 penulis masuk ke Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia sebagai jurusan mayor. Selain mengambil mata kuliah mayor, penulis juga mengambil minor di Departemen Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan organisasi menjadi anggota HIMAGITA (Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian) periode 2006/2007 dan staf divisi perekonomian Forum Syiar Islam FEMA (FORSIA) periode 2007/2008.

Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Tapos-Cimpaeun, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Pada bulan Februari 2009 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah Sakit Atang Sendjaja Bogor.

(8)

KATA PENGANTAR

Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Makanan di Sekolah terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor” dilakukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Katrin Roosita, SP, M.Si dan dr. Vera Uripi Subandriya selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Dr. Ikeu Tanziha selaku dosen pemandu seminar atas saran yang diberikan. 3. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen penguji skripsi atas saran yang

diberikan.

4. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah. 5. Seluruh pihak sekolah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

serta seluruh murid-murid sekolah dasar yang telah bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian.

6. Ayah ibu tercinta dan kakakku (mas Puguh dan mba Iis) atas segala kasih sayang, doa dan dukungan baik moral maupun material.

7. Teman-teman satu penelitian payung Sofya Eka Masti, Murni Mutia T, dan Janwar Rizki terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.

8. Sahabat-sahabatku (Mita, Nenden, Sofy, Tri dan Sri), Dietista GM 42, dan Ayik, Ani, serta seluruh penghuni Jaika 90A terima kasih atas kebersamaan dan keceriannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bogor, September 2009

(9)

      i   

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anak Usia Sekolah ... 4

Makanan dan Gizi Anak Sekolah (7-12 tahun) ... 4

Bekal Sekolah ... 5

Makanan di Sekolah (School Feeding) ... 5

Makanan Jajanan ... 6

Kebutuhan Energi dan Kecukupan Zat Gizi ... 6

Kebiasaan Makan ... 8

Konsumsi Energi dan Zat Gizi ... 8

Metode Pengukuran Konsumsi Pangan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN... 16

METODE PENELITIAN ... 18

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 18

Jenis dan Cara Pengambilan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Keadaan Umum Sekolah Dasar ... 25

Karakteristik Contoh ... 27

Karakteristik Orang Tua ... 29

Kebutuhan Energi ... 30

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 31

Kontribusi Energi dan Zat Gizi ... 36

Jumlah dan Jenis Pangan ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(10)

      ii   

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah berdasarkan

WNPG 2004 ... 7

2 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin ... 12

3 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber mineral ... 13

4 Variabel, jenis, Cara Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data ... 20

5 Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB) ... 21

6 Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur ... 22

7 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 23

8 Profil sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru ... 27

9 Sebaran contoh menurut umur ... 27

10 Sebaran contoh menurut jenis kelamin ... 27

11 Sebaran contoh menurut uang jajan per hari ... 28

12 Sebaran contoh menurut nilai IPA ... 28

13 Sebaran contoh menurut pendidikan orang tua ... 29

14 Sebaran contoh menurut pekerjaan orang tua ... 30

15 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata angka kebutuhan energi (AKE) .... 31

16 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi ... 32

17 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein ... 32

18 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A ... 33

19 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C ... 34

20 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Kalsium (Ca) .. 35

21 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Fosfor (P) ... 35

22 Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan Zat Besi (Fe) .. 36

23 Rata-rata kontribusi energi dan zat gizi di sekolah dan di rumah ... 38

24 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah ... 39

25 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah ... 39

26 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani contoh PM dan Non PM di sekolah ... 40

27 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak dan lemak contoh PM dan Non PM di sekolah ... 40

28 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM dan Non PM di sekolah ... 41

29 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan dan olahannya contoh PM dan Non PM di sekolah ... 41

(11)

     

iii   

30 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non PM di sekolah ... 42 31 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di

sekolah ... 43 32 Jumlah dan jenis pangan kelompok padi-padian contoh PM dan Non PM

di rumah ... 43 33 Jumlah dan jenis pangan kelompok umbi-umbian dan olahannya contoh

PM dan Non PM di rumah ... 44 34 Jumlah dan jenis pangan kelompok pangan hewani dan olahannya

contoh PM dan Non PM di rumah ... 44 35 Jumlah dan jenis pangan kelompok minyak contoh PM dan Non PM di

rumah ... 45 36 Jumlah dan jenis pangan kelompok buah dan biji berminyak contoh PM

dan Non PM di rumah ... 45 37 Jumlah dan jenis pangan kelompok kacang-kacangan contoh PM dan Non

PM di rumah ... 46 38 Jumlah dan jenis pangan kelompok sayur dan buah contoh PM dan Non

PM di rumah ... 47 39 Jumlah dan jenis pangan kelompok lainnya contoh PM dan Non PM di

rumah ... 47

(12)

      iv   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

      v   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di sekolah ... 54 Lampiran 2 Jumlah dan jenis pangan contoh PM dan Non PM di rumah ... 56

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bagi Indonesia, kesepakatan untuk memperhatikan anak merupakan upaya yang secara falsafah terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Kebijaksanaan ini tersurat dan tersirat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai hakekat pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Upaya mewujudkan manusia Indonesia berkualitas harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan manusia sejak usia dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Anak merupakan sumber potensi dan penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu, anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar (BPS 2001).

Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila tingkat pendidikan penduduk semakin baik, derajat kesehatannya tinggi, usia harapan hidup panjang, dan pertumbuhan fisiknya optimal. Anak-anak di negara maju tumbuh lebih cepat daripada di negara berkembang karena asupan gizi yang lebih baik dapat menunjang tumbuh kembang anak (Khomsan 2005).

Masa anak-anak merupakan masa yang rentan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan zat gizi. Menurut Riyadi (2003) anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dengan kegiatan fisik yang sangat aktif. Oleh karena itu, anak usia sekolah harus mendapatkan perhatian khusus mengenai makanan yang dikonsumsi agar memperoleh makanan sehat dan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

Masalah gizi dapat berupa gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah kurang gizi yang ditemukan pada kelompok usia sekolah dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, mudah letih dan mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi serta anemia (Depkes 1994). Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan konsumsi energi, karena energi yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan masukan energi. Terjadinya perubahan pola makan dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat dan tinggi lemak juga mendukung terjadinya gizi lebih (Almatsier 2003).

Berdasarkan laporan nasional Riskesdas tahun 2007 status gizi penduduk umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Menurut standar WHO 2007 secara nasional

(15)

prevalensi kurus adalah 13,3% pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Kurus mengindikasikan gizi kurang, sedangkan berat badan lebih mengindikasikan gizi lebih. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 untuk provinsi Jawa Barat prevalensi kurus pada laki-laki adalah 10,9% dan 8,3% pada perempuan. Selain itu, prevalensi BB lebih pada anak laki-laki adalah 7,4% dan 4,6% pada perempuan. Hal ini menunjukan nilai yang mendekati prevalensi nasional untuk kriteria kurus dan BB lebih di Indonesia (Depkes 2008).

Penyelenggaraan makan di sekolah bagi semua murid merupakan praktik yang telah diterima di sebagian besar negara maju. Penyelenggaraan makan di negara maju bertujuan untuk mendukung pencegahan obesitas dimana 3 dari 5 murid menderita obesitas. Berbeda halnya dengan tujuan penyelenggaraan makan di negara berkembang, selain untuk mencegah terjadinya obesitas juga untuk mengatasi masalah gizi kurang (Snyder et al. 1999)

Menurut Riyadi (2006) berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan pada anak sekolah dapat memperbaiki prestasi di sekolah, baik anak-anak di negara berkembang maupun anak-anak di negara maju. Anak-anak yang lapar pada saat sekolah tidak dapat berkonsentrasi dan melakukan tugas-tugas yang kompleks, meskipun keadaan gizi mereka baik.

Menurut Depkes (2005) dalam Setyawati (2008), pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang gizi bagi perbaikan status gizi masyarakat sesuai dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Perbaikan gizi institusi merupakan salah satu program perbaikan gizi masyarakat. Menurut Yuliati dan Santoso (1995) penyelenggaraan makan disekolah bertujuan untuk memperbaiki status gizi terutama bagi anak sekolah yang tidak sempat sarapan dan tidak membawa bekal, memperbaiki prestasi akademis, sebagai bahan pendidikan gizi untuk anak sekolah serta membiasakan memilih makanan bergizi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang disediakan disekolah dan di rumah serta membandingkan tingkat kecukupan anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan.

(16)

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi energi dan zat gizi pada makanan yang dikonsumsi disekolah dan di rumah; dan membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah

1. mengetahui karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, uang jajan, dan nilai IPA), karakteristik orang tua (pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua) 2. membandingkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah

dasar yang bersekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan 3. mengetahui kontribusi makanan anak usia sekolah dasar di sekolah dan di

rumah terhadap total konsumsi energi dan zat gizi

4. mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi anak usia sekolah dasar baik di sekolah maupun di rumah.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi tentang konsumsi makanan siswa SD baik di sekolah maupun di rumah serta perbandingan tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak yang sekolah di SD dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Bagi pihak sekolah dan orang tua diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan mengenai tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak-anak usia sekolah dasar.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia Sekolah

Hurlock (1980) mengelompokkan anak usia sekolah berdasarkan perkembangan psikologis yang disebut sebagai Late Childhood. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun. Usia sekolah merupakan awal seorang anak belajar bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya.

Terjadi perkembangan sosialisasi yang menonjol pada anak selama periode usia sekolah. Diantaranya adalah pergaulan anak menjadi lebih luas, dan tidak terbatas hanya dengan anggota keluarga dirumah. Masa sekolah memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih banyak bergaul dengan teman sebayanya. Selain itu, pada usia sekolah terjadi perkembangan intelegensi, minat, emosi dan kepribadian. Perkembangan pada aspek-aspek itulah yang membentuk karakteristik khas pada anak usia sekolah (Akbar 2005).

Menurut teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) anak usia 7-11 tahun termasuk dalam tahap konkret operasional yaitu kemampuan untuk memahami konsep-konsep, hubungan sebab akibat, hubungan yang majemuk, serta kemampuan diri yang menyangkut proses berpikir, daya ingat, pengetahuan, tujuan dan aksi yang meningkat.

Makanan dan Gizi Anak Sekolah (7-12 tahun)

Karakteristik anak usia sekolah, antara lain gigi susu yang tanggal secara berangsur dan diganti dengan gigi permanen, lebih aktif dalam memilih makanan yang disukai. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan serta anak usia sekolah memiliki aktivitas fisik, misalnya berolah raga, bermain, atau membantu orang tua.

Anak usia sekolah biasanya mempunyai lebih banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan. Makan pagi (sarapan) perlu diperhatikan, untuk mencegah hipoglikemi dan supaya anak lebih mudah menerima pelajaran. Anak usia sekolah telah mempunyai daya tahan yang cukup terhadap berbagai penyakit (RSCM & Persagi 1990).

Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi anak sekolah menurut Moehji (1980) adalah:

a. anak dalam usia ini sudah dapat memilih dan menentukan makanan apa yang disukai dan tidak disukai, sehingga seringkali anak-anak salah memilih.

(18)

Terlebih lagi jika orangtua tidak memberikan informasi mengenai makanan sehat dan bergizi

b. kebiasaan jajan, dimana anak seusia ini gemar jajan. Hal ini lebih dipengaruhi oleh teman meskipun keluarga juga ikut berpengaruh

c. anak tiba di rumah dalam keadaan letih karena belajar dan bermain di sekolah, sehingga sampai di rumah kurang nafsu makan. Pilihan terhadap makanan kesukaan anak sangat dipengaruhi oleh teman, orangtua, dan juga media massa melalui iklan/reklame.

Bekal Sekolah

Menurut Moehji (1980), apabila anak-anak diberi bekal, maka hendaklah diperhatikan bahwa bekal makanan yang diberikan kepadanya dapat memberikan unsur-unsur gizi yang kurang terdapat dalam makanannya waktu makan pagi, siang dan malam. Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makanan yaitu energi dan protein. Kekurangan akan zat gizi lain dapat diberikan melalui makanan mereka di rumah. Memang bekal makanan yang paling ideal adalah makanan yang dapat memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktik, membuat bekal yang memenuhi syarat demikian itu agak sulit.

Bekal makanan untuk anak-anak memberikan keuntungan, antara lain : a. anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar

b. pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari kekurangan energi c. pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan sehingga

menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak higienis.

Makanan di Sekolah (School-Feeding)

School-feeding merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki keadaan gizi anak sekolah. Praktik penyelenggaraan makanan di sekolah ini sudah lama dan sudah banyak diselenggarakan di negara-negara baik di Eropa maupun di Asia. Untuk masing-masing negara baik bentuk maupun cara penyelenggaraan makanan di sekolah ini berbeda-beda (Moehji 1980).

Nilai kalori dalam suatu susunan hidangan sekolah seyogyanya sebesar 900 kalori bagi anak-anak diatas umur 11 tahun, 700 kalori diantara 6 dan 11 tahun, serta 600 kalori bagi umur di bawah 6 tahun. Suatu susunan hidangan rata-rata yang mengandung 700 kalori sudah mencukupi kebutuhan bagi kondisi di daerah tropik (Nicholls 1976).

(19)

Makanan Jajanan

Makanan jajanan adalah makanan siap santap untuk dikonsumsi (disantap) yang digunakan sebagai selingan atau pelengkap menu utama. Berbagai macam makanan jajanan yang khas dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, khas dalam bahan, pengolahan, maupun penyajiannya (Hardinsyah & Briawan 1994).

Jajan adalah hal yang lumrah dilakukan oleh anak-anak. Dalam satu segi jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainya jajan juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan di antara waktu makan tersebut. Makanan jajanan seringkali lebih banyak mengandung unsur karbohidrat dan hanya sedikit mengandung protein, vitamin, mineral. Akibat ketidaklengkapan gizi dalam makanan jajanan, maka pada dasarnya makanan jajanan tidak dapat mengganti sarapan pagi atau makan siang. Anak-anak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan perutnya akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Sementara gizi seperti protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang (Khomsan 2005).

Kebutuhan Energi dan Kecukupan Zat Gizi

Kebutuhan zat gizi (nutrient requirement) menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat hidup sehat. Kebutuhan gizi antar individu bervariasi, ditentukan atau dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme tubuh. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal, pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah dkk 2002). Selain itu, menurut Karyadi & Muhilal (1996) kebutuhan gizi lebih meggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, jadi ada yang tinggi dan ada pula yang rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain genetika.

Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun lebih besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda

(20)

dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak (RSCM & Persagi 1990).

Menurut Hardinsyah dkk (2002), kebutuhan gizi antar individu yang berat badannya relatif sama dan berasal dari kelompok umur yang sama dapat bervariasi. Namun variasi kebutuhan energi lebih kecil dibanding dengan variasi kebutuhan protein dan zat gizi lainnya pada kelompok umur yang sama. Hal ini dikarenakan energi dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak yang dapat diubah kembali menjadi energi dan digunakan pada kesempatan lainnya bila kekurangan energi.

Perhitungan angka kebutuhan energi (AKE) lebih tepat menggunakan pendekatan pengeluaran energi karena dalam perhitungannya menggunakan angka metabolisme basal berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, berat badan dan aktivitas fisik (FAO 2001).

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan

Penetapan kebutuhan individu untuk energi dan zat gizi juga dapat diturunkan dari angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Muhilal dkk 1994). Menurut Hardinsyah dan Martianto (1994) angka kecukupan gizi (AKG) sudah memperhitungkan variasi kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (save level). Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak usia sekolah berikut ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah berdasarkan WNPG 2004

Zat Gizi Umur 10-12 tahun

Perempuan Laki-laki

Protein 50 g 50 g

Kalsium (Ca) 1000 mg 1000 mg

Besi (Fe) 20 mg 13 mg

Fosfor (P) 1000 mg 1000 mg

Vitamin A 600 mgRE 600 mgRE

Vitamin C 50 mg 50 mg

(21)

Kebiasaan makan

Menurut Riyadi (2006) kebiasaan makan adalah cara-cara yang dipakai orang pada umumnya untuk memilih bahan makanan yang mereka makan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, kebudayaan dan sosial. Selain itu menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan adalah perilaku yang berhubungan dengan makan, frekuensi makan seseorang, pola makan, pantangan, distribusi makanan dalam keluarga, preferensi terhadap makanan, dan cara-cara memilih bahan makanan.

Kebiasaan makan pada anak usia sekolah tergantung pada kehidupan sosial di sekolah. Anak usia sekolah cenderung lebih menyukai makan secara bersamaan dengan teman sekolahnya. Kadang-kadang anak malas makan di rumah, hal ini disebabkan akibat stres atau sakit (Hidayat 2004).

Membentuk pola makan yang baik untuk seorang anak menuntut kesabaran seorang ibu. Pada usia prasekolah, anak-anak sering kali mengalami fase sulit makan. Kalau masalah makan ini berkepanjangan maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak karena jumlah dan jenis gizi yang masuk dalam tubuhnya kurang. Solusi dari masalah makan yang terjadi pada anak-anak antara lain, awali makan dengan porsi kecil, apabila porsi kecil sudah dihabiskan, orang tua bisa menawarkan kepada anak untuk ditambah kembali. Ketika anak sedang makan orang tua jangan terlalu banyak memberi nasihat. Selain itu suasana makan haruslah menyenangkan. Anak-anak seyogyanya diberi kesempatan untuk memilih makanan sendiri yang disukai dengan pengawasan seperlunya dari orang tua. Kewajiban orang tua adalah menjamin hak anak-anak untuk memeperoleh makanan secara cukup dan berkualitas. Dengan disertai pola asuh yang baik, anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi generasi yang sehat dan cerdas (Khomsan 2004).

Konsumsi Energi dan Zat Gizi

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Hardinsyah & Briawan 1992). Zat gizi merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam makanan dan diperlukan oleh tubuh untuk berbagai keperluan seperti menghasilkan energi, mengganti jaringan aus serta rusak, memproduksi substansi tertentu misalnya enzim, hormon dan antibodi. Zat gizi dapat dibagi menjadi kelompok makronutrien yang terdiri atas karbohidrat, lemak serta

(22)

protein, dan kelompok mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral (Hartono 2004).

Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat kecukupan gizi. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut depkes (1996) diacu dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) kelebihan ( 120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG); (2) cukup ( 77% AKG).

Energi

Tenaga yang mampu melaksanakan suatu pekerjaan dinamakan energi. Energi (tenaga) diperoleh dari hasil pembakaran bahan makanan di dalam tubuh, terutama dari makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Energi dinyatakan dalam satuan kalori (Nasoetion 1995).

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Kebutuhan energi bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa, karena untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi sehari anak pada tahun pertama kurang lebih 100-120 kkal/kg berat badan. Untuk tiap 3 tahun pertambahan umur kebutuhan energi turun kurang lebih 10 kkal/kg berat badan. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia remaja membutuhkan energi yang lebih besar (RSCM & Persagi 1990).

Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen sebagai berikut: 1) Angka Metabolisme Basal/AMB; 2) Aktifitas fisik; 3) pengaruh Dinamik Khusus Makanan/SDA (dapat diabaikan). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal. Kebutuhan energi basal atau AMB pada dasarnya ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. AMB per kg berat badan lebih tinggi pada orang pendek dan kurus serta lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk. Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan anak selain untuk pertumbuhan adalah untuk

(23)

bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, juga aktifitas yang tinggi (Almatsier 2003).

Protein

Istilah protein berasal dari bahasa yunani, didefinisikan sebagai senyawa dalam pangan yang mengandung nitrogen. Protein sangat penting bagi fungsi tubuh, karena tanpa senyawa ini, kehidupan tidak mungkin terjadi (Riyadi 2006). Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh, karena protein selain berfungsi sebagai sumber energi juga berfungsi sebagai zat pembangun (Nasoetion 1995).

Menurut Hartono (2006) protein terbentuk dari asam-asam amino yang dirangkaikan oleh ikatan peptida. Fungsi protein antara lain membangun jaringan tubuh baru, memperbaiki jaringan tubuh, menghasilkan senyawa esensial, mengatur tekanan osmotik, mengatur keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa,menghasilkan pertahanan tubuh, menghasilkan mekanisme transportasi, dan menghasilkan energi.

Kebutuhan protein pada anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelamin dan umur. Pada umumnya kebutuhan protein pria sedikit lebih tinggi dibanding wanita (Hardinsyah & Martianto 1992). Kebutuhan protein bayi dan anak relatif lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa. Angka kebutuhan protein tergantung pula pada mutu protein. Semakin baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama asam amino esensial. Kecukupan protein yang diperlukan oleh anak umur 10-18 tahun adalah 1-1,5 g/kg BB (RSCM & Persagi 1990). Menurut Nasoetion (1995) protein lengkap yaitu protein yang mengandung semua asam amino esensial, terdapat pada semua protein hewani. Prinsip mutu protein yang baik adalah apabila suatu protein mengandung asam amino esensial yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Protein hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibanding protein nabati, karena susunan asam aminonya lebih lengkap. Meskipun begitu manusia dapat memenuhi kebutuhan protein tubuh dari pangan nabati, akan tetapi dalam jumlah yang cukup dan mengandung asam amino yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan sumbernya, protein dibedakan sebagai protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani antara lain daging, dan organ-organ dalam

(24)

seperti hati,pankreas, ginjal paru-paru, jantung dan jeroan (babat, usus halus, dan usus besar). Susu dan telur termasuk juga sumber protein hewani berkualitas tinggi. Selain itu, ikan, kerang dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik karena mengandung sedikit lemak (Nilawati 2008). Menurut Almatsier (2003) sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan.

Karbohidrat

Karbohidrat merupakan unsur gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi atau tenaga. Kebutuhan yang besar akan karbohidrat terjadi karena zat gizi ini merupakan sumber energi utama dan tidak dapat di daur ulang, akan tetapi hanya dapat diubah dan disimpan sebagai cadangan energi (Hartono 2004). Menurut Nasoetion (1995) karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama bagi otak dan susunan syaraf terutama glukosa. Oleh karena itu ketersediaan glukosa harus tetap terjaga, agar terhindar dari kerusakan otak atau kelainan syaraf. Menurut Almatsier (2003) satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kal. Sebagian dari karbohidrat disimpan dalam tubuh sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, sebagian lagi diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi. Seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat berlebih akan menjadi gemuk.

Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati) dan hanya sedikit yang berasal dari hewani. Di dalam tubuh manusia, karbohidrat merupakan salah satu sumber energi. Dari tiga sumber energi utama (yaitu karbohidrat, lemak, protein), karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah. Karbohidrat yang tidak dapat di cerna memberikan volume kepada isi usus. Rangsangan mekanis yang terjadi melancarkan gerak bubur makanan melalui saluran pencernaan dan memudahkan pembuangan tinja (Nilawati 2008). Lemak

Lemak dalam makanan biasanya juga disebut lipid. Lipid seperti halnya karbohidrat juga mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Menurut Hartono (2006) lemak dan minyak merupakan zat gizi kedua yang digunakan sebagai bahan bakar dalam menghasilkan energi.

Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Kebutuhan lemak yang dianjurkan 15-20% jumlah energi total berasal dari lemak. Bayi dan anak dianjurkan 1-2% dari kebutuhan energi total berasal dari asam lemak

(25)

esensial (asam linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara kesehatan kulit (RSCM & Persagi 1990).

Menurut sumbernya kita membedakan lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani berasal dari hewan, termasuk ikan, telur dan susu. Fungsi lemak dalam makanan memberikan rasa gurih, terutama makanan yang digoreng, serta memberi kandungan kalori yang tinggi dan memberikan sifat empuk (lunak) pada kue yang dibakar. Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun ditempat-tempat tertentu (Sediaoetama 2006). Vitamin

Vitamin didefinisikan sebagai bahan-bahan organik, yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yang melakukan paling sedikit satu fungsi metabolik spesifik dan harus diberikan dalam makanan. Terdapat dua golongan vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin yang larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut air adalah vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, dan vitamin B12) dan C (Riyadi 2006). Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber vitamin

Vitamin Fungsi Bahan Makanan Sumber

A Proses penglihatan,

pertumbuhan,

perkembangan tulang,

jaringan epitel dan

kekebalan

Minyak ikan, hati, mentega, susu, keju, sayuran daun hijau tua, serta sayuran dan buah berwarna kuning (wortel, pepaya, dan mangga)

B1 Unsur sistem enzim jaringan

terutama hubungannya

dengan dekarboksilasi

Hati, jantung, ginjal, ragi, gandum, kedela, serta kacang-kacangan dan susu

B2 Unsur sistem enzim

pernapasan dan

metabolisme asam amino dan lipid

Susu, hati, ginjal, jantung, telur, dan sayuran daun hijau

B6 Koenzim dan metabolisme

asam lemak esensial

Daging, hati, ginjal, tepung gandum, kacang tanah, jagung

C Pembentukan kolagen,

pembentukan gigi,

metabolisme tiroksin

Buah jeruk, tomat, arbei, kangkung,

kentang,cabai hijau, selada hijau dan jambu biji

Sumber : Riyadi (2006)

Menurut Almatsier (2003) vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya

(26)

sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Selain itu menurut Moehji (1982) vitamin digunakan untuk mengatur fungsi faal dari alat-alat tubuh. Setiap vitamin mempunyai fungsi dan sumber pangan sendiri. Oleh karena itu pada Tabel 2 disajikan fungsi dan sumber dari masing-masing vitamin.

Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Mineral dibedakan menjadi mineral makro dan mineral mikro (Almatsier 2003).

Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial (Almatsier 2003). Menurut Riyadi (2006) mineral yang tergolong ke dalam mineral makro adalah kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg), sedangkan mineral yang tergolong ke dalam mineral mikro antara lain besi (Fe), iodium (I), seng (Zn), selenium (Se), dan fluor (F). Fungsi dan bahan makanan sumber mineral dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis, fungsi dan bahan makanan sumber mineral

Mineral Fungsi Bahan Makanan Sumber

Ca : kalsium Unsur utama tulang dan

gigi, untuk kontraksi otot,

irama jantung, dan

kepekaan syaraf

Susu, kangkung, tiram, udang, salem, dan kijing

P : Fosfor Unsur utama tulang dan

gigi, metabolisme lemak

dan karbohidrat serta

pertukaran energi

Susu, keju, kuning telur, daging, ikan, unggas, dan kacang-kacangan

Fe : Zat besi Unsur hemoglobin,

mioglobin, dan beberapa enzim oksidatif

Hati, daging, kuning telur, sayuran berdaun hijau tua, tiram, udang, salem, dan kijing

(27)

Metode Pengukuran Konsumsi Pangan a. Metode ”Recal”

Metode recall (metode mengingat-ingat) umumnya digunakan untuk survei konsumsi tingkat individu. Dalam metode ini, responden diminta untuk mengingat semua makanan yang telah dimakan, biasanya makanan sehari atau 24 jam yang lalu. Responden diminta untuk mengingat jenis masakan yang dimakan beserta jenis pangan penyusunnya. Jumlah makanan yang dicatat biasanya dalam bentuk masak (kecuali untuk makanan-makanan tertentu yang biasa dikonsumsi dalam bentuk segar dan mentah) dalam ukuran rumah tanga (URT) misalnya gelas, mangkuk, sendok makan dan sebagainya. Untuk membantu mengestimasi jumlah makanan yang dimakan, deskripsikan dan identifikasi secara tepat setiap jenis pangan dengan menggunakan ukuran porsi, food models, atau foto pangan. Penggaris dapat digunakan untuk mengestimasi ukuran pangan. Kuesioner yang terstruktur digunakan sebagai panduan pengisian data. Responden biasanya merangkap sebagai sasaran dalam penelitian. Namun jika sasaran penelitian adalah anak-anak, maka yang menjadi responden adalah ibunya atau seseorang yang cenderung mengetahui apa saja yang dimakan oleh anaknya (Sa’diyah dan Kusharto 2007).

Metode ”recall” ini mempunyai kelebihan relatif murah dan tidak memakan waktu banyak (Sa’diyah dan Kusharto 2007). Selain itu menurut Supariasa et al. (2001) kelebihan lain dari metode recall diantaranya adalah mudah melaksanakannya dan tidak terlalu membebani respoden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf, serta dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Namun kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat sseorang dan tergantung dari keahlian tenaga pencatatan dalam mengkonversikan URT kedalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil, dll) (Sa’diyah dan Kusharto 2007).

b. Metode ”Food Weighing”

Metode penimbangan makanan (food weighing) merupakan metode dimana responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama satu hari. Kelebihan metode penimbangan yaitu data lebih akurat atau teliti sedangkan kekurangannya yaitu lama, mahal,

(28)

memerlukan tenaga pengumpul data yang terlatih dan terampil serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden (Supariasa et al. 2001). Selain itu Menurut Sa’diyah dan Kusharto (2007) kekurangan lainnya adalah kadang-kadang responden segan atau malu atau tidak memperkenankan bila makanannya harus dipindah-pindahkan dari tempatnya untuk ditimbang, serta responden mungkin merubah-ubah pola konsumsi pangan dari kebiasaannya sehari-hari dengan kehadiran kita.

Menurut Sa’diyah dan Kusharto (2007), metode penimbangan ada dua yaitu metode penimbangan biasa dan penimbangan langsung dengan pengamatan. Perbedaannya adalah pada penimbangan biasa, penimbangan dapat dilakukan oleh responden, sedangkan pada penimbangan langsung dengan pengamatan penimbangan dilakukan sendiri oleh enumerator. Pada metode penimbangan, pengukuran penggunaan pangan untuk konsumsi dilakukan dengan cara menimbang bahan pangan dalam keadaan mentah (proses persiapan), setelah makanan masak (penyajian), dan setelah pangan tersebut di konsumsi (mengamati sisa yang tidak termakan). Selain itu ditimbang pula makanan yang diperoleh dari pemberian dan makanan yang dikonsumsi di luar rumah.

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menuju kedewasaan tidak mengalami gangguan. Menurut Suhardjo (2003) meskipun laju pertumbuhan anak usia sekolah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun per satuan berat badan, anak-anak sekolah membutuhkan makanan yang lebih banyak daripada orang dewasa.

Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Menurut Suhardjo (2003) kenaikan kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk kegiatan fisik dan mental yang meningkat pada anak usia sekolah.

Perilaku konsumsi makan seorang anak berhubungan erat dengan sistem nilai dan perilaku yang dilakukan oleh orang tua dan keluarga. Hal tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua. Selain itu karakteristik anak juga diduga mempengaruhi perilaku konsumsi makan anak baik di rumah maupun di sekolah, diantaranya adalah umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, uang jajan, serta pengetahuan gizi dan kesehatan yang digambarkan dengan nilai ujian IPA.

Konsumsi makanan anak usia sekolah dasar (SD), pada umumnya diperoleh dari yang dikonsumsi saat berada di rumah dan atau di lingkungan sekolah. Makanan yang dimakan ketika berada di rumah dapat berupa makanan yang dimasak dan disediakan di rumah maupun makanan jajanan. Makanan yang dimakan ketika berada di lingkungan sekolah dapat berasal dari bekal sekolah, catering (school feeding / penyelenggaraan makan), dan atau makanan jajanan yang di beli di kantin sekolah, warung atau penjual kaki lima (PKL).

Total konsumsi sehari anak usia sekolah diperoleh dari konsumsi makan di rumah dan di sekolah, sehingga dapat diketahui tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak usia sekolah. Selengkapnya yang mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak dapat dilihat pada Gambar 1

(30)

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik Orang Tua: • Pendidikan • Pekerjaan Karakteristik Contoh: • Umur • Berat Badan • Tinggi Badan • Jenis Kelamin • Uang Jajan • Nilai Ujian IPA

Ketersediaan dari PM Makanan jajanan di sekolah Bekal Penyelenggaraan

Makan (PM)

Konsumsi dari PM Konsumsi makanan

jajanan di sekolah

Konsumsi bekal

Konsumsi di sekolah

Konsumsi makanan

di rumah Konsumsi makanan jajanan di rumah

Konsumsi di rumah

Konsumsi sehari

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi AUS Ketersediaan makan di

(31)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian di bagi menjadi dua yaitu sekolah dengan dan tanpa penyelenggaraan makan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan Stratified Random Sampling dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan kota Bogor (tahun ajaran 2008/2009) terdapat 289 Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya dipilih 2 SD dari 4 SD yang terdapat penyelengaraan makan (disebut PM) yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Aliya dan Sekolah Dasar Swasta (SDS) Pertiwi. SD yang tidak memiliki penyelenggaraan makan (disebut Non PM) dipilih 2 SD dari 248 SD yaitu SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1 terpilih sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan April sampai bulan Juni.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh penelitian adalah siswa SD kelas 5 yang berusia antara 10-12 tahun. Pertimbangan usia contoh berdasarkan teori perkembangan Piaget diacu dalam Hidayat (2004) pada usia ini tingkat perkembangan kognitif anak berada pada akhir masa konkrit operasional, sehingga anak-anak sudah dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu mengingat kejadian 24 jam yang lalu, dan sudah diikutkan dalam kegiatan sekolah yang menuntut tanggung jawab.

Jumlah sampel untuk membandingkan antar kelompok seperti t-test dan analisa varian pada setiap sel dalam rancangan analisa minimal harus 30 kasus (Singarimbun & Effendi 2006). Jumlah contoh diambil dari 4 sekolah dasar, yaitu 2 sekolah dasar yang terdapat penyelenggaraan makan dan 2 sekolah dasar yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Kriteria contoh di sekolah dengan penyelenggaraan makan (PM) adalah siswa yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan makan untuk makan siang. Berdasarkan kriteria contoh tersebut populasi contoh di SD PM berjumlah 46 , masing-masing di SDIT Aliya 33 orang, dan SDS Pertiwi 13 orang. Jumlah populasi contoh di SD Non PM adalah 66 orang, dengan rincian masing-masing SDN Kedung Badak 1 sebanyak 33 orang dan SDN Baranangsiang sebanyak 33 orang. Selanjutnya dari masing-masing kelompok contoh diambil secara acak sebanyak sebanyak 33 orang dari SD PM dan SD Non PM.

(32)

SD PM SD NON PM

33 orang 13 orang 33 orang 33 orang

46 orang 66 orang

33 orang 33 orang

dibandingkan

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan pengamatan. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi:

a. Karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, uang jajan, nilai ujian IPA).

b. Konsumsi pangan contoh (jumlah dan jenis pangan)

Data sekunder sebagai data pendukung yang diambil meliputi gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari lokasi penelitian serta karakteristik orang tua.

Cara pengambilan data primer antara lain

a. Data usia , jenis kelamin, uang jajan dan nilai ujian IPA diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan bantuan kuesioner. Sementara data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari pengukuran menggunakan timbangan injak dan mikrotoise

b. Data konsumsi pangan contoh, diperoleh melalui metode recall 2 x 24 jam untuk konsumsi pangan di rumah dan metode food weighing untuk konsumsi pangan di sekolah (makanan catering maupun bekal sekolah).

Selengkapnya jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.

(33)

Tabel 4 Variabel, jenis, cara pengumpulan data dan alat pengumpul data

N

o. Variabel Jenis Data

Cara Pengumpulan Data

Alat Pengumpul Data

1. Karakteristik sekolah

- Jumlah murid dan guru - Lama belajar

- Sarana dan prasarana

Sekunder Wawancara Kuesioner

2. Karakteristik orangtua

- Pendidikan - Pekerjaan

Sekunder Wawancara Kuesioner

3. Karakteristik contoh

- Nama, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik - Berat badan dan tinggi

badan Primer • Wawancara, • Pengukuran (TB,BB) Kuesioner, alat timbangan injak, dan microtoise 4. Konsumsi pangan - Jumlah pangan - Jenis pangan Primer • Wawancara langsung dengan contoh • Penimbangan Kuesioner Food Recall dan Food Record 2 x 24 jam dan food weighing

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, dan entri data. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows.

Data karakteristik orang tua dan contoh dianalisis secara deskriptif. Data konsumsi pangan dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Daftar Kandungan Gizi Makanan Jajanan (DKGJ). Konversi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):

Keterangan :

KEj = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan (% BDD)

Rumus yang digunakan untuk menghitung kandungan zat gizi makanan jajanan adalah sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994):

(34)

Keterangan :

KGj = Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat B (g) Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Bjd = Berat makanan j yang tercantum daam tabel DKGJ

Gj = Kandungan zat gizi makanan jajanan j dengan berat Bjd (tabel DKGJ) Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun, dengan menggunakan z-score. Berdasarkan WHO Reference 2007 status gizi untuk anak-anak dan remaja dibagi menjadi enam kategori, yaitu sangat kurus/severe thinnes ( -3SD), kurus/thinnes ( -2SD), normal (-2SD sampai dengan +1SD), overweight ( +1SD), obese ( +2SD), dan severe obese ( +3SD). Perhitungan IMT/U menggunakan AnthroPlus, yaitu dengan memasukkan data berat badan, tinggi badan dan umur anak (WHO 2007).

Aktivitas fisik diukur dengan Physical Activity Level (PAL) dalam FAO (2001). Aktivitas fisik untuk anak-anak dan remaja digolongkan menjadi 3 golongan yaitu ringan (1,4 PAL 1,69), sedang (1,7 PAL 1,99 perempuan), dan berat (2,00 PAL 2,4). Jenis aktvitas fisik digolongkan berdasarkan penggolongan aktivitas fisik dalam Hardinsyah dan Martianto (1992), yaitu tidur, sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang dan kegiatan berat.

Angka kebutuhan energi dihitung dengan pendekatan pengeluaran energi. Pengeluaran energi ditentukan dengan rumus sebagai berikut (FAO/WHO/UNU 2001):

Angka metabolisme basal untuk anak 10-12 tahun ditentukan dengan menggunakan rumus FAO (2001), yaitu sebagai berikut:

Tabel 5 Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme Basal (AMB)

Jenis Kelamin Rentang Usia (tahun) Persamaan AMB

Laki-laki 10-12 17,686 (BB) + 658,2

Perempuan 10-12 13,384 (BB) + 692,6

Perhitungan angka kebutuhan energi ditentukan berdasarkan berat badan normal contoh. Penentuan berat badan normal contoh didasarkan pada berat

KGj = (Bj/Bjd) x Gj

(35)

badan normal populasi sesuai dengan tingkatan umur (FAO 2001) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur

Jenis kelamin Rentang Usia (tahun) Berat Badan Ideal/BBI (kg)

Laki-laki 10-11 33,3

11-12 37,5

Perempuan 10-11 34,7

11-12 39,2

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan ke dalam bentuk energi, protein, lemak, vitamin dan mineral per orang per hari. Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan menggambarkan tingkat kecukupan individu. Tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan energi dihitung dengan membandingkan jumlah energi yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi dan protein contoh. Perhitungan tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan protein, vitamin dan mineral dihitung dengan membandingkan jumlah protein, vitamin dan mineral yang dikonsumsi terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Perhitungan tingkat kecukupa protein, vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi disajikan pada Tabel 7.

Tingkat kecukupan E = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kebutuhan E

Tingkat Kecukupan Protein = Konsumsi protein X 100 Angka Kecukupan Protein

Tingkat kecukupan vitamin & mineral = Konsumsi zat gizi X 100 Angka kecukupan vit & min

(36)

Tabel 7 Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi dan Zat Gizi Klasifikasi Tingkat Kecukupan

Energi dan protein a. Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan) b. Defisit tingkat sedang (70-79% angka

kebutuhan)

c. Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan)

d. Normal (90-119% angka kebutuhan)

e. Di atas angka kebutuhan ( 120% angka kebutuhan)

Vitamin dan mineral a. Kurang (<77% angka kecukupan) b. Cukup ( 77% angka kecukupan)

Sumber : a) Depkes 1996 diacu dalam Sukandar (2007), b) Gibson (2005)

Data konsumsi pangan di sekolah diperoleh dari hasil penimbangan konsumsi makanan anak yang telah disediakan di sekolah/catering maupun bekal sekolah. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di sekolah terhadap tingkat konsumsi anak dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sementara data konsumsi pangan di rumah diperoleh dari hasil recall 2x24 jam. Untuk menghitung kontribusi konsumsi pangan di rumah tehadap tingkat konsumsi anak dihitung sebagai berikut:

Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji beda T-test (Independent Sample T-test) untuk menganalisis perbedaan konsumsi energi dan zat gizi, kontribusi energi dan zat gizi baik di sekolah maupun di rumah, serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di SD yang terdapat penyelenggaraan makan dan tidak terdapat penyelenggaraan makan.

Kontribusi = Konsumsi di sekolah X 100% Konsumsi total

Kontribusi = Konsumsi di rumah X 100% Konsumsi total

(37)

Definisi Operasional

Pendidikan orang tua : lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah Pekerjaan orang tua : jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah.

Umur : lamanya waktu hidup sejak lahir yang di hitung berdasarkan selisih tanggal, bulan dan tahun dengan tanggal, bulan dan tahun saat penelitian.

Berat badan : masa tubuh dalam satuan kilogram yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh dan lain-lain, diukur dengan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 Kg.

Tinggi badan : hasil pengukuran tinggi badan anak dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.

Konsumsi makanan di rumah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang dikonsumsi di rumah diukur berdasarkan data konsumsi selama 2 x 24 jam.

Konsumsi makanan di sekolah : jumlah dan jenis energi dan zat gizi lainnya yang di konsumsi di sekolah di ukur berdasarkan data konsumsi selama 2x24 jam dan data food weighing

Makanan di rumah : makanan yang disiapkan dan disediakan di rumah, dapat berupa makanan utama maupun makanan selingan.

Makanan PM (Penyelenggaraan Makan) : makanan yang disediakan oleh pihak sekolah yang mengadakan penyelenggaraan makan di sekolah, berupa makan utama atau makan siang.

Bekal dari rumah : makanan yang dibawa dari rumah sebagai bekal sekolah, dapat berupa makanan utama maupun makanan jajanan.

Makanan jajanan : makanan yang siap dimakan dan diminum yang biasanya diperoleh dengan membeli baik yang dilakukan oleh anak sendiri maupun ibu yang terdiri dari makanan lengkap, makanan kudapan/snacks, minuman dan buah-buahan segar.

Tingkat kecukupan : jumlah konsumsi pangan aktual terhadap kebutuhan gizi atau angka kecukupan gizi (AKG).

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah Dasar

Penelitian dilakukan di 4 Sekolah Dasar (SD) yaitu terdiri dari dua SD swasta yang terdapat penyelenggaraan makan, serta dua SD negeri yang tidak terdapat penyelenggaraan makan. Sekolah Dasar swasta yang terpilih adalah SDIT Aliya dan SDS Pertiwi, sedangkan SD negeri yang terpilih adalah SDN Baranangsiang dan SDN Kedung Badak 1. Pemilihan sekolah dilakukan secara stratified random sampling, dengan kriteria berada di wilayah kota Bogor serta bersedia menjadi tempat penelitian.

Sekolah Dasar Islam Terpadu Aliya terletak di Jalan Gardu Raya RT 3 RW 11 Kelurahan Bubulak, Bogor Barat. SDIT Aliya berdiri sejak tahun 2003, dibangun diatas tanah milik pribadi yayasan keluarga Aliya. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana psikologi. Kurikulum yang digunakan di SDIT Aliya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 7 hingga 9 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB pada hari senin, rabu dan jumat. Selain itu, pada hari selasa dan kamis jam belajar dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 16.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang audio video, kantin, koperasi, lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi Tilawah Qur’an, klub Bahasa Inggris, klub matematika, klub sains, jurnalistik, seni peran/drama, melukis,biola, angklung, kepanduan, karate, olah raga (futsal, renang, bulutangkis).

Sekolah Dasar Swasta Pertiwi terletak di Jalan Sukasari III No 4 Bogor. SDS Pertiwi berdiri sejak tahun 1972, yang pada awalnya dirintis oleh Organisasi Pertiwi Cabang Kotamadya Daerah Tk. II Bogor. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan sarjana pendidikan. Kurikulum yang digunakan di SDS Pertiwi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.30 WIB. Namun ada pula anak-anak yang ikut kegiatan TPA seusai sekolah, yang dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat atau selama 5 hari.

(39)

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu mushola, UKS, perpustakaan, ruang musik, ruang komputer khusus, ruang laboratorium bahasa, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi baca tulis Al Quran, Ekstrasia, English Club, Sains Club, Pertiwi Match Olimpiade, olahraga (Futsal Club dan Chees Club), informasi dan teknologi komputer, sanggar seni (seni musik tradisional, seni musik modern, seni suara, seni lukis dan seni peran).

Sekolah Dasar Negeri Baranangsiang terletak di Jalan Malabar No 2 Bogor. SDN Baranangsiang berdiri pada tahun 1977. Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Baranangsiang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 12.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu perpustakaan, mushola, dan lapangan sekolah. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pencak silat, karawitan dan pramuka.

Sekolah Dasar Negeri Kedung Badak 1 terletak di Jalan Kolonel Enjo Martadisastra III Bogor. SDN Kedung Badak 1 berdiri pada tahun 1975, dibangun diatas tanah yang memilki status hak guna pakai (milik TNI AD). Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan lulusan D2. Kurikulum yang digunakan di SDN Kedung Badak 1 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jam belajar per hari berkisar antara 5 hingga 6 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan 12.00 WIB. Kegiatan belajar mengajar diselenggarakan pada hari Senin hingga Sabtu atau selama 6 hari.

Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu lapangan sekolah dan perpustakaan. Kegiatan ekstrakurikulernya meliputi pramuka, seni tari, olahraga dan seni musik. Profil masing-masing sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan jumlah guru dapat dilihat pada Tabel 8.

Gambar

Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah berdasarkan  WNPG 2004
Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah  Keterangan :
Tabel 4 Variabel, jenis, cara pengumpulan data dan alat pengumpul data  N
Tabel 8 Profil sekolah dasar berdasarkan luas bangunan, jumlah murid dan  jumlah guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok di mana setiap kelompok mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/masalah/judul

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 sampai dengan 2012 karena kelas penggunaan lahan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode Co-Op Co-Op dapat meningkatkan pemahaman konsep perjuangan

“Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak-pihak lain, secara

Pada kota-kota yang penduduknya relatif mampu secara ekonomi, masyarakat dapat memperoleh air dengan mudah karena investasi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan air

Perencanaan Media Komunikasi Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) dalam Menerapkan Kebijakan Sistem OSS Pada Masyarakat Kota Pekanbaru. Perencanaan

Pupuk hayati disiapkan dengan terlebih dahulu menyiapkan jamur yang mempunyai aktivitas menyediakan unsur hara dalam tanah, yaitu: Aspergillus niger PS1.4, Penicillium

IHSG diperkirakan bergerak mixed dengan peluang menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (19/05), ditengah bauran dari katalis baik dari faktor eksternal maupun internal bagi