• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Penggunaan Lahan Untuk Konsistensi Tata Ruang Di Kawasan Jabodetabek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proyeksi Penggunaan Lahan Untuk Konsistensi Tata Ruang Di Kawasan Jabodetabek"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PROYEKSI PENGGUNAAN LAHAN

UNTUK KONSISTENSI TATA RUANG

DI KAWASAN JABODETABEK

Diyah Novita Kurnianti

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di Kawasan Jabodetabek adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

DIYAH NOVITA KURNIANTI. Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di Kawasan Jabodetabek. Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Perubahan penggunaan lahan di Kawasan Jabodetabek sangat dinamis karena urbanisasi yang berakibat meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman dan menyebabkan konversi lahan pertanian. Perkembangan kawasan Jabodetabek menyebabkan penggunaan lahan yang tidak efisien seperti munculnya urban sprawl yaitu permukiman berkepadatan rendah dengan pola sebaran mengikuti jaringan jalan. Perkembangan Kawasan Jabodetabek yang tidak terkendali mengindikasikan terjadinya inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang.

Penelitian ini menggunakan metode CA-Markov untuk membuat proyeksi perubahan penggunaan lahan di Jabodetabek di masa yang akan datang dan regresi logistik biner untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan teruama permukiman. Tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai 2012 menunjukkan bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan permukiman yang meningkat pesat dan mengkonversi lahan pertanian seperti hutan, sawah dan pertanian lahan kering. Faktor yang paling mempengaruhi perubahan penggunaan lahan permukiman dari 3 jenis jalan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jarak terhadap jalan tol.

Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dibuat dalam 2 skenario untuk melihat nilai konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dan untuk mendapatkan potensi inkonsistensi penggunaan lahan di masa yang akan datang. Skenario 1 dibuat berdasar tren perubahan penggunaan lahan, kondisi eksisting dan perubahan satu arah, sedangkan skenario 2 dibuat untuk memproyeksikan penggunaan lahan sesuai dengan arahan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan tren perubahan penggunaan lahan. Pada skenario 1 penggunaan lahan permukiman akan meningkat sampai 40,7 % pada tahun 2028 dan penggunaan lahan lainnya menurun, sedangkan pada skenario 2 dibutuhkan penambahan hutan sebanyak 53,5 % dan pengurangan permukiman sebesar 11,3 % dari kondisi eksisting tahun 2012.

Nilai konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang pada skenario 1 adalah 93,9 % dan 97,4 % untuk skenario 2 yang menunjukkan bahwa nilai konsistensi akan meningkat apabila terdapat kontrol kebijakan dalam penggunaan lahan. Perkembangan kawasan Jabodetabek dari tahun ke tahun tanpa kontrol berpotensi terjadinya inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang yang dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan fisik lahan tersebut dan mengancam keberlanjutan sumberdayanya. Wilayah administrasi yang berpotensi terjadinya inkonsistensi terhadap rencana tata ruang adalah Bogor, Bekasi, Tangerang dan Kota Jakarta Utara. Pada akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabek.

(5)

SUMMARY

DIYAH NOVITA KURNIANTI. Land Use Projection for Spatial Consistency in Jabodetabek Region. Supervised by ERNAN RUSTIADI and DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Land use change in Jabodetabek was very dynamic due to urbanization and causing land conversion especially agricultural into settlements. Greater Jakarta development is causing inefficient land use such as urban sprawl such as low-density settlements emergence around the roads that indicate land use inconsistencies to spatial plan.

This research integrated CA-Markov to project land use in the future and binary logistic regression to analyze the factors affecting land use change especially for settlements. Land use change trend between 1995 and 2012 shows that agricultural land such as rice field and dry land agriculture turn into settlement and the most factor affecting land use change for settlement is distance from the highway.

Land use projection made in year 2028 in 2 scenarios to see the land use consistency towards spatial plan and to know land use potential inconsistencies in the future. First scenario is land use projection made by considering land use change trend, existing and one direction land use change and the second one is made by considering land use change trend affected by land suitability and forest allocation. The results from scenario 1, settlements is increasing until 40,7 % and other land use is decrease, but in scenario 2, it shows that settlements should be reduced until 11,3% and needs 53,5 % forest from existing in year 2012 to achieve the goal of spatial plan.

Land use consistency for scenario 1 only 93,9 % and scenario 2 could reach until 97,4 %. It shows that if there is control on land use, land use consistency reach higher than without control. Jabodetabek area development is increasing from year to year, eventually leads to inconsistency of land use to spatial plan. Land use inconsistency without regard to land carrying capacity, will decrease land physical abilities itself and threaten its sustainability. Administrative area which has potential inconsistencies towards spatial plan are Bogor, Bekasi, Tangerang and North Jakarta City. Those administrative areas need high attention to prevent form inconsistency that can cause inefficient land use. Eventually, the result of this research is expected to be one consideration for land use controlling in the Greater Jakarta area.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

PROYEKSI PENGGUNAAN LAHAN

UNTUK KONSISTENSI TATA RUANG

DI KAWASAN JABODETABEK

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa T atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini adalah konsistensi tata ruang, dengan judul Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di Kawasan Jabodetabek.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ernan Rustiadi, MAgr dan Bapak Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku pembimbing serta program studi Ilmu Perencanaan Wilayah-Sekolah Pascasarjana IPB yang telah banyak memberi saran dan dukungan. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada tim Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah-IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan untuk Bapak, Ibu, Alm. Papa, Mama dan keluarga kecilku serta seluruh anggota keluarga besar atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih juga untuk teman-teman angkatan 2012 Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah-IPB atas kebersamaannya selama ini dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya sehingga studi dan penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat baik untuk sesama, lingkungan dan negeri ini.

Bogor, Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

Kerangka Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Kawasan Metropolitan 5

Kependudukan dan Urbanisasi 7

Urban Sprawl 7

Penggunaan Lahan 8

Perubahan Penggunaan Lahan 9

Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan dengan CA-Markov 10

Regresi Logistik Biner 12

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu 13

3 BAHAN DAN METODE 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Pengumpulan Data 15

Analisis Data 16

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan 18

Persiapan Data 18

Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun 1995 dan 2012 18

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun

1995 sampai dengan 2012 19

Analisis Proyeksi Penggunaan Lahan tahun 2028 20

Skenario 1 (Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus) 20

Skenario 2 (Skenario Konservatif) 21

Analisis Konsistensi Penggunaan Lahan 23

Analisis Potensi Inkonsistensi Penggunaan Lahan di Kawasan Jabodetabek 26

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26

Letak Geografis 26

(12)

Kondisi Fisik 28

Penduduk 29

Penataan Ruang di Kawasan Jabodetabek 30

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35

Perubahan Penggunaan Lahan Jabodetabek tahun 1995 dan 2012 35

Perubahan Penggunaan Lahan antara Tahun 1995 sampai dengan 2012 39

Faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan 39

Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028 41

Skenario 1(Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus) 41

Skenario 2 (Skenario Konservatif) 45

Perbandingan Kondisi Eksisting dan Proyeksi Penggunaan Lahan 47

Konsistensi Penggunaan Lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur 48

Konsistensi Penggunaan Lahan Tahun 2012 48

Konsistensi Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028 Skenario 1 50 Konsistensi Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028 Skenario 2 53 Perbandingan Konsistensi Penggunaan Lahan Tahun 2012 dengan

Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028 55

Potensi Inkonsistensi Penggunaan Lahan di Jabodetabek 56

6 SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 63

(13)

DAFTAR TABEL

1 Wilayah Administrasi di Kawasan Jabodetabek 15

2 Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data,

metodologi analisis dan output pada setiap tahapan penelitian 16

3 Pengaturan perubahan penggunaan lahan skenario 1 21

4 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Sawah 22

5 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pertanian Lahan kering 22

6 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Permukiman 22

7 Matriks konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 23

8 Karakteristik dan arah pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabek 24

9 Luas wilayah administrasi di Jabodetabek 27

10 Jumlah penduduk Jabodetabek antara tahun 1960 sampai dengan 2010 29 11 Kepadatan penduduk Jabodetabek antara tahun 2008 sampai dengan

2010 30

12 Luas zona dalam RTR Jabodetabekpunjur 32

13 Keterangan zona yang berbeda pada peta rencana pola ruang terhadap

RTR Jabodetabekpunjur 35

14 Deskripsi kelas penggunaan lahan 35

15 Luas penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 di Jabodetabek 36

16 Urutan penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 36

17 Luas penggunaan lahan tahun 1995 38

18 Luas penggunaan lahan tahun 2012 38

19 Tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 dan 2012 39

20 Luas proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 1 43 21 Luas proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 1

berdasarkan wilayah administrasi 44

22 Luas proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 2 46 23 Luas proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 2

berdasarkan wilayah administrasi 46

24 Perbandingan penggunaan lahan eksisting dengan proyeksi penggunaan

lahan 48

25 Inkonsistensi penggunaan lahan eksisting tahun 2012 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 48

26 Konsistensi penggunaan lahan eksisting 2012 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur per wilayah administrasi 49

27 Sebaran inkonsistensi penggunaan lahan eksisting tahun 2012 terhadap

RTR Jabodetabekpunjur 50

28 Penggunaan lahan eksisting tahun 2012 yang inkonsisten terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 50

29 Inkonsistensi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 51

30 Konsistensi proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 terhadap

RTR Jabodetabekpunjur per wilayah administrasi 52

31 Sebaran inkonsistensi proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario

(14)

32 Penggunaan lahan eksisting tahun 2012 yang berpotensi inkonsisten

pada proyeksi tahun 2028 skenario 1 52

33 Inkonsistensi penggunaan lahan 2028 skenario 2 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 53

34 Konsistensi proyeksi penggunaan lahan 2028 skenario 2 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur per wilayah administrasi 54

35 Penggunaan lahaan eksisting tahun 2012 yang berpotensi inkonsisten pada proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2 55

36 Perbandingan konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 55

37 Perbandingan wilayah administrasi dan zona yang inkonsisten paling

tinggi terhadap RTR Jabodetabekpunjur 56

38 Potensi inkonsistensi penggunaan lahan di Kawasan Jabodetabek 56

39 Wilayah administrasi kecamatan yang berpotensi terjadinya

inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur 58

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 5

2 Rantai markov 10

3 Matriks transisi markov 11

4 CA dengan The Von-Neumann Neighbourhood 12

5 Diagram alir penelitian 17

6 Peta wilayah administrasi di Kawasan Jabodetabek 27

7 Grafik peningkatan jumlah penduduk tahun 1960 sampai dengan 2010 30 8 Sebaran zona dalam RTR Jabodetabekpunjur berdasar wilayah

administrasi 33

9 Peta Rencana Pola Ruang Jabodetabek 33

10 Peta Rencana Tata Ruang KSN Jabodetabekpunjur 34

11 Peta penggunaan lahan Kawasan Jabodetabek tahun 1995 dan 2012 37

12 Peta probabilitas perubahan penggunaan lahan permukiman antara

tahun 1995 sampai dengan 2012 41

13 Skenario perubahan penggunaan lahan berdasarkan tren perubahan penggunaan lahan, kondisi eksisting dan pengaturan perubahan satu

arah 42

14 Peta proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 1 44

15 Skenario 2 (skenario konservatif) 45

16 Peta proyeksi penggunaan lahan Jabodetabek tahun 2028 skenario 2 48 17 Peta konsistensi penggunaan lahan tahun 2012 terhadap RTR

Jabodetabekpunjur 49

18 Peta konsistensi proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1

terhadap RTR Jabodetabekpunjur 51

19 Peta konsistensi proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2

terhadap RTR Jabodetabekpunjur 54

20 Peta potensi inkonsistensi penggunaan lahan tahun 2028 di Kawasan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel luas zona RTR Jabodetabekpunjur berdasarkan wilayah

administrasi 64

2 Peta perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 sampai dengan 2012 sebagai variabel dependen dalam regresi logistik

biner 65

3 Peta variabel independen dalam analisis regresi logistik (jalan arteri) 66 4 Peta variabel independen dalam analisis regresi logistik (jalan kolektor) 67 5 Peta variabel independen dalam analisis regresi logistik (jalan tol) 68

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jakarta merupakan sebuah kota yang mempunyai daya tarik yang lebih besar daripada wilayah lain di Indonesia. Selain sebagai ibukota negara, Jakarta juga merupakan pusat perekonomian makro negara yaitu sebagai kawasan bisnis utama di Indonesia (DPU 2008). Jakarta sebagai kawasan bisnis menyediakan banyak dan berbagai jenis lapangan pekerjaan sedangkan Jakarta sebagai ibukota negara mempunyai skala prioritas utama pembangunan berupa fasilitas transportasi, komunikasi serta sarana dan prasarana yang sangat memadai. Kedua posisi ini menjadikan Jakarta mempunyai daya tarik tersendiri.

Daya tarik Jakarta tersebut mendorong terjadinya urbanisasi ke Jakarta dari wilayah-wilayah di sekitar dan di luar Jakarta. Bintarto (1987) mendefiniskan urbanisasi sebagai suatu proses yang ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dan perubahan dalam jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Data BPS mencatat, jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2000 adalah sebanyak 8.347.083 jiwa dan kemudian naik menjadi 9.607.787 jiwa pada tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk per tahun di Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 1,42 % per tahun. Proses urbanisasi menimbulkan dampak pada perkembangan suatu wilayah bukan hanya pada pertumbuhan penduduk nya saja, melainkan juga berpengaruh dalam perekonomian, struktur sosial dan juga politik di wilayah tersebut (Bhatta 2010).

Perkembangan wilayah Jakarta yang semakin pesat berdampak pada kebutuhan lahan yang semakin tinggi sehingga perkembangan kota Jakarta bergerak kearah wilayah-wilayah di sekitar Jakarta (DPU 2008). Wilayah Jakarta yang semakin padat membuat perkembangan wilayah Jakarta mengarah keluar Jakarta ke wilayah sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau disebut dengan Jabodetabek.

Wilayah Jabodetabek mempunyai keterkaitan wilayah (regional lingkages) yang sangat tinggi berupa keterkaitan ekosistem dan sosial (Wicaksono 2011). Keterkaitan ekosistem di wilayah Jabodetabek berupa daerah aliran sungai (DAS) yang bersifat lintas wilayah, sedangkan keterkaitan sosial dicirikan oleh intensitas menglaju (commuting) dari wilayah sub-urban ke wilayah perkotaan dan fenomena migrasi keluar (out-migration) dari kota Jakarta ke wilayah sekitarnya. Aktivitas perekonomian di Jakarta didukung oleh aktivitas sosial dari wilayah di sekitar Jakarta, dimana banyak pekerja Jakarta yang bertempat tinggal di wilayah sekitar Jakarta. Hal ini didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dibangun menghubungkan wilayah Jakarta dengan wilayah sekitar Jakarta dengan kondisi yang layak dan memadai. Perkembangan tersebut selain mendorong pertumbuhan permukiman juga mendorong pertumbuhan industri ke wilayah sekitar Jakarta.

Kawasan permukiman dan industri yang muncul di wilayah sekitar Jakarta atau Bodetabek menunjukkan gejala suburbanisasi yaitu sebagai proses terbentuknya permukiman-permukiman baru dan juga kawasan-kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan terutama sebagai akibat perpindahan penduduk kota yang membutuhkan tempat bermukim dan untuk kegiatan industri (Rustiadi 1999).

(18)

efisien yaitu munculnya koridor-koridor manufaktur dan permukiman berkepadatan rendah yang membentuk sprawl di sekitar jalan tol. Jalan tol yang dibangun untuk menghubungkan wilayah Jakarta dan sekitarnya, mempunyai bentuk radial kearah keluar Jakarta dimana lahan yang dipergunakan untuk membangun jalan tol tersebut sebelumnya didominasi oleh penggunaan lahan untuk pertanian.

Konversi penggunaan lahan pertanian menjadi kawasan industri dan permukiman dan juga penggunaan lahan yang tidak efisien didukung oleh proses-proses informal yang terlihat mendominasi alokasi penggunaan lahan di Jabodetabek (Susantono 1998). Proses informal dalam penggunaan lahan ini mengindikasikan kurang patuhnya masyarakat sebagai pengguna lahan serta kurangnya kontrol dari pemerintah itu sendiri. Hal ini berakibat pada penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang selanjutnya disebut dengan inkonsistensi. Inkonsistensi pemanfaatan ruang dikhawatirkan akan membawa dampak negatif di masa yang akan datang karena salah satu pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang adalah kesesuaian lahan. Dampak negatif tersebut adalah terjadinya degradasi lingkungan yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan timbulnya bencana yang disebabkan karena kerusakan fisik lahan.

Penataan ruang kawasan Jabodetabek ditetapkan dengan Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008. Peraturan ini mengatur penetapan zona di kawasan Jabodetabek sesuai dengan fungsi-fungsinya dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan. Perkembangan wilayah Jabodetabek yang semakin pesat memerlukan pengendalian dalam pemanfaatan ruangnya sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya.

Perumusan Masalah

Kawasan Jabodetabek berkembang sangat pesat dan sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk serta aktivitas sosial ekonomi yang ada di kawasan tersebut. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mempengaruhi peningkatan kebutuhan lahan baik itu untuk permukiman maupun untuk aktivitas sosial dan ekonomi seperti perdagangan dan jasa serta kegiatan industri.

Perkembangan kawasan Jabodetabek yang didukung oleh fasilitas transportasi semakin meningkatkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi permukiman. Lokasi-lokasi indikasi terjadinya konversi lahan pertanian menjadi permukiman dan industri adalah disekitar jalan tol (Trisasongko et al. 2009). Pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan pertimbangan kemudahan aksesibilitas dan transportasi.

Proses konversi lahan pertanian ini semakin meningkat disebabkan karena kebutuhan yang semakin tinggi dan juga karena proses-proses informal yang mendominasi dalam pengaturan penggunaan lahan yaitu kurang patuhnya masyarakat terhadap rencana tata ruang dan kurangnya kontrol dari pemerintah sendiri. Penggunaan lahan yang kurang terkontrol terhadap rencana tata ruang dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif di masa yang akan datang yaitu terjadinya degradasi lingkungan karena penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya, ditambah dengan sebaran kawasan permukiman dan industri yang tidak terencana dan tidak teratur atau sprawl yang dapat berpotensi memperluas terjadinya kerusakan fisik lahan.

(19)

kawasan dapat berjalan secara efisien sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun. Pembuatan arahan tersebut adalah dengan melihat nilai konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dan juga melihat proyeksi penggunaan lahan di masa yang akan datang. Nilai konsistensi dipergunakan untuk melihat tingkat kekonsistenan penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang yang dimulai dari konsistensi penggunaan lahan saat ini (eksisting) sebagai dasar (baseline) analisis dan juga konsistensi penggunaan lahan di masa yang akan datang. Nilai konsistensi ini dipergunakan untuk melihat seberapa patuh penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang. Proyeksi penggunaan lahan selain dipergunakan untuk melihat penggunaan lahan di masa datang juga dipergunakan untuk melihat potensi terjadinya inkonsistensi. Nilai konsistensi dan potensi inkonsistensi penggunaan lahan dipergunakan sebagai kontrol dalam pemanfaatan ruang di kawasn ini.

Pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan tersebut di atas adalah:

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek antara 1995 dan 2012 dan faktor apa yang paling mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yang paling tinggi?

2. Bagaimana proyeksi penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek di masa yang akan datang?

3. Bagaimana konsistensi penggunaan lahan eksisting tahun 2012 dan proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 kawasan Jabodetabek terhadap tata ruang Jabodetabekpunjur?

4. Bagaimana potensi inkonsistensi yang akan terjadi di kawasan Jabodetabek?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya adalah untuk melihat potensi terjadinya inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang di masa yang akan datang sebagai salah satu masukan yang dipergunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan Jabodetabek. Tujuan umum tersebut diuraikan dalam beberapa tujuan khusus yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek antara tahun 1995 dan 2012 beserta faktor yang paling mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yang paling tinggi

2. Mengevaluasi proyeksi penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek di masa yang akan datang

3. Mengevaluasi konsistensi penggunaan lahan eksisting tahun 2012 dan proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 kawasan Jabodetabek terhadap rencana tata ruang Jabodetabekpunjur

(20)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah pusat dalam menyusun arahan pengembangan kawasan Jabodetabek

2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses revisi RTR KSN Jabodetabek dan juga dalam pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan ini sehingga pemanfaatan ruang yang ada konsisten terhadap rencana tata ruang yang telah disusun

3. Memperkaya ilmu pengetahuan dan bahan pustaka bagi penelitian-penelitian selanjutnya

Ruang Lingkup Penelitian

Kelas penggunaan lahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah lima kelas yaitu hutan, sawah, pertanian lahan kering, permukiman dan tubuh air yang diinterpretasi dari citra satelit landsat TM tahun 1995 dan 2012. Data penggunaan lahan tersebut diperoleh dalam bentuk data sekunder dan sudah dilakukan validasi oleh Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah-IPB (P4W-IPB). Faktor perubahan yang mempengaruhi penggunaan lahan yang dianalisis adalah faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan permukiman, karena antara tahun 1995 sampai dengan 2012 permukiman merupakan perubahan penggunaan lahan tertinggi yang terjadi di Jabodetabek. Penelitian ini dibatasi dengan tujuan untuk melihat konsistensi penggunaan lahan eksisting tahun 2012 dan proyeksi penggunaan tahun 2028 terhadap rencana tata ruang kawasan Jabodetabek serta melihat potensi inkonsistensi penggunaan lahan yang akan terjadi di tahun 2028.

Kerangka Penelitian

Kawasan Jabodetabek merupakan kawasan yang mempunyai daya tarik sangat tinggi karena ketersediaan lapangan kerja dan juga fasilitas sarana dan prasarana serta infrastruktur yang memadai. Daya tarik kawasan tersebut menimbulkan tingginya arus urbanisasi ke kawasan Jabodetabek yang pada akhirnya berdampak pada perubahan penggunaan lahan akibat meningkatnya kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas ekonomi seperti industri. Selain alasan kebutuhan lahan, proses konversi perubahan penggunaan lahan itu juga didukung oleh proses informal dari masyarakat dan juga pemerintah itu sendiri yang menyebabkan perkembangan kawasan ini tidak terkendali.

(21)

dibuat pada kondisi eksisting dan proyeksi di masa datang untuk melihat potensi terjadinya inkonsistensi di masa yang akan datang.

Konsistensi penggunaan lahan dan potensi inkonsistensi penggunaan lahan di masa yang akan datang diperlukan sebagai masukan dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang seiring dengan pengembangan kawasan Jabodetabek. pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan agar pemanfaatan ruang di kawasan ini sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun sehingga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumberdayanya dapat tercapai. Kerangka pikir penelitian tergambar dalam bagan yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Metropolitan

Metropolitan merupakan suatu kawasan yang terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi yang menyebabkan dominasi ekonomi kota terhadap daerah pinggirannya (DPU 2008). Kawasan metropolitan merupakan kawasan yang bersifat kota yang terbentuk karena penggabungan beberapa wilayah kota dengan satu kota

(22)

besar sebagai inti dan terhubung dengan kota-kota di sekitarnya serta mempunyai hubungan yang kuat dalam aktivitas sosial dan ekonomi.

Secara etimology, kata metropolis berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni berasal dari kata meter yang berarti ibu dan polis yang berarti kota (Wackermann 2000 dalam DPU 2008). Pada masa itu, secara harafiah metropolis berarti “kota ibu” yang memiliki kota-kota satelit sebagai anak, tapi bisa juga berarti pusat dari sebuah kota, sebuah kota negara (city-state), atau sebuah propinsi di kawasan Mediterania, sehingga dapat dikatakan bahwa “metropolis” memiliki konotasi yang berkaitan dengan fatherland.

Pengertian tentang kawasan metropolitan juga tertuang dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu Kawasan Metropolitan merupakan kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.

Setiap metropolitan mempunyai karakter yang berbeda-beda yang disebakan oleh faktor sejarah dan perkembangannya yang berbeda-beda seperti yang terlihat di Asia dimana perkembangan kota metropolitan dipengaruhi oleh negara yang pernah menjajah di kawasan tersebut. Jakarta sebagai contoh menurut Winarso (2011) perkembangan Jakarta mendapat pengaruh dari penjajahan colonial yaitu aktivitas perekonomian perdagangan yang pernah dilakukan oleh Belanda pada waktu menjajah di Indonesia, dimana pada saat itu Jakarta masih disebut dengan nama Sunda Kelapa. Jakarta sebagai kawasan metropolitan dikembangkan pada tahun 1970 dengan bantuan dari Belanda dengan konsep pembentukan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah sekitar Jakarta. Konsep pusat pertumbuhan Jabodetabek dituangkan dalam 2 model yaitu konsentris dan linier, tetapi sampai saat ini belum dikaji lagi konsep pembentukan kawasan Jabodetabek tersebut.

Jean Bastie dan Bernard Dezert (1991) dalam DPU (2006) menyusun definisi kota metropolis modern berdasarkan fungsi dari kota yaitu:

1. Tidak selalu ditentukan oleh ukuran demografik, dapat saja ukurannya ditentukan oleh faktor yang lebih penting dari ukuran kuantitatif populasinya 2. Dicirikan oleh sistem infrastruktur komunikasi dan transportasi yang melayani

pergerakan commuting, aliran informasi dan pengambilan keputusan 3. Sebagai pusat aktivitas keuangan di tingkat atas

4. Sebagai pusat berkumpulnya perusahaan-perusahaan internasional 5. Sebagai pusat kekuatan politik dan administrasi dari sebuah negara

6. Sebagai tempat pengembangan atau penggunaan teknologi tinggi dan telekomunikasi canggih

7. Sebagai tempat penting aktivitas-aktivitas budaya dan ilmiah 8. Sebagai tempat tujuan wisata internasional, dan

9. Sebagai pusat fungsional tenaga kerja dan perumahan

(23)

Kemudahan mobilitas itu terkait dengan mobilitas modal dan tenaga kerja yang dijelaskan dalam tiga karakter yaitu:

1. Mobilitas pekerjaan (Employment Mobility) adalah dicirikan dengan mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan tersedianya modal dan mobilitas modal yang besar.

2. Mobilitas perumahan (Residential Mobility) biasanya mengikuti perubahan tempat kerja.

3. Mobilitas perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena ketersediaan sarana transportasi yang baik, yang mendukung mobilitas pekerjaan dan mobilitas perumahan.

Kependudukan dan Urbanisasi

Fenomena urbanisasi merupakan masalah yang paling utama di kawasan metropolitan Jabodetabek. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat dalam kurun waktu tertentu menunjukkan adanya pengaruh urbanisasi terhadap kenaikan jumlah penduduk. Urbanisasi juga memperlihatkan adanya keterkaitan penduduk dengan aktivitas sosial ekonomi kota yang mempengaruhi perkembangan suatu kota. Definisi tentang urbanisasi salah satunya adalah menurut UN (2005) yaitu urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari wilayah desa ke kota dengan pertumbuhan penduduk sebanding dengan perpindahan penduduk.

Bintarto (1987) mendefinisikan urbanisasi dari beberapa aspek sebagai berikut: 1. Aspek demografi: urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang ditunjukkan

melalui perubahan penyebaran penduduk dan perubahan dalam jumlah penduduk dalam suatu wilayah;

2. Aspek ekonomi: urbanisasi dapat dilihat dari perubahan struktural dalam sektor mata pencaharian;

3. Sudut pandang seorang ilmuwan perilaku (behavioral scientist): urbanisasi dilihat dari segi pentingnya atau sejauh mana manusia dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah-ubah baik yang diebabkan oleh kemajuan teknologi maupun adanya perkembangan-perkembangan baru dalam kehidupan; 4. Sudut pandang sosiologi: urbanisasi dikaitkan dengan sikap hidup penduduk

dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh dari kehidupan kota; 5. Sudut pandang geografi: urbanisasi dilihat dari segi distribusi, difusi perubahan

dan pola menurut waktu dan tempat.

Urbanisasi dalam arti yang lebih luas merupakan keterkaitan kelima aspek tersebut yang membutuhkan pengaturan lebih lanjut dalam kebijakannya untuk mencapai keseimbangan urban system.

Urban Sprawl

(24)

dan wilayah-wilayah yang dekat dengan fasilitas sarana dan prasarana dimana pertumbuhan tersebut tidak tergambar selama proses perencanaan. Fenomena urban sprawl tersebut ditandai dengan pola pertumbuhan yang tak teratur dan tidak merata serta didorong oleh banyak faktor terutama penggunaan lahan yang tidak efisien.

Pola penyebaran urban sprawl diidentifikasi salah satunya oleh Harvey dan Clark (1995) dalam Bhatta (2010) yang mengidentifikasikan urban sprawl ke dalam tiga bentuk yaitu sebagai berikut:

1. Kawasan dengan kepadatan rendah;

2. Penyebaran kawasan berbentuk seperti ribbon atau memanjang; dan 3. Penyebaran tidak merata dan tersebar dengan pola seperti leap-frog.

Bhatta (2010) menyebutkan bahwa urban sprawl dapat dianggap sebagai pola (pattern) ataupun proses. Urban sprawl sebagai pola merupakan penggunaan lahan di wilayah urban yaitu konfigurasi spasial wilayah metropolitan dalam waktu tertentu, sedangkan sebagai proses urban sprawl merupakan proses perubahan struktur kota dari waktu ke waktu secara spasial.

Penggunaan Lahan

Fenomena urban sprawl memberikan beberapa dampak salah satunya adalah perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun.Salah satu teknik untuk memantau perubahan penggunaan lahan adalah dengan teknik penginderaan jauh.Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer 1999).

Melalui data penginderaan jauh informasi, keadaan objek dipermukaan bumi dapat diketahui sehingga selanjutnya dapat dianalisis lebih dalam lagi sesuai dengan tujuannya.Informasi keadaan objek di permukaan bumi tersebut berupa informasi penutupan lahan yang dapat dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan informasi penggunaan lahan.Definisi penutupan lahan sendiri dipisahkan dari definisipenggunaan lahan dimana penggunaan lahan lebih terkait dengan aktifitas ekonomi dan fungsi ekonomis dari sebidang lahan.Pengetahuan tentang penutupan dan penggunaan lahan penting artinya dalam perencanaan, pengelolaan, pemodelan dan pemahaman tentang sistem kebumian.

Secara umum penggunaan lahan di Indonesia merupakan akibat nyata darisuatu proses yang lama dari adanya interaksi yang tetap, adanya keseimbangan,serta keadaan dinamis antara aktifitas-aktifitas penduduk diatas lahan dan keterbatasan-keterbatasan di dalam lingkungan tempat hidup mereka. Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan (intervensi) kegiatan manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual.

(25)

rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan kota atau desa (pemukiman), rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad 2006).

Informasi penggunaan lahan dari data penginderaan jauh diperoleh dengan melakukan interpretasi secara digital ataupun visual. Jenis penutupan lahan yang diidentifikasi dari citra Landsat dijadikan dasar untuk menginterpretasi jenis penggunaan lahan pada masing-masing penutupan lahan. Hasil penetapan jenis penggunaan lahan tersebut selanjutnya digunakan untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan. Proses interpretasi jenis penggunaan lahan didasarkan pada kondisi lapangan yang diperoleh dari pengecekan lapang.

Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk pertanian maupun non pertanian. Menurut Winoto et al. (1996), perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Struktur yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan menurut Saefulhakim (1999) secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1. Struktur permintaan atau kebutuhan lahan 2. Struktur penawaran atau ketersediaan lahan

3. Struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktivitas sumberdaya alam

Rustiadi et al. (2009) mengemukakan bahwa alih fungsi lahan sering kali memiliki permasalahan-permasalahan yang saling terkait satu sama lain, sehingga tidak bersifat independen dan tidak dapat dipecahkan dengan pendekatan-pendekatan yang parsial namun memerlukan pendekatan-pendekatan yang integratif. Permasalahan-permasalahan tersebut berupa: (1) efisiensi alokasi dan distribusi sumberdaya dari sudut ekonomi, (2) keterkaitannya dengan masalah pemerataan dan penguasaan sumberdaya, dan (3) keterkaitannya dengan proses degradasi dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Irawan (2005) mengemukakan bahwa konversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antar sektor pertanian dan sektor non-pertanian. Persaingan dalam pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu:

1. Keterbatasan sumberdaya lahan 2. Pertumbuhan penduduk

3. Pertumbuhan ekonomi

(26)

yang juga merupakan akibat pertumbuhan penduduk mendorong terjadinya konversi lahan pertanian.

Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan dengan CA-Markov

CA-Markov merupakan gabungan metode markov chain dan cellular automata. Rantai Markov (Markov Chain) adalah suatu teknik matematika yang biasa digunakan untuk melakukan pemodelan (modelling) bermacam-macam sistem dan proses bisnis. Teknik ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di waktu yang akan datang dalam variabel-variabel dinamis atas dasar perubahan-perubahan darivariabel-variabel dinamis tersebut di waktu yang lalu. Teknik ini dapat digunakan juga untuk menganalisis kejadian-kejadian di waktu-waktu mendatang secara matematis.

Model Rantai Markov ditemukan oleh seorang ahli Rusia yang bernama AA Markov pada tahun 1906, yaitu:

Untuk setiap waktu t, ketika kejadian adalah Kt dan seluruh kejadian

sebelumnya adalah Kt(j), ... , Kt(j - n) yang terjadi dari proses yang diketahui,

probabilitas seluruh kejadian yang akan datang Kt(j) hanya bergantung pada kejadian

Kt(j - 1) dan tidak bergantung pada kejadian-kejadian sebelumnya yaitu Kt(j - 2), Kt(j - 3), ...,

Kt(j - n).”

Gambaran mengenai rantai Markov ini kemudian dituangkan dalam Gambar 2 dimana gerakan-gerakan dari beberapa variabel di masa yang akan datang bisa diproyeksi berdasarkan gerakan-gerakan variabel tersebut pada masa lalu. Kt4 dipengaruhi oleh kejadian Kt3, Kt3 dipengaruhi oleh kejadian Kt2 dan demikian

seterusnya dimana perubahan ini terjadi karena peranan probabilitas transisi (transition probability). Kejadian Kt2 misalnya, tidak akan mempengaruhi kejadian Kt4.

(27)

Rantai Markov menjelaskan gerakan-gerakan beberapa variabel dalam satu periode waktu di masa yang akan datang berdasarkan pada gerakan-gerakan variabel tersebut di masa kini. Secara matematis dapat ditulis:

Kt(j) = P x K t(j-1)

dimana,

K t(j) = peluang kejadian pada t(j)

P = Probabilitas Transisional t(j) = waktu ke-j

Konsep dasar analisis markov adalah transisi, dimana transisi adalah apabila diketahui proses berada dalam suatu keadaan tertentu, maka peluang berkembangnya proses di masa mendatang hanya tergantung pada keadaan saat ini dan tidak tergantung pada keadaan sebelumnya, atau dengan kata lain rantai markov adalah rangkaian proses kejadian dimana peluang bersyarat kejadian yang akan datang tergantung pada kejadian sekarang. Matriks transisi markov disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Matriks transisi markov

n adalah jumlah keadaan dalam proses dan pij adalah kemungkinan transisi dari

keadaan saat i ke keadaan j. Jika saat ini berada pada keadaan i maka baris i dari tabel di

atas berisi angka-angka pi1, pi2, , pin merupakan kemungkinan berubah kekeadaan

berikutnya. Angka tersebut melambangkan kemungkinan sehingga semuanya melupakan bilangan non negatif dan tidak lebih dari satu.

Secara matematis :

0 < pij < 1 i = 1, 2, ..., n Σ pij = 1 i = 1, 2, ..., n

Cellular Automata (CA) merupakan pemodelan yang berbasis grid atau sel, dimana sel-sel inti tersebut berinteraksi dengan sel-sel tetangga. Setiap sel mempunyai satu dari beberapa kemungkinan perubahan dimana aturan perubahan dari setiap sel dapat berupa rumus sederhana, stochastic dan deterministic. Aturan perubahan tersebut dapat berupa kondisi abiotik, interaksi biotik dan gangguan yang terjadi di alam.

(28)

dalam CA adalah The Von-Neumann Neighbourhood, dimana nilai sel piksel dipengaruhi oleh nilai sel piksel-piksel yang mengelilinginya. CA dengan The Von-Neumann Neighbourhood digambarkan pada Gambar 4.

Gambar 4 CA dengan The Von-Neumann Neighbourhood (sumber: http://cell-auto.com)

CA merupakan metode sederhana yang dapat menunjukkan simulasi yang realistis dalam pola penggunaan lahan dan struktur spasial lainnya. Studi terakhir menunjukkan bahwa standar raster berbasis model CA sensitif dalam skala spasial terutama untuk ukuran sel dan konfigurasi ketetanggaan yang digunakan untuk membuat model. CA mengatur obyek untuk berubah berdasarkan pengaruh dari tetangga terdekatnya.

Model perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan metode CA-Markov merupakan model sederhana yang cukup besar validitasnya karena metode tersebut merupakan penggabungan dari analisis matematis dan juga spasial. Markov memperhitungkan perubahan penggunaan lahan secara matematis yaitu penghitungan probabilitas perubahan penggunaan lahan sedangkan Cellular Automata membantu pengaturan perubahan penggunaan lahan secara spasial.

Regresi Logistik Biner

Regresi adalah metode yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan empiris antara variabel dependen dan beberapa variabel independen yang mempengaruhinya (McCullagh dan Nedler 1989). Dua pendekatan dasar dipergunakan untuk menghitung ketergantungan spasial dalam kerangka regresi. Pertama, pembangunan model yang lebih kompleks yang melibatkan autoregressive structure (Anselin 1988). Kedua adalah dengan merencanakan sampling spasial berdasarkan jarak interval antara titik-titik sampel.

(29)

Dimana:

P adalah probabilitas dari variabel dependen

X adalah variabel independen, X = (x0, x1, x2,…,xk), x0=1

B adalah parameter yang diestimasi, B = (b0,b1,b2,…,bk)

Untuk me-linier-kan model tersebut diatas dilakukan dengan menghapus batas-batas 0/1 probabilitas variabel dependen yaitu dengan formula sebagai berikut:

Dari kedua formula diatas diperoleh persamaan untuk regresi logistik biner sebagai berikut:

Y =

α

+

β

1

x

1

+

β

2

x

2

+

β

3

x

3

Dimana

Y = logit perubahan α = intercept

β = koeffisien variabel perubahan penggunaan lahan x = variabel independen

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan judul Proyeksi Penggunaan Lahan untuk Konsistensi Tata Ruang di Kawasan Jabodetabek, merupakan suatu pemikiran yang di latarbelakangi oleh meningkatnya perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan lahan untuk aktivitas manusia baik ekonomi maupun sosial yang dikhawatirkan akan memberikan dampak pada keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup di kawasan ini. Penelitian tentang konsistensi tata ruang sudah dilakukan di beberapa lokasi yang berbeda dan dengan tema yang juga berbeda fokus penelitiannya. Beberapa hasil penelitian dengan topik yang berkaitan dengan penelitian ini dijelaskan dalam paragraf berikut ini.

Ekayana (2008) dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Inkonsistensi Tata Ruang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inkonsistensi Pola Penggunaan Lahan di Kota Bogor” menyatakan bahwa sebesar 127,21 ha atau 1,13 % dari luas wilayah Kota Bogor terjadi inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTRW Kota Bogor. Inkonsistensi terbesar terjadi pada taman atau lapangan olah raga dan jalur hijau yang menjadi ruang terbangun seluas 94,31 ha atau 0,84 % dari luas wilayah Kota Bogor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inkonsistensi penggunaan lahan dari hasil analisis regresi adalah keberadaan fasilitas permukiman seperti kesehatan, pendidikan dan telepon serta keluarga miskin, sedangkan inkonsistensi lahan pertanian atau kebun campur menjadi ruang terbangun dipengaruhi oleh luas desa / kelurahan dan luas lahan sawah. Inkonsistensi hutan kota menjadi ruang terbangun dipengaruhi oleh luas lahan sawah, fasilitas peribadatan, jumlah buruh tani, luas lahan non pertanian serta jarak desa ke pusat kota.

(30)

antara tahun 2003 sampai dengan 2007 terjadi perubahan penggunaan lahan yang cenderung bergeser ke ruang terbangun sebesar 10,34 %. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inkonsistensi pemanfaatan ruang ke arah ruang terbangun di sepanjang jalan utama Kota Bogor adalah faktor kedekatan ke jalan kolektor sekunder dan terminal utama namun memiliki jarak lebih jauh ke jalan arteri primer, arteri sekunder, jalan kolektor primer, dan ke stasiun KA. Inkonsistensi terbesar terjadi pada taman atau lapangan olahraga atau jalur hijau dan area buffer 200 meter di sepanjang jalan utama.

Afifah (2010) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya” menyatakan bahwa sekitar 5.663 ha atau 76 % pemanfaatan ruang di Kecamatan Cisarua adalah konsisten terhadap RTRW Kabupaten Bogor, sedangkan 23 % adalah inkonsisten. Bentuk inkonsistensi yang terjadi di Kecamatan Cisarua adalah peruntukan kawasan lindung dengan penggunaan lahan eksisting non-lindung dan peruntukan lahan pertanian dengan penggunaan lahan eksisting non-pertanian. Dari analisis regresi yang dilakukan dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa permukiman atau perkampungan dan kepadatan penduduk memberikan pengaruh terhadap peningkatan inkonsistensi hutan lindung menjadi penggunaan lain.

Lufitayanti (2014) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Inkonsistensi Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Kawasan dan Kemampuan Lahan (Studi Kasus Jabodetabek)” menyebutkan bahwa berdasarkan data penggunaan lahan aktual tahun 2010 terjadi inkonsistensi penggunaan lahan sebesar 65.286 ha (10,21 %) dari luas kawasan Jabodetabek. Inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur tertinggi terjadi pada zona B4 yang ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi tetap atau hutan produksi terbatas, sedangkan inkonsistensi peruntukan lahan RTR Jabodetabekpunjur terhadap kemampuan lahan adalah sebesar 145.657 ha (22,77 %) yang terjadi pada zona B2 yaitu perumahan hunian sedang dan zona B1 untuk perumahan hunian padat.

Trisasongko et al. (2009) dalam penlitiannya dengan judul “Analisis Dinamika Konversi Lahan di Sekitar Jalur Tol ruas Jakarta-Cikampek” menyatakan bahwa di sekitar jalur Tol Jakarta-Cikampek terdapat dua kelas penggunaan lahan yang mengalami konversi paling tinggi yaitu tanaman pertanian lahan basah (TPLB) berupa sawah dan selanjutnya lahan kering (TPLK) berupa tegalan dan kebun campur. Konversi lahan pertanian terutama berubah menjadi permukiman dan kawasan industri. Sebagian kecil lahan sawah dikonversikan ke lahan kering yang diduga merupakan penggunaan lahan intermedier sebelum dikonversikan menjadi lahan terbangun. Jalan tol sebagai penghubung Kota Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya konversi lahan pertanian menjadi permukiman karena kemudahan akses menjadi salah satu pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi untuk permukiman.

3 BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(31)

wilayah 680.775,69 ha (Badan Informasi Geospasial 2012). Nama-nama wilayah administrasi yang termasuk dalam kawasan Jabodetabek disajikan pada Tabel 1.

Wilayah Jabodetabek mempunyai karakteristik bentuk lahan yang beragam. Bentuk lahan di kawasan ini terdiri dari 3 karakteristik berupa kawasan pantai dan perairan di bagian utara, kawasan dataran rendah di bagian tengah dan kawasan perbukitan pegunungan di sebelah selatan. Karakteristik bentuk lahan ini mempengaruhi karakteristik fisik lahan yang pada akhirnya mempengaruhi jenis penggunaan lahannya.

Penelitian dilaksanakan pada periode bulan Februari sampai November 2014, yang meliputi tahap studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan tesis.

Tabel 1 Wilayah administrasi di Kawasan Jabodetabek No Nama Provinsi Nama Kabupaten/Kota

1. DKI Jakarta Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Barat diperoleh dari berbagai sumber. Data sekunder diperoleh dari lembaga penelitian dan instansi yaitu Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) – Institut Pertanian Bogor, Badan Infromasi Geospasial, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Biro Pusat Statistik. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 yang diperoleh dari citra landsat diperoleh dari P4W masing–masing skala 1:50.000;

2. Peta Rupabumi Indonesia dari Badan Informasi Geospasial skala 1:25.000; 3. Peta penunjukan kawasan hutan tahun 2009 dari Kementerian Kehutanan skala

1:25.000;

4. Peta landsystem Jabodetabek dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup–Institut Pertanian Bogor skala 1:250.000;

5. Peta RTR Jabodetabekpunjur dari Badan Informasi Geospasial skala 1:50.000; 6. Peta jalan dari RTRW Kabupaten dan Kota Seluruh Jabodetabek dengan skala

beragam antara 1:25.000 sampai dengan 1:50.000; dan 7. Data statistik pendukung dari Biro Pusat Statistik.

(32)

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial, analisis statistik yang dilakukan secara spasial dan analisis tabular. Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metodologi analisis dan output pada setiap tahapan penelitian disajikan pada Tabel 2. Analisis spasial dilakukan dalam pembuatan skenario dan proyeksi arahan penggunaan lahan, analisis konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dan analisis potensi inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang di masa yang akan datang. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui besaran faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan data-data spasial. Analisis tabular dilakukan untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari hasil analisis spasial berupa luasan penggunaan lahan. Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini tergambar dalam Gambar 5. Tabel 2 Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metodologi

analisis dan output pada setiap tahapan penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber

(33)
(34)

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Persiapan Data

Data yang dipergunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan adalah data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 yang diperoleh dari hasil interpretasi citra landsat dan sudah dilakukan validasi. Data tersebut berupa data raster dalam format erdas, sehingga untuk lebih memudahkan proses editing harus dikonversi ke format GIS yaitu shapefile.

Data yang dipergunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan harus mempunyai batas kawasan yang sama, sedangkan kondisi data batas kawasan penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 berbeda dengan data batas kawasan yang terbaru yaitu tahun 2012. Sehingga data penggunaan lahan tersebut memerlukan editing data batas kawasannya agar diperoleh hasil yang lebih baik. Editing dilakukan dengan proses digitasi untuk menyesuaikan dengan batas yang terbaru serta mengisi atribut kelas penggunaan lahan yang masih kosong. Proses pengisian atribut kelas penggunaan lahan pada tahun 1995 dilakukan dengan melihat kelas terdekatnya dikarenakan keterbatasan informasi yang diperoleh, sedangkan untuk data penggunaan lahan tahun 2012 dilakukan dengan bantuan software google earth untuk pengecekan kelas penggunaan lahannya.

Persiapan data selain editing batas kawasan dilakukan juga pengecekan sistem referensi yaitu sistem koordinat dan proyeksi pada data tersebut. Pengecekan tersebut dimaksudkan agar data penggunaan lahan tersebut mempunyai referensi yang sama dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan software GIS.

Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun 1995 dan 2012

Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan pada data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 menggunakan metode overlay dan markov chain. Peta penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 dibandingkan secara visual dan tabular Pada proses overlay. Analisis secara visual dilakukan untuk melihat pola perubahan penggunaan lahan sedangkan secara tabular dilakukan dengan membandingkan luasan penggunaan lahan masing-masing kelas penggunaan lahan.

Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan metode markov chain dilakukan dengan menggunakan software Idrisi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan pixel-pixel pada kedua data penggunaan lahan dan menghasilkan matriks perubahan penggunaan lahan. Penghitungan probabilitas perubahan penggunaan lahan pada dua titik tahun ini dilakukan dengan memperhitungkan jarak tahun kedua data tersebut untuk proses iterasinya, sehingga hasil akhir yang diperoleh adalah data perubahan penggunaan lahan bukan hanya dari satu tahun sebelumnya tetapi merupakan hasil penghitungan beberapa tahun sesuai dengan jumlah tahun yang dipergunakan dalam proses iterasi.

(35)

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun 1995 dan 2012

Analisis perubahan penggunaan lahan yang dilakukan pada tahapan sebelumnya menghasilkan kelas-kelas penggunaan lahan yang mengalami perubahan. Kelas penggunaan lahan yang mengalami perubahan paling besar selanjutnya dilakukan analisis untuk memperlihatkan besaran faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Analisis dilakukan dengan metode regresi logistik biner secara spasial. Metode ini menggunakan variabel dependen dan variabel independen dimana variabel dependen adalah penggunaan lahan yang akan dilihat perubahannya sedangkan variabel-variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan variabel dependen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 sampai dengan 2012 karena kelas penggunaan lahan permukiman merupakan penggunaan lahan yang paling besar perubahannya, sedangkan variabel independen yang dipergunakan adalah data jarak terhadap jalan yang diduga mempunyai pengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan permukiman di kawasan Jabodetabek. Pemilihan variabel independen ini didasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu jalan mempunyai pengaruh yang besar dalam konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi permukiman. Kelas jalan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jalan arteri, jalan kolektor dan jalan tol.

Analisis regresi logistik biner dilakukan secara spasial baik untuk penyiapan data-data yang dipergunakan maupun proses regresinya. Data perubahan penggunaan lahan permukiman diberikan nilai 0 untuk kelas penggunaan lahan yang tidak mengalami perubahan menjadi permukiman antara tahun 1995 dan 2012, sedangkan kelas penggunaan lahan yang berubah menjadi kelas penggunaan lahan permukiman diberikan nilai 1.

Penghitungan jarak terhadap jaringan jalan dilakukan dengan prinsip jarak Euclidean secara spasial. Jarak Euclidean adalah jarak antar dua titik yang dihitung dari masing-masing titik dimana masing-masing titik tersebut mempunyai koordinat yaitu ( ). Jarak Euclidean dihitung berdasarkan prinsip sudut dan jarak dan dirumuskan sebagai berikut:

‖ ‖ ∑

(36)

Analisis Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028

Arahan penggunaan lahan dibuat tahun 2028, hal ini dilakukan dengan pertimbangan Perpres nomor 54 tahun 2008 tentang RTR Kawasan Jabodetabekpunjur mempunyai masa berlaku dari tahun 2008 sampai dengan 2028. Tahun 2028 merupakan masa berakhir berlakunya RTR Jabodetabekpunjur.

Pembuatan proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dibuat menggunakan data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012, trend perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 dan 2012 dan skenario arahan penggunaan lahan yang dipergunakan untuk membuat proyeksi penggunaan lahan di masa yang akan datang. Proyeksi penggunaan lahan dibuat menggunakan data raster dengan metode CA-Markov secara spasial dengan software Idrisi Selva.

Tren perubahan penggunaan lahan diperoleh dari hasil analisis markov chain berupa matriks yang berisi luas kelas penggunaan lahan baik yang tidak mengalami perubahan menjadi kelas lain (tetap) maupun yang berubah menjadi kelas penggunaan lahan lainnya, sedangkan skenario penggunaan lahan dibuat dalam dua skenario yaitu sebagai berikut:

1. Skenario 1 (Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus)

Asumsi yang dipergunakan adalah proyeksi penggunaan lahan di maasa yang akan datang dipengaruhi oleh tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012, kondisi eksisting dan perubahan satu arah;

2. Skenario 2 (Skenario Konservatif)

Asumsi yang dipergunakan adalah proyeksi penggunaan lahan di maasa yang akan datang dipengaruhi oleh tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012 dan kontrol kebijakan berupa kesesuaian lahan dan peruntukan kawasan hutan.

Skenario ini dipergunakan dalam analisis spasial dengan metode Cellular Automata dimana semua data yang dipersiapkan dalam tiap skenario, dipergunakan secara bersamaan untuk menentukan perubahan nilai-nilai pixel. Nilai-nilai pixel yang berubah menunjukkan perubahan penggunaan lahannya.

Skenario 1 (Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus)

Skenario 1 adalah skenario perubahan yang mengatur perubahan penggunaan lahan mengikuti mekanisme pasar. Asumsi yang dipergunakan dalam skenario ini adaah bahwa setiap lahan dapat berubah penggunaannya seluas-luasnya tanpa adanya kontrol atau campur tangan kebijakan dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dan perubahan satu arah. Skenario perubahan satu arah adalah skenario yang menggambarkan logika perubahan penggunaan lahan dari satu kelas lahan menjadi kelas lahan lainnya. Perubahan satu arah dicontohkan pada penggunaan lahan permukiman yang tidak mungkin berubah menjadi hutan, pertanian lahan kering, sawah dan tubuh air. Skenario perubahan satu arah disajikan pada Tabel 3.

(37)

menggunakan data eksisting tahun 2012 sebagai data yang paling valid menunjukkan keberadaan tubuh air.

Tabel 3 Pengaturan perubahan penggunaan lahan skenario 1 Kelas Lahan Hutan Permukiman Pertanian Lahan

Kering Sawah Tubuh Air

Skenario 2 adalah skenario yang mengatur perubahan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012 serta mendapat kontrol kebijakan berupa peraturan peruntukan kawasan hutan dan kesesuaian lahan. Skenario ini menggambarkan kondisi ideal penggunaan lahan tahun 2028 sesuai dengan yang diharapkan dari pengaturan dalam RTR KSN Jabodetabek berdasarkan kondisi eksisting tahun 2012. Skenario ini dibuat sebagai benchmark yang memperlihatkan kondisi ideal pada tahun 2028 sesuai dengan rencana tata ruangnya.

Skenario 2 ini juga dibuat dalam lima data secara spasial yaitu peruntukan kawasan hutan, kesesuaian lahan untuk sawah, kesesuaian lahan untuk permukiman, kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering dan tubuh air eksisting tahun 2012. Data peruntukan kawasan hutan diambil dari peta penunjukan kawasan hutan sesuai dengan SK Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan. Hal ini dikarenakan pengaturan kawasan hutan sudah ditetapkan berdasarkan peraturan menteri tersebut. Penentuan kawasan hutan ditentukan menurut fungsinya yaitu konservasi dan perlindungan terhadap flora dan fauna, ekosistem, gejala dan keunikan alam, kepentingan ilmu pengetahuan serta untuk kawasan wisata alam. Data kesesuaian lahan untuk tubuh air juga tidak ada kriteria khusus sehingga dipergunakan data tubuh air eksisting tahun 2012 sebagai dasar penentuan keberadaan lokasi tubuh air yang paling valid dan terbaru.

(38)

tersebut. Pembuatan data kesesuaian lahan menggunakan masing-masing karakteristik fisik lahan yang diberikan nilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu sesuai atau tidak sesuai dan selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan atas kualitas yang mendominasi kesesuaiannya.

Pembuatan data kesesuaian lahan dibuat menggunakan data land system yang diperoleh dari P4W-IPB dengan analisis spasial. Faktor fisik yang diperhitungkan dalam pembuatan data kesesuaian lahan adalah data kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, jenis batuan dan tekstur tanah karena keterbatasan data yang tersedia. Masing-masing kriteria dalam pembuatan data kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 4, 5 dan 6.

Tabel 4 Kriteria kesesuaian lahan untuk sawah

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–8 %  8 %

2 Curah hujan 1000 – 4000 mm/tahun >4000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols, ultisols, entisols

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse,

5 Tekstur Fine, Mod. Fine, Coarse Peat/fine, berbatu (rock)

Tabel 5 Kriteria kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–15 % > 15 %

2 Curah hujan 1000–5000 mm/tahun > 5000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols, ultisols, entisols Haplorthox

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse,

5 Tekstur Fine, Mod. Fine, Coarse Peat/fine, berbatu (rock)

Tabel 6 Kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–15 % > 15 %

2 Curah hujan 1000–5000 mm/tahun > 5000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols,ultisols, entisols -

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse,

(39)

Analisis Konsistensi Penggunaan Lahan

Analisis konsistensi penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penggunaan lahan eksisting tahun 2012 dan peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 sekanrio 1 dan 2 terhadap RTR Jabodetabekpunjur dengan proses overlay. Analisis dilakukan terhadap RTR kawasan Jabodetabek karena kelas penggunaan lahan yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat umum yaitu hanya 5 kelas, selain itu kondisi RTRW kabupaten dan kota yang ada di kawasan Jabodetabek belum padu-serasi sehingga menyulitkan dalam proses analisisnya. Analisis konsistensi ini dilakukan untuk melihat tingkat konsistensi atau kepatuhan penggunaan lahan terhadap pengaturan pemanfaatan ruang yang termuat dalam rencana tata ruangnya dimana salah satu pengaturan tersebut adalah tentang pengaturan arah pemanfaatan berdasarkan karakteristik lahannya yang disajikan pada Tabel 8. Analisis dilakukan dengan menetapkan kriteria konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur yang dituangkan dalam bentuk matriks konsistensi yang disajikan pada Tabel 7.

Matriks konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur disusun dengan menetapkan konsistensi kelas penggunaan lahan pada zona yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Penggunaan lahan yang sesuai dengan zona dalam RTR diberikan tanda √ yang berarti konsisten sedangkan yang tidak sesuai diberi tanda X yang berarti tidak konsisten.

Dalam analisis konsistensi terdapat zona yang tidak dilakukan analisis yaitu zona As (air sungai) dan Al (air laut). Kedua zona ini merupakan unsur alam yang tidak dibuat pengaturan peruntukan lahannya untuk mempertahankan kealamiannya.

(40)

Tabel 8 Karakteristik dan arah pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabeka

No Zona Karakteristik Arahan Pemanfaatan

Ka

-. Mencegah abrasi, erosi, amblesan, bencana banjir, dan sedimentasi -. Menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan

-. Mencegah dan/atau mengurangi dampak akibat bencana alam geologi

kawasan hutan lindung; kawasan resapan air;

kawasan dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh persen)

sempadan sungai; sempadan pantai

kawasan sekitar danau, waduk, dan situ; kawasan sekitar mata air;

rawa;

kawasan pantai berhutan bakau; dan kawasan rawan bencana alam geologi N2 -. Konservasi budaya

-. Perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, serta gejala dan keunikan alam untuk kepentingan perlindungan plasma nutfah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan

-. Pengembangan kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi dan pariwisata ekologis bagi peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya, dan perlindungan dari pencemaran --> menjadi fungsi lindung

Cagar alam;

B1 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan tinggi, tingkat pelayanan prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan intensitas tinggi, baik vertikal maupun horizontal

Perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, serta industri ringan nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan

B2 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan sedang dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana sedang

Perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja, dan diupayakan berfungsi sebagai kawasan resapan air

B3 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah, tingkat pelayanan prasarana dan sarana rendah, dan merupakan kawasan resapan air

Perumahan hunian rendah, pertanian, dan untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan air B4 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah tetapi subur dan

merupakan kawasan resapan air, serta merupakan areal pertanian lahan basah bukan irigasi teknis dan pertanian lahan kering

Perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan, agroindustri, dan hutan produksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan B5 Kawasan yang mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian

dan mempunyai jaringan irigasi teknis

Pertanian lahan basah beririgasi teknis

Gambar

Tabel 1  Wilayah administrasi di Kawasan Jabodetabek
Tabel 2  Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metodologi analisis dan output pada setiap tahapan penelitian
Tabel 2 (Lanjutan)
Tabel 7  Matriks konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) identifikasi varietas beras japonica dan indica premium yang mempunyai palatabilitas tinggi; (2) menguji marka STS terpaut palatabilitas

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan rekrutmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja di koperasi BMT-UGT Sidogiri Pasuruan lebih memprioritaskan para alumni

The purpose of the research is looking for relation parameters between velocity and brake pressure of vehicle model that can be control to determine optimum

 Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mengidentifikasi ciri-ciri (fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan) interaksi menyatakan dan menanyakan tentang

tinggi perusahaan melakukan aktivitas CSR, maka semakin tinggi sikap tanggung jawab yang dimiliki perusahaan dicerminkan dalam sikap patuhnya dalam

Dari hasil penilaian kelengkapan dan kebenaran dokumen administrasi atas peserta lelang yang memasukan dokumen penawaran diatas, dokumen administrasi yang dinyatakan memenuhi syarat

Konteks geopolitik pesantren di Jawa Timur sendiri bisa dikatakan sebagai pengikut poros Langitan sejati yakni tetap berjuang di arena politik praktis dengan menjadi

DEPARTMENT OF SUNNI THEOLOGY ALIGARH MUSLIM UNIVERSITY. ALIGARH (INDIA)