• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kawasan Jabodetabek yang terdiri dari 3 wilayah provinsi dan 13 wilayah administrasi kabupaten dan kota dengan luas

wilayah 680.775,69 ha (Badan Informasi Geospasial 2012). Nama-nama wilayah administrasi yang termasuk dalam kawasan Jabodetabek disajikan pada Tabel 1.

Wilayah Jabodetabek mempunyai karakteristik bentuk lahan yang beragam. Bentuk lahan di kawasan ini terdiri dari 3 karakteristik berupa kawasan pantai dan perairan di bagian utara, kawasan dataran rendah di bagian tengah dan kawasan perbukitan pegunungan di sebelah selatan. Karakteristik bentuk lahan ini mempengaruhi karakteristik fisik lahan yang pada akhirnya mempengaruhi jenis penggunaan lahannya.

Penelitian dilaksanakan pada periode bulan Februari sampai November 2014, yang meliputi tahap studi pustaka, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan tesis.

Tabel 1 Wilayah administrasi di Kawasan Jabodetabek No Nama Provinsi Nama Kabupaten/Kota

1. DKI Jakarta Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Barat Kota Jakarta Selatan Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Utara

2. Banten Kota Tangerang

Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang

3. Jawa Barat Kota Bekasi

Kabupaten Bekasi Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Depok Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data sekunder diperoleh dari lembaga penelitian dan instansi yaitu Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) – Institut Pertanian Bogor, Badan Infromasi Geospasial, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Biro Pusat Statistik. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 yang diperoleh dari citra landsat diperoleh dari P4W masing–masing skala 1:50.000;

2. Peta Rupabumi Indonesia dari Badan Informasi Geospasial skala 1:25.000; 3. Peta penunjukan kawasan hutan tahun 2009 dari Kementerian Kehutanan skala

1:25.000;

4. Peta landsystem Jabodetabek dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup–Institut Pertanian Bogor skala 1:250.000;

5. Peta RTR Jabodetabekpunjur dari Badan Informasi Geospasial skala 1:50.000; 6. Peta jalan dari RTRW Kabupaten dan Kota Seluruh Jabodetabek dengan skala

beragam antara 1:25.000 sampai dengan 1:50.000; dan 7. Data statistik pendukung dari Biro Pusat Statistik.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa komputer dengan software untuk analisis yaitu Erdas, Idrisi Selva, ArcGis v.10.1 dan Microsoft Office.

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis spasial, analisis statistik yang dilakukan secara spasial dan analisis tabular. Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metodologi analisis dan output pada setiap tahapan penelitian disajikan pada Tabel 2. Analisis spasial dilakukan dalam pembuatan skenario dan proyeksi arahan penggunaan lahan, analisis konsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dan analisis potensi inkonsistensi penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang di masa yang akan datang. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui besaran faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan metode regresi logistik biner. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan data-data spasial. Analisis tabular dilakukan untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari hasil analisis spasial berupa luasan penggunaan lahan. Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini tergambar dalam Gambar 5. Tabel 2 Matriks hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, metodologi

analisis dan output pada setiap tahapan penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber

data Metode Analisis Output 1. a. Identifikasi perubahan penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek antara tahun 1995-2012 b. Identifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995- 2012 Data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012

Peta Jalan dari peta RBI se- Jabodetabek P4W-IPB BIG Overlay, Markov- chain Regresi logistik biner Matriks perubahan penggunaan lahan tahun 1995-2012 Jalan yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan 2. a. Evaluasi proyeksi penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek tahun 2028: Skenario 1 b. Evaluasi proyeksi penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek tahun 2028: Skenario 2 Data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012, matriks perubahan penggunaan lahan antara 1995 dan 2012 Data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012, matriks perubahan penggunaan lahan antara 1995 dan 2012 Data kesesuaian lahan, Peta penunjukan kawasan hutan P4W-IPB P4W-IPB, Kemenhut CA-Markov CA-Markov Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2 3. a. Evaluasi konsistensi penggunaan lahan Peta penggunaan lahan tahun 2012; Peta RTR P4W-IPB, BIG Overlay, Matriks konsistensi

Peta dan tabel konsistensi penggunaan

eksisting 2012 terhadap RTR Jabodetabekpunjur b. Evaluasi konsistensi penggunaan lahan proyeksi tahun 2028 skenario 1 terhadap RTR Jabodetabekpunjur c. Evaluasi konsistensi penggunaan lahan proyeksi tahun 2028 skenario 2 terhadap RTR Jabodetabekpunjur Jabodetabekpunjur Peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1; Peta RTR Jabodetabekpunjur Peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2; Peta RTR Jabodetabekpunjur Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2 Overlay, Matriks konsistensi Overlay, Matriks konsistensi lahan tahun 2012 Peta dan tabel konsistensi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1

Peta dan tabel konsistensi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 2 4. Identifikasi potensi inkonsistensi yang terjadi di kawasan Jabodetabek pada tahun 2028 Peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 dan 2 Proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 skenario 1 dan 2

GIS Peta dan tabel potensi inkonistensi penggunaan lahan tahun 2028

Gambar 5 Diagram alir penelitian

Data Penggunaan Lahan 1995

Data Penggunaan Lahan 2012

Regresi Logistik Biner Markov Chain CA-Markov Overlay Trend Perubahan Penggunaan Lahan 1995-2012 Proyeksi Penggunaan Lahan 2028 Konsistensi Penggunaan Lahan Matriks Konsistensi Berdasarkan Perpres nomor 54 tahun 2008

Rencana Tata Ruang KSN Jabodetabek Faktor yang mempengaruhi

perubahan penggunaan lahan untuk permukiman antara1995 dan 2012 SKENARIO Data Jalan Se-Jabodetabek Potensi inkonsistensi Penggunaan Lahan

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Persiapan Data

Data yang dipergunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan adalah data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 yang diperoleh dari hasil interpretasi citra landsat dan sudah dilakukan validasi. Data tersebut berupa data raster dalam format erdas, sehingga untuk lebih memudahkan proses editing harus dikonversi ke format GIS yaitu shapefile.

Data yang dipergunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan harus mempunyai batas kawasan yang sama, sedangkan kondisi data batas kawasan penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 berbeda dengan data batas kawasan yang terbaru yaitu tahun 2012. Sehingga data penggunaan lahan tersebut memerlukan editing data batas kawasannya agar diperoleh hasil yang lebih baik. Editing dilakukan dengan proses digitasi untuk menyesuaikan dengan batas yang terbaru serta mengisi atribut kelas penggunaan lahan yang masih kosong. Proses pengisian atribut kelas penggunaan lahan pada tahun 1995 dilakukan dengan melihat kelas terdekatnya dikarenakan keterbatasan informasi yang diperoleh, sedangkan untuk data penggunaan lahan tahun 2012 dilakukan dengan bantuan software google earth untuk pengecekan kelas penggunaan lahannya.

Persiapan data selain editing batas kawasan dilakukan juga pengecekan sistem referensi yaitu sistem koordinat dan proyeksi pada data tersebut. Pengecekan tersebut dimaksudkan agar data penggunaan lahan tersebut mempunyai referensi yang sama dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan software GIS.

Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun 1995 dan 2012

Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan pada data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 menggunakan metode overlay dan markov chain. Peta penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012 dibandingkan secara visual dan tabular Pada proses overlay. Analisis secara visual dilakukan untuk melihat pola perubahan penggunaan lahan sedangkan secara tabular dilakukan dengan membandingkan luasan penggunaan lahan masing-masing kelas penggunaan lahan.

Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan metode markov chain dilakukan dengan menggunakan software Idrisi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan pixel-pixel pada kedua data penggunaan lahan dan menghasilkan matriks perubahan penggunaan lahan. Penghitungan probabilitas perubahan penggunaan lahan pada dua titik tahun ini dilakukan dengan memperhitungkan jarak tahun kedua data tersebut untuk proses iterasinya, sehingga hasil akhir yang diperoleh adalah data perubahan penggunaan lahan bukan hanya dari satu tahun sebelumnya tetapi merupakan hasil penghitungan beberapa tahun sesuai dengan jumlah tahun yang dipergunakan dalam proses iterasi.

Hasil yang diperoleh pada analisis ini adalah pola perubahan penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 dan 2012 berupa luasan masing- masing kelas penggunaan lahan serta luasan penggunaan lahan yang berubah menjadi kelas penggunaan lahan lainnya dalam bentuk matriks perubahan penggunaan lahan. Matriks perubahan penggunaan lahan ini selanjutnya dipergunakan dalam pembuatan arahan di masa yang akan datang sebagai proyeksi penggunaan lahannya.

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan antara tahun 1995 dan 2012

Analisis perubahan penggunaan lahan yang dilakukan pada tahapan sebelumnya menghasilkan kelas-kelas penggunaan lahan yang mengalami perubahan. Kelas penggunaan lahan yang mengalami perubahan paling besar selanjutnya dilakukan analisis untuk memperlihatkan besaran faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Analisis dilakukan dengan metode regresi logistik biner secara spasial. Metode ini menggunakan variabel dependen dan variabel independen dimana variabel dependen adalah penggunaan lahan yang akan dilihat perubahannya sedangkan variabel-variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan variabel dependen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan permukiman antara tahun 1995 sampai dengan 2012 karena kelas penggunaan lahan permukiman merupakan penggunaan lahan yang paling besar perubahannya, sedangkan variabel independen yang dipergunakan adalah data jarak terhadap jalan yang diduga mempunyai pengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan permukiman di kawasan Jabodetabek. Pemilihan variabel independen ini didasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu jalan mempunyai pengaruh yang besar dalam konversi penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi permukiman. Kelas jalan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jalan arteri, jalan kolektor dan jalan tol.

Analisis regresi logistik biner dilakukan secara spasial baik untuk penyiapan data- data yang dipergunakan maupun proses regresinya. Data perubahan penggunaan lahan permukiman diberikan nilai 0 untuk kelas penggunaan lahan yang tidak mengalami perubahan menjadi permukiman antara tahun 1995 dan 2012, sedangkan kelas penggunaan lahan yang berubah menjadi kelas penggunaan lahan permukiman diberikan nilai 1.

Penghitungan jarak terhadap jaringan jalan dilakukan dengan prinsip jarak Euclidean secara spasial. Jarak Euclidean adalah jarak antar dua titik yang dihitung dari masing-masing titik dimana masing-masing titik tersebut mempunyai koordinat yaitu ( ). Jarak Euclidean dihitung berdasarkan prinsip sudut dan jarak dan dirumuskan sebagai berikut:

‖ ‖ ∑

Hasil dari analisis regresi logistik biner adalah berupa koeffisien yang menunjukkan besarnya faktor-faktor jalan terhadap perubahan penggunaan lahan untuk permukiman antara tahun 1995 dan 2012 dan peta probabilitas perubahan penggunaan lahan permukiman terhadap jalan. Signifikansi korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen ditunjukkan dengan nilai ROC (Relative Operating Characteristic) yang diperoleh dari hasil analisis regresi logistik biner secara spasial. Nilai ini berupa prosentase perbandingan peta probabilitas hasil analisis regresi terhadap variabel dependen.

Analisis Proyeksi Penggunaan Lahan Tahun 2028

Arahan penggunaan lahan dibuat tahun 2028, hal ini dilakukan dengan pertimbangan Perpres nomor 54 tahun 2008 tentang RTR Kawasan Jabodetabekpunjur mempunyai masa berlaku dari tahun 2008 sampai dengan 2028. Tahun 2028 merupakan masa berakhir berlakunya RTR Jabodetabekpunjur.

Pembuatan proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 dibuat menggunakan data penggunaan lahan tahun 1995 dan 2012, trend perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 dan 2012 dan skenario arahan penggunaan lahan yang dipergunakan untuk membuat proyeksi penggunaan lahan di masa yang akan datang. Proyeksi penggunaan lahan dibuat menggunakan data raster dengan metode CA-Markov secara spasial dengan software Idrisi Selva.

Tren perubahan penggunaan lahan diperoleh dari hasil analisis markov chain berupa matriks yang berisi luas kelas penggunaan lahan baik yang tidak mengalami perubahan menjadi kelas lain (tetap) maupun yang berubah menjadi kelas penggunaan lahan lainnya, sedangkan skenario penggunaan lahan dibuat dalam dua skenario yaitu sebagai berikut:

1. Skenario 1 (Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus)

Asumsi yang dipergunakan adalah proyeksi penggunaan lahan di maasa yang akan datang dipengaruhi oleh tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012, kondisi eksisting dan perubahan satu arah;

2. Skenario 2 (Skenario Konservatif)

Asumsi yang dipergunakan adalah proyeksi penggunaan lahan di maasa yang akan datang dipengaruhi oleh tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012 dan kontrol kebijakan berupa kesesuaian lahan dan peruntukan kawasan hutan.

Skenario ini dipergunakan dalam analisis spasial dengan metode Cellular Automata dimana semua data yang dipersiapkan dalam tiap skenario, dipergunakan secara bersamaan untuk menentukan perubahan nilai-nilai pixel. Nilai-nilai pixel yang berubah menunjukkan perubahan penggunaan lahannya.

Skenario 1 (Skenario Business as Usual tanpa ada Kebijakan Khusus)

Skenario 1 adalah skenario perubahan yang mengatur perubahan penggunaan lahan mengikuti mekanisme pasar. Asumsi yang dipergunakan dalam skenario ini adaah bahwa setiap lahan dapat berubah penggunaannya seluas-luasnya tanpa adanya kontrol atau campur tangan kebijakan dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dan perubahan satu arah. Skenario perubahan satu arah adalah skenario yang menggambarkan logika perubahan penggunaan lahan dari satu kelas lahan menjadi kelas lahan lainnya. Perubahan satu arah dicontohkan pada penggunaan lahan permukiman yang tidak mungkin berubah menjadi hutan, pertanian lahan kering, sawah dan tubuh air. Skenario perubahan satu arah disajikan pada Tabel 3.

Semua penggunaan lahan di kawasan Jabodetabek mempunyai peluang untuk mengalami perubahan menjadi kelas penggunaan lahan lainnya pada area-area yang diperbolehkan untuk berubah dan hanya tubuh air yang diskenariokan tidak mengalami atau sedikit mengalami terjadinya perubahan. Skenario 1 dilakukan dengan membuat lima data secara spasial berdasarkan kelas penggunaan lahan dimana tiap kelas penggunaan lahan diatur area-area yang diperbolehkan untuk berubah diluar kondisi eksisting dan pembatasan perubahan penggunaan lahannya. Skenario tubuh air

menggunakan data eksisting tahun 2012 sebagai data yang paling valid menunjukkan keberadaan tubuh air.

Tabel 3 Pengaturan perubahan penggunaan lahan skenario 1 Kelas Lahan Hutan Permukiman Pertanian Lahan

Kering Sawah Tubuh Air

Hutan Eksisting M M M M Permukiman TM Eksisting TM TM TM Pertanian Lahan Kering TM TM Eksisting TM TM Sawah TM TM M Eksiting TM Tubuh Air TM TM TM TM Eksisting Keterangan:

M = Mungkin berubah TM = Tidak mungkin berubah Skenario 2 (Skenario Konservatif)

Skenario 2 adalah skenario yang mengatur perubahan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan tren perubahan penggunaan lahan antara tahun 1995 sampai dengan 2012 serta mendapat kontrol kebijakan berupa peraturan peruntukan kawasan hutan dan kesesuaian lahan. Skenario ini menggambarkan kondisi ideal penggunaan lahan tahun 2028 sesuai dengan yang diharapkan dari pengaturan dalam RTR KSN Jabodetabek berdasarkan kondisi eksisting tahun 2012. Skenario ini dibuat sebagai benchmark yang memperlihatkan kondisi ideal pada tahun 2028 sesuai dengan rencana tata ruangnya.

Skenario 2 ini juga dibuat dalam lima data secara spasial yaitu peruntukan kawasan hutan, kesesuaian lahan untuk sawah, kesesuaian lahan untuk permukiman, kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering dan tubuh air eksisting tahun 2012. Data peruntukan kawasan hutan diambil dari peta penunjukan kawasan hutan sesuai dengan SK Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan. Hal ini dikarenakan pengaturan kawasan hutan sudah ditetapkan berdasarkan peraturan menteri tersebut. Penentuan kawasan hutan ditentukan menurut fungsinya yaitu konservasi dan perlindungan terhadap flora dan fauna, ekosistem, gejala dan keunikan alam, kepentingan ilmu pengetahuan serta untuk kawasan wisata alam. Data kesesuaian lahan untuk tubuh air juga tidak ada kriteria khusus sehingga dipergunakan data tubuh air eksisting tahun 2012 sebagai dasar penentuan keberadaan lokasi tubuh air yang paling valid dan terbaru.

Kriteria yang dipergunakan dalam pembuatan data kesesuaian lahan untuk sawah dan pertanian lahan kering adalah kriteria menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) yang disesuaikan dengan data land system, sedangkan data kesesuaian lahan untuk permukiman dibuat menggunakan kriteria yang diambil dari Kementerian Pekerjaan Umum. Data kesesuaian lahan yang dibuat dalam penelitian ini hanya sampai pada tingkat ordo yaitu ordo S untuk lahan yang sesuai dan ordo N untuk lahan yang tidak sesuai. Data kesesuaian lahan dalam penelitian ini berupa kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan dalam keadaan alami tanpa memperhitungkan upaya perbaikan dan tingkat pengelolaan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas pada lahan

tersebut. Pembuatan data kesesuaian lahan menggunakan masing-masing karakteristik fisik lahan yang diberikan nilai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu sesuai atau tidak sesuai dan selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan atas kualitas yang mendominasi kesesuaiannya.

Pembuatan data kesesuaian lahan dibuat menggunakan data land system yang diperoleh dari P4W-IPB dengan analisis spasial. Faktor fisik yang diperhitungkan dalam pembuatan data kesesuaian lahan adalah data kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, jenis batuan dan tekstur tanah karena keterbatasan data yang tersedia. Masing-masing kriteria dalam pembuatan data kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 4, 5 dan 6.

Tabel 4 Kriteria kesesuaian lahan untuk sawah

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–8 %  8 %

2 Curah hujan 1000 – 4000 mm/tahun >4000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols, ultisols, entisols

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse, alluvium, tuffite, breccia

Marl, limestone, sandstone, estuarine-marine, coral, mudstone, marine beach sand, gravel, granite

5 Tekstur Fine, Mod. Fine, Coarse Peat/fine, berbatu (rock)

Tabel 5 Kriteria kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–15 % > 15 %

2 Curah hujan 1000–5000 mm/tahun > 5000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols, ultisols, entisols Haplorthox

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse, alluvium, tuffite, breccias, limestone, marl

Sandstone, estuarine-marine- riverine, riverine, coral, mudstone, peat, granite

5 Tekstur Fine, Mod. Fine, Coarse Peat/fine, berbatu (rock)

Tabel 6 Kriteria kesesuaian lahan untuk permukiman

No Parameter Kelas Kesesuaian Lahan

S N

1 Kemiringan lereng 0–15 % > 15 %

2 Curah hujan 1000–5000 mm/tahun > 5000 mm/tahun

3 Jenis tanah Alfisols,ultisols, entisols -

4 Jenis batuan Andesit, basalt, coarse, alluvium, tuffite, breccias, limestone, marl

Sandstone, estuarine-marine- riverine, riverine, coral, mudstone, peat, granite

Analisis Konsistensi Penggunaan Lahan

Analisis konsistensi penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penggunaan lahan eksisting tahun 2012 dan peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028 sekanrio 1 dan 2 terhadap RTR Jabodetabekpunjur dengan proses overlay. Analisis dilakukan terhadap RTR kawasan Jabodetabek karena kelas penggunaan lahan yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat umum yaitu hanya 5 kelas, selain itu kondisi RTRW kabupaten dan kota yang ada di kawasan Jabodetabek belum padu-serasi sehingga menyulitkan dalam proses analisisnya. Analisis konsistensi ini dilakukan untuk melihat tingkat konsistensi atau kepatuhan penggunaan lahan terhadap pengaturan pemanfaatan ruang yang termuat dalam rencana tata ruangnya dimana salah satu pengaturan tersebut adalah tentang pengaturan arah pemanfaatan berdasarkan karakteristik lahannya yang disajikan pada Tabel 8. Analisis dilakukan dengan menetapkan kriteria konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur yang dituangkan dalam bentuk matriks konsistensi yang disajikan pada Tabel 7.

Matriks konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur disusun dengan menetapkan konsistensi kelas penggunaan lahan pada zona yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Penggunaan lahan yang sesuai dengan zona dalam RTR diberikan tanda √ yang berarti konsisten sedangkan yang tidak sesuai diberi tanda X yang berarti tidak konsisten.

Dalam analisis konsistensi terdapat zona yang tidak dilakukan analisis yaitu zona As (air sungai) dan Al (air laut). Kedua zona ini merupakan unsur alam yang tidak dibuat pengaturan peruntukan lahannya untuk mempertahankan kealamiannya.

Tabel 7 Matriks konsistensi penggunaan lahan terhadap RTR Jabodetabekpunjur Zona Sawah Hutan Permukiman Pertanian Lahan Kering Tubuh Air N1 X √ X X √ N2 X √ X X √ B1 √ √ √ √ √ B2 √ √ √ √ √ B3 √ √ √ √ √ B4 √ √ √ √ √ B5 √ √ X √ √ B6 √ √ √ √ √ B7 √ √ √ √ √ P1 X √ X X √ P2 X √ X X √ P3 X √ X X √ P4 X √ X X √ P5 X √ X X √ Keterangan: √ = Konsisten X = Tidak Konsisten

Tabel 8 Karakteristik dan arah pemanfaatan ruang di Kawasan Jabodetabeka

No Zona Karakteristik Arahan Pemanfaatan

Ka wa sa n L indung

N1 -. Konservasi tanah dan air

-. Mencegah abrasi, erosi, amblesan, bencana banjir, dan sedimentasi -. Menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan

-. Mencegah dan/atau mengurangi dampak akibat bencana alam geologi

kawasan hutan lindung; kawasan resapan air;

kawasan dengan kemiringan di atas 40% (empat puluh persen)

sempadan sungai; sempadan pantai

kawasan sekitar danau, waduk, dan situ; kawasan sekitar mata air;

rawa;

kawasan pantai berhutan bakau; dan kawasan rawan bencana alam geologi N2 -. Konservasi budaya

-. Perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, serta gejala dan keunikan alam untuk kepentingan perlindungan plasma nutfah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan

-. Pengembangan kegiatan pendidikan dan penelitian, rekreasi dan pariwisata ekologis bagi peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya, dan perlindungan dari pencemaran --> menjadi fungsi lindung

Cagar alam; Suaka margasatwa; Taman nasional; Taman hutan raya; Taman wisata alam; dan Kawasan cagar budaya

Ka wa sa n B udida ya Budi d aya

B1 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan tinggi, tingkat pelayanan prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan intensitas tinggi, baik vertikal maupun horizontal

Perumahan hunian padat, perdagangan dan jasa, serta industri ringan nonpolutan dan berorientasi pasar, dan difungsikan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekonomi unggulan

B2 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan sedang dan tingkat pelayanan prasarana dan sarana sedang

Perumahan hunian sedang, perdagangan dan jasa, industri padat tenaga kerja, dan diupayakan berfungsi sebagai kawasan resapan air

B3 Kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan rendah, tingkat pelayanan prasarana dan sarana rendah, dan merupakan kawasan resapan air

Perumahan hunian rendah, pertanian, dan untuk mempertahankan fungsi kawasan resapan air

Dokumen terkait