• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH :

KHOTIMAH SIREGAR 082410004

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR RESERVOIR PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR DELI TUA

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH :

KHOTIMAH SIREGAR 082410004

Medan, Mei 2011 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Prof.Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195201171980031002

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Farmasi USU

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Penetapan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua Secara Spektrofotometri”.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimah kasih kepada berbagai pihak atas bimbingan dan bantuan nya terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Jansen Silalahi Msi, Apt. selaku ketua jurusan program Diploma III Analis Farmasi

3. Bapak Prof.Dr.Hakim Bangun.,Apt selaku dosen pembimbing yang telah memberi petunjuk dan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Wagito, selaku pimpinan PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua yang telah menyediakan tempat kepada kami untuk melaksanakan praktek kerja lapangan.

(4)

6. Ibu Ade Trisna Purba, ST, selaku kepala bagian pengendalian mutu PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua.

7. Ibu Bunga Intan Damanik, selaku analis laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua yang baik dan banyak membantu dalam hal melaksanakan praktek kerja lapangan.

8. Orang tua kami yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini, dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukan.

Medan, Mei 2011 Penulis

Khotimah Siregar

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Dan Manfaat ... 3

1.2.1. Tujuan ... 3

1.2.2. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Air ... 5

2.2. Sumber Air ... 6

2.2.1. Air Laut ... 6

2.2.2. Air Atmosfir... 6

2.2.3. Air Permukaan ... 6

2.2.3.1. Air Sungai ... 7

2.2.3.2. Air Rawa ... 8

(6)

2.2.4.1. Air Tanah Dangkal ... 9

2.2.4.2. Air Tanah Dalam ... 9

2.3. Kualitas Air Minum ... 9

2.4. Deskripsi Unit-Unit Tempat Pengolahan Air PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua ... ... 12

2.5. Logam Mangan Dan Tingkat Pencemarannya ... 16

2.6. Efek Toksik Logam Mangan ... 17

2.7. Teori Umum Spektrofotometri ... 19

BAB III METODOLOGI ... 21

3.1. Alat Dan Bahan ... 21

3.1.1. Alat ... 21

3.1.2. Bahan ... 21

3.2. Prosedur Pengujian ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

4.1. Mangan ... 24

BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 27

5.1. Kesimpulan ... 27

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling utama. Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan oleh manusia dan makhluk hidup dalam jumlah besar dan apabila terjadi kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim akan dapat mengakibatkan bahaya fatal bagi makhluk hidup. Untuk mendapatkan kualitas air bersih sangat sulit karena keterbatasan penyediaan air alami menghadapi masalah terhadap kebutuhan air bersih. Permasalahan akan kebutuhan air semakin bertambah disebabkan oleh daya dukung sungai terhadap beban pencemaran yang semakin hari semakin menurun (Sutrisno, 2004).

Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, yaitu yang disebut metabolisme, berlangsung dalam medium air. Molekul air juga ikut dalam banyak reaksi kimia metabolisme. Air merupakan alat untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian lain. Misalnya, darah, yang sebagian besar terdiri atas air, mengalir keseluruh bagian tubuh dan membawa oksigen yang terikat pada sel darah merah ke semua sel dalam tubuh. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

(9)

Sebaliknya zat yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar (Mahida, 1993)

Kesulitan untuk mendapatkan air bersih merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama karena dengan penyediaan air bersih, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi seminimal mungkin. Pencemaran air banyak dikarenakan oleh kegiatan manusia, seperti limbah industri dan limbah kegiatan rumah tangga. Masuknya logam yang dapat membuat air tercemar bisa berasal dari buangan limbah industri tersebut yang dapat menyebabkan tingginya kadar logam seperti Fe, Mn, Zn, Cr, Ni, dan Cu sehingga dapat menimbulkan masalah yang cukup serius pada air. Secara umum dapat disebutkan bahwa potensi air permukaan di Indonesia ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kondisi daerah aliran sungai (DAS) dan ragam fisik sumber daya air, luas dan volume, tampungannya (alami maupun buatan), pengaruh iklim, dan tentu saja aspek pengolahan sumber daya air itu sendiri oleh manusia.

(10)

dan tidak meninggalkan noda pada pakaian serta tidak meninggalkan endapan diseluruh jaringan distribusinya. Maka pada air reservoir yang akan didistribusikan ke rumah-rumah, kadar mangan yang terkandung tidak lebih dari persyaratan air bersih menurut Permenkes RI No.492/Menkes/Per/2010 yaitu 0,4 mg/l, pada tugas akhir ini akan dibahas tentang penetapan kadar Mangan pada sampel air reservoir dengan metode spektrofotometri di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua (Darmono, 2001)

1.2. Tujuan dan Manfaat

1.2.1. Tujuan

Tugas akhir ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui apakah air reservoir memenuhi standar yang telah di tetapkan PERMENKES RI No.492/MENKES/PER//2010 sebagai air minum atau tidak.

b. Untuk mengetahui kadar logam Mangan (Mn) yang terdapat dalam air reservoir melebihi kadar maksimal atau tidak.

1.2.2. Manfaat

Tugas akhir ini bermanfaat untuk :

a. Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang kualitas air minum yang baik.

(11)
(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. AIR

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, untuk dipakai sebagai air minum, mandi, mencuci, keperluan industri, kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air dalam keadaan normal tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan bersih (Wardhana, 2001).

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, berasa, dan berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air. Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum (Slamet, 1994). 2.2. Sumber – Sumber Air

(13)

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum.

2.2.2. Air Atmosfir, air materiologik.

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri / debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.

Selain itu, air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

2.2.3. Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

(14)

Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan itu akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Udara yang mengandung Oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air permukaan.

Air permukaan ada 2 macam yakni :

a.Air Sungai

b.Air rawa/danau.

2.2.3.1Air sungai.

Air Sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan.

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno,2004).

(15)

Air permukaan yang tertampung di danau-danau dapat ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti enceng gondok, dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi pertumbuhannya. Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya (Slamet, 1994).

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat – zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning cokelat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan timbul algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah -tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa / telaga (Sutrisno, 2004).

2.2.4. Air Tanah

Menurut Sutrisno (2004), Air Tanah Terbagi atas :

2.2.4.1Air tanah dangkal

(16)

tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.

2.2.4.2Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 – 300 m) akan didapatkan suatu lapis air.

2.3. Kualitas air minum

Berbicara mengenai standar air minum, saat ini dikenal beberapa jenis standar kualitas air minum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Standar kualitas yang bersifat nasional maupun internasional. Standar kualitas yang bersifat nasional hanya berlaku bagi sesuatu negara yang menetapkan standar tersebut sedangkan yang bersifat internasional berlaku pada berbagai negara yang belum memiliki atau menetapkan standar kualitas secara tersendiri.

Beberapa standar kualitas air minum adalah:

1) World Health Organization’s European Standards For Drinking Water, 1961.

2) World Health Organizatison’s International Standards For Dringking Warter, 1963.

(17)

4) American Water Works Association’s Quality Goals For Potable Water, 1968 (Sutrisno,2004).

Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health Association atau asosiasi kesehatan masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia, dan secara biologis (suryawiria,2005).

 Persyaratan Fisis Untuk Air.

Ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan (turbidity), warna, bau (odor) maupun rasa. Dari keempat indikator tersebut, hanya bau saja penilaiannya ditentukan secara subyektif, dengan jalan air diencerkan secara berturut-turut sampai pengenceran berapakah ia masih tetap berbau pada larutan yang paling encer.

Umumnya penilaian “bau” maupun “rasa” sering dilakukan bersamaan sebagai suatu indikator, dimana antara keduanya sulit dipisahkan secara kualitatif bagi air minum persyaratan fisis ditetapkan antara lain oleh faktor-faktor kekeruhan, warna maupun bau (Slamet,1994).

 Persyaratan Biologis Untuk Air.

(18)

toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja (Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tesebut untuk kepentingan kehidupan manusia (Rumah Tangga) (Suryawiria, 2005). .

Hadirnya mikro-organisme E.coli sekalipun tidak pathogen dewasa ini masih tetap bertahan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air telah dikontaminir oleh bahan buangan organisme, khusunya bahan-bahan faecal. Dasar penggunaan indikator E.coli ini adalah bahwa secara karakteristik kuman ini adalah merupakan penghuni tetap dari faeces. Sebaliknya faeces manusia adalah merupakan media penyebaran dari beberapa jenis kuman pathogen, khususnya bila faeces ini berasal dari orang-orang yang disebut karier.

 Persyaratan Kimia Untuk Air Minum.

Kualitas air minum secara kimia meliputi nilai PH, kandungan senyawa kimia di dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen-kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya (Suryawiria,2005.

(19)

2.4. Deskripsi Unit-unit Tempat Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Medan

Deskripsi Unit-unit Tempat Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Instalasi pengolahan Air Deli Tua Medan Meliputi Tahapan Sebagai Berikut

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan Sungan Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake.

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

(20)

4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan alum, dengan dosis normal rat-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air ke masing-masing clerator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 L/det dengan total head 15 meter memakai electromotor.

5. Clearator

Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing-masing 350 L/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalan secara otomatis.

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerecut yang dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

• Primary Reaction Zone

• Secondary Reaction Zone

• Return Reaction Zone

• Clarification Reaction Zone

• Concentrator

(21)

Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui perekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA.

Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berkut:

• Pasir kwarsa, 0,45-1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm.

• Pasir kwarsa, 1,80-2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

• Kerikil halus, 4,75-6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm.

• Kerikil sedang, 6,30-10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm.

• Kerikil sedang, 10,00-20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm.

• Kerikil kasar, 20,00-40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir

(22)

yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.

8. Finish Water Pump (FWP)

FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 800 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kasitas masing-masing 375 L/det total head 55 menggunakan motor AC

9. Slude Lagoon

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa slude lagoon.

Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

2.5. Logam Mangan Dan Tingkat Pencemarannya

Mangan adalah kimia logam aktif, abu-abu merah muda yang di tunjukkan pada simbol Mn dan nomor atom 25. Sumber Mangan dapat diperoleh dalam biji-bijian (beras, gandum) yang belum diolah.

(23)

rodokrosit (MnCO3). Dan merupakan unsur yang sangat besar di dalam tanah, dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Mineral Mn tersebar secara luas, sebagian besar berupa oksida, silikat, dan karbonat. Sumber Mn terbesar ditemukan di dasar laut, yaitu sekitar 24% bersama unsur lain.

Mn bereaksi dengan air dan larut dalam larutan asam. Mn banyak digunakan pada berbagai alloy. Mn digunakan sebagai bahan campuran logam karena Mn bisa menghasilkan logam sehingga mudah dibentuk, meningkatkan kualitas kekuatan logam, kekerasan, dan ketahanan. Sekitar 90% Mn dunia digunakan dengan tujuan metalurgi, yaitu untuk produksi besi-baja, sedangkan penggunaan Mn untuk tujuan nonmetalurgi antara lain digunakan untuk membuat baterai kering, keramik dan gelas, serta bahan kimia.

Kadar Mn dilingkungan meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan bakar. Mn yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk ke lingkungan air, tanah, udara dan makanan.

2.6.Efek Toksik Logam Mangan

(24)

dibandingkan mikrounsur lain sehingga sangat sedikit dilaporkan kasus toksisitas Mn per oral pada manusia.

Kelebihan Mangan dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi oleh mangan. Pekerja tambang yang mengisap Mangan yang ada pada debu tambang untuk jangka waktu lama, menunjukkan gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnormal (Widowati, 2008).

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Disamping itu, konsentrasi 0,05 mg/l unsur ini merupakan akhir batas dari usaha penghilangan dari kebanyakan air yang dapat dicapai. Kemungkinan unsur ini merupakan nutrient yang penting dengan kebutuhan perhari 10 mg yang dapat diperoleh dari makanan. Unsur ini bersifat toksis pada alat pernapasan.

Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati.

Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan Permenkes RI. untuk Mn ini adalah sebesar 0,4 mg/l adalah merupakan batas konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno,2004).

2.7.Teori Umum Spektrofotometri

(25)

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang sturuktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Berr.

Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Rohman, 2007).

Prinsip dari alat ini radiasi pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan didalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap.

Spektrofotometer UV-VIS pada umumnya digunakan untuk :

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik

(26)

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Berr (Dachriyanus, 2004).

Mangan (Mn) dapat ditetapkan secara spektrofotometri dengan panjang gelombang 560 nm. Mangan (Mn) direaksikan dengan Ascorbic Acid dia akan menjadi asam berwarna bening tidak bereaksi, kemudian ditambahkan alkaline-cyanide sehingga menjadi basa dan akan mengalami gangguan warna lembayung biru oleh adanya alkaline-cyanide, dan yang bereaksi dengan penambahan Ammonium Acetate sehingga membentuk kompleks berwarna Jingga-Orange (Svehla, 1985).

Mn2+ + NH4CH3COO (CH3COO)2 Mn . 4H2O

(27)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat :

 spektrofotometer DR/2800  kuvet 25 ml  Beaker glass 500 ml

 Batang pengaduk (kaca )  Pipet volume 10 ml  Bola Karet

 Tissue

3.1.2. Bahan :

 larutan PAN indicator 0.1 %, yang berisikan :

− Octylphenoxypolyethoxyethanol

− Ammonium Aceate

− N,N-Dimetylformamide

− Demineralized Water

 larutan Alkaline Cyanide, yang berisikan :

(28)

− Sodium Cyanide

 Demineralized Water (Blanko)

 Reagent Ascorbic Acid Powder Pillows

3.2.Prosedur Pengujian

Penetuan kadar Mangan dalam sampel air reservoir sungai pamah di PDAM Tirtanadi dengan alat Spektrofotometri :

1. Pastikan analis telah memakai sarung tangan dan masker 2. Tekan “STORED PROGRAM” ”290” untuk analisa mangan 3. Persiapan blanko : pipet 10 ml air demineralized ke dalam kuvet 4. Persiapan sampel : Isi kuvet kedua dengan 10 ml sampel

5. Tambahkan 1 bungkus Ascorbic Acid kedalam botol blanko dan sampel,aduk hinnga larut.

6. Tambahkan 15 tetes larutan Alkaline-cyanida ke dalam blanko dan sampel,aduk hingga larut.

7. Tekan 21 tetes larutan PAN indikator ke dalam botol blanko dan sampel , aduk hingga homogen.

8. Tekan “Timer” dan “Enter”.tunggu selama 2 menit

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Mangan

[image:29.595.105.523.392.663.2]

Di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua Medan pada tanggal 1, 9, 16, 23 Februari 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan sampel Air reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua

No Tanggal Pemeriksaan

Kadar Mangan Yang Diperoleh (mg/L)

Kadar Maksimum Mangan Dalam Air

Minum (mg/L) Air Baku Air Reservoir

1 01 Februari 2011 0,110 0,009 0,4

2 09 Februari 2011 0,115 0,031 0,4

3 16 Februari 2011 0,122 0,010 0,4

4 23 Februari 2011 0,121 0,010 0,4

Rata-rata 0,117 0,015 0,4

(30)

DepKes RI No. 492/ MenKes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010, kadar Mangan (Mn) yang ditetapkan untuk air minum adalah 0,4 mg/l.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar Mangan (Mn) dari air reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang ditetapkan. Kadar Mangan (Mn) pada air reservoir setiap pemeriksaan terdapat perbedaan hasil. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan waktu pemeriksaan sampel dan cara pengambilan sampel pada bak reservoir.

Kadar Mangan yang diperoleh dari air reservoir memenuhi syarat dikarenakan air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses pengendapan, proses penjernihan, proses desinfeksi, dan telah disaring pada filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih, sehingga kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat.

(31)

Konsentrasi Mangan (Mn) yang lebih besar dari 0,4 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan endapan Mangan akan meninggalkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian yang berwarna putih, dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan akan menunjukkan gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnormal.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

− Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan

Mangan pada air reservoir Sungai Deli tidak melebihi dari persyaratan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan kualitas Air Minum, dimana kadar maksimum yang diijinkan pada Mangan adalah 0,4 mg/l

− Kadar Mangan rata-rata dari hasil pemeriksaan adalah 0,015 mg/ l .

Dengan demikian air reservoir Sungai Deli layak untuk dikonsumsi karena masih memenuhi atau masih dibawah kadar maksimum dari syarat

berdasarkan Permenkes.

5.2. Saran

− Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi Medan agar tetap menjaga

kualitas air yang didistribusikan pada setiap konsumen dan meningkatkan kualitas air yang di produksi

− Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi Intalasi

pengolahan Air Deli Tua untuk lebih melengkapi fasilitas uji mikrobiologi

− Diharapkan agar ,masyarakat senantiasa untuk menjaga kelestarian dan

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang. Penerbit Andalas University Press

Darmono, (2001). Lingkungan Hidup Dan Pencemaran : Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. http : // Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Bandung: UGM-Press.

Sunu, Pramudya. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT.Gramedia

Sutrisno, T, dkk. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta,

Suriawiria, U. (2005). Air Dalam Kehidupan Dan Lingkungan Yang Sehat, Bandung : Penerbit P.T. ALUMNI

Svehla, G. (1985). Vogel Analisi Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro. Jakrta PT. Kalman Media Pustaka

Wardhana, A.W. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:Penerbit Andi.

(34)

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010

TANGGAL: 19 APRIL 2010

PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I.PARAMETER WAJIB

No. Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

Yang Diperbolehkan

Keterangan

1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel

0

2) Total Bakteri Koliform

Jumlah per

100 ml sampel

0

b. Kimia an-organik

1) Arsen mg / liter 0,01

2) Fluorida mg / liter 1,5

3) Total Kromium mg / liter 0,05

4) Kadmium mg / liter 0,003

5) Nitrit (sebagai NO2) mg / liter 3 6) Nitrat (sebagai NO3) mg / liter 50

7) Sianida mg / liter 0,07

(35)

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a. Parameter fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU Tidak Berwarna

3) Total Zat Terlarut (TDS)

mg / liter 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu °C Suhu Udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Alumunium mg / liter 0,2

2) Besi mg / liter 0,3

3) Kesadahan mg / liter 500

4) Khlorida mg / liter 250

5) Mangan mg / liter 0,4

6) pH mg / liter 6,5-8,5

7) Seng mg / liter 3

8) Sulfat mg / liter 250

9) Tembaga mg / liter 2

(36)

II. PARAMETER TAMBAHAN

No. Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 a.

KIMIAWI Bahan Organik

Air Raksa mg / liter 0,001

Antimon mg / liter 0,02

Barium mg / liter 0,7

Boron mg / liter 0,5

Molybdenum mg / liter 0,07

Nikel mg / liter 0,07

Sodium mg / liter 200

Timbal mg / liter 0,01

Uranium mg / liter 0,015

b. Bahan Organik

Zat Organik (KmnO4) mg / liter 10

c. Desinfektan

Chlorine (Sisa Khlor) mg / liter 5

0,6-1,0 yang kemungkinan dapat

(37)

LAMPIRAN II

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

FISIKA

Temperatur ˚C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi

temperatur dari keadaan alamiah Residu

Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu

Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L KIMIA ANORGANIK

Ph 6 - 9 6 – 9 6 - 9 5 – 9

Apabila secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum Total Posfat

sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5

NO3 sebagai

N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)

Bagi perikanan, kandungan

amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebaga NH2

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

(38)

n I II III IV

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/ L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/ L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/ L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)

Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/ L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2-N≤ 1 mg/ L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin

bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)

Bagi ABAM tidak

dipersyaratkan

Belerang sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S ≤ 0,1 mg/ L

MIKROBIOLOGI

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fecal coliform

Jml/100

ml 100 1000 2000 2000

(39)

Total coliform

Jml/100

ml 1000 5000 10000 10000

konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/100ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml

RADIOAKTIVITAS

Gross A Bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Groos B Bg/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

Lemak µg/L 1000 1000 1000 (-)

Deterjen sebagai MBAS

µg/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol sebagai fenol

µg/L 1 1 1 (-)

BHC µg/L 210 210 210 (-)

Aldrin/dield

rin µg/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)

DDT µg/L 2 2 2 2

Heptachlor dan

heptachlor epoxida

µg/L 18 (-) (-) (-)

Lindang µg/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychl

or µg/L 35 (-) (-) (-)

Endrin µg/L 1 4 4 (-)

(40)

Keterangan :

mg = miligram µg = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah nilai lebih kecil atau sama dengan Tanda ˂ adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd

Gambar

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan sampel Air reservoir di Laboratorium PDAM

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat tugas akhir ini adalah untuk mengetahui apakah kadar aluminium (Al) yang terkandung dalam air reservoir di Instalasi Pengolahan Air (IPA).. PDAM Tirtanadi Sunggal

Hasil pemeriksaan diperoleh kadar dari Aluminium pada air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis 0,02 mg/l, sedangkan untuk kadar Mangan 0,002 mg/l.. Hasil pemeriksaan

Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi IPA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010. PERSYARATAN KUALITAS

pH air reservoir yang diolah agar sesuai dengan pH standar air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yakni 6,5-8,5.. EFFECT

Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/PER/IV/2010. NO PARAMETER

baku adalah air yang digunakan sebagai sumber atau bahan baku dalam.. penyediaan air

Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 03 September 1990 No PARAMETER SATUAN Kadar Maks..