LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KADAR MANGAN (Mn) DARI AIR BAKU DAN
AIR RESERVOIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR
MINUM (PDAM) INSTALASI PENGOLAHAN AIR
TIRTANADI LIMAU MANIS SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli MadyaPada Program Diploma III Analis Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
RIZKY PRATAMA
NIM 112410020
Medan, Juni 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. NIP 195201041980031002
Disahkan Oleh: Pembantu Dekan I
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahakan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penentuan Kadar Mangan (Mn) dari
Air Baku dan Air Reservoir Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Instalasi Pengolahan Air Tirtanadi Limau Manis Secara Spektrofotometri Sinar
Tampak” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini ternyata tidaklah semudah yang
dibayangkan. Namun, berkat dorongan, semangat, serta dukungan dari berbagai
pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikannya Tugas
Akhir ini.
Teramat khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada yang tercinta Mereka adalah ayahanda Jemirin, dan ibunda Ermawati.
yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga serta dukungan moril
maupun materil kepada penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan.
Serta kakak penulisa dan adik-adik penulis, yaitu Selly Irwardhani, Kris April
Mas Sahlul dan Renny Diah Aprillah yang memberi semangat dan perhatiannya
selama ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator
Program Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan
pengarahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
5. Bapak Joni Mulyadi, ST., M.T., selaku Kepala Bagian Umum dan
Personalia di Instalasi PDAM Tirtanadi Limau Manis.
6. Ibu Meryanna Siregar, ST., selaku Analis laboratorium di Instalasi PDAM
Tirtanadi Limau Manis yang telah membimbing penulis saat PKL di
PDAM Tirtanadi.
7. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Limau
Manis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Desi, Astykha, Tia, Andry, Alfalah,
Darma, Langgu, Azroi, Centri, Boston, Paul yang selalu bersama selama
ini. Susah senang kita lalui bersama sampai akhir. Sahabat selamanya.
9. Seluruh teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namun tidak mengurangi keberadaan mereka. Tetap semangat
teman-teman. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan menulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta Insyaallah do’a restu
dan budi baik semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Medan, juni 2014
Penulis
Rizky pratama
PENENTUAN KADAR MANGAN (Mn) DARI AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) INSTALASI PENGOLAHAN AIR TIRTANADI LIMAU MANIS SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK ABSTRAK
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, merupakan logam keras, mudah retak, serta mudah teroksidasi. Kadar Mangan (Mn) yang berlebihan di dalam air dapat mengakibatkan toksik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan kadar Mangan (Mn) yang terkandung dalam air baku dan air reservoir.
Sampel yang digunakan adalah air baku dan air reservoir yang telah di olah dari air permukaan sungai Blumai. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2800 di laboratorium pengendalian mutu.
Dari hasil analisis air baku dan air reservoir diperoleh kadar Mangan (Mn) masing-masing 0,057 mg/L dan 0,002 mg/L. Dimana baku mutu Mangan (Mn) Menurut DepKes RI No. 492/ MenKes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010 yang ditetapkan tentang syarat untuk air minum disebutkan bahwa kadar maksimal adalah 0,4 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa penentuan kadar Mangan (Mn) dari air baku dan air reservoir yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melewati ambang batas kadar yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Mangan (Mn), Air Baku, Air Reservoir, Spektrofotometer DR 2800
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN . ... 1
1.1 Latar Belakang . ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat . ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... 4
2.1 Air. ... 4
2.2 Sumber- sumber Air. ... 5
2.2.1 Air Laut . ... 5
2.2.2 Air Hujan . ... 6
2.2.3 Air Permukaan . ... 6
2.2.3.1 Air Sungai . ... 7
2.2.3.2 Air Rawa/ Danau . ... 7
2.2.4 Air Tanah . ... 8
2.2.4.1 Air Tanah Dangkal . ... 8
2.2.4.2 Air Tanah Dalam . ... 9
2.2.4.3 Mata Air . ... 9
2.3 Pencemaran Air . ... 9
2.4 Pengolahan Air . ... 11
2.5.1 Air Bersih . ... 14
2.5.2 Air Minum . ... 14
2.5.2.1 Syarat Fisika . ... 15
2.5.2.2 Syarat Kimia . ... 15
2.5.2.3 Syarat Mikrobiologis . ... 16
2.6 Peran Air Dalam Tubuh . ... 17
2.7 Logam Mangan . ... 17
2.7.1 Tingkat Pencemarannya . ... 18
2.7.2 Efek Toksik Logam Mangan . ... 18
2.8 Teori Umum Spektrofotometri . ... 19
BAB III METODE PENGUJIAN . ... 21
3.1 Tempat . ... 21
3.2 Sampel . ... 21
3.3 Alat . ... 21
3.4 Bahan . ... 21
3.5 Prosedur Penentuan Mangan . ... 22
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN . ... 23
4.1 Hasil . ... 23
4.2 Pembahasan . ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN . ... 25
5.1 Kesimpulan . ... 25
5.2 Saran . ... 25
DAFTAR PUSTAKA . ... 26
PENENTUAN KADAR MANGAN (Mn) DARI AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) INSTALASI PENGOLAHAN AIR TIRTANADI LIMAU MANIS SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK ABSTRAK
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan, merupakan logam keras, mudah retak, serta mudah teroksidasi. Kadar Mangan (Mn) yang berlebihan di dalam air dapat mengakibatkan toksik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan kadar Mangan (Mn) yang terkandung dalam air baku dan air reservoir.
Sampel yang digunakan adalah air baku dan air reservoir yang telah di olah dari air permukaan sungai Blumai. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2800 di laboratorium pengendalian mutu.
Dari hasil analisis air baku dan air reservoir diperoleh kadar Mangan (Mn) masing-masing 0,057 mg/L dan 0,002 mg/L. Dimana baku mutu Mangan (Mn) Menurut DepKes RI No. 492/ MenKes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010 yang ditetapkan tentang syarat untuk air minum disebutkan bahwa kadar maksimal adalah 0,4 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa penentuan kadar Mangan (Mn) dari air baku dan air reservoir yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melewati ambang batas kadar yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Mangan (Mn), Air Baku, Air Reservoir, Spektrofotometer DR 2800
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting karena
tanpa air tidak satupun bentuk kehidupan yang mungkin berlangsung. Air tidak
hanya mensuplai dunia binatang dan tumbuh-tumbuhan tapi juga merupakan alat
transfortasi sebagai sumber tenaga dan berfungsi untuk banyak tujuan lain
termaksud bidang kesehatan dan penyediaan air bersih yang sehat (Gypsona
Group, 1983).
Dalam kehidupan sehari-hari peranan air sangat besar, seperti untuk
keperluan rumah tangga, kesehatan, pertanian, peternakan, perikanan, dan untuk
industri. Khusus untuk keperluan rumah tangga, air digunakan untuk minum,
mandi, dan mencuci. Dibidang industri air digunakan untuk pendingin
mesin-mesin produksi, bahan pelarut, bahan dasar olahan (khusus industri minuman),
pencuci, penghasil uap, dan lain-lain (Tersiawan, 1996).
Peningkatan kualitas air dengan jalan mengadakan pengelolaan air yang
akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air
tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari
yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir/lengkap, sesuai
dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor air semakin
berat pengolahan yangdibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan
semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut,
sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk
menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai untuk persediaan atau tidak.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas,
karena semakin maju tingkat hidup seseorang maka akan semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan air minum maka
dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan
kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan
sebanyak 60 liter/hari (Sutrisno, 1991).
Air yang digunakan pada air minum harus tidak berwarna, jernih, tidak
berbau, dan tidak berasa. Pada air minum terdapat batas-batas tertentu kandungan
logamnya, seperti Mangan (Mn) yang bila tidak sesuai syarat yang ditetapkan
dapat menurunkan kualitas air minum. Sesuai dengan peraturan syarat air bersih
menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ Menkes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19
April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu kadar maksimum
Mangan (Mn) 0,4 mg/liter. Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang Penentuan
kadar Mangan (Mn) dari Air Baku dan Air Reservoir Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Limau Manis Secara
Spektrofotometri Sinar Tampak.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah air reservoir memenuhi persyaratan yang telah
di tetapkan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/2010 sebagai air minum
2. Untuk mengetahui kadar Mangan (Mn) dari air baku dan air reservoir di
PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis secara spektrofotometri sinar tampak.
1.3Manfaat
Dapat mengetahui kadar mangan (Mn) yang terkandung pada air baku dan
air reservoir yang diperiksa di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis,
maka kita dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang diperoleh dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan
sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Oleh karena itu,
sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta makhluk hidup yang lain (Gabriel, 2001).
Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Air merupakan alat mengangkut
zat dari bagian tubuh yang satu kebagian lain dan sebagai pelarut didalam tubuh
yang membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung
diatur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui
kulit (Gabriel, 2001).
Air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran
yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan
mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan
beberapa bahan anorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia
lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (Darmono,
2001).
Supaya air yang masuk kedalam tubuh manusia tidak menyebabkan
ataupun pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber,
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat
diperlukan (Sutrisno, 1991).
Menurut Suriawiria (2005), secara kimia rumus air adalah H2O. Akan
tetapi, rumus tersebut hanya berlaku untuk air murni di lingkungan laboratorium
misalnya akuades. Pada lingkungan alami, walaupun air tersebut baru keluar dari
sumur bor, mata air ataupun dari pegunungan yang tidak tercemar, akan memiliki
rumus H2O + x. Dalam hal ini x akan berbentuk komponen biotik (hidup, seperti
mikroba) ataupun komponen abiotik (mati, seperti zat kimia).
Nilai x akan mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas air, selain itu nilai x
akan berpengaruh terhadap persyaratan yang di tentukan untuk penggunaan air.
Agar air terseebut memenuhi syarat untuk kepentingan kehidupan, maka selama
proses pengolahan di tujukan untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali
nilai x tersebut.
2.2 Sumber – Sumber Air
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air di bagi menjadi:
1. Air laut
2. Air Hujan
3. Air permukaan
4. Air tanah
2.2.1 Air Laut
Air laut memiliki rasa asin karena mengandung garam murni (NaCl).
Karena rasanya yang asin, untuk menjadikan air laut sebagai air minum di
perlukan sebuah teknologi terapan untuk memfilter sekaligus destilasi
(penyulingan) air untuk menghilangkan kadar garam yang tinggi (Alamsyah,
2007).
2.2.2 Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan air dipermukaan bumi akibat
pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran air), air
hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi oleh manusia, namun
pada saat penguapan berlangsung air yang menguap sudah tercemar. Selain itu, air
hujan yang turun juga ‘tercemar’ oleh polusi udara. Akibatnya air hujan tidak
bersifat netral (pH = 7) lagi, melainkan bersifat asam. Hujan yang bersifat asam
dapat menyebabkan korosi (karat) pada benda yang berbahan logam. Selain
bersifat asam, air hujan cenderung bersifat sadah karena kandungan kalsium dan
magnesiumnya cukup tinggi (Alamsyah, 2007).
2.2.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara
lain sumur, sungai, rawa, dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang
meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di
permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang
membentuk danau ataupun rawa. Pada umumnya, air permukaan tampak kotor
dan berwarna (tidak bening). Hal itu akibat kotoran, pasir, dan lumpur yang ikut
terbawa (hanyut) oleh aliran air.
untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik, industri, dan
sebagainya. Agar dapat diminum air permukaan harus diolah terlebih dahulu,
meliputi pengolahan fisika, kimia dan biologi (Alamsyah, 2007).
Air permukaan ada 2 macam yakni :
a. Air Sungai
b. Air rawa/danau.
2.2.3.1 Air Sungai
Air Sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang
kadang-kadang bercampur dengan limbah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan
termasuk campuran dari air hujan. Dalam penggunaannya sebagai air minum,
haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air
sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya
dapat mencukupi (Sutrisno, 1991).
2.2.3.2 Air Rawa /Danau
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada
cekungan permukaan tanah. Permukaan air danau biasanya berwarna hijau
kebiruan,warna ini disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh dipermukaan
air maupun didasar danau atau rawa. Selain lumut, warna pada air danau juga di
pengaruhi oleh bahan organik (kayu, daun dan bahan organik lainnya) yang
membusuk akibat proses dekomposisi oleh mikroorganisme di dalam air. Air
tingkat pencemaran di danau relatif lebih kecil dibandingkan di aliran sungai
(Alamsyah, 2007).
2.2.4 Air Tanah
Air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah yang berasal
dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Dalam peroses peresapan air tersebut
air tanah mengalami penyaringan (filtrasi) oleh lapisan-lapisan tanah, sehingga air
tanah lebih jernih dibandingkan air permukaan (Alamsyah, 2007).
Menurut Sutrisno (1991), Air Tanah Terbagi atas :
a. air tanah dangkal
b. air tanah dalam
c. mata air
2.2.4.1 Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter di
bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup
terbatas. Air tanah dangkal biasanya hanya digunakan untuk keperluan rumah
tangga, seperti minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa
sumur berdinding semen maupun sumur bor. Secara fisik, air tanah terlihat jernih
dan tidak berwarna (bening) karena telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan
tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak untuk digunakan sebagai
bahan baku untuk air minum. Kuantitas air tanah dipengaruhi oleh musim hujan,
jumlah air tanah berlimpah apabila pada saat musim hujan, tetapi terbatas pada
2.2.4.2 Air Tanah Dalam
Air tanah dalam adalah air yang terdapat pada kedalaman 100-300 meter
di bawah permukaan tanah. Air dalam tanah berwarna jernih dan sangat baik
digunakan sebagai air minum karena telah mengalami proses penyaringan
berulang-ulang oleh lapisan tanah. Air tanah dalam memiliki kulitas yang lebih
baik daripada air dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah dalam lebih
panjang, lama dan sempurna dibandingkan air tanah dangkal. Kuantitas air tanah
dalam cukup besar dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam
dapat digunakan untuk kepentingan industri dan dapat digunakan dalam jangka
waktu yang cukup lama (Alamsyah, 2007).
2.2.4.3 Mata Air
Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kuantitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Berdasarkan keluarnya air (munculnya air permukaan tanah) terbagi atas :
- Rembesan, di mana air keluar dari lereng-lereng.
- Umbul, di mana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran (Sutrisno,
1991).
2.3 Pencemaran Air
Pencemaran air sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta
penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke
bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan
sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan.
Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus,
dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut
berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri,
peternakan, rumah sakit, tanah pertanian, dan lain sebagainya. Pencemaran
darikuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit yang di
sebabkan oleh pencemaran air (Darmono, 2001).
Pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan
kotoran tanpa mengalami proses pengolahan sterilisasi merupakan penyebab
utama pencemaran air. Limbah yang langsung dibuang ke perairan umum (sungai
dan danau) dan belum sempat di olah terlebih dahulu menyebabakan senyawa
kimia yang terkandung pada air berdampak yang cukup bahaya bagi manusia
yang mengggunakan air tersebut secara langsung (tanpa diolah). Bahan-bahan
kimia tersebut, antara lain: sabun, detergen, insektisida, bahan pewarna, dan
bahan radio aktif. Air yang temcemar dan diminum oleh manusia atau hewan
dapat menyebabkan beberapa macam penyakit ataupun gejala keracunan.
Limbah yang mengandung senyawa kimia seharusnya melewati proses
sterilisasi dari bahan berbahaya terlebih dahulu sebelum di buang ke perairan
umum. Setiap senyawa kimia memiliki nilai ambang batas maksimum yang
berbeda di perairan. Apabila kandungan bahan-bahan kimia tersebut melewati
batas maksimal yang telah di tentukan maka bahan kimia tersebut akan
mengakibatkan atau menyebabkan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan dan
2.4 Pengolahan Air
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang
dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan
yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air
tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin
banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang
diperlukan untuk mengolah air tersebut. Oleh karena itu, dalam praktik sehari-hari
maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan
apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak.
Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena
semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Sutrisno, 1991).
Menurut Sutrisno (1991), proses pengolahan air minum terdiri dari:
1. Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk
menangkap/mengumpulkan air dari suatu sumber asal air, untuk dapat
dimanfaatkan.
2. Bangunan pengendap pertama
Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan air ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu
proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tak dapat mengendap dengan
sendirinya.
Bahan/zat kimia yang digunakan sebagai koagulan adalah aluminium
sulfat, biasanya disebut tawas. Bahan ini paling ekonomis (murah) dan mudah
didapat pada pasaran serta mudah disimpan.
4. Bangunan pengaduk cepat
Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan
agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.
5. Bangunan pembentuk flok
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar
supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan
bahan/zat koagulan yang kita bubuhkan.
6. Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak
pembentuk flok.
7. Filter (saringan)
Effluent (hasil olahan) dari bak pengendap mengalir ke filter,
gumpalan-gumpalan dan lumpur (flok) tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat-saat
tertentu dimana hilangnya tekanan dari air di atas saringan terlalu tinggi, yaitu
karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan, maka saringan akan
8. Reservoir
Air yang telah melalui filter sudah dapat digunakan sebagai air minum. Air
tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung pada bak reservoir
untuk diteruskan kepada konsumen.
2.5 Kualitas Air
Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat
(Departemen Kesehatan) serta ketentuan/peraturan lain yang berlaku seperti
APHA (American Publikc Health Association atau Asosiasi Kesehatan
Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan
berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia, dan secara biologis.
Kualitas secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.
Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di
dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen,
kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya. Kualitas air secara
biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter,
yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Misalnya
kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja (Coli) di dalam air, sangat
tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan
manusia/rumah-tangga (Suriawira, 2005).
Air menurut kualitas dan kuantitasnya dapat di bagi menjadi dua macam
bagian yaitu sebagai berikut:
b. air minum
2.5.1 Air Bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun
bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini dapat bersumber atau diperoleh dari
sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air.
Pemanfaatan air bersih, Secara umum dapat dikatakan penggunaan air
bersih sebagai berikut:
- Akan diolah menjadi air siap minum
- Untuk keperluan keluarga (cuci, mandi)
- Sarana pariwisata (air terjun)
- Pada industri (sarana pendinginan)
- Sebagai sarana irigasi
- Sebagai sarana peternakan
- Sebagai sarana olah raga (Gabriel, 2001).
2.5.2 Air Minum
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni
dalam arti sesuai benar dengan kualitas air yang tepat untuk kesehatan, maka
walau bagaimanapun harus diusahakan air yang ada sedemikian rupa sehingga
kualitas yang dibutuhkan tersebut memenuhi atau paling tidak mendekati
syarat-syarat yang dikehendaki.
Kualitas air minum yang baik untuk dikonsumsi harus memenuhi
syarat-syarat seperti:
2. Syarat kimia
3. Syarat mikrobiologis
2.5.2.1 Syarat fisika
Persyaratan fisika yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut.
a. Tidak keruh/jernih
Air yang digunakan untuk rumah tangga harus jernih tidak mengandung
bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan seperti: tanah liat dan lumpur.
b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam di akibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila di cium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang
mengalami (penguraian) oleh mikroorganisme air (Kusnaedi, 1995).
2.5.2.2 Syarat Kimia
Persyaratan kimia yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut.
Air yang baik adalah air yang bersifat netral (pH=7). Air dengan pH
kurang dari 7 dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7
bersifat basa. Batas pH minimum dan maksimum air layak minum berkisar
6,5-9,0.Tinggi rendahnya pH air dapat mempengaruhi rasa air, maksudnya air dengan
pH kurang dari 7 akan terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7.
b. Kandungan Bahan Kimia Organik
Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah
yang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu, tubuh
membutuhkan air yang mengandung bahan kimia organik. Namun, apabila jumlah
bahan kimia organik yang terkandung melebihi batas dapat menimbulkan
gangguan pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia organik yang melebihi
batas ambang dapat terurai menjadi racun berbahaya.
c. Kandungan Bahan Kimia Anorganik
Bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak melebihi jumlah yang
telah ditentukan. Bahan-bahan kimia yang termasuk bahan kimia anorganik antara
lain garam dan ion-ion logam (Fe, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Al, Hg, Mn, Zn)
(Alamsyah, 2007).
2.5.2.3 Syarat Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut.
a. Tidak mengandung bakteri patogen
Air harus tidak mengandung bakteri patogen, karena bakteri patogen
golongan coli, salmonellatyphi, dan vibrio chlotera. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air.
b. Tidak mengandung bakteri nonpatogen
Air harus tidak mengandung bakteri nonpatogen, karena bakteri
nonpatogen dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak pada air (Alamsyah,
2007).
2.6 Peranan Air Dalam Tubuh
Tubuh manusia tersusun dari jutaan sel dan hampir keseluruan sel tersebut
mengandung senyawa air (H2O). Menurut penelitian, hampir 67% dari berat tubuh
manusia terdiri dari air. Manfaat air bagi tubuh manusia adalah membantu proses
pencernaan, mengatur proses metabolisme dan menjaga keseimbangan suhu
tubuh. Menurut dokter dan para ahli kesehatan, tubuh membutuhkan air untuk
dikonsumsi sebanyak 2,5 liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya.
Apabila jumlah air yang dikonsumsi kurang dari jumlah ideal, tubuh akan
mengalami kekurangan cairan (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh mudah lemas,
capek dan mengalami gangguan kesehatan (Alamsyah, 2007).
2.7 Logam Mangan
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu-abu keputihan memiliki sifat
mirip dengan besi (Fe), merupakan logam keras, mudah retak, serta mudah
teroksidasi. Mangan (Mn) termaksud unsur terbesar yang terkandung dalam kerak
bumi. Sumber Mangan dapat diperoleh di dalam biji-bijian, beras, dan gandum
asam. Mangan (Mn) banyak digunakan pada berbagai alloy. Mangan (Mn)
digunakan sebagai bahan campuran logam karena Mangan (Mn) bisa
menghasilkan logam sehingga mudah dibentuk, meningkatkan kualitas kekuatan
logam, kekerasan, dan ketahanan. Sekitar 90% Mangan (Mn) di dunia digunakan
dengan tujuan metalurgi, yaitu untuk produksi besi-baja, sedangkan penggunaan
Mangan (Mn) untuk tujuan nonmetalurgi antara lain digunakan untuk membuat
baterai kering, keramik, gelas, dan bahan kimia (Widowati, 2008).
2.7.1 Tingkat Pencemarannya
Mangan (Mn) termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi.
Sumber mangan (Mn) paling utama adalah pirolusit (MnO2), psilomelan, dan
rodokrosit (MnCO3). Dan merupakan unsur yang sangat besar di dalam tanah,
dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Mineral Mangan (Mn) tersebar secara
luas, sebagian besar berupa oksida, silikat, dan karbonat. Sumber Mangan (Mn)
terbesar ditemukan di dasar laut, yaitu sekitar 24% bersama unsur lain.
Kadar Mangan (Mn) dilingkungan meningkat sejalan dengan
meningkatnya aktivitas manusia dan industri, yaitu berasal dari pembakaran bahan
bakar. Mangan (Mn) yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk ke
lingkungan air, tanah, udara, dan makanan (Widowati, 2008).
2.7.2 Efek Toksik Logam Mangan
Mangan (Mn) dalam dosis tinggi bersifat toksik. Paparan Mangan(Mn)
dalam debu atau asap maupun gas tidak boleh melebihi 5 mg/m3 karena hal itu
akan menimbulkan toksisitas. Paparan Mangan (Mn) lewat inhalasi pada hewan
Mangan (Mn) menunjukkan toksisitas yang rendah dibandingkan unsur mikro lain
sehingga sangat sedikit dilaporkan kasus toksisitas Mangan (Mn) peroral pada
manusia.
Kelebihan Mangan (Mn) dapat terjadi bila lingkungan terkontaminasi oleh
Mangan (Mn). Pekerja tambang yang mengisap Mangan (Mn) yang ada pada debu
tambang untuk jangka waktu lama, akan menunjukkan gejala-gejala kelainan otak
disertai penampilan dan tingkah laku abnormal (Widowati, 2008).
Selain itu endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada
bahan/benda-benda yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa
pada minum. Unsur ini bersifat toksis pada alat pernapasan. Konsentrasi Mangan
(Mn) yang lebih besar dari 0,4 mg/L, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada
minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian, dan
dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati.
Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan Permenkes RI. untuk
Mangan (Mn) ini adalah sebesar 0,4 mg/L adalah merupakan batas konsentrasi
maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno,2004).
2.8 Teori Umum Spektrofotometri
Spektrofotometer visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Dachriyanus,
2004)
Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm,
tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya. Sinar putih
mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak.
Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) dapat dipilih dari
sinar putih (sebagai contoh dengan alat prisma). Disebutkan juga warna
komplementer, yang mempunyai makna sebagai berikut: jika salah satu
komponen warna putih dihilangkan (biasanya dengan absorbsi) maka sinar yang
dihasilkan akan nampak sebagai komplemen warna yang diserap tadi. Jadi jika
warna biru (450 sampai 480 nm) dihilangkan dari sinar putih tersebut (atau warna
biru diabsorbsi) maka radiasi yang dihasilkan adalah warna kuning (Rohman,
2007).
Table 2.1Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak
Panjang gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati/warna komplementer
400 – 435 nm Ungu (lembayung) Hijau kekuningan
450 – 480 nm Biru Kuning
480 – 490 nm Biru kehijauan Orange
490 – 500 nm Hijau kebiruan Merah
500 – 560 nm Hijau Merah anggur
560 – 580 nm Hijau kekuningan Ungu (lembayung)
580 – 595 nm Kuning Biru
595 – 610 nm Orange Biru kekuningan
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Penentuan kadar Mangan (Mn) dilakukan pada bulan februari 2014 di
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Limau Manis, bagian Instalasi
Pengolahan Air (IPA) di laboratorium Pengendalian Mutu yang bertempat di
Tanjung Morawa.
3.2 Sampel
Air baku (air yang belum di olah) dan air reservoir (air yang telah di olah)
dari air permukaan sungai Blumai yang melintasi kecamatan Tanjung Morawa.
3.3 ALAT
a. Spektrofotometer DR 2800
b. Kuvet 10 ml
c. Bola karet
d. Pipet 10 ml
e. Tissue
3.4 Bahan
a. Ascorbic acid
b. PAN indicator solution
c. Alkaline cyanide reagent solution
e. Sampel air intake
f. Aquades
3.5 Prosedur Penentuan Mangan
a. Tekan power pada DR 2800
b. Tekan hach program 290, tekan start
c. Isi botol sampel pertama (blanko) dan kedua (sampel) dengan 10 ml
sampel air
d. Tambahkan masing-masing 1 pillow ascorbic acid kedalam botol sampel
pertama dan botol sampel kedua, aduk hingga larut
e. Tambahkan masing-masing 15 tetes alkaline cyanide reagent solution
kedalam botol sampel pertama dan botol sampel kedua, aduk hingga larut
f. Tambahkan masing-masing 21 tetes PAN indikator solution 0,1 %
kedalam botol sampel pertama dan botol sampel kedua, aduk hingga larut
g. Tekan “Timer dan Enter” tunggu selama 2 menit masa reaksi
h. Masukkan botol blanko pada dudukan cell, tutup
i. Tekan “zero”, pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l
j. Masukkan botol sampel pada dudukan cell, tutup
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan kadar Mangan (Mn) pada sampel air baku dan air
reservoir yang di olah dari air permukaan Sungai Blumai di Laboratorium PDAM
Tirtanadi Limau Manis pada tanggal 04 Februari 2014 dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan sampel Air Baku dan Air Reservoir di Laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis.
No. Tanggal pemeriksaan Kadar Mangan (Mn) yang diperoleh Air Baku Air Reservoir 1 04 Februari 2014 0,057 mg/L 0,002 mg/L
4.2 Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh dari pengujian air reservoir, didapat
kadar Mangan (Mn) pada bulan Februari adalah 0,002 mg/L. Menurut DepKes RI
No. 492/ MenKes/ Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010, kadar Mangan (Mn) yang
ditetapkan untuk air minum adalah 0,4 mg/L.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kadar Mangan (Mn) dari air
reservoir memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum dan air bersih
karena kadar yang diperoleh tidak melebihi dari batas kadar maksimum yang
ditetapkan.
Jika air tidak mengalami proses pengolahan maka kadar Mangan (Mn)
dalam air sangat tinggi yang apabila dikonsumsi akan menimbulkan toksik dalam
air baku, pada bulan Februari adalah 0,057 mg/L. Konsentrasi Mangan (Mn)
dalam air baku lebih tinggi dibandingkan dalam air reservoir. Hal ini di sebabkan
karena pada air reservoir telah melewati proses pengolahan air dari mulai proses
pengendapan, proses penjernihan, proses desinfektan, dan telah disaring pada
filter yang kemudian ditempatkan pada bak penyimpanan air bersih sehingga
kadar yang diperoleh dapat memenuhi syarat dan layak untuk digunakan.
Konsentrasi kadar Mangan (Mn) pada air minum yang lebih besar dari 0,4
mg/L, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan endapan mangan
akan meninggalkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian yang berwarna
putih, dan dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan akan menunjukkan
gejala-gejala kelainan otak disentri penampilan dan tingkah laku abnormal (Sutrisno,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan
Mangan (Mn) air reservoir tidak melebihi dari persyaratan yang telah di
tetapkan oleh Permenkes RI No.492/Menkes/Per/2010 tentang Persyaratan
kualitas Air Minum, dimana kadar maksimum yang diijinkan pada
Mangan (Mn) adalah 0,4 mg/l.
- Kadar Mangan (Mn) dari hasil pemeriksaan air baku dan air reservoir di
PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis dalah 0,057 mg/L dan 0,002 mg/L.
5.2 Saran
- Diharapkan kepada pihak PDAM Tirtanadi IPA Limau Manis agar tetap
menjaga kualitas air yang di distribusikan pada setiap konsumen dan
meningkatkan kualitas air yang di produksi.
- Diharapkan kepada pihak laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Limau
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S. (2007). Merakit Sendiri Alat Penjernih Air untuk Rumah Tangga. Penerbit: Kawan Pustaka, Jakarta. Halaman 1, 3, 6-10, 14-15.
Dachriyanus.(2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Penerbit: Andalas University Press, Padang. Halaman 1.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Penerbit:Universitas Indonesia, Jakarta. Halaman 28-29.
Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Penerbit: Hipokrates, Jakarta. Halaman79, 88, 92.
Gypsona Group. (1983). Penyaringan Air Minum Secara Sederhana Di Pedesaan. Penerbit: PN Balai Pustaka, Jakarta. Halaman 9.
Kusnaedi. (1995). Mengolah Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta. Halaman 3-4.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno, T. C., dan Suciastuti, E. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. Halaman1-2, 15-19, 38, 52-60.
Suriawiria, U. (2005). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit: PT. ALUMNI, Bandung. Halaman 80-86.
Tersiawan, M. (1996). Pengelolahan Air Bersih Dengan Saringan Pasir. Penerbit: PT. Balai Pustaka, Jakarta. Halaman 1.
LAMPIRAN I
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010Tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1 ) E. Coli Jumlah per 100
ml sampel
0
2 ) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel
5 ) Rasa Tidak berasa
6 ) Suhu 0C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1 ) Aluminium mg / l 0,2
2 ) Besi mg / l 0,3
3 ) Kesadahan mg / l 500
4 ) Khlorida mg / l 250
5 ) Mangan mg / l 0,4
6 ) Ph 6,5 – 8,5
7 ) Seng mg / l 3
8 ) Sulfat mg / l 250
9 ) Tembaga mg / l 2
LAMPIRAN II