• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Zat Pemutih Klorin Pada Ikan Asin Yang Beredar Di Pasar Durian Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Zat Pemutih Klorin Pada Ikan Asin Yang Beredar Di Pasar Durian Medan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ZAT PEMUTIH KLORIN PADA IKAN ASIN

YANG BEREDAR DI PASAR DURIAN MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

RIZKI AULIA KINANTI NASUTION

NIM 122410016

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “IDENTIFIKASI ZAT PEMUTIH KLORIN PADA IKAN ASIN YANG BEREDAR DI PASAR DURIAN MEDAN”.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Popi Patilaya, S.Si. M.Sc., Apt., selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(4)

iv

5. Ibu Dra. Hj. Ernawati, Apt., selaku Koordinator Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL.

6. Rekan - rekan Mahasiswa Program Studi Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih khususnya penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta Chairul Bahri Nasution dan Ibunda tercinta Khairani Nasution yang telah mendukung penulis serta seluruh keluarga yang telah memberikan restu dan motivasi hingga Tugas Akhir ini selesai.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari susunan, bahasa maupun isi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritikan yang bersifat membangun, guna untuk kesempurnaan penulis pada masa yang akan datang

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2015 Penulis

(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Industri Pangan ... 3

2.2 Pengolahan Ikan ... 7

2.3 Klorin ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1 Alat ... 16

3.2 Bahan ... 16

3.3 Prosedur Percobaan ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 17

(6)

vi

5.1 Kesimpulan ... 18 5.2 Saran ... 18 DAFTAR PUSTAKA ... 19

(7)

vii

IDENTIFIKASI ZAT PEMUTIH KLORIN PADA IKAN ASIN YANG BEREDAR DI PASAR DURIAN MEDAN

Abstrak

Ikan asin di Indonesia pada umumnya diproduksi dengan cara tradisional. Untuk mengurangi ketergantungan pada sinar matahari, pengolah ikan asin menggunakan bahan kimia sebagai pengawet. Sebagian besar pengolah menganggap bahwa harga bahan kimia adalah murah, pengolah ikan asin menganggap bahwa sebagian besar konsumen mengetahui besar konsumen tidak bersedia membeli ikan asin jika mereka tahu mengandung bahan pengawetan kimia.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengidentifikasi tentang penggunaan bahan kimia berbahaya yaitu klorin dalam pengolahan ikan asin yang beredar di Pasar Durian Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Bagian Toksikologi. Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan melihat perubahan warna yang terjadi yaitu warna biru, dengan penambahan larutan KI 10% +HCl 2N+ Indikator amilum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 sampel yang diuji diperoleh hasil 2 sampel positif mengandung klorin dan 2 sampel negative tidak mengandung klorin. Dengan melihat dari warna yang terjadi, hasil positif jika warna biru dan negatif jika warna tidak berubah/tetap.

(8)

vii

IDENTIFIKASI ZAT PEMUTIH KLORIN PADA IKAN ASIN YANG BEREDAR DI PASAR DURIAN MEDAN

Abstrak

Ikan asin di Indonesia pada umumnya diproduksi dengan cara tradisional. Untuk mengurangi ketergantungan pada sinar matahari, pengolah ikan asin menggunakan bahan kimia sebagai pengawet. Sebagian besar pengolah menganggap bahwa harga bahan kimia adalah murah, pengolah ikan asin menganggap bahwa sebagian besar konsumen mengetahui besar konsumen tidak bersedia membeli ikan asin jika mereka tahu mengandung bahan pengawetan kimia.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengidentifikasi tentang penggunaan bahan kimia berbahaya yaitu klorin dalam pengolahan ikan asin yang beredar di Pasar Durian Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Bagian Toksikologi. Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan melihat perubahan warna yang terjadi yaitu warna biru, dengan penambahan larutan KI 10% +HCl 2N+ Indikator amilum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 sampel yang diuji diperoleh hasil 2 sampel positif mengandung klorin dan 2 sampel negative tidak mengandung klorin. Dengan melihat dari warna yang terjadi, hasil positif jika warna biru dan negatif jika warna tidak berubah/tetap.

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang di awetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini ikan asin yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan pada suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan walaupun biasanya ditutup rapat-rapat (Arisman, 2009).

Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan dan mencegah agar ikan tidak menjadi membusuk, masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup seperti setiap harinya. Terutama dimusim hujan dimana awan mendung seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang busuk, warnanya kusam dan penjual tidak mau rugi dan melakukan cara yang merugikan masyarakat dengan menambahkan pemutih klorin pada ikan asin supaya ikan nampaknya putih bersih dan dapat menarik perhatian para konsumen. Padahal mereka tahu kalau klorin ini biasanya dipakai untuk desinfektan air, pemutih pakaian dan lain sebagainya (Arisman, 2009).

(10)

2

selaput lendir hidung, selaput lendir tenggorokan, tali suara dan paru-paru (Arisman, 2009).

1.2Tujuan percobaan

Untuk mengetahui apakah ikan asin yang beredar di Pasar Durian Medan mengandung pemutih klorin atau tidak

1.3 Manfaat percobaan

- Untuk menambah wawasan penulis tentang identifikasi pemutih klorin. - Sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar lebih teliti dan

berhati-hati dalam membeli ikan asin dan tidak terkecoh dengan harga yang lebih murah namun lebih berorientasi lagi pada isi dari bahan pangan yang akan dikonsumsi.

(11)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri pangan

Di tahun 1993, WHO melaporkan bahwa sekitar 70% kasus diare yang terjadi di Negara berkembang disebabkan oleh makanan yang telah tercemar. Pencemaran ini sebagian besar berasal dari industri boga dan rumah makan. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat, 20% kasus terjadi di rumah makan, dan 3% ditemukan di industri pangan. Sementara di Eropa, sumber kontaminasi terbesar justru berasal dari rumah (46%), restoran/hotel (15%), jamuan makan (8%), fasilitas kesehatan dan kantin (masing-masing (6%), dan sekolah (5%) (Arisman, 2009).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga

(12)

4

menggunakan zat aditif kimia (1%); (14) sumber bahan makanan yang memang tidak aman (1%) (Arisman, 2009).

Pangan yang dikonsumsi manusia sehari-hari pada umumnya memerlukan pengolahan. Pada pengolahan seringkali ditambahkan bahan tambahan pangan yang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu, lebih menarik dengan rasa enak, rupa, dan konsistensinya yang baik, mencegah rusaknya pangan, dan untuk meningkatkan atau memperbaiki penampakan agar pangan tersebut lebih disukai konsumen (Cahyadi, 2009).

Pada dasarnya, racun ini mampu merusak semua organ tubuh manusia, tetapi yang paling sering terganggu adalah saluran cerna dan sistem saraf. Gangguan saluran cerna bermanifestasi sebagai sakit perut, rasa mual, muntah, dan terkadang disertai diare. Sementara itu, gangguan sistem saraf timbul sebagai rasa lemah, gatal, kesemutan (parestesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan. Gejala yang timbul dapat ringan, tetapi tidak jarang parah. Keracunan ringan biasanya lenyap dengan sendirinya dalam beberapa jam, sekalipun tidak diobati. Sementara itu, keracunan berat baru akan mereda setelah beberapa hari, minggu, atau bulan. Keadaan yang terakhir ini bahkan sering kali meninggalkan gejala sisa, seperti kanker, kebutaan congenital (pada bayi dengan ibu yang menelan zat toksik sewaktu hamil), arthritis reaktif, dan meningitis (Arisman, 2009).

(13)

5

keluarga. Tanggung jawab untuk menyiapkan makanan ini tidak jarang dialihkan pada orang lain (bahkan orang yang tinggalnya berdekatan), sayangnya orang tersebut biasanya tidak begitu paham cara mengolah makanan dengan benar (Arisman, 2009).

Ikan asin yang di putihkan dengan pemutih klorin berpotensi mengundang sejumlah masalah kesehatan. Meski klorin mampu membunuh sebagian besar bakteri merugikan, namun penggunaannya harus benar-benar mengacu pada kaidah yang berlaku. Hasil riset menerangkan bahwa klorin berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, anemia, tekanan darah tinggi, dan kanker (Wahyu, 2005).

Perubahan gaya hidup (termasuk status sosial) berarti pula bahwa orang yang memilih hidup sendiri dan memilih makanan siap sajipun semakin banyak. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan makanan sendiri, oleh sebab itu kebiasaan makanan di luar rumah kini semakin banyak menjadi bagian dari gaya hidup. Sama seperti keracunan yang disebabkan oleh penyebab lain, keracunan karena hewan laut baru akan terjadi bila orang menyantap hewan yang mengandung racun, tak peduli apakah racun tersebut terdapat secara alami, terbentuk oleh kegiatan jasad renik tertentu, atau akumulasi dari zat pencemar disekitarnya (air laut). Centers For Disease Control and

Prevention melaporkan berbagai faktor yang berpengaruh dalam keracunan hewan

(14)

6

Masalah global yang berkaitan dengan keracunan tersebut adalah di daerah pekerja medis yang kerap tidak mengenali kasus keracunan makanan dan tidak mengetahui pentingnya pelaporan, serta gambaran epidemologi yang sama akibat pelaporan sebelumnya yang tidak lengkap (under reporting) (Arisman, 2009).

Di tempat penangkapan ikan, bahkan di Negara sekelas AS pun sekitar 20% ikan yang disantap berasal dari hasil tangkapan di luar kendali pejabat kesehatan masyarakat. Zat beracun ditubuh ikan terakumulasi di dalam jaringan/organ tertentu. Berdasarkan jaringan atau organ yang mengandung racun, ikan dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : jenis ichtyosarcotoxic (racun terkonsentrasi di dalam otot, kulit, hati, usus, dan jaringan lain termasuk zat lendir pada tubuh ikan, kecuali gonad), ichtyootoxic (racun terkumpul di gonad: ovarium, testis, dan ovum) dan ichtyohemotoxic (racun terkandung di dalam darah) (Arisman, 2009).

Meski larangan penggunaan beberapa BTP tertentu sudah jelas, penyalahgunaan BTP tersebut tetap saja ada. Bukan hanya pedagang kecil atau industri rumah tangga yang menyalahgunakan BTP berbahaya. Para pedagang besar pun banyak yang dengan sengaja memakai BTP berbahaya karena alasan biaya. Pemerintah melalui badan POM (BPOM) kerap melakukan pemeriksaan secara acak di lapangan terhadap produk pangan industri rumah tangga karena produk seperti ini tidak terdaftar di BPOM sebelum diedarkan seperti halnya produk industri berskala besar (Wahyu, 2005).

(15)

7

pendinginan. Keterlambatan dalam pemindahan ikan dari jaring long-line (metode penangkapan) dapat memendekkan waktu yang tersisa untuk segera didinginkan, selain membiarkan daging ikan memanas. Begitu membeku sebisa mungkin diusahakan agar ikan bersuhu dingin dipertahankan tetap beku (atau mendekati titik beku) hingga siap disantap. Ikan pembentuk scombrotoxin yang tak beku mempunyai batas waktu penyimpanan yang aman (safe shelf-life: hitungan hari sebelum terbentuk histamin) 5-7 hari jika produk disimpan pada temperatur 4,40C. keterpaparan di atas suhu ini memendekkan batas aman yang diperkirakan. Atas dasar tersebut, ikan yang belum pernah didinginkan stelah dijaring (atau dipancing dengan metode long line) jangan diletakkan pada lingkungan bersuhu di atas 4,40C selama 4 jam (Arisman, 2009).

2.2 Pengolahan ikan

(16)

8

Toksikologi makanan adalah ilmu yang mempelajari sifat, sumber, dan pembentukan zat beracun di dalam makanan, mencakup mekanisme, manifestasi daya rusak, dan batas aman bagi zat toksik (racun) tersebut. Suatu zat (substansi) dianggap beracun jika zat tersebut memiliki kemampuan merusak sel atau jaringan melalui mekanisme, selain trauma fisik. Toksikologi makanan memang menjadi sebagian kajian dalam ilmu gizi. Sementara itu keracunan makanan sendiri berarti penyakit yang terjadi setelah menyantap makanan mengandung racun yang dapat berasal dari jamur, kerang, pestisida, susu, bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan, dan bakteri (Arisman, 2009).

Proses pengawetan makanan memiliki berbagai macam cara yaitu: - Pendinginan

Memperlambat pertumbuhan mikroba yang ada di dalam makanan. - Pembekuan

Udara yang beku mampu untuk mereduksi air yang terdapat dalam makanan. - Pengeringan

Mereduksi air sekaligus mencegah pertumbuhan mikrobial dalam makanan. - Vakum

Tingkat oksigen yang rendah dapat mencegah dan memperlambat mikroba yang tumbuh karena adanya oksigen.

- Pengepakan dengan karbondioksida yang telah dimodifikasi

(17)

9 - Tambahan Asam (Acid)

Mereduksi nilai pH (derajat keasaman) dan sekaligus mencegah penambahan asam lain.

- Fermentasi Laktat (Lactic)

Mereduksi nilai pH dan sekaligus mencegah penambahan asam yang lain dan mencegah asam asetat.

- Proses penggulaan

Memasak dengan konsentrasi gula yang tinggi untuk menekan mikrobial yang masih hidup.

- Proses Etanol

Proses memasak makanan dengan menggunakan etanol yang biasa dikombinasikan dengan gula untuk mematikan mikrobial yang masih hidup.

- Emulsifikasi

Pemisahan dan membatasi nutrisi dengan air (Wahyu, 2005).

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 722 tahun 1988 telah menetapkan 26 bahan tambahan pangan (BTP) kategori pengawet yang aman dikonsumsi. Pada lampiran II peraturan tersebut juga ditetapkan BTP yang dilarang digunakan, dan beberapa pengawet masuk kedalamnya misalnya, asam borat dan formalin (Wahyu, 2005).

(18)

10

tambahan perlu diatur, baik jenis maupun jumlahnya yang digunakan pada pengolahan pangan. Hanya bahan yang telah diuji keamanannya yang diizinkan untuk digunakan, dan mutunya harus memenuhi standar yang ditetapkan. Selanjutnya jumlahnya harus sesuai dengan cara produksi yang baik (CPMB: cara pengolahan makanan yang baik) atau sesuai dengan maksud penggunaannya. Untuk bahan-bahan tertentu, penggunaannya tidak boleh melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan (Cahyadi, 2009).

2.3 Klorin

Pemutih merupakan bahan tambahan pangan yang seringkali digunakan pada ikan asin dan produk olahan lainnya, dengan maksud karakteristik warna putih yang merupakan ciri khas ikan asin yang bermutu baik, begitu halnya dimaksudkan untuk memperbaiki mutu selama proses pengolahannya. Pemutih pada tepung juga banyak digunakan untuk mengelabui para konsumen. Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan dapat berubah menjadi warna kuning kecoklatan. Perubahan tersebut sering menimbulkan sifat organoleptik warna dan penampakan yang tidak diinginkan, baik selama proses penyimpanan maupun selama proses pembuatan produk pangan sehingga mengurangi mutu produk tersebut (Cahyadi, 2009).

(19)

11

langsung bersenyawa dan reaksinya besar sekali. Klorin merupakan bahan penting dalam industry tetapi harus diperhatikan pula bahaya-bahayanya, karena klorin bersifat racun/toksik terutama bila terhisap pernafasan. Klorin yang mudah di kenal karena baunya yang khas, bersifat merangsang (iritasi) terhadap selaput lendir tenggorokan, tali suara, dan paru-paru penghisapan klorin dalam konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan gelembung-gelembung air pada paru-paru (PulmonaryEdema) (Cahyadi, 2009).

Klorin merupakan bahan yang penting dalam industri tetapi harus diperhatikan bahaya-bahayanya karena bersifat racun terutama terhisap melalui pernafasan. Namun walaupun begitu gasnya mudah untuk di kenali karena baunya sangat khas dan bersifat merangsang, pengaruh rangsangan dari gas ini terutama menyerang saluran pernafasan sebelah atas dan tali suara yang mengakibatkan suara menjadi parah bahkan suara menjadi hilang (Cahyadi, 2009).

Banyak sekali kondisi atau faktor yang memengaruhi insiden keracunan makanan. Faktor-faktor tersebut adalah industrialisasi, urbanisasi, perubahan gaya hidup, populasi yang padat, perdagangan bebas, higiene lingkungan yang buruk, kemiskinan dan ketiadaan fasilitas menyiapkan makanan. Selain itu keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan secara alami telah mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil racun (Arisman, 2009).

(20)

12

nafas terasa sakit dan sukar untuk bernafas, waktu bernafas terdengar suara desing seperti penderita asma (Cahyadi, 2009).

Gangguan pada saluran pernafasan yaitu menimbulkan iritasi pada membrane mukosa dan sering bermanifestasi sebagai beberapa keluhan saluran nafas. Keluhan terdiri dari rhinorrhoe, batuk berat, nafas pendek, sesak nafas, sakit dada, dada terasa terhimpit, rasa tercekik, rasa terbakar pada tenggorokan dan daerah subternal. Dengan konsentrasi yang lebih tinggi timbul sputum berbusa, gelisah, gangguan pernafasan yang berat, cyanosis sentra suara kasar dengan demam ringan (Cahyadi, 2009).

Beberapa gas yang dapat digunakan untuk mengoksidasi menunjukkan kemampuan memucatkan yang berbeda-beda dan secara umum dapat memperbaiki mutu yang diperlukan. Perlakuan dengan klorin dioksida sedikit memperbaiki warna. Gas klorin kadang-kadang diberi tambahan sedikit nitrosil klorida, digunakan untuk memucatkan dan memperbaiki sifat bahan yang dipakai. Asam hidroklorida yang terbentuk dari reaksi oksida klorin, menyebabkan sedikit penurunan pH yang memperbaiki mutu. Nitrogen petroksida (N2O4) dan oksida nitrogen lainnya tidak begitu baik untuk pemucatan (Cahyadi, 2009).

(21)

13

mutu terutama sebagai pendapar sehinnga pH sedikit lebih rendah daripada pH normal. Penambahan garam fosfat penting jika air yang digunakan bersifat alkalis (Cahyadi, 2009).

Efek yang dikehendaki dari zat dapat ditentukan, baik dengan toksikologi maupun epidemiologi. Perbedaannya, dalam toksikologi, efek itu ditentukan dengan menyuntikkan atau memberi makan hewan dengan zat yang efeknya akan diteliti dan kesehatan hewannya kemudian diamati. Sebaliknya, dalam epidemiologi terlebih dahulu dilakukan penelitian mengenai sejarah kesehatan sekelompok orang. Selanjutnya, dilakukan usaha untuk mengaitkan perbedaan jumlah antara kasus akibat paparan zat tertentu. Data toksikologi suatu zat paling mudah ditentukan dengan menentukan toksisitas akutnya, yang ditandai dengan kenaikan gejala penyakit secara tiba-tiba, termasuk dalam kasus ekstrim kematian setelah diberikan zat dalam jumlah tertentu (Ismunandar, 2007).

(22)

14

menjadi chloracne. Namun, senyawa ini sekaligus dapat mengakibatkan penyakit kulit kronis secara berangsur dapat berujung pada kanker (Cahyadi, 2009).

Untuk ikan yang tidak mengandung metilmerkurium jelas sangat baik untuk gizi. Untuk itu di berikan anjuran batas-batas konsumsi ikan pada berbagai konsentrasi metilmerkurium yang dikandungnya. Untuk ikan dengan kadar metilmerkurium di atas 1,9 ppm memang berbahaya bila dikonsumsi (Ismunandar, 2007).

Setiap tahun jumlah besar klorin diproduksi dari garam yang digunakan

dalam memurnikan pasokan air minum kota dan menjernihkan air. Klorin adalah

oksidator kuat, dan fungsinya dalam pemurnian air untuk membunuh bakteri. Hal

ini dilakukan dengan mengoksidasi bakteri dan menyebabkan kematian mereka..

Pemutih klorin biasa seperti Clorox terdiri dari larutan encer natrium hipoklorit,

NaClO. Ion hipoklorit adalah agen oksidasi yang kuat dan melakukan tindakan

pemutihan dengan merusak pewarna dan bahan berwarna lainnya. Dalam industri

kertas dan pengolahan kapas, fungsi pemutihan ini telah dicapai dengan

menggunakan klorin secara langsung. Saat ini, industri bergerak dari masalah

lingkungan. Dikhawatirkan bahwa produk dari klorin dengan zat organik

mungkin beracun, dan pada kenyataannya, banyak insektisida terkenal adalah

klorin yang mengandung senyawa. Klorin yang mengandung senyawa organik

meniru perilaku hormon estrogen. "Klorin" pemutih, NaClO (aq), menghancurkan

(23)

15 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat

Identifikasi zat pemutih klorin pada ikan asin yang beredar di pasar Durian Medan, dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Jl. Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah beaker glass, buret, Erlenmeyer, gelas ukur dan tabung reaksi.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah HCl 25%, Indikator amilum, KJ 10% dan Na2SO4 0,01 N.

3.4 Prosedur percobaan a. Uji kualitatif :

- Sampel sebanyak 1 g masukkan ke dalam Erlenmeyer tambahkan 10 ml aquades, kocok.

- Larutan masukkan ke dalam tabung reaksi + larutan KI 10% + HCl 2N + Indikator amilum, menghasilkan warna biru

(24)

16 b. Penetapan kadar

- Timbang sampel yang sebelumnya sudah dihaluskan 10 g masukkan ke dalam Erlenmeyer + 50 mi aquades dan 5 ml KI 10% dan 5 ml HCl 25% dan 1 ml indikator amilum.

- Titrasi dengan larytan Na2SO4 0,01 N sampai biru tepat hilang - Lakukan titrasi blanko (V1 - V2)

Kadar Klorin (%) = (V1 - V2) x N (I2) x 35 (BM Cl) X 100 % Berat Sampel (mg)

(25)

17 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dari 4 sampel yang diuji diperoleh hasil 2 sampel positif mengandung klorin dan 2 sampel negatif tidak mengandung klorin.

Sampel yang positif mengandung klorin yaitu: ikan teri nasi dan ikan asin kepala belah. Ditandai dengan ciri putih mengkilap, agak kesat, berbau kimia, dan tidak dihinggapi lalat.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pemeriksaan pemutih klorin pada ikan asin ada 2 sampel positif mengandung pemutih klorin dan 2 sampel negatif tidak mengandung klorin.

Hal ini menunjukkan ikan asin yang beredar di Pasar Durian kota Medan tidak layak untuk dikonsumsi, khususnya ikan asin yang berciri-ciri: putih mengkilap, agak kesat dan berbau bahan kimia.

(26)

18 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan pemutih klorin pada ikan asin yang dijual di Pasar Durian kota Medan dari 4 sampel yang diambil secara acak ditemukan 2 sampel yang positif mengandung pemutih klorin yaitu: ikan teri nasi dan ikan asin kepala belah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan warna yang terjadi yang menunjukkan terbentuknya warna biru pada sampel.

5.2 Saran

- Kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih ikan asin untuk dikonsumsi yaitu dengan memperhatikan ciri-ciri fisik ikan asin. Ikan asin yang mengandung pemutih klorin warnamya sangat putih mengkilap dan jika dicium berbau bahan kimia.

- Kepada Badan POM perlu mengadakan pemantauan dan pengawasan terhadap ikan asin yang dijual di pasaran supaya tidak mengandung pemutih klorin

(27)

19

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 1 – 37.

Brady, J.E. (2000). Chemistry Matter and Its Changes. USA: John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved. Halaman 195

Cahyadi, W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 207 – 210.

Ismunandar, (2007). Kimia Populer. Bandung: ITB. Halaman 5 – 15.

Referensi

Dokumen terkait

Create merupakan salah satu submenu dari Sketch dimana berisi tools untuk membuat bentuk garis ataupun objek dalam membuat sebuah Sketch.. Berdasarkan tujuan

3) Menghasilkan perangkat lunak yang bekerja secara rutin, dari jangka waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, dengan preferensi kepada jangka waktu yang

Kemudian, penelitian tentang pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan dampak bencana alam juga telah dilakukan oleh Kusumaningrum (2014) dengan hasil yang diperoleh bahwa

Sesuai dengan paparan data penelitian mengenai eksistensi MTs Mambaus Sholihin yang sudah diakui di kalangan masyarakat luas dan dasar penggunaan cadar dalam kegiatan

t Kecemasan / ketakutan berhubungan dengan :  Pengalaman pembedahan  Perubahan status kesehatan  Krisis situasi  Berada di lingkungan yang baru Data Subyektif 

Kondisi struktur organisasi perangkat kerja daerah di Kabupaten Natuna sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, mulai dari Bidang hingga Sub Bidang sudah

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak

Outside the two-kilometer campus of the Peshawar University, broadcast of the station could be heard in 30 km radius, to help knowing where the off-campus community stands