• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status

Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan

SKRIPSI

Oleh Zal Fitriyah

091121037

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah

dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita

di Posyandu Titi Papan ”.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi

ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU

2. Ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns. sebagai dosen pembimbing I skripsi yang

telah banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi

saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah

banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi

saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi

(4)

5. Kedua orangtua saya Papa Hendri Tanjung dan Mama Samlah Panggabean

yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus dan selalu

memotivasi serta mendo’akan saya.

6. Terimakasih juga kepada kakak dan adik-adik saya, K’devi, Imam dan Oki

atas support dan semangat yang selalu diberikan.

7. Terimakasih juga kepada sahabat tersayang Fahri atas bantuan, motivasi

serta do’anya.

8. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman

seperjuangan Amel, Wiwiq. Dika, Heni, Fiza, Ijah dan semuanya yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

Kiranya Tuhanlah yang yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak

yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan

skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Kata Pengantar. ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1 Peran Serta Kader Posyandu ... 6

2.1.1 Pengertian Peran. ... 6

2.1.2 Pengertian Kader Posyandu ... 9

2.1.3 Posyandu ... 10

2.1.4 Peran Kader Posyandu ... 12

2.2 Upaya peningkatan Status Gizi Balita ... 15

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 21

3.1Kerangka Konsep ... 21

3.2Defenisi Operasional... 22

Bab 4. Metodologi Penelitian………... 23

4.1Desain Penelitian ... 23

4.2Populasi, Sampel ... 23

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

4.4Pertimbangan Etik ... 24

4.5Instrumen Penelitian ... 24

(6)

4.8Analisa Data ... 27

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29

5.1Hasil Penelitian ... 29

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 29

5.1.2 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan ... 31

5.1.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan ... 31

5.2Pembahasan ... 33

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 39

Daftar Pustaka ... 40

Lampiran-Lampiran 1. Inform Consent ... 41

2. Instrumen Penelitian ... 42

3. Surat Izin Pengambilan Data ... 43

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi peran serta kader posyandu

dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu

Kelurahan Titi Papan ……… 30

Tabel 5.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Kelurahan Titi Papan……….. 31 Tabel 5.3 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka penelitian peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu

(9)

Judul : Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan

Nama : Zal Fitriyah Nim : 091121037

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu dan menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22% balita dengan status gizi kurang dab buruk di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaiman peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penentuan jumlah sampel menggunakan tehnik total sampling dimana semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 80 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan adalah baik (52,5%), dimana peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu telah dilaksanakan oleh kader posyandu. Pada meja pendaftaran 91,3% telah dijalankan oleh kader, 85% pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, 96,3% penyuluhan manfaat posyandu dan pemberian makanan tambahan serta 33,8% penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan mengembangkan pelatihan kepada kader posyandu tentang penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader khususnya pada meja 4 dapat berjalan dengan efektif.

(10)

Judul : Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan

Nama : Zal Fitriyah Nim : 091121037

Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu dan menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22% balita dengan status gizi kurang dab buruk di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaiman peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penentuan jumlah sampel menggunakan tehnik total sampling dimana semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 80 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan adalah baik (52,5%), dimana peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu telah dilaksanakan oleh kader posyandu. Pada meja pendaftaran 91,3% telah dijalankan oleh kader, 85% pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, 96,3% penyuluhan manfaat posyandu dan pemberian makanan tambahan serta 33,8% penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan mengembangkan pelatihan kepada kader posyandu tentang penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader khususnya pada meja 4 dapat berjalan dengan efektif.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan

manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih

diarahkan pada upaya menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka

kelahiran, tergantung pada keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bentuk peran serta. Hal yang

perlu dilakukan adalah mengembangkan pengertian kesadaran, kemampuan dan

prakarsa masyarakat, yang berarti bahwa masyarakat berperan serta aktif dan

bertanggung jawab dalam pelaksanaan kesehatan (Depkes RI, 2000). Secara

operasional, ditingkat desa atau kelurahan, upaya untuk menurunkan angka

kematian bayi, balita dan angka kelahiran salah satunya dilakukan melalui

Posyandu.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan

masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan

memperoleh pelayanan kesehatan (BKKBN ,1999). Posyandu sebagai suatu

forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan

untuk masyarakat mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya

manusia sejak dini (DepKes RI, 1994). Posyandu yang merupakan kegiatan oleh

dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para

(12)

Posyandu pada masa orde baru, yang berfungsi sebagai pelayanan informasi

kesehatan ibu dan anak, dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka kematian

bayi di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka kematian bayi

pada tahun 2009 adalah 44/1000 angka kelahiran hidup. Pada awal tahun 1990,

peran dan fungsi posyandu sangat terlihat dan bergerak. Posyandu bukan sekedar

tempat menimbang berat badan balita, namun juga pelayanan gizi dan

pemeriksaan ibu hamil (Syafei, 2008).

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, sehingga

masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan

posyandu sebaik-baiknya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam

pemanfaatan posyandu (Syafei, 2008). Upaya meningkatkan peran serta

masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan. Peran serta kader dalam

upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna

mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak

bertambah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan revitalisasi

posyandu.

Dalam melaksanakan tugasnya, kader kesehatan sebelumnya akan diberikan

pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan peningkatan status

gizi balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun (Depkes,

2002). Pelatihan yang didapatkan oleh kader berhubungan dengan peran kader

sesuai dengan sistem 5 meja yang terdapat di dalam posyandu. Kader harus

(13)

2009). Namun, sering sekali pelatihan diberikan pada kader yang sama atau

dengan kata lain kader-kader yang sering mengikuti pelatihan yang selalu

diikutkan kembali dalam pelatihan, sehingga kader-kader lain tidak mendapat

kesempatan. Hal inilah yang memicu kurangnya peran serta kader setiap posyandu

diadakan. Kurangnya ilmu dan minimnya pengalaman adalah pemicu utama

kurang aktifnya peran kader kesehatan. (Lazuardi; Lutfan, 2008). Pemicu lainnya

adalah kesibukan para kader dalam urusan rumah tangganya (Syafei, 2008).

Kurangnya pemahaman dan keterampilan pelayanan, menyebabkan kader

kurang mandiri sehingga sangat tergantung pada petugas kesehatan dan

puskesmas (Syafei, 2008). Oleh karena itulah, pada saat posyandu dilaksanakan,

peran kader sering sekali tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal upaya

penanggulangan status gizi buruk memerlukan upaya yang tepat, cepat dan

menyeluruh.

Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22%

balita dengan status gizi kurang dan buruk di kelurahan Titi Papan Kecamatan

Medan Deli. Kelurahan Titi Papan pada tahun 2010 juga dijadikan sebagai

proyek NICE (Nutrition Improvement Through Community Emperowement) yaitu

perbaikan gizi melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik mengetahui bagaiman

peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di

(14)

2. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi bagaimana peran serta kader posyandu dalam upaya

peningkatan status gizi balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status

gizi balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan.

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

4.1 Praktek Keperawatan

Menjadi tolak ukur dalam pemberian pelatihan untuk meningkatkan

pengetahuan serta kemampuan dalam pelaksanaan posyandu.

4.2 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan pendidikan keperawatan dapat menciptakan lulusan yang

dapat bermanfaat dalam pelaksanaan posyandu dan memberikan

pelatihan bagi kader posyandu agar menjalankan perannya dengan

baik.

4.3 Penelitian Keperawatan

Memberikan informasi lanjutan bagi penelitian keperawatan tentang

(15)

4.4 Kader Posyandu

Dijadikan sebagai tolak ukur kontribusi kader posyandu dalam upaya

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Serta Kader Posyandu

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam

masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000).

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila

seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Yasyin,1999).

Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang

yang berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,

1984). Menurut Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh seseorang atau lembaga dalam suatu peristiwa.

Peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan

interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang

diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran,

tindakan atau respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan

dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya menunjuk pada posisi

seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada

seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar

(17)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah

suatu rangkaian tugas yang dilakukan seseorang berdasarkan kedudukannya di

dalam masyarakat.

Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian

mengenai faktor yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang

mempengaruhi perilaku. Dengan demikian peran dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya dan sarana fisik.

Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan

menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi

faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors),

dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor

internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang

mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai,

persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkunkan

berperilaku, tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan.

Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan

keterampilan, teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002).

Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai faktor dibawah ini terkait

dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut

meliputi :

1. Pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain

(18)

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara fidak langsung.

3. Umur

Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada

aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada

empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi,

ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhimya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang

(19)

obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat

mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhimya dapat pula

membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan

Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam

suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A, 2002) dalam

(Mubarak, dkk, 2007).

7. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, dkk, 2007).

2.1.2 Pengertian Kader Posyandu

Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang

berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat

dan untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003).

Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau

kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin

pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap warga

(20)

menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau

bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menajdi kader (Rahaju, 2005).

2.1.3 Posyandu

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan

kesehatan dan keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu

hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur).

Adapun tujuan posyandu adalah:

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant

Mortality Rate).

c. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera).

d. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

e. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.

Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih

menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan

pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal

dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan

(21)

Persyaratan menjadi kader posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat

membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan

tugas-tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai penghasilan sendiri dan

tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader yang dipilih adalah

orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial maupun pembangunan

desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat

calon kader lainnya.

dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi

seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca dan menulis,

merupakan penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari masyarakat

setempat dan diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering meninggalkan

tempat untuk waktu yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat

disamping mencari nafkah lain.

Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas

dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain,

sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat dimana

perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,

mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat

sekitarnya.

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang

ditentukan oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan

(22)

hadir sebanyak-banyaknya. Di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat

dengan sistem 5 meja, yaitu:

Meja I : Pendaftaran.

Meja II : Penimbangan

Meja III : Pengisian KMS

Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.

Meja V : Pelayanan KB & Kes, seperti: imunisasi, pemberian vitamin A,

pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan, dan konsultasi

KB.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader posyandu sedangkan Meja V

merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).

2.1.4 Peran Kader Posyandu

Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta

pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan

mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing

dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan (Heru, 1995).

Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui

berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan

kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat

dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya

(23)

kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan

selama ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005).

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya

kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan

kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik

menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI

(2000) ada dua peran kader yaitu:

1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:

a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)

b. Melaksanakan penimbangan bayi balita (pada meja II)

c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan (pada meja III)

d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV)

e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas

(pada meja V)

2. Peran kader di luar posyandu adalah:

a. Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.

b. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.

c. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan

yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,

pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air

bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan

(24)

Kader posyandu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun

mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem

kesehatan, karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para

pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman (WHO, 1995). Hal ini

bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik.

Kader posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan

masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya

kemauan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun

masyarakat. Seyogyanya para kader kesehatan posyandu itu selalu

mempertimbangkan tentang apa yang dapat diselesaikan di wilayah tersebut

dengan menggunakan sumber daya lokal milik masyarakat setempat, dan tentu

saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh masyarakat setempat pula

(Heru, 1995).

2.2 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita

Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan

hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan

bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus

kehidupan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk

mengetahui kesehatan anak.

Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan

komplit, pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang dan

(25)

peningkatan status gizi pada balita di posyandu dilaksanakan oleh kader posyandu

di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak puskesmas setempat. Upaya

peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui

sistem 5 meja dalam posyandu, yaitu:

1. Pendaftaran (Meja I)

Pada meja pendaftaran, peran kader adalah mencatat data balita yang datang

ke posyandu, yaitu nama balita, umur balita, dan nama orangtua balita. Buku

catatan ini akan memberikan gambaran kehadiran balita selama posyandu

dilaksanakan. Dari buku catatan kehadiran ini dapat diketahui balita yang aktif

dan yang tidak aktif mengikuti posyandu setiap bulannya. Jika balita kurang

aktif mengikuti posyandu, maka kader akan memberikan motivasi kepada ibu

balita agar rajin membawa balitanya setiap posyandu dilaksanakan.

2. Penimbangan ( Meja II)

Setelah dilakukan pendataan pada meja pendaftaran, kemudian balita akan

ditimbang oleh kader posyandu. Penimbangan berat badan merupakan kegiatan

rutin posyandu yang berfungsi memantau pertumbuhan balita yang dilakukan

setiap bulannya. Di dalam melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu

keterampilan tersendiri oleh petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara

benar sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi.

Keterampilan kader dalam melakukan penimbangan dapat dinilai berdasarkan

ketepatan dan ketelitiannya dalam melakukan penimbangan atau yang disebut

(26)

kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang

diperoleh penyelia (Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto 1990 dalam Supariasa,

2002).

Adapun tahapan dalam penimbangan balita di posyandu yaitu sebagai berikut:

1) Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga yang lain

2) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat

3) Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai

4) Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin

5) Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang

6) Melakukan penimbangan pada anak

7) Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser

8) Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS

9) Sebelum anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan

meletakkan batang dacin dalam tali pengaman.

3. Pencatatan (Meja III)

Pada meja pencatatan, peran kader posyandu adalah memindahkan hasil

penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan gambaran keadaan

balita,yaitu status gizi balita. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan

ditandai dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis

(27)

(T). Berdasarkan grafik ini, kader posyandu harus memperhatikan apakah balita

berada di garis merah, dibawah garis merah atau di atas garis merah. Hal ini

berguna untuk pemberian penyuluhan yang akan diberikan oleh kader posyandu

pada meja selanjutnya kepada ibu balita sesuai dengan kebutuhan balita pada saat

itu.

4. Penyuluhan (Meja IV)

Pada meja penyuluhan ini, kader posyandu memberikan informasi yang

penting kepada ibu balita. Informasi yang diberikan dapat berupa

masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan status gizi balita. Melalui konseling/ penyuluhan gizi, pengunjung

posyandu dengan bimbingan kader diharapkan dapat mengenali dan mengatasi

masalah gizi yang dihadapi dan terdorong untuk mencari dan memilih cara

pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi anatara lain:

a. Penyakit Kurang Energi Protein

Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga

tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi protein

ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata sayu,

(28)

b. Defisiensi Vitamin A

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh.

Sebagian besar vitamin A disimpan didalam hati. Sumber vitamin A (retinol)

terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim.

Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten

(misalnya beta-karotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi

vitamin A. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun

senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam

bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan

parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap.

Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan

meningkatkan kemungkinan terkena infeksi ( dr. Danu, 2009).

c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium

Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan

komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada banyak fungsi

tubuh dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon ). Kekurangan

zat yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan

tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar

gondok. Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang

(29)

d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi

Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang

atau kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe dapat didiagnosis berdasarkan

data klinik dan data laboratorium yang ditunjang oleh data konsumsi pangan.

Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga

selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku. Penderita terlihat badannya

lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah, serta sering menunjukkan

sesak nafas (Santoso, 1999).

Penyuluhan yang diberikan kader posyandu kepada ibu balita dilakukan

setelah mencatat hasil penimbangan di KMS. Kader posyandu akan

menanyakan kepada ibu balita yang balitanya berada di bawah atau tepat di

garis merah mengenai penyebab masalah gizi yang sedang dihadapi balita.

Penyebab masalah gizi pada balita yaitu anak tidak mau makan dan anak

sakit.Anak tidak mau makan disebabkan karena terlalu banyak ngemil,

makanan yang disajikan kurang menarik sehingga anak malas makan. Kader

posyandu bertugas memberikan informasi tentang cara mengatasi masalah

gizi balita, misalnya dengan meningkatkan asupan makanan balita,

memberikan anak makan dengan porsi kecil tapi sering, memperhatikan

kandungan gizi yang dikonsumsi oleh balita,mengimunisasi anak sesuai

jadwal yang telah diberikan, menjaga lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan

anak dari orang yang sakit, serta pemberian makanan tambahan yang juga

(30)

5. Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan

dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).

Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan

pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara

lain : pelayanan lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil

tambah darah, Vitamin A (Kader dapat membantu pemberiannya), kapsul

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka konsep

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Titi Papan.

Peran serta kader posyandu dalam penelitian ini mengacu kepada Petunjuk Kader

Posyandu Depkes RI (2000) yang membaginya kedalam 5 meja. Peran tersebut

adalah melaksanakan pendaftaran, melaksanakan penimbangan bayi balita,

melaksanakan pencatatan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan serta

pelayanan tenaga profesional meliputi KIA, KB, imunisasi dan pengobatan dan

pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat. Pada meja 5, pelayanan

kesehatan diberikan oleh petugas puskesmas setempat, sehingga dalam penelitian

ini peran kader yang diteliti hanya pada meja 1 sampai dengan meja 4. Keempat

peran tersebut terkait dengan peran serta kader dalam upaya peningkatan status

gizi balita. Keberhasilan upaya peningkatan status gizi tersebut akan bergantung

(32)

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur

Rangkaian tugas atau perilaku nyata kader di posyandu Kelurahan Titi Papan dalam peningkatan status gizi melalui pelaksanaan kegiatan meja 1− 4 di posyandu tempatnya bertugas yaitu:

1.Melaksanakan pendaftaran balita

2.Melaksanakan penimbangan balita dengan pola lima meja,

yaitu: status gizi balita

Peran Serta Kader

1. Kurang

2. Cukup

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran kader dalam upaya

peningkatan status gizi balita di posyandu Kelurahan Titi Papan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kader

posyandu di Kelurahan Titi Papan yang berjumlah 80 orang yang terbagi didalam

16 posyandu.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan

objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Apabila jumlah populasi kurang dari seratus, maka sampel dapat diambil

seluruhnya (total sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Kelurahan Titi

Papan dengan kriteria tercatat sebagai kader posyandu di Puskesmas Titi Papan,

(34)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli.

Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena jumlah kader posyandu di

Kelurahan Titi Papan memiliki jumlah kader yang cukup memadai (80) orang dan

masih ditemukannya status gizi kurang dan buruk pada balita di kelurahan

tersebut. Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 27 September s/d 16

Oktober 2010.

4.4. Pertimbangan Etik

Pelaksanaan penelitian ini mempertimbangkan perlindungan terhadap

hak-hak subjektif dan menjamin kerahasiaan identitas responden. Sebelum

melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri serta

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini kepada responden. Kemudian

peneliti memberikan kesempatan bagi responden yang merasa kurang jelas

terhadap penjelasan untuk bertanya.

Jika responden bersedia, maka responden menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh peneliti. Untuk

menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden

pada lembar pengumpulan data yang diisi, lembar tersebut hanya diberi nomor

dan kode responden saja.

4.5. Instrumentasi Penelitian

Dalam pengumpulan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

(35)

demografi dan lembar format peran serta perawat dalam upaya peningkatan status

gizi balita.

a. Kuisioner data demografi

Kuisioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, agama, suku bangsa,

pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader. Data demografi responden bertujuan

untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan distribusi

frekuensi.

b. Kuesioner peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita di

posyandu

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta kader dalam

upaya peningkatan status gizi balita di posyandu. Masing-masing pernyataan

kuesioner mewakili peran serta kader pada meja 1 s/d 4 di posyandu. Pernyataan

nomor 1 dalam kuesioner mewakili meja pendaftaran (meja 1). Untuk pernyataan

nomor 2 dan 3dan 4 mewakili meja penimbangan (meja 2), pernyataan nomor 3

dan 4 merupakan pernyataan tambahan dari meja 2. Kuesioner nomor 5 dan 6

mewakili meja pencatatan (meja 3), kuesioner nomor 6 merupakan pernyataan

tambahan dari meja 3. Kuesioner nomor 7, 8, 9, 10 dan 11 mewakili meja

penyuluhan (meja 4). Kuesioner nomor 8, 9, 10 dan 11 merupakan pernyataan

tambahan dari meja 4.

Kuisioner ini terdiri dari 11 pernyataan positif. Pada pernyataan positif

apabila responden menjawab ya maka nilai yang diberikan adalah 1 dan jika

(36)

digunakan dalam mengkaji peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan

status gizi balita di posyandu dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai terendah

yang mungkin di capai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 11.

Berdasarkan rumus statistika p = rentang dibagi dengan banyak kelas

(menurut Sudjana, 1992), dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang

(nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 11 dan di bagi atas 3

kategori kelas yaitu kurang, cukup, dan baik, maka di peroleh panjang kelas

sebesar 3.

Dengan p=3 dan nilai terendah adalah 11 sebagai batas bawah kelas

pertama, maka peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi

balita di posyandu dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut:

0 – 3 = kurang

4 – 7 = cukup

8 – 11 = baik

4.6. Pengukuran Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk

mengukur apa yang harus diukur. Penelitian ini dilakukan uji validitas isi kepada

seorang ahli dalam bidang keperawatan komunitas.

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang dengan kriteria yang sama dengan

(37)

menggunakan rumus K – R 20. Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan didapat

hasil 0,992, angka ini dianggap reliabel sesuai pendapat Sugiono (2006).

4.7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti terlebih dahulu

memberikan surat permohonan izin penelitian dari pendidikan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara kepada Dinas Kesehatan Kota Medan

untuk selanjiutnya diserahkan kepada puskesmas Titi Papan. Setelah mendapat

izin, maka peneliti mulai melakukan proses penelitian yang dimulai dengan

menentukan responden penelitian. Sebagian responden dikunjungi langsung ke

rumah masing-masing kader posyandu dan sebagian lagi dikunjungi ketika

posyandu berlangsung. Saat mendatangi responden, peneliti menjelaskan manfaat

dan tujuan penelitian serta prosedur pengisian kuesioner, setelah responden

bersedia maka responden menandatangani informed consent lalu mengisi

kuisioner yang telah disediakan peneliti dengan didampingi oleh peneliti, setelah

selesai mengisi kuisioner dikumpulkan kembali dan waktu pengisiannya adalah 20

menit.

8. Analisa data

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah

yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden,

dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan

petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah diajukan

untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding).

(38)

melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data

dilakukan melalui pengolahan dan secara komputerisasi.

Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat peran serta kader posyandu

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan

setelah dilakukan pengumpulan data dari mulai bulan September-Oktober 2010 di

posyandu kelurahan Titi Papan.

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan menjabarkan tentang deskripsi karakteristik

responden dan peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi

balita di posyandu kelurahan Titi Papan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,

lama menjadi kader dan pernah mengikuti pelatihan kader. Dari 80 orang

responden yang terkumpul, diperoleh nilai minimum usia adalah 30 tahun,

maksimum 50 tahun, dengan mean 38 dan standar deviasi 5,01. Untuk pendidikan

terakhir kader posyandu, lebih dari setengah kader berpendidikan SMP (50%),

SD sebanyak 23 orang (28,8%), SMA sebanyak 13 orang (16,3%) dan Diploma

sebanyak 4 orang (5%). Mayoritas pekerjaan kader adalah ibu rumah tangga yaitu

sebanyak 59 orang (73,8%), wiraswasta sebanyak 13 orang (16,3%), buruh

sebanyak 4 orang (5%) serta pegawai negeri dan pegawai swasta masing-masing 2

orang (2,5%). Untuk kategori lama menjadi kader diperoleh nilai minimum 2

(40)

kader sudah pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak puskesmas dan

bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi peran serta kader posyandu dalam

upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan (n=80).

Karakteristik Frekuensi Persentase

Pendidikan Pernah mengikuti pelatihan kader

(41)

5.1.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita

Dari hasil yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian mulai

bulan September s/d Oktober 2010 di posyandu kelurahan Titi Papan Medan

diperoleh bahwa peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi

balita adalah baik (52,5%), dan cukup (47,5% ).

Tabel 5.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita

di posyandu (n=80).

Keterangan Baik Cukup

Frek % Frek %

Peran serta kader posyandu dalam

upaya peningkatan status gizi balita di

posyandu

42 52,5% 38 47,5%

5.1.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di

Posyandu Kelurahan Titi Papan berdasarkan sistem lima meja.

Dari hasi penelitian yang diperoleh untuk peran serta kader posyandu

berdasarkan sistem lima meja dalam posyandu diperoleh bahwa mayoritas kader

(91,3%) sudah menjalankan perannya pada meja 1 yaitu meja pendaftaran, 85%

pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, serta 33,8% pada

(42)

Tabel 5.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi

Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan berdasarkan sistem lima meja.

NO Pertanyaan Ya Tidak

Frek % frek % 1. Saya mencatat data balita (nama balita,

umur balita, nama orangtua balita, alamat, berat badan sebelumnya) di meja pendaftaran

73 91,3 7 8,8

2 Saya menimbang balita saat posyandu 68 85 12 15 3 Saya menimbang berat badan balita

pada timbangan balita

58 72,5 22 27,5

4 Saya mengatur posisi balita yang benar saat ditimbang dan memperhatikan dengan teliti hasil penimbangan

54 67,5 26 32,5

5 Saya melakukan pencatatan hasil penimbangan di KMS masing-masing balita

72 90 8 10

6 Saya memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS masing-masing balita (grafik berat badan di bawah garis merah, tepat digaris merah atau di atas garis merah)

52 65 28 35

7 Saya memberikan penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita (penyakit kurang energi protein, kurang vitamin A, yodium serta zat besi)

27 33,8 53 66,32

8 Saya memberikan informasi tentang berat badan yang sesuai dengan usia balita

58 72,5 22 27,5

9 Saya menginformasikan cara mengatasi masalah gizi balita yang berada di bawah garis merah kepada ibu balita

(43)

10 Saya memberikan informasi mengenai pemberian makanan tambahan kepada ibu balita

73 91,3 7 8,8

11 Saya memberikan penyuluhan kepada ibu balita agar rutin membawa balita ke posyandu

77 96,3 3 3,8

5.2 Pembahasan

Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di

posyandu titi papan dibagi dalam 11 pernyataan yang menjadi standar penilaian

untuk mengkategorikan apakah peran serta kader posyandu dapat dikatakan baik,

cukup dan kurang. Seluruh pernyataan sudah mewakili masing masing peran serta

kader selama posyandu berlangsung. Dari hasil yang diperoleh peneliti peran serta

kader posyandu sudah berjalan dengan baik, dimana 42 kader (52,5%) dari 80

kader posyandu sudah melaksanakan peran sesuai dengan yang telah ditetapkan

Berjalannya peran kader posyandu di kelurahan Titi Papan dengan baik

didukung oleh pengalaman dalam menjalankan perannya sebagai seorang kader

yang tergolong cukup lama. Dari hasil penelitian kader telah menjalankan

perannya rata-rata 3 tahun. Sesuai dengan pendapat Mubarak, dkk (2007)

pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya, jika pengalaman terhadap obyek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat mendalam dan

membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

positif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, semakin lama menjadi kader

(44)

perannya. Selain itu, kader posyandu juga sering mendapat pelatihan-pelatihan

yang diadakan untuk meningkatkan pengetahuan kader dalam menjalankan

perannya dan untuk perkembangan posyandu. Semakin banyak informasi yang

diterima oleh kader maka semakin banyak penyuluhan atau pemberian informasi

yang akan disampaikan kepada ibu balita untuk meningkatkan status gizi

balitanya.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ida Widjajati di Kelurahan Manisrenggo Kota Kediri, dimana dari hasil penelitian

diperoleh bahwa peran serta kader dalam peningkatan status gizi balita adalah

baik, dimana 18 kader dari 30 kader sudah menjalankan perannya dengan baik.

Peran tersebut tercapai karena adanya sosialisasi yang didapatkan kader posyandu

melalui pelatihan akan memudahkan kader dalam menjalankan perannya.

Sehingga pada saat pelaksanaan posyandu, semua peran kader dapat dijalankan

dengan baik. Selain itu adanya pembinaan dan dukungan dari berbagai sektor

terkait yang diterima oleh kader posyandu. Semakin banyak dukungan yang

diterima, semakin baik pengetahuan, pengalaman dan minat untuk melaksanakan

tugasnya. Berdsarkan kedua perbandingan tersebut diatas, pengalaman,

pengetahuan dan dukungan pihak lain akan mempengaruhi berjalannya peran

kader posyandu.

Depkes RI (2000) menjelaskan tentang peran kader saat posyandu (sesuai

dengan sistem lima meja). Peran tersebut adalah melaksanakan pendaftaran,

melaksanakan penimbangan, melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,

(45)

imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat.

Untuk peran yang terakhir biasanya dilaksanakan oleh petugas puskesmas

setempat, peran kader sangat minimal yaitu hanya mendampingi ibu balita saat

mendapat pelayanan.

Peran serta kader pada meja 1 atau meja pendaftaran adalah mencatat data

balita yang datang ke posyandu pada buku catatan yang telah disediakan. Data

yang dicatat meliputi nama balita, umur balita, alamat rumah, nama orangtua

balita dan berat badan sebelumnya (Depkes RI, 2000). Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh bahwa mayoritas (91,3%) kader posyandu di Kelurahan Titi

Papan sudah melaksanakan peran pada meja pendaftaran dengan baik. Hal ini

tentunya akan berguna untuk mengetahui tingkat perkembangan masing-masing

balita. Namun demikian, masih ada 7 orang kader (8,8%) yang belum

menjalankan peran ini. Masih kurangnya informasi dan sosialisasi pentingnya

pencatatan pada pendaftaran sebagai penyebab bagi kader yang belum

menjalankan perannya dengan baik.

Peran kader pada meja kedua adalah melaksanakan penimbangan balita

yang datang ke posyandu (Depkes,2000). Dari hasil penelitian sebanyak 68 (85%)

kader sudah melaksanakan dengan baik. Penimbangan ini akan berguna untuk

mengetahui status gizi balita pada lingkungan tersebut agar jika terdapat masalah

dapat segera diatasi. Berjalannya peran kader dalam menimbang bayi berkaitan

dengan kesediaan ibu bayi menimbang anaknya ke posyandu. Jika perkembangan

bayi berjalan dapat terus dipantau, status gizi balita akan berada pada tingkat yang

(46)

Peran serta kader posyandu pada meja 3 yaitu meja pencatatan adalah

memindahkan hasil penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan

gambaran keadaan balita,yaitu status gizi balita. Setelah hasil penimbangan berat

badan dicatat dalam KMS, kader posyandu harus memperhatikan grafik berat

badan balita setiap bulannya dari KMS tersebut. Kader posyandu harus

memperhatikan apakah balita berada di garis merah, dibawah garis merah atau

diatas garis merah. Hal ini berguna untuk pemberian penyuluhan yang akan

diberikan oleh kader posyandu pada meja selanjutnya kepada ibu balita sesuai

dengan kebutuhan balita pada saat itu (Depkes,2000). Dari hasil penelitian yang

diperoleh peneliti untuk melakukan pencatatan hasil penimbangan, sebanyak 72

kader (90%) sudah menjalankan perannya pada meja ini dengan baik, sedangkan

8 kader lainnya (10%) belum menjalankan dengan baik. Sedangkan untuk

pernyataan memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS

masing-masing balita mayoritas (65%) sudah melakukannya. Pemantauan dalam

meja pencatatan ini berfungsi untuk mengidentifikasi status gizi balita. Hasil

pencatatan ini akan dipergunakan kader pada meja 4 dalam memberikan

penyuluhan sesuai dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan Depkes (2000)

yang menyatakan bahwa meja pencatatan akan berdampak kepada meja

penyuluhan. Materi yang akan disampaikan di meja penyuluhan berdasarkan hasil

dari meja pencatatan.

Peran serta kader posyandu pada meja 4, yaitu meja penyuluhan adalah

(47)

balita agar rutin membawa balita ke posyandu. Hal ini berbeda dengan peran

kader dalam penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita

yang hanya dilakukan oleh 27 orang kader (33,8%). Hal in sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Satoto (2002) di RS. Sardjito Jakarta dimana

kegiatan pada meja 4 hanya berjalan 11-27%. Hal ini akan mengakibatkan

pertumbuhan yang terjadi tidak segera dicari akar masalah dan penyelesaiannya

sehingga pertumbuhan anak makin menurun. Masih minimalnya penyuluhan

tentang gizi pada kelurahan Titi Papan ini mengakibatkan balita yang

pertumbuhannya tidak naik akan dianggap biasa saja oleh orang tua karena

kurangnya pengetahuan orang tua terhadap gizi balita. Sesuai dengan pendapat

Depkes (2000) penyuluhan intensif bisa mencegah balita mengalami gizi buruk.

Disamping itu kader posyandu juga harus memperhatikan unsur-unsur pemberian

penyuluhan yang baik agar orang tua balita memahami informasi yang diberikan.

Unsur-unsur tersebut yaitu mengkaji kebutuhan masyarakat, menetapkan masalah

kesehatan masyarakat, memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani

melalui penyuluhan kesehatan masyarakat serta menyusun perencanaan

penyuluhan yaitu menetapkan tujuan penentuan sasaran, menyusun materi / isi

penyuluhan, memilih metoda yang tepat, menentukan jenis alat peraga yang akan

digunakan serta rencana tindak lanjut (Efendy, 1998).Jika penyuluhan mengenai

gizi tidak berjalan dengan lancar, mungkin akan mengakibatkan kurangnya

informasi tentang gizi sehingga masih ada gizi balita kurang di kelurahan titi

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran serta kader

posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Titi Papan.

Penelitian ini dilakukan kepada 80 orang responden yang terdiri dari kader

posyandu balita seluruh lingkungan kelurahan titi papan, dimana setiap kelurahan

mempunyai 5 orang kader posyandu balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 80

orang responden, di dapat bahwa peran serta kader posyandu dalam upaya

peningkatan status gizi balita dikategorikan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari

setiap pernyataan yang rata-rata dilakukan oleh kader posyandu di kelurahan

tersebut. Dari 80 kader, 42 kader sudah menjalankan perannya dengan baik

(52,5%), dan 38 kader lainnya sudah cukup baik dalam menjalankan perannya

(47,5%). Peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu, mayoritas sudah

dilaksanakan pada meja 1 yaitu meja pendaftaran, 85% pada meja penimbangan

balita, 90% pada meja pencatatan, serta 33,8% pada meja penyuluhan. Kurang

nya peran kader posyandu dalam menyampaikan penyuluhan masalah gizi pada

balita mengakibatkan kurangnya informasi mengenai masalah gizi pada ibu balita

(49)

6.2 Saran

1. Bagi Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai bahan acuan dalam

melatih lulusan pendidikan agar dapat memebrikan pelatihan bagi kader posyandu

dalam menjalankan perannya.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memodifikasi instrumen

penelitian dengan menggunakan metode observasi kepada kader posyandu.

Disarankan juga kepada penelitian selanjutnya untuk melihat peran kader di luar

posyandu seperti mencari data balita dengan status gizi buruk dan kurang dengan

bantuan pihak puskesmas.

3. Bagi kader posyandu

Disarankan kepada kader posyandu agar lebih meningkatkan pengetahuan

dengan mengikuti pelatihan atau kursus tentang pemantauan program perbaikan

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2005). Panduan Gizi Klinis. Jakarta

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineke Cipta.

Aritonang, I (2002). Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Dinas kesehatan Kota Medan. (2005). Buku Saku Kader. Medan: Dinas Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. (2000). Petunjuk kader Kesehatan. Jakarta.

Grachendikia. (2009). Peran Serta Kader dalam Upaya Peningkatan Status Gizi. Diambil tanggal 27 Februari dari

http//www.wordpress.com.

Heru. (1995). Kader. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Santoso, S. Rianti A.L. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjaningsih. (1997). ASI Petunjuk Praktis untuk Tenaga Kesehatan.

(51)

Sulistijani, D.A dan herlianty, M. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita. Jakarta: Puspa Swara.

Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC.

Ulfah, M. (2005). Revitalisasi Posyandu Diambil tanggal 5 Maret 2010 dari http//www. Kompas.com.

(52)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Titi Papan

Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan ingin mengetahui Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Titi Papan.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan ketersediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Ibu bersedia, selanjutnya saya mohon ketersedian Ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu.

Identitas pribadi Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Ibu berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.

Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

(53)

INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk pengisian :

1. Semua pertanyaan harus dijawab

2. Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan 3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Data Demografi

Nama/inisial :

Usia : …..thn

Alamat :

Pendidikan : 1. ( ) SD 2. ( ) SMP 3. ( ) SMA 4. ( ) Diploma

5. ( ) Sarjana

Pekerjaan : 1. ( ) Pegawai Negeri

2. ( ) Pegawai Swasta

3. ( ) Wiraswasta 4. ( ) Buruh

5. ( ) Lain – lain:………(sebutkan)

Lama Jadi Kader :

Apakah anda pernah mengikuti : 1. ( ) Ya 2. ( ) Tidak

pelatihan kader kesehatan 2. Kapan:……….

(54)

No Ya Tidak 1. Saya mencatat data balita (nama balita, umur

balita, nama orang tua balita, alamat, berat badan sebelumnya) di meja pendaftaran. 2. Saya menimbang balita saat posyandu. 3. Saya menimbang berat badan balita pada

timbangan balita.

4. Saya mengatur posisi balita yang benar saat ditimbang dan memperhatikan dengan teliti hasil penimbangan.

5. Saya melakukan pencatatan hasil

penimbangan balita di KMS masing-masing balita.

6. Saya memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS masing-masing balita (grafik berat badan di bawah garis merah, tepat di garis merah atau di atas garis merah).

7. Saya memberikan penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita (penyakit kurang energi protein, kurang vitamin A, yodium serta zat besi). 8. Saya memberikan informasi tentang berat badan yang sesuai dengan usia balita.

9. Saya menginformasikan cara mengatasi masalah gizi balita yang berada di bawah garis merah kepada ibu balita.

(55)
(56)
(57)

CURICULUM VITAE

Nama : Zal Fitriyah

Tempat Tanggal Lahir : Sibolga, 13 Mei 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat rumah : Jl. Sei Padang Gang langgar no. 11 B Medan Riwayat Pendidikan : 1. SDN 081239 Sibolga 1995-2000

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi peran serta kader posyandu dalam
Tabel 5.3  Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sakr (2013) yaitu asupan pakan pada kelompok perlakuan berenang tidak adanya perbedaan signifikan jika dibandingkan dengan

Vaikka roskaluokkia voidaan tyypillisesti pitää virheellisenä valintana luokittamisen kannalta, Bowkerin ja Starin (1999, 149-161) mukaan roskaluokkien hyödyntäminen on kuitenkin sekä

Analisis Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham, Sebelum Dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Studi pada Perusahaan Yang Go Publik Di Bursa

Pada masa itu, di kerajaan Aceh telah berlaku hukum Islam yang sesuai dengan agama yang dianut oleh masyarakat Aceh sendiri.Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya

Faktor Penunjang dan Penghambat Program PNPM Mandiri dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin di Desa Kersamanah, diantara faktor penunjang

Diduga hubungan antara Provisi, komisi, fee; Pendapatan transaksi valuta asing; Kenaikan surat berharga; dan Penda- patan lainnya dengan Fee based income adalah

Salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered Heads Together) yang merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dan dapat menjamin keterlibatan total

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pergerakan volume ekspor komoditas pisang dan pengaruh kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi, serta luas