Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status
Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan
SKRIPSI
Oleh Zal Fitriyah091121037
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah
dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita
di Posyandu Titi Papan ”.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi
ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU
2. Ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns. sebagai dosen pembimbing I skripsi yang
telah banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan
mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi
saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah
banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan
mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi
saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi
5. Kedua orangtua saya Papa Hendri Tanjung dan Mama Samlah Panggabean
yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus dan selalu
memotivasi serta mendo’akan saya.
6. Terimakasih juga kepada kakak dan adik-adik saya, K’devi, Imam dan Oki
atas support dan semangat yang selalu diberikan.
7. Terimakasih juga kepada sahabat tersayang Fahri atas bantuan, motivasi
serta do’anya.
8. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
seperjuangan Amel, Wiwiq. Dika, Heni, Fiza, Ijah dan semuanya yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
mendukung dalam pembuatan skripsi ini.
Kiranya Tuhanlah yang yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak
yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar. ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar tabel ... vii
Daftar Skema ... viii
Abstrak ... ix
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6
2.1 Peran Serta Kader Posyandu ... 6
2.1.1 Pengertian Peran. ... 6
2.1.2 Pengertian Kader Posyandu ... 9
2.1.3 Posyandu ... 10
2.1.4 Peran Kader Posyandu ... 12
2.2 Upaya peningkatan Status Gizi Balita ... 15
Bab 3. Kerangka Konseptual ... 21
3.1Kerangka Konsep ... 21
3.2Defenisi Operasional... 22
Bab 4. Metodologi Penelitian………... 23
4.1Desain Penelitian ... 23
4.2Populasi, Sampel ... 23
4.3Lokasi dan Waktu Penelitian... 24
4.4Pertimbangan Etik ... 24
4.5Instrumen Penelitian ... 24
4.8Analisa Data ... 27
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29
5.1Hasil Penelitian ... 29
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 29
5.1.2 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan ... 31
5.1.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan ... 31
5.2Pembahasan ... 33
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 38
6.1 Kesimpulan ... 38
6.2 Saran ... 39
Daftar Pustaka ... 40
Lampiran-Lampiran 1. Inform Consent ... 41
2. Instrumen Penelitian ... 42
3. Surat Izin Pengambilan Data ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi peran serta kader posyandu
dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu
Kelurahan Titi Papan ……… 30
Tabel 5.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Kelurahan Titi Papan……….. 31 Tabel 5.3 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka penelitian peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu
Judul : Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan
Nama : Zal Fitriyah Nim : 091121037
Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011
ABSTRAK
Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu dan menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22% balita dengan status gizi kurang dab buruk di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaiman peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penentuan jumlah sampel menggunakan tehnik total sampling dimana semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 80 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan adalah baik (52,5%), dimana peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu telah dilaksanakan oleh kader posyandu. Pada meja pendaftaran 91,3% telah dijalankan oleh kader, 85% pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, 96,3% penyuluhan manfaat posyandu dan pemberian makanan tambahan serta 33,8% penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan mengembangkan pelatihan kepada kader posyandu tentang penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader khususnya pada meja 4 dapat berjalan dengan efektif.
Judul : Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan
Nama : Zal Fitriyah Nim : 091121037
Jurusan : Ilmu Keperawatan Tahun : 2011
ABSTRAK
Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu dan menjaga kelestarian hidup serta tumbuh kembang anak. Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22% balita dengan status gizi kurang dab buruk di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaiman peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Penentuan jumlah sampel menggunakan tehnik total sampling dimana semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 80 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah mengisi kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan adalah baik (52,5%), dimana peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu telah dilaksanakan oleh kader posyandu. Pada meja pendaftaran 91,3% telah dijalankan oleh kader, 85% pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, 96,3% penyuluhan manfaat posyandu dan pemberian makanan tambahan serta 33,8% penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka disarankan mengembangkan pelatihan kepada kader posyandu tentang penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita sehingga peran kader khususnya pada meja 4 dapat berjalan dengan efektif.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan
manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih
diarahkan pada upaya menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran, tergantung pada keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bentuk peran serta. Hal yang
perlu dilakukan adalah mengembangkan pengertian kesadaran, kemampuan dan
prakarsa masyarakat, yang berarti bahwa masyarakat berperan serta aktif dan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kesehatan (Depkes RI, 2000). Secara
operasional, ditingkat desa atau kelurahan, upaya untuk menurunkan angka
kematian bayi, balita dan angka kelahiran salah satunya dilakukan melalui
Posyandu.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan (BKKBN ,1999). Posyandu sebagai suatu
forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan
untuk masyarakat mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini (DepKes RI, 1994). Posyandu yang merupakan kegiatan oleh
dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para
Posyandu pada masa orde baru, yang berfungsi sebagai pelayanan informasi
kesehatan ibu dan anak, dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka kematian
bayi di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka kematian bayi
pada tahun 2009 adalah 44/1000 angka kelahiran hidup. Pada awal tahun 1990,
peran dan fungsi posyandu sangat terlihat dan bergerak. Posyandu bukan sekedar
tempat menimbang berat badan balita, namun juga pelayanan gizi dan
pemeriksaan ibu hamil (Syafei, 2008).
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, sehingga
masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan
posyandu sebaik-baiknya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
pemanfaatan posyandu (Syafei, 2008). Upaya meningkatkan peran serta
masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan. Peran serta kader dalam
upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna
mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak
bertambah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan revitalisasi
posyandu.
Dalam melaksanakan tugasnya, kader kesehatan sebelumnya akan diberikan
pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan peningkatan status
gizi balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun (Depkes,
2002). Pelatihan yang didapatkan oleh kader berhubungan dengan peran kader
sesuai dengan sistem 5 meja yang terdapat di dalam posyandu. Kader harus
2009). Namun, sering sekali pelatihan diberikan pada kader yang sama atau
dengan kata lain kader-kader yang sering mengikuti pelatihan yang selalu
diikutkan kembali dalam pelatihan, sehingga kader-kader lain tidak mendapat
kesempatan. Hal inilah yang memicu kurangnya peran serta kader setiap posyandu
diadakan. Kurangnya ilmu dan minimnya pengalaman adalah pemicu utama
kurang aktifnya peran kader kesehatan. (Lazuardi; Lutfan, 2008). Pemicu lainnya
adalah kesibukan para kader dalam urusan rumah tangganya (Syafei, 2008).
Kurangnya pemahaman dan keterampilan pelayanan, menyebabkan kader
kurang mandiri sehingga sangat tergantung pada petugas kesehatan dan
puskesmas (Syafei, 2008). Oleh karena itulah, pada saat posyandu dilaksanakan,
peran kader sering sekali tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal upaya
penanggulangan status gizi buruk memerlukan upaya yang tepat, cepat dan
menyeluruh.
Data dari bagian gizi Puskesmas Titi Papan tahun 2009 terdapat sekitar 22%
balita dengan status gizi kurang dan buruk di kelurahan Titi Papan Kecamatan
Medan Deli. Kelurahan Titi Papan pada tahun 2010 juga dijadikan sebagai
proyek NICE (Nutrition Improvement Through Community Emperowement) yaitu
perbaikan gizi melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik mengetahui bagaiman
peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di
2. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi bagaimana peran serta kader posyandu dalam upaya
peningkatan status gizi balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan.
3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status
gizi balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan.
4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
4.1 Praktek Keperawatan
Menjadi tolak ukur dalam pemberian pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan serta kemampuan dalam pelaksanaan posyandu.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Diharapkan pendidikan keperawatan dapat menciptakan lulusan yang
dapat bermanfaat dalam pelaksanaan posyandu dan memberikan
pelatihan bagi kader posyandu agar menjalankan perannya dengan
baik.
4.3 Penelitian Keperawatan
Memberikan informasi lanjutan bagi penelitian keperawatan tentang
4.4 Kader Posyandu
Dijadikan sebagai tolak ukur kontribusi kader posyandu dalam upaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Serta Kader Posyandu
2.1.1 Pengertian Peran
Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi, peran juga dapat diartikan sebagai perikelakuan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soejono Sokanto, 2000).
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan (Yasyin,1999).
Peran juga dapat diartikan seperangkat tingkat yang diperankan oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat (Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,
1984). Menurut Balai Pustaka (1992) peran adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau lembaga dalam suatu peristiwa.
Peran menunjuk pada organisasi tindakan dalam suatu tipe hubungan
interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah: kewajiban dan hak. Tindakan yang
diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang merupakan kewajiban suatu peran,
tindakan atau respon orang lain merupakan hak. Konsep peran dihubungkan
dengan konsep status. Dalam pengunaan ini status hanya menunjuk pada posisi
seseorang dalam suatu hubungan interaksi, bukan pada prestise yang terdapat pada
seseorang. Sehingga peran-status adalah satuan struktural yang paling mendasar
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah
suatu rangkaian tugas yang dilakukan seseorang berdasarkan kedudukannya di
dalam masyarakat.
Peran serta merupakan suatu bentuk perilaku nyata. Oleh karena itu kajian
mengenai faktor yang mempengaruhi peran sama dengan faktor yang
mempengaruhi perilaku. Dengan demikian peran dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya dan sarana fisik.
Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal dan diklasifikasikan
menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku. Menurut Lawrence Green meliputi
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors),
dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor
internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang
mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai,
persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkunkan
berperilaku, tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan.
Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan
keterampilan, teman sebaya, orangtua, dan majikan (Suliha, 2002).
Selain itu peran juga dipengaruhi berbagai faktor dibawah ini terkait
dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut
meliputi :
1. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai
yang baru diperkenalkan.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara fidak langsung.
3. Umur
Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada
empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi,
ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhimya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhimya dapat pula
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan
Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka
sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam
pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A, 2002) dalam
(Mubarak, dkk, 2007).
7. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru. (Mubarak, dkk, 2007).
2.1.2 Pengertian Kader Posyandu
Kader adalah istilah umum yang dipergunakan untuk tenaga-tenaga yang
berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama masyarakat
dan untuk masyarakat secara sukarela (Zulkifli, 2003).
Kader posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau
kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin
pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa (Depkes, 2008). Setiap warga
menulis huruf latin, mempunyai waktu luang, memiliki kemampuan dan mau
bekerja sukarela dengan tulus ikhlas bisa menajdi kader (Rahaju, 2005).
2.1.3 Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Sasaran posyandu adalah bayi, balita, ibu
hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur).
Adapun tujuan posyandu adalah:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu untuk menurunkan IMR (Infant
Mortality Rate).
c. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera).
d. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
e. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan.
Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Sedangkan
pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal
dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan
Persyaratan menjadi kader posyandu menurut Zulkifli (2003) adalah dapat
membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan
tugas-tugas sebagai kader, berwibawa, mempunyai penghasilan sendiri dan
tinggal tetap di desa yang bersangkutan. Selain itu kader yang dipilih adalah
orang-orang yang aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial maupun pembangunan
desanya, serta dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
calon kader lainnya.
dr. Ida Bagus (2003), mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi
seorang kader antara lain adalah warga yang bisa membaca dan menulis,
merupakan penduduk yang tinggal di desa tersebut, berasal dari masyarakat
setempat dan diterima oleh masyarakat setempat, tidak sering meninggalkan
tempat untuk waktu yang lama serta masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat
disamping mencari nafkah lain.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas
dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain,
sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat dimana
perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,
mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat
sekitarnya.
Pelaksanaan kegiatan posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang
ditentukan oleh kader dan petugas puskesmas. Hari bukanya ditentukan
hadir sebanyak-banyaknya. Di dalam posyandu dilakukan pelayanan masyarakat
dengan sistem 5 meja, yaitu:
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes, seperti: imunisasi, pemberian vitamin A,
pembagian pil atau kondom, pengobatan ringan, dan konsultasi
KB.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader posyandu sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).
2.1.4 Peran Kader Posyandu
Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing
dalam jalinan kerjasama dari sebuah tim kesehatan (Heru, 1995).
Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui
berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan
kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat
dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya
kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan
selama ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005).
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya
kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. Menurut Depkes RI
(2000) ada dua peran kader yaitu:
1. Peran kader saat posyandu (sesuai dengan sistem lima meja) adalah:
a. Melaksanakan pendaftaran (pada meja I)
b. Melaksanakan penimbangan bayi balita (pada meja II)
c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan (pada meja III)
d. Memberikan penyuluhan (pada meja IV)
e. Memberi dan membantu pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas
(pada meja V)
2. Peran kader di luar posyandu adalah:
a. Menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare.
b. Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.
c. Menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,
pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air
bersih,menyediakan sarana jamban keluarga, pemberian pertolongan
Kader posyandu tidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang tertutup, namun
mereka itu bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku dari sebuah sistem
kesehatan, karena itulah mereka harus dibina, dituntun serta didukung oleh para
pembimbing yang lebih terampil dan berpengalaman (WHO, 1995). Hal ini
bertujuan agar kader posyandu dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Kader posyandu seyogyanya membantu pemerintah daerah setempat dan
masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif dan harus memperlihatkan adanya
kemauan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan upaya membangun
masyarakat. Seyogyanya para kader kesehatan posyandu itu selalu
mempertimbangkan tentang apa yang dapat diselesaikan di wilayah tersebut
dengan menggunakan sumber daya lokal milik masyarakat setempat, dan tentu
saja dalam batas biaya yang masih dapat dicapai oleh masyarakat setempat pula
(Heru, 1995).
2.2 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita
Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan optimal. Sedangkan menurut WHO menyatakan
bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus
kehidupan. Status gizi adalah keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2005). Status gizi digunakan untuk
mengetahui kesehatan anak.
Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup berat dan
komplit, pada hakekatnya disebabkan keadaan ekonomi yang kurang dan
peningkatan status gizi pada balita di posyandu dilaksanakan oleh kader posyandu
di lingkungan tersebut dengan dibantu pihak puskesmas setempat. Upaya
peningkatan gizi balita oleh kader posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui
sistem 5 meja dalam posyandu, yaitu:
1. Pendaftaran (Meja I)
Pada meja pendaftaran, peran kader adalah mencatat data balita yang datang
ke posyandu, yaitu nama balita, umur balita, dan nama orangtua balita. Buku
catatan ini akan memberikan gambaran kehadiran balita selama posyandu
dilaksanakan. Dari buku catatan kehadiran ini dapat diketahui balita yang aktif
dan yang tidak aktif mengikuti posyandu setiap bulannya. Jika balita kurang
aktif mengikuti posyandu, maka kader akan memberikan motivasi kepada ibu
balita agar rajin membawa balitanya setiap posyandu dilaksanakan.
2. Penimbangan ( Meja II)
Setelah dilakukan pendataan pada meja pendaftaran, kemudian balita akan
ditimbang oleh kader posyandu. Penimbangan berat badan merupakan kegiatan
rutin posyandu yang berfungsi memantau pertumbuhan balita yang dilakukan
setiap bulannya. Di dalam melakukan penimbangan berat badan balita perlu suatu
keterampilan tersendiri oleh petugas, agar dapat melakukan penimbangan secara
benar sehingga tidak menyebabkan kesalahan dalam interpretasi status gizi.
Keterampilan kader dalam melakukan penimbangan dapat dinilai berdasarkan
ketepatan dan ketelitiannya dalam melakukan penimbangan atau yang disebut
kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang
diperoleh penyelia (Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto 1990 dalam Supariasa,
2002).
Adapun tahapan dalam penimbangan balita di posyandu yaitu sebagai berikut:
1) Menggantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah atau penyangga yang lain
2) Memeriksa apakah dacin sudah tergantung dengan kuat
3) Meletakkan bandul geser pada angka 0 (nol) sebelum dipakai
4) Memasang sarung timbang/celana timbang/kotak timbang pada dacin
5) Menyeimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang/kotak timbang
6) Melakukan penimbangan pada anak
7) Menentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser
8) Mencatat hasil penimbangan di secarik kertas sebelum ditulis di KMS
9) Sebelum anak diturunkan, menggeser bandul geser ke angka 0 (nol) dan
meletakkan batang dacin dalam tali pengaman.
3. Pencatatan (Meja III)
Pada meja pencatatan, peran kader posyandu adalah memindahkan hasil
penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan gambaran keadaan
balita,yaitu status gizi balita. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan
ditandai dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehingga membentuk garis
(T). Berdasarkan grafik ini, kader posyandu harus memperhatikan apakah balita
berada di garis merah, dibawah garis merah atau di atas garis merah. Hal ini
berguna untuk pemberian penyuluhan yang akan diberikan oleh kader posyandu
pada meja selanjutnya kepada ibu balita sesuai dengan kebutuhan balita pada saat
itu.
4. Penyuluhan (Meja IV)
Pada meja penyuluhan ini, kader posyandu memberikan informasi yang
penting kepada ibu balita. Informasi yang diberikan dapat berupa
masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan status gizi balita. Melalui konseling/ penyuluhan gizi, pengunjung
posyandu dengan bimbingan kader diharapkan dapat mengenali dan mengatasi
masalah gizi yang dihadapi dan terdorong untuk mencari dan memilih cara
pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien.
Masalah-masalah gizi balita yang sering terjadi anatara lain:
a. Penyakit Kurang Energi Protein
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). Penyakit kurang energi protein
ini ditandai dengan anak tampak kurus, cengeng, rewel, pandangan mata sayu,
b. Defisiensi Vitamin A
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh.
Sebagian besar vitamin A disimpan didalam hati. Sumber vitamin A (retinol)
terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim.
Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten
(misalnya beta-karotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi
vitamin A. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun
senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam
bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan
parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan
meningkatkan kemungkinan terkena infeksi ( dr. Danu, 2009).
c. Penyakit Defisiensi Zat Yodium
Zat yodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan
komponen dari hormon tiroksin yang berpengaruh kepada banyak fungsi
tubuh dan merupakan hormon pertumbuhan (Growth Hormon ). Kekurangan
zat yodium mengakibatkan kondisi hipotiroidisme (kekurangan B12) dan
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar
gondok. Akibatnya terjadi hipertropi (membesarnya kelenjar tiroid) yang
d. Defisiensi Zat Besi dan Anemia Gizi Besi
Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang
atau kurang kebutuhan tubuh. Defesiensi Fe dapat didiagnosis berdasarkan
data klinik dan data laboratorium yang ditunjang oleh data konsumsi pangan.
Gambaran klinik memperlihatkan anemia. Muka penderita terlihat pucat, juga
selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku. Penderita terlihat badannya
lemas, kurang bergairah, dan cepat merasa lelah, serta sering menunjukkan
sesak nafas (Santoso, 1999).
Penyuluhan yang diberikan kader posyandu kepada ibu balita dilakukan
setelah mencatat hasil penimbangan di KMS. Kader posyandu akan
menanyakan kepada ibu balita yang balitanya berada di bawah atau tepat di
garis merah mengenai penyebab masalah gizi yang sedang dihadapi balita.
Penyebab masalah gizi pada balita yaitu anak tidak mau makan dan anak
sakit.Anak tidak mau makan disebabkan karena terlalu banyak ngemil,
makanan yang disajikan kurang menarik sehingga anak malas makan. Kader
posyandu bertugas memberikan informasi tentang cara mengatasi masalah
gizi balita, misalnya dengan meningkatkan asupan makanan balita,
memberikan anak makan dengan porsi kecil tapi sering, memperhatikan
kandungan gizi yang dikonsumsi oleh balita,mengimunisasi anak sesuai
jadwal yang telah diberikan, menjaga lingkungan agar tetap sehat, menjauhkan
anak dari orang yang sakit, serta pemberian makanan tambahan yang juga
5. Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan
dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja V).
Tugas kader di meja 5 sebenarnya bukan merupakan tugas kader, melainkan
pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara
lain : pelayanan lmunisasi, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui, pengobatan dan pemberian pil
tambah darah, Vitamin A (Kader dapat membantu pemberiannya), kapsul
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konsep
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Titi Papan.
Peran serta kader posyandu dalam penelitian ini mengacu kepada Petunjuk Kader
Posyandu Depkes RI (2000) yang membaginya kedalam 5 meja. Peran tersebut
adalah melaksanakan pendaftaran, melaksanakan penimbangan bayi balita,
melaksanakan pencatatan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan serta
pelayanan tenaga profesional meliputi KIA, KB, imunisasi dan pengobatan dan
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat. Pada meja 5, pelayanan
kesehatan diberikan oleh petugas puskesmas setempat, sehingga dalam penelitian
ini peran kader yang diteliti hanya pada meja 1 sampai dengan meja 4. Keempat
peran tersebut terkait dengan peran serta kader dalam upaya peningkatan status
gizi balita. Keberhasilan upaya peningkatan status gizi tersebut akan bergantung
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur
Rangkaian tugas atau perilaku nyata kader di posyandu Kelurahan Titi Papan dalam peningkatan status gizi melalui pelaksanaan kegiatan meja 1− 4 di posyandu tempatnya bertugas yaitu:
1.Melaksanakan pendaftaran balita
2.Melaksanakan penimbangan balita dengan pola lima meja,
yaitu: status gizi balita
Peran Serta Kader
1. Kurang
2. Cukup
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran kader dalam upaya
peningkatan status gizi balita di posyandu Kelurahan Titi Papan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kader
posyandu di Kelurahan Titi Papan yang berjumlah 80 orang yang terbagi didalam
16 posyandu.
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan
objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,
2005). Apabila jumlah populasi kurang dari seratus, maka sampel dapat diambil
seluruhnya (total sampling). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Kelurahan Titi
Papan dengan kriteria tercatat sebagai kader posyandu di Puskesmas Titi Papan,
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli.
Alasan peneliti memilih tempat ini adalah karena jumlah kader posyandu di
Kelurahan Titi Papan memiliki jumlah kader yang cukup memadai (80) orang dan
masih ditemukannya status gizi kurang dan buruk pada balita di kelurahan
tersebut. Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 27 September s/d 16
Oktober 2010.
4.4. Pertimbangan Etik
Pelaksanaan penelitian ini mempertimbangkan perlindungan terhadap
hak-hak subjektif dan menjamin kerahasiaan identitas responden. Sebelum
melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini kepada responden. Kemudian
peneliti memberikan kesempatan bagi responden yang merasa kurang jelas
terhadap penjelasan untuk bertanya.
Jika responden bersedia, maka responden menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh peneliti. Untuk
menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada lembar pengumpulan data yang diisi, lembar tersebut hanya diberi nomor
dan kode responden saja.
4.5. Instrumentasi Penelitian
Dalam pengumpulan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
demografi dan lembar format peran serta perawat dalam upaya peningkatan status
gizi balita.
a. Kuisioner data demografi
Kuisioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader. Data demografi responden bertujuan
untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan distribusi
frekuensi.
b. Kuesioner peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita di
posyandu
Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta kader dalam
upaya peningkatan status gizi balita di posyandu. Masing-masing pernyataan
kuesioner mewakili peran serta kader pada meja 1 s/d 4 di posyandu. Pernyataan
nomor 1 dalam kuesioner mewakili meja pendaftaran (meja 1). Untuk pernyataan
nomor 2 dan 3dan 4 mewakili meja penimbangan (meja 2), pernyataan nomor 3
dan 4 merupakan pernyataan tambahan dari meja 2. Kuesioner nomor 5 dan 6
mewakili meja pencatatan (meja 3), kuesioner nomor 6 merupakan pernyataan
tambahan dari meja 3. Kuesioner nomor 7, 8, 9, 10 dan 11 mewakili meja
penyuluhan (meja 4). Kuesioner nomor 8, 9, 10 dan 11 merupakan pernyataan
tambahan dari meja 4.
Kuisioner ini terdiri dari 11 pernyataan positif. Pada pernyataan positif
apabila responden menjawab ya maka nilai yang diberikan adalah 1 dan jika
digunakan dalam mengkaji peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan
status gizi balita di posyandu dikategorikan atas 3 kelas interval. Nilai terendah
yang mungkin di capai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 11.
Berdasarkan rumus statistika p = rentang dibagi dengan banyak kelas
(menurut Sudjana, 1992), dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang
(nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 11 dan di bagi atas 3
kategori kelas yaitu kurang, cukup, dan baik, maka di peroleh panjang kelas
sebesar 3.
Dengan p=3 dan nilai terendah adalah 11 sebagai batas bawah kelas
pertama, maka peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi
balita di posyandu dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut:
0 – 3 = kurang
4 – 7 = cukup
8 – 11 = baik
4.6. Pengukuran Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk
mengukur apa yang harus diukur. Penelitian ini dilakukan uji validitas isi kepada
seorang ahli dalam bidang keperawatan komunitas.
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang dengan kriteria yang sama dengan
menggunakan rumus K – R 20. Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan didapat
hasil 0,992, angka ini dianggap reliabel sesuai pendapat Sugiono (2006).
4.7. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti terlebih dahulu
memberikan surat permohonan izin penelitian dari pendidikan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara kepada Dinas Kesehatan Kota Medan
untuk selanjiutnya diserahkan kepada puskesmas Titi Papan. Setelah mendapat
izin, maka peneliti mulai melakukan proses penelitian yang dimulai dengan
menentukan responden penelitian. Sebagian responden dikunjungi langsung ke
rumah masing-masing kader posyandu dan sebagian lagi dikunjungi ketika
posyandu berlangsung. Saat mendatangi responden, peneliti menjelaskan manfaat
dan tujuan penelitian serta prosedur pengisian kuesioner, setelah responden
bersedia maka responden menandatangani informed consent lalu mengisi
kuisioner yang telah disediakan peneliti dengan didampingi oleh peneliti, setelah
selesai mengisi kuisioner dikumpulkan kembali dan waktu pengisiannya adalah 20
menit.
8. Analisa data
Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah – langkah
yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden,
dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuisioner telah diisi sesuai dengan
petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuisioner yang telah diajukan
untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding).
melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data
dilakukan melalui pengolahan dan secara komputerisasi.
Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Hasil analisa data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat peran serta kader posyandu
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan
setelah dilakukan pengumpulan data dari mulai bulan September-Oktober 2010 di
posyandu kelurahan Titi Papan.
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan menjabarkan tentang deskripsi karakteristik
responden dan peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi
balita di posyandu kelurahan Titi Papan.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,
lama menjadi kader dan pernah mengikuti pelatihan kader. Dari 80 orang
responden yang terkumpul, diperoleh nilai minimum usia adalah 30 tahun,
maksimum 50 tahun, dengan mean 38 dan standar deviasi 5,01. Untuk pendidikan
terakhir kader posyandu, lebih dari setengah kader berpendidikan SMP (50%),
SD sebanyak 23 orang (28,8%), SMA sebanyak 13 orang (16,3%) dan Diploma
sebanyak 4 orang (5%). Mayoritas pekerjaan kader adalah ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 59 orang (73,8%), wiraswasta sebanyak 13 orang (16,3%), buruh
sebanyak 4 orang (5%) serta pegawai negeri dan pegawai swasta masing-masing 2
orang (2,5%). Untuk kategori lama menjadi kader diperoleh nilai minimum 2
kader sudah pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak puskesmas dan
bekerjasama dengan dinas kesehatan setempat.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi peran serta kader posyandu dalam
upaya peningkatan status gizi balita di posyandu kelurahan Titi Papan (n=80).
Karakteristik Frekuensi Persentase
Pendidikan Pernah mengikuti pelatihan kader
5.1.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita
Dari hasil yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian mulai
bulan September s/d Oktober 2010 di posyandu kelurahan Titi Papan Medan
diperoleh bahwa peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi
balita adalah baik (52,5%), dan cukup (47,5% ).
Tabel 5.2 Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita
di posyandu (n=80).
Keterangan Baik Cukup
Frek % Frek %
Peran serta kader posyandu dalam
upaya peningkatan status gizi balita di
posyandu
42 52,5% 38 47,5%
5.1.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di
Posyandu Kelurahan Titi Papan berdasarkan sistem lima meja.
Dari hasi penelitian yang diperoleh untuk peran serta kader posyandu
berdasarkan sistem lima meja dalam posyandu diperoleh bahwa mayoritas kader
(91,3%) sudah menjalankan perannya pada meja 1 yaitu meja pendaftaran, 85%
pada meja penimbangan balita, 90% pada meja pencatatan, serta 33,8% pada
Tabel 5.3 Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi
Balita di Posyandu Kelurahan Titi Papan berdasarkan sistem lima meja.
NO Pertanyaan Ya Tidak
Frek % frek % 1. Saya mencatat data balita (nama balita,
umur balita, nama orangtua balita, alamat, berat badan sebelumnya) di meja pendaftaran
73 91,3 7 8,8
2 Saya menimbang balita saat posyandu 68 85 12 15 3 Saya menimbang berat badan balita
pada timbangan balita
58 72,5 22 27,5
4 Saya mengatur posisi balita yang benar saat ditimbang dan memperhatikan dengan teliti hasil penimbangan
54 67,5 26 32,5
5 Saya melakukan pencatatan hasil penimbangan di KMS masing-masing balita
72 90 8 10
6 Saya memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS masing-masing balita (grafik berat badan di bawah garis merah, tepat digaris merah atau di atas garis merah)
52 65 28 35
7 Saya memberikan penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita (penyakit kurang energi protein, kurang vitamin A, yodium serta zat besi)
27 33,8 53 66,32
8 Saya memberikan informasi tentang berat badan yang sesuai dengan usia balita
58 72,5 22 27,5
9 Saya menginformasikan cara mengatasi masalah gizi balita yang berada di bawah garis merah kepada ibu balita
10 Saya memberikan informasi mengenai pemberian makanan tambahan kepada ibu balita
73 91,3 7 8,8
11 Saya memberikan penyuluhan kepada ibu balita agar rutin membawa balita ke posyandu
77 96,3 3 3,8
5.2 Pembahasan
Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di
posyandu titi papan dibagi dalam 11 pernyataan yang menjadi standar penilaian
untuk mengkategorikan apakah peran serta kader posyandu dapat dikatakan baik,
cukup dan kurang. Seluruh pernyataan sudah mewakili masing masing peran serta
kader selama posyandu berlangsung. Dari hasil yang diperoleh peneliti peran serta
kader posyandu sudah berjalan dengan baik, dimana 42 kader (52,5%) dari 80
kader posyandu sudah melaksanakan peran sesuai dengan yang telah ditetapkan
Berjalannya peran kader posyandu di kelurahan Titi Papan dengan baik
didukung oleh pengalaman dalam menjalankan perannya sebagai seorang kader
yang tergolong cukup lama. Dari hasil penelitian kader telah menjalankan
perannya rata-rata 3 tahun. Sesuai dengan pendapat Mubarak, dkk (2007)
pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap
positif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, semakin lama menjadi kader
perannya. Selain itu, kader posyandu juga sering mendapat pelatihan-pelatihan
yang diadakan untuk meningkatkan pengetahuan kader dalam menjalankan
perannya dan untuk perkembangan posyandu. Semakin banyak informasi yang
diterima oleh kader maka semakin banyak penyuluhan atau pemberian informasi
yang akan disampaikan kepada ibu balita untuk meningkatkan status gizi
balitanya.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ida Widjajati di Kelurahan Manisrenggo Kota Kediri, dimana dari hasil penelitian
diperoleh bahwa peran serta kader dalam peningkatan status gizi balita adalah
baik, dimana 18 kader dari 30 kader sudah menjalankan perannya dengan baik.
Peran tersebut tercapai karena adanya sosialisasi yang didapatkan kader posyandu
melalui pelatihan akan memudahkan kader dalam menjalankan perannya.
Sehingga pada saat pelaksanaan posyandu, semua peran kader dapat dijalankan
dengan baik. Selain itu adanya pembinaan dan dukungan dari berbagai sektor
terkait yang diterima oleh kader posyandu. Semakin banyak dukungan yang
diterima, semakin baik pengetahuan, pengalaman dan minat untuk melaksanakan
tugasnya. Berdsarkan kedua perbandingan tersebut diatas, pengalaman,
pengetahuan dan dukungan pihak lain akan mempengaruhi berjalannya peran
kader posyandu.
Depkes RI (2000) menjelaskan tentang peran kader saat posyandu (sesuai
dengan sistem lima meja). Peran tersebut adalah melaksanakan pendaftaran,
melaksanakan penimbangan, melaksanakan pencatatan hasil penimbangan,
imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat.
Untuk peran yang terakhir biasanya dilaksanakan oleh petugas puskesmas
setempat, peran kader sangat minimal yaitu hanya mendampingi ibu balita saat
mendapat pelayanan.
Peran serta kader pada meja 1 atau meja pendaftaran adalah mencatat data
balita yang datang ke posyandu pada buku catatan yang telah disediakan. Data
yang dicatat meliputi nama balita, umur balita, alamat rumah, nama orangtua
balita dan berat badan sebelumnya (Depkes RI, 2000). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa mayoritas (91,3%) kader posyandu di Kelurahan Titi
Papan sudah melaksanakan peran pada meja pendaftaran dengan baik. Hal ini
tentunya akan berguna untuk mengetahui tingkat perkembangan masing-masing
balita. Namun demikian, masih ada 7 orang kader (8,8%) yang belum
menjalankan peran ini. Masih kurangnya informasi dan sosialisasi pentingnya
pencatatan pada pendaftaran sebagai penyebab bagi kader yang belum
menjalankan perannya dengan baik.
Peran kader pada meja kedua adalah melaksanakan penimbangan balita
yang datang ke posyandu (Depkes,2000). Dari hasil penelitian sebanyak 68 (85%)
kader sudah melaksanakan dengan baik. Penimbangan ini akan berguna untuk
mengetahui status gizi balita pada lingkungan tersebut agar jika terdapat masalah
dapat segera diatasi. Berjalannya peran kader dalam menimbang bayi berkaitan
dengan kesediaan ibu bayi menimbang anaknya ke posyandu. Jika perkembangan
bayi berjalan dapat terus dipantau, status gizi balita akan berada pada tingkat yang
Peran serta kader posyandu pada meja 3 yaitu meja pencatatan adalah
memindahkan hasil penimbangan kedalam KMS balita. KMS balita memberikan
gambaran keadaan balita,yaitu status gizi balita. Setelah hasil penimbangan berat
badan dicatat dalam KMS, kader posyandu harus memperhatikan grafik berat
badan balita setiap bulannya dari KMS tersebut. Kader posyandu harus
memperhatikan apakah balita berada di garis merah, dibawah garis merah atau
diatas garis merah. Hal ini berguna untuk pemberian penyuluhan yang akan
diberikan oleh kader posyandu pada meja selanjutnya kepada ibu balita sesuai
dengan kebutuhan balita pada saat itu (Depkes,2000). Dari hasil penelitian yang
diperoleh peneliti untuk melakukan pencatatan hasil penimbangan, sebanyak 72
kader (90%) sudah menjalankan perannya pada meja ini dengan baik, sedangkan
8 kader lainnya (10%) belum menjalankan dengan baik. Sedangkan untuk
pernyataan memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS
masing-masing balita mayoritas (65%) sudah melakukannya. Pemantauan dalam
meja pencatatan ini berfungsi untuk mengidentifikasi status gizi balita. Hasil
pencatatan ini akan dipergunakan kader pada meja 4 dalam memberikan
penyuluhan sesuai dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan Depkes (2000)
yang menyatakan bahwa meja pencatatan akan berdampak kepada meja
penyuluhan. Materi yang akan disampaikan di meja penyuluhan berdasarkan hasil
dari meja pencatatan.
Peran serta kader posyandu pada meja 4, yaitu meja penyuluhan adalah
balita agar rutin membawa balita ke posyandu. Hal ini berbeda dengan peran
kader dalam penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita
yang hanya dilakukan oleh 27 orang kader (33,8%). Hal in sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Satoto (2002) di RS. Sardjito Jakarta dimana
kegiatan pada meja 4 hanya berjalan 11-27%. Hal ini akan mengakibatkan
pertumbuhan yang terjadi tidak segera dicari akar masalah dan penyelesaiannya
sehingga pertumbuhan anak makin menurun. Masih minimalnya penyuluhan
tentang gizi pada kelurahan Titi Papan ini mengakibatkan balita yang
pertumbuhannya tidak naik akan dianggap biasa saja oleh orang tua karena
kurangnya pengetahuan orang tua terhadap gizi balita. Sesuai dengan pendapat
Depkes (2000) penyuluhan intensif bisa mencegah balita mengalami gizi buruk.
Disamping itu kader posyandu juga harus memperhatikan unsur-unsur pemberian
penyuluhan yang baik agar orang tua balita memahami informasi yang diberikan.
Unsur-unsur tersebut yaitu mengkaji kebutuhan masyarakat, menetapkan masalah
kesehatan masyarakat, memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani
melalui penyuluhan kesehatan masyarakat serta menyusun perencanaan
penyuluhan yaitu menetapkan tujuan penentuan sasaran, menyusun materi / isi
penyuluhan, memilih metoda yang tepat, menentukan jenis alat peraga yang akan
digunakan serta rencana tindak lanjut (Efendy, 1998).Jika penyuluhan mengenai
gizi tidak berjalan dengan lancar, mungkin akan mengakibatkan kurangnya
informasi tentang gizi sehingga masih ada gizi balita kurang di kelurahan titi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran serta kader
posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita di posyandu Titi Papan.
Penelitian ini dilakukan kepada 80 orang responden yang terdiri dari kader
posyandu balita seluruh lingkungan kelurahan titi papan, dimana setiap kelurahan
mempunyai 5 orang kader posyandu balita.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 80
orang responden, di dapat bahwa peran serta kader posyandu dalam upaya
peningkatan status gizi balita dikategorikan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari
setiap pernyataan yang rata-rata dilakukan oleh kader posyandu di kelurahan
tersebut. Dari 80 kader, 42 kader sudah menjalankan perannya dengan baik
(52,5%), dan 38 kader lainnya sudah cukup baik dalam menjalankan perannya
(47,5%). Peran kader dari meja 1 s/d 4 dalam posyandu, mayoritas sudah
dilaksanakan pada meja 1 yaitu meja pendaftaran, 85% pada meja penimbangan
balita, 90% pada meja pencatatan, serta 33,8% pada meja penyuluhan. Kurang
nya peran kader posyandu dalam menyampaikan penyuluhan masalah gizi pada
balita mengakibatkan kurangnya informasi mengenai masalah gizi pada ibu balita
6.2 Saran
1. Bagi Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai bahan acuan dalam
melatih lulusan pendidikan agar dapat memebrikan pelatihan bagi kader posyandu
dalam menjalankan perannya.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memodifikasi instrumen
penelitian dengan menggunakan metode observasi kepada kader posyandu.
Disarankan juga kepada penelitian selanjutnya untuk melihat peran kader di luar
posyandu seperti mencari data balita dengan status gizi buruk dan kurang dengan
bantuan pihak puskesmas.
3. Bagi kader posyandu
Disarankan kepada kader posyandu agar lebih meningkatkan pengetahuan
dengan mengikuti pelatihan atau kursus tentang pemantauan program perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2005). Panduan Gizi Klinis. Jakarta
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineke Cipta.
Aritonang, I (2002). Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.
Dinas kesehatan Kota Medan. (2005). Buku Saku Kader. Medan: Dinas Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Petunjuk kader Kesehatan. Jakarta.
Grachendikia. (2009). Peran Serta Kader dalam Upaya Peningkatan Status Gizi. Diambil tanggal 27 Februari dari
http//www.wordpress.com.
Heru. (1995). Kader. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmojo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Santoso, S. Rianti A.L. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetjaningsih. (1997). ASI Petunjuk Praktis untuk Tenaga Kesehatan.
Sulistijani, D.A dan herlianty, M. (2001). Menjaga Kesehatan bayi dan balita. Jakarta: Puspa Swara.
Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC.
Ulfah, M. (2005). Revitalisasi Posyandu Diambil tanggal 5 Maret 2010 dari http//www. Kompas.com.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Titi Papan
Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian dengan tujuan ingin mengetahui Peran Serta Kader Posyandu dalam Upaya Peningkatan Status Gizi Balita di Posyandu Titi Papan.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan ketersediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Ibu bersedia, selanjutnya saya mohon ketersedian Ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu.
Identitas pribadi Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Ibu berhak mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya langsung kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.
Tanda tangan :
Tanggal :
INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk pengisian :
1. Semua pertanyaan harus dijawab
2. Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan 3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
1. Data Demografi
Nama/inisial :
Usia : …..thn
Alamat :
Pendidikan : 1. ( ) SD 2. ( ) SMP 3. ( ) SMA 4. ( ) Diploma
5. ( ) Sarjana
Pekerjaan : 1. ( ) Pegawai Negeri
2. ( ) Pegawai Swasta
3. ( ) Wiraswasta 4. ( ) Buruh
5. ( ) Lain – lain:………(sebutkan)
Lama Jadi Kader :
Apakah anda pernah mengikuti : 1. ( ) Ya 2. ( ) Tidak
pelatihan kader kesehatan 2. Kapan:……….
No Ya Tidak 1. Saya mencatat data balita (nama balita, umur
balita, nama orang tua balita, alamat, berat badan sebelumnya) di meja pendaftaran. 2. Saya menimbang balita saat posyandu. 3. Saya menimbang berat badan balita pada
timbangan balita.
4. Saya mengatur posisi balita yang benar saat ditimbang dan memperhatikan dengan teliti hasil penimbangan.
5. Saya melakukan pencatatan hasil
penimbangan balita di KMS masing-masing balita.
6. Saya memantau grafik berat badan sekarang dan sebelumnya di KMS masing-masing balita (grafik berat badan di bawah garis merah, tepat di garis merah atau di atas garis merah).
7. Saya memberikan penyuluhan mengenai masalah gizi yang mungkin terjadi pada balita (penyakit kurang energi protein, kurang vitamin A, yodium serta zat besi). 8. Saya memberikan informasi tentang berat badan yang sesuai dengan usia balita.
9. Saya menginformasikan cara mengatasi masalah gizi balita yang berada di bawah garis merah kepada ibu balita.
CURICULUM VITAE
Nama : Zal Fitriyah
Tempat Tanggal Lahir : Sibolga, 13 Mei 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat rumah : Jl. Sei Padang Gang langgar no. 11 B Medan Riwayat Pendidikan : 1. SDN 081239 Sibolga 1995-2000