• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Kader Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA

DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

               

Disusun Oleh : AGNES RIA KUSUMA

J 410 131 040

   

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

 

(2)
(3)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER TERHADAP PERILAKU KADER DALAM PENYULUHAN GIZI BALITA

DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Agnes Ria Kusuma1, Yuli Kusumawati2, Rukma Astuti3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

ABSTRACT

A positive knowledge and attitudes cadres will have an impact on the will of cadres to always proactive and responsible in giving the socialization of the importance of nutrition toddlers

to the community. Research target to knowing the correlation about knowledge and an

attitude toward behavior cadres in the implementation of the counseling nutrition babies in Posyandu the working areas of Ngemplak Health Center Ngemplak Sub District Boyolali District.

Research Methods this research used observational analytic with cross sectional approach. Sample in research estimated 259 cadres .Research instruments uses a questionnaire .Analysis data using multiple linear regression at significant level 95 %.

Result in partial knowledge and attitudes about nutrition toddlers significant to behavior cadres in counseling nutrition babies in posyandu the working areas of Ngemplak Community Health Center Ngemplak Sub District Boyolali District (p=0,000). Together knowledge and attitudes about nutrition toddlers significant to behavior cadres in counseling nutrition babies in posyandu the working areas of Ngemplak. Community Health Center Ngemplak Sub District Boyolali District 63% (p=0,000).

Key Word: knowledge, attitudes, behavior cadres

 

 

 

 

 

(4)

Pendahuluan

Pada tahun 2012, Indonesia merupakan negara kekurangan gizi nomor 5 di dunia. Peringkat kelima karena jumlah penduduk Indonesia juga di urutan empat terbesar dunia, Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia (BPS, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan sebesar 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 (19,6%).

Data Provinsi Jawa Tengah selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan kasus tertinggi gizi buruk. Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan (RR) program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di posyandu. Keadaan status gizi masyarakat di Jawa Tengah dapat tercermin dari data tahun 2004 yang menunjukkan jumlah balita yang ada (S) sebanyak 2.767.378 dan dari jumlah tersebut jumlah balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu

2.064.472 (74,6%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya (N) sebanyak 1.556.443 balita (75,39%) dan balita yang berada dibawah garis merah (BGM) sebanyak 35.327 balit a (1,71%). Data tersebut menunjukkan bahwa di Jawa Tengah masih banyak ditemukan balita yang status gizinya berada dibawah standar (BGM).

Bahkan pada tahun 2006, Jawa Tengah menyumbang angka gizi buruk tertinggi dalam skala nasional, yaitu 10376 kasus, pada tahun 2009 angka kejadian anak yang menderita gizi buruk di Jawa Tengah turun menjadi 4.676 kasus berdasarkan kasus tersebur terdapat 43 balita (0,92%) meninggal dunia. Persentase kasus gizi buruk di Jateng sebesar 0,179% atau sebanyak 4.676 orang dari jumlah Balita yang ada (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012).

Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) Kabupaten Boyolali pada tahun 2015 menemukan data 562 (0,79%) dari 71.077 anak dinyatakan menderita gizi buruk. Mayoritas penderita gizi buruk ada di wilayah Boyolali Utara (Dinkes Boyolali, 2015).

(5)

2   

Bahkan Menteri Kesehatan pesimis jumlah balita penderita gizi buruk menurun mencapai target yang ditentukan dalam keputusan MDGs 2015, prevalensi gizi kurang pada balita masih 17,9 persen dan dikhawatirkan target MDGs tidak tercapai (Laporan MDGs, 2012).

Kejadian gizi buruk, bukan hanya terjadi pada masyarakat/keluarga dengan status ekonomi kurang saja namun juga terjadi pada keluarga/masyarakat dengan status ekonomi menengah ke atas meski ada kecenderungan lebih sedikit. Salah satu faktor kejadian gizi buruk adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pemberian makan dengan gizi yang tepat. Posyandu mempunyai peran yang vital untuk menumbuhkan dan mendidik masyarakat dalam hal pentingnya pengetahuan gizi balita.

Peran kader kesehatan sangat penting dalam kegiatan posyandu. Kader merupakan ujung tombak dalam sosialisasi kepada masyarakat. Kader kesehatan adalah seseorang yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas meningkatkan kesehatan masyarakat dengan sukarela. Tugas kader salah satunya adalah memberikan informasi kesehatan saat posyandu berlangsung. Pendidikan kesehatan yang diberikan ini berkaitan dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa kader merupakan sumber referensi rujukan masyarakat, dipercaya oleh masyarakat dan memiliki hubungan yang dekat dengan masyarakat karena kader tersebut merupakan bagian dari masyarakat. Peran kader dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi informasi kesehatan tersebut berpengaruh besar terhadap perilaku yang ada di masyarakat (Pradana, 2012).

Pentingnya peran kader tentunya harus diimbangi dengan pengetahuan kader dan sikap kader dalam perannya terhadap sosialisasi atau penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Penelitian Djafar (2014) tentang “Dampak Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Kader Posyandu Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Di Pondok Betung Pondok Aren”. Pengetahuan kader yang baik tentang gizi sangat penting bagi kader, agar kader mampu menyampaikan penyuluhan dengan baik. Sikap kader yang positif akan berdampak pada kemauan kader untuk selalu proaktif dan bertanggung jawab dalam memberikan sosialisasi pentingnya gizi balita kepada masyarakat.

Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali bagian utara, mempunyai cakupan wilayah kerja yang luas, dan mempunyai jumlah kader yang aktif lebih banyak dibandingkan dengan puskesmas yang lain di wilayah Boyolali utara. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Ngemplak Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, terdapat 735 kader yang tersebar dalam 12 Desa. Berdasarkan data kegiatan dari Puskesmas Ngemplak diperoleh informasi kegiatan penyuluhan di posyandu menjadi prioritas untuk menangani kasus gizi. Puskesmas memberikan pelatihan-pelatihan bagi kader, agar nantinya kader bisa memberikan penyuluhan kepada masyarakat sesuai posyandu masing-masing. Hasil wawancara terhadap 30 kader, didapatkan informasi 16 kader (53,3%) mempunyai pengetahuan baik tentang pentingnya penyuluhan gizi baik, sedangkan 14 (46,7%) dengan pengetahuan kurang baik.

(6)

dalam posyan Ngemp Metod J adalah rancan peneli wilaya Kecam Boyol Novem kader Kerja Ngemp Instrum kuesio reliabi data d bergan prasya Hasil G penget lebih d yaitu 5 Gamb Kader P penget posyan Ngemp yaitu sedang sebany untuk respon Ku m penyuluh ndu wilaya mplak Boyola de Penelitia Jenis penel h observasi ngan cross tian dilak ah Kerja P matan Ng ali dilaku mber 2015. yang berad Puskesmas mplak Ka men pene oner yang te ilitasnya ter dengan meng

nda, yang te arat analisisn Penelitian Gambaran tahuan kad dari separuh 54,8 %. ar1.Diagram r Tentang Gi

Pada gamb tahuan kade ndu wilaya mplak Boyola sebanyak 14 gkan dala yak 94 res kategori nden (9%). Cukup 36% urang 9% han gizi ah kerja ali. n litian yang ional analit s sectiona kukan di Puskesmas gemplak ukan pad Sampel seb a di Posyan

Ngemplak abupaten elitian me elah diuji va rlebih dahul ggunakan re erlebih dahu nya. tentang er tentang termasuk ka

m Kategori P zi Balita.

bar 1terlih er tentang gi ah kerja ali dalam ka 42 responde am katego sponden (36 kurang seb Baik 55% balita di Puskesmas digunakan tik dengan al. Lokasi Posyandu Ngemplak Kabupaten da bulan banyak 259 ndu wilayah Kecamatan Boyolali. enggunakan aliditas dan lu. Analisa egresi linier ulu diujikan kategori gizi balita ategori baik Pengetahuan hat bahwa izi balita di

Puskesmas ategori baik en (54,8%), ori cukup 6,2%), dan banyak 23 D perilak balita puskes ditamp Tabel Perilak Minim Maxim P penguk penyul terenda sebesar deviasi P dalam skor t tertingg standar S inform dengan syarat-Tabel 2 Asumsi Normali Pengetah Sikap Perilaku Multikol Auto Ko Heterosk Hipotes Regresi Hipotesi Koefisie Determi Data statist ku kader da

di posya mas Ng pilkan pada ta

1. Data ku. Sik mum mum 53,1 32 78 Pada tabel d kuran vari

uhan gizi ah sebesar

r 78. Rata-r i (SD) sebesa

Pengukuran v penyuluhan terendah s gi sebesar 20 r deviasi (SD

Selanjutnya masi tentang

n regresi syaratnya.

2. Hasil Ana Uji Klasik itas huan u linieritas orelasi kedastisitas is Berganda is en nasi

tik skor s alam penyu andu wilay

gemplak able 1 beriku

Statistik S

kap Per 9,3 2,0 8,0 13, 2 diketahui seb abel sikap i balita de

32 dan sko ata (means) ar 53,1 9,3

variabel peri n gizi bali ebesar 5 0. Rata-rata D) sebesar 13

tabel 2 m hasil analis linier berg

alisis Data Hasil 0,061>0,05 0,466>0,05 0,102>0,05 1,115 1,410 acak α=0,88 1 β=0,67 2 β =0,05 P=0,000 0,633 sikap dan uluhan gizi yah kerja Boyolali ut: Sikap dan rilaku 9 3,1 5,0 20,0 baran hasil p tentang ngan skor or tertinggi standar 3. ilaku kader ita dengan dan skor (means) 3,9 3,1.

(7)

4   

Uji t digunakan untuk pengujian pengaruh masing-masing variabel independen (pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependen (perilaku) dengan hasil sebagai berikut:

Pengaruh Variabel X1 (pengetahuan tentang gizi balita) dengan Variabel Y (perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita). Hasil perhitungan t statistik untuk variabel pengetahuan gizi balita diperoleh nilai sebesar 18,070 maka Ho ditolak, artinya pengetahuan tentang gizi balita berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita.

Pengaruh Variabel X2 (sikap tentang penyuluhan gizi balita) dengan Variabel Y (perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita). Hasil perhitungan t statistik untuk variabel sikap tentang penyuluhan gizi balita diperoleh nilai sebesar 4,390, maka Ho ditolak, artinya variabel sikap tentang penyuluhan gizi balita berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita.

Uji F digunakan untuk menyatakan ada tidaknya pengaruh variabel independen (pengetahuan dan sikap) secara bersama-sama (keseluruhan) terhadap variabel dependen (perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita). Hasil perhitungan F statistik diperoleh nilai sebesar 221,075, maka Ho ditolak, artinya variabel independen (pengetahuan dan sikap) secara

bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita.

Koefisien Determinasi (R square)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil perhitungan koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0.633. Hal menunjukkan variabel bebas (pengetahuan dan sikap),

memberi sumbangan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita sebesar 63,3% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Pembahasan

Pengaruh Pengetahuan Tentang Gizi Balita Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita.

Hasil penelitian menunjukkan besar koefisien regresi untuk variabel pengetahuan tentang gizi balita adalah 0,678 dengan parameter positif. Pengetahuan kader yang baik tentang gizi sangat penting bagi kader, agar kader mampu menyampaikan penyuluhan dengan baik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hal yanng penting dan mendasar harus dimiliki oleh para kader kesehatan, pengetahuan menjadi modal dasar dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Peningkatan pengetahuan kader melalui pelatihan sangat diperlukan agar kader mampu mengelola dan melakukan deteksi dini perkembangan sesuai dengan kemampuannya, karena pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan tindakan seseorang.

(8)

perkembangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Green (2010) pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam pembentukan perilaku. Penelitian Eka, dkk (2014) menjelaskan pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam melakukan deteksi dini terhadap perkembangan balita. Sikap yang negatif mencerminkan perilaku yang kurang, kemungkinan sikap negatif dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan

Hasil penelitian membuktikan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka, dkk (2014) pengetahuan signifikan berpengaruh terhadap perilaku. Penelitian lain yang menguatkan penelitian ini adalah hasil dari penelitian Latif (2011) juga menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik kader dalam pelaksanaan posyandu. Pengetahuan kader berpengaruh pada ketrampilan kader terhadap materi apa yang hendak disampaikan. Pengetahuan kader mempengaruhi sikap yang positif, kemudian membentuk perilaku yang baik ketika kader melakukan penyuluhan tentang gizi balita

Pengaruh Sikap Tentang Penyuluhan Gizi Balita Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita.

Hasil penelitian menunjukkan besar koefisien regresi untuk variabel sikap tentang penyuluhan gizi balita adalah 0,058 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan variabel sikap tentang penyuluhan gizi balita maka perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita akan meningkat. Hal ini membuktikan sikap merupakan faktor penting dalam membentuk

perilaku seseorang. Seperti yang dijelaskan oleh Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan sikap mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang.

Pentingnya peranan sikap dalam pembentukan perilaku juga terungkap dari penelitian Djafar (2014) menjelaskan sikap mempunyai pengaruh signifikan terhadap tindakan kader dalam penyuluhan kesehatan tentang pedoman gizi seimbang untuk balita. Sikap merupakan cerminan dari persepsi kader dari pentingnya peranan kader dalam meningkatkan kualitas hidup teruatama pada ibu dan balita. Semakin positif sikap kader maka akan meningkatkan praktik dan perilaku kader dalam melakukan penyuluhan yang menjadi tanggung jawabnya.

Hasil penelitian membuktikan sikap tentang penyuluhan gizi balita berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita. Penelitian ini dikuatkan oleh penelitian Sudaryono (2010) yang menyatakan sikap berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader,demikian juga dengan penelitian Latif (2011) yang menyatakan sikap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik kader dalam pelaksanaan posyandu.

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap secara Bersama-Sama (Keseluruhan) Terhadap Perilaku Kader Dalam Penyuluhan Gizi Balita.

(9)

6   

sosialisasi atau penyuluhan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Penelitian Djafar (2014) menjelaskan pentingnya pengetahuan dan sikap kader. Pengetahuan kader yang baik tentang gizi sangat penting bagi kader, agar kader mampu menyampaikan penyuluhan dengan baik. Sikap kader yang positif akan berdampak pada kemauan kader untuk selalu proaktif dan bertanggung jawab dalam memberikan sosialisasi pentingnya gizi balita kepada masyarakat.

Gabungan pengetahuan dan sikap, memberi sumbangan terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita sebesar 63,3% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Besarnya kontribusi gabungan pengetahuan dan sikap menunjukkan betapa pentingnya kedua variabel untuk meningkatkan keberhasilan penyuluhan gizi balita. Hal ini sesuai dengan penelitian Eka, dkk (2014) yang menjelaskan pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku kader dalam melakukan deteksi dini terhadap perkembangan balita. Sikap yang negatif mencerminkan perilaku yang kurang, kemungkinan sikap negatif dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan. Penelitian Latif (2011) juga

menguatkan bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik kader dalam pelaksanaan posyandu. Pengetahuan kader berpengaruh pada ketrampilan kader terhadap materi apa yang hendak disampaikan. Pengetahuan kader mempengaruhi sikap yang positif, kemudian membetuk perilaku yang baik ketika kader melakukan penyuluhan tentang gizi balita.

Simpulan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas

2013). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Djafar, M. 2014. “Dampak Pengetahuan dan Sikap Terhadap Tindakan Kader Posyandu Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Di Pondok Betung Pondok Aren”. Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, 2015, Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali

Tahun 2015, Boyolali: Dinas Kesehatan

Eka, Y.C., Kritiawati, dan Diyan P. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kader KIA dalam Deteksi Dini Perkembangan Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Babat Lamongan”. Publikasi Ilmiah. Program Studi Pendidikan Ners . Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga

Latif. V. N. 2011. “Hubungan Faktor Predisposing Kader (Pengetahuan dan Sikap Kader terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dalam Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto”. Pena Media Jurnal Kesehatan Vol 3 No 1(2011) ISSN: 2086-843X ISSN ONLINE : 977 2301643002

Pradana. D.A. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Oleh Kader Terhadap Praktek Ibu dalam Pemberian MP-ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Ledokombo

Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: PSIK Universitas Jember

Sudaryono.2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Dalam

Kegiatan Posyandu di Kecamatan Bontobahari kabupaten Bulukamba. Tesis.

Makasar: Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin Makasar.

Tim Dinkes Jateng. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Prof Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang akan diteliti yaitu berupa urin sewaktu perempuan usia lanjut menggunakan metode mikroskopis sedimen urin yang diperiksa jumlah leukosit dalam urin dan yang

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan antara bid-ask spread dan abnormal return sebelum dan sesudah stock split.. Untuk trading

ketiga simpang ini merupakan simpang tak bersinyal dan memiliki volume lalu lintas tinggi karena merupakan salah satu akses menuju kawasan pendidikan dan kawasan

Untuk menu mencari arti istilah komputer, istilah yang diinginkan langsung dapat diinput yang selanjutnya akan ditampilkan arti dari istilah yang dicari bila istilah tersebut

 Anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang konstruktif, bertindak lebih ramah dan saling percaya satu sama lain, dan

[r]

Hasil interpretasi tanda yang ada pada iklan korporat Dove “Real Beauty” versi global ke lokal menunjukkan pergeseran standar kecantikan (definisi baru kecantikan) hanya

[r]