• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN LEUKOSIT URIN PADA PEREMPUAN PRA LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK (Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMERIKSAAN LEUKOSIT URIN PADA PEREMPUAN PRA LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK (Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN Leukosit Urin PADA PEREMPUAN PRA

LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK

(Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan)

KARYA TULIS ILMIAH

RISMA DEVIANTIKA SARI

15.131.0083

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(2)

PEMERIKSAAN Leukosit Urin PADA PEREMPUAN PRA

LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK

(Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikanStudi Diploma III Analis Kesehatan

pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

RISMA DEVIANTIKA SARI

15.131.0083

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

(3)

PEMERIKSAAN LEUKOSIT URIN PADA PEREMPUAN PRA LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK

(Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan)

Oleh :

Risma Deviantika Sari

ABSTRAK

Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit yang banyak dialami di seluruh dunia, salah satunya pra lanjut usia dikarenakan peningkatan usia sehingga pertahanan tubuh mengalami penurunan terhadap adanya organisme asing dan tidak dapat bertahan terhadap adanya infeksi. Infeksi terjadi disebabkan adanya benda asing yang menyerang jaringan saluran kemih dan mempengaruhi sistem imun salah satunya dengan memproduksi leukosit, sehingga ciri-ciri terjadinya infeksi pada saluran kemih yaitu dengan meningkatnya leukosit pada urin. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jumlah leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi isk di Puskesmas Batumarmar Pamekasan.

Desain penelitian adalah Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini semua perempuan pra lanjut usia di Puskesmas Batumarmar pamekasan sejumlah 18. Sampel dalam penelitian ini adalah 7 perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK di Puskesmas Batumarmar Pamekasan yang di ambil secara Purposive Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia menggunakan alat ukur yang berupa observasi.

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa dari 7 responden sebagian besar leukosit responden didapatkan hasil tinggi sejumlah 4 responden (60%), sebagian kecil leukosit responden didapatkan hasil normal sejumlah 3 responden (40%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK di Puskesmas Batumarmar Pamekasan memiliki jumlah leukosit urin yang tinggi.

(4)

The examination of urine leukocytes in pre-elderly women who

are indicated UTI

(study in Puskesmas of Batumarmar Pamekasan regency)

Risma Deviantika Sari*Ruliati**Hindyah Ike Suhariati

ABSTRACT

Urinary Tract Infection is a disease that often occurs to people in this world, one of them is pre-elderly women because age increase makes the body's defenses decrease with the presence of foreign organisms and cannot survive to infection. That infection is caused by the presence of foreign organisms that attack urinary tract tissues and affect immune system by producing leukocytes, then increasing leukocytes in urine which can be a sign of infection in the urinary tract. This research aimed to find out the amount of urine leukocytes in pre-elderly women who are indicated UTI in Puskesmas of

Batumarmar Pamekasan.

This research was descriptive. The population was all pre-elderly women in Puskesmas of Batumarmar Pamekasan as many 18 and the sample was 7 pre-elderly women who are indicated UTI in the Puskesmas that taken by Purposive Sampling. Variable in this research was an examination of urine leukocytes in pre-elderly women by using observatio.

Based on this research showed that in 7 respondents, most of the respondent's leukocytes obtained a high result amounted to 4 respondents (60%), while a few proportion of respondent's leukocytes obtained a normal result as many 3 respondents (40%).

The conclusion was most of pre-elderly women who are indicated UTI in Puskesmas of Batumarmar Pamekasan have high leukocyte counts.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pamekasan, 21 Desember 1997 dari pasangan ibu Sulastri dan bapak Karminto. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SDN Tamberu 1 Pamekasan, tahun 2012 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Waru - Pamekasan, tahun 2015 penulis lulus dari SMANegeri 4 Pamekasan dan penulis masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII Analis

Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 4 juni 2018

(10)

MOTTO :

jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka

(11)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecil ini untuk orang-orang yang kusayangi,

Untuk yang tercinta, tersayang dan kuhormati bapak dan mamaku

Karminto dan Sulastri

Saudaraku yang membuatku terus berjuang

Irma Ayulia Kartini dan Rima Trizaliana Septianingrum

Sahabat seperjuanganku yang selama 3 tahun mengalami suka dan duka

bersama

Pingkania Nurul Haliza, Nur Sela Pratiwi, Riska Velisyana, Chitra Wahyuning KW, Habibah, Annisa’ Syawaliah Akhyari, Maizah, Siti Nuraini, Q Aini Fitri,

Endang Maimunah, Khairun nisak, Fira Yuliana

Motivator dan Penyemangatku

EXO We Are One

Adik-adik Kost Kemuning

Inu, Dela, Fenny

Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah ini berhasil terselesaikan. Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Pemeriksaan Leukosit Urin pada Perempuan Pra Lanjut Usia yang Terindikasi ISK (studi di Puskesmas Batumarmar

Kabupaten Pamekasan)”.

Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada H. Imam Fathoni, S.KM., M.M selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked selaku Kaprodi D-III Analis Kesehatan, Ruliati, S.KM., M.Kes selaku pembimbing utama danHindyah Ike Suhariati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing anggota karya tulis ilmiah yang banyak memberikan saran dan masukan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, kedua orang tua saya yang selalu mendukung

secara materil dan ketulusan do’anya sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik, serta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungannya.

Karya tulis ilmiah ini belum sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang dapat mengembangkan karya tulis ilmiah sangat penulis harapkan guna menambah pengetahuan dan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan.

Jombang, 4 Juni 2018

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN JUDUL DALAM ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

LEMBAR PERSETUJUAN KTI ...v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...vi

SURAT KEASLIAN ...vii

SURAT PLAGIASI...viii

RIWAYAT HIDUP ...ix

MOTTO...x

HALAMAN PERSEMBAHAN...xi

KATA PENGANTAR ...xii

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan masalah...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

(14)

2.2 Definisi Leukosit ...11

2.3 Hubungan Leukosit dengan Infeksi Saluran Kemih...15

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ...18

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ...19

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ...20

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...20

4.3 Populasi, Sampling dan Sampel ...21

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work) ...23

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...24

4.6 Instrumen Penelitian dan Prosedur Pemeriksaan ...24

4.7 Teknik Pengolahan dan Anallisa Data ...26

4.8 Etika Penelitian ...28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ...29

5.2 Pembahasan...32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...39

6.2 Saran...39 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih ...6

Tabel 2.2 Klasifikasi Jumlah Leukosit urin...11

Tabel 4.1 Definisi Operasional ...23

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur...30

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nyeri Perut dan Pinggang ...30

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perih Saat berkemih ...30

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cairan Pembersih Vagina ...31

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarang Sering Buang Air Kecil...31

Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Konsumsi Obat ...31

(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1Leukosit 12

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Lampiran

1. Formulir Pernyataan Bersedia Menjadi Responden 2. Lembar Kuesioner

3. Lembar Observasi

4. Lembar Tabulasi Hasil Data Umum

5. Lembar Surat Izin Penelitian dari STIKES ICME Jombang 6. Lembar Hasil Penelitian

(18)

DAFTAR SINGKATAN

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era modern ini angka kematian manusia banyak disebabkan karena suatu penyakit. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 kematian diseluruh dunia sebanyak 25 juta, sepertiganya diantaranya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Orang yang terkena ISK selama hidupnya hampir mencapai 10%. Penduduk diseluruh dunia tiap tahunnya sekitar 150 juta menderita infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasarkan pada jenis kelamin dan umur. Karena perbedaan anatomis dibandingkan pria, wanita lebih sering terinfeksi. Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang sering terjadi di negara berkembang menempati posisi kedua (23,9%) setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi dari pasien di fasilitas kesehatan yang paling sering didapatkan. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan (Pezzlo dalam Sutarman, 2014). Wanita post menopause mencapai 10% yang mengalami Infeksi Saluran Kemih, setidaknya satu kali dalam hidup wanita akan mengalami Infeksi Saluran kemih sekitar 50-60% (Ch.Sumolang dkk, 2013).

(20)

dan wahyuni tahun 2015 menunjukkan hasil rata_rata pengukuran kadar leukosit sebesar 4-6 /LPB yang termasuk normal kategori tinggi, disebut leukosituri jika dalam urin terdapat leukosit yang melebihi nilai normal, Salah satu tanda adanya peradangan pada saluran kemih disebut leukosituri (KemenkesRI, 2011). Dan berdasarkan penilitian sebelumnya oleh Sumolang dkk tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa angka kejadian Infeksi Saluran Kemih meningkat pada pasien berumur 40 tahun ke atas dengan puncak tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 10 kasus (33,3%). Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada umumnya terbatas saluran kemih bagian bawah pada wanita, yaitu uretra dan kandung kemih, tetapi juga dapat menyebar ke saluran kemih bagian atas sampai ke ginjal. Begitu juga sebaliknya infeksi saluran kemih bagian atas selalu disertai dengan infeksi saluran kemih bawah (Junizaf dalam Ekawati dan Wahyuni, 2015).

(21)

faktor predisposisi. Dampak ISK seperti demam, adakala perasaan kacau yang timbul mendadak dan inkontinesi. Infeksi Saluran Kemih yang tinggi mengalami gejala seperti Demam, terkadang menggigil dan mengalami sakit pinggang tepatnya di ginjal (Nuari dan Widayati, 2017:221).

Sel leukosit (sel darah putih) tidak bergerak jika tidak ada zat asing. Akan tetapi, jika sel leukosit bergerak dan bekerja maka terdapat benda asing yang masuk ke dalam sirkulasi darah. Leukosit menyerang dengan cara memakan zat asing seperti kuman-kuman penyakit atau zat lain yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi dari leukosit sebagai pelindung atau pertahanan utama adanya infeksi dalam sirkulasi darah . Fagosit sebagai sifat dari leukosit bisa mencerna atau memakan zat asing atau kuman penyakit. Kemampuan leukosit dalam melakukan fagosit disebut fagositosis. Selain fagositosis, leukosit juga memiliki kemampuan untuk menembus dinding pembuluh darah kapiler dan masuk melalui sel atau jaringan tubuh yang disebut sebagai kemampuan diapedesis. Leukosit bekerja menuju jaringan yang membutuhkan dengan cara menembus dinding kapiler, jika terdapat zat asing yang masuk. Jadi, leukosit tidak selalu dalam pembuluh darah (Rossalia dkk, 2015:196). Leukosit dalam urin normalnya tidak lebih dari 5 sel/LPB. Adanya Infeksi atau inflamasi ditraktus urinarius dan adanya leukosit cast yang berasal dari ginjal sehingga terjadi Peningkatan leukosit dalam urin yang disebut pyuria. Infeksi bisa disebabkan karena adanya bakteri (Loesnihari, 2012).

(22)

kemih. Berdasarkan uraian diatas, Peneliti ingin mengetahui jumlah leukosit dalam urine yang terindikasi Infeksi Saluran Kemih. Adanya jumlah leukosit yang melebihi batas normal dapat terindikasikan adanya suatu kelainan dalam kandung kemih. Dengan mengetahui jumlah leukosit dalam urine, dapat mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dengan Infeksi Saluran Kemih.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah jumlah leukosit pada urin perempuan pra lanjut usia yang terindikasi isk?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui jumlah leukosit pada urin perempuan pra lanjut usia yang terindikasi pada isk.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan informasi pada perkembangan ilmu kesehatan khususnya dibidang kimia klinik. 1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Masyarakat

(23)

1.4.2.2 Bagi Institusi

Diharapkan tenaga analis kesehatan dapat memperoleh referensi dan melakukan pemantauan terhadap penyakit infeksi saluran kemih.

1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Saluran Kemih

2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih

Urin mengandung bakteri ketika terinfeksi, urin bisa dikatakan cairan steril. Saluran kemih yaitu terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, dimana prosesnya urin tersebut dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju tempat penampungan yang disebut kandung kamih, setelah ditampung urine kemudian dibuang dari tubuh melalui saluran pelepasan yang disebut uretra. Urin dapat memberikan informasi mengenai fungsi metabolik tubuh, kelainan ginjal, dan saluran kemih melalui pemeriksaan sederhana. Diklasifikasikan Infeksi Saluran Kemih dengan atau tanpa komplikasi dikarenakan adanya infeksi yang melibatkan saluran kemih

bagian atas atau bawah. (Sumolang, Porotu’o, Soeliongan, 2013). Darah bebas dari zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah yang disebut sebagai sistem perkemihan atau sistem urologi. Sistem perkemihan pada tubuh mempunyai fungsi utama yaitu melakukan ekskresi dan eliminasi sisa-sisa metabolisme tubuh (Nuari dan Widayati, 2017).

Tabel 2.1 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih Infeksi Saluran kemih

Bagian Atas

Contoh terjadinya infeksi saluran kemih bagian atas : 1. Pielonefritis (parenkim ginjal)

2. nefritis interstisial 3. abses.

Infeksi saluran Kemih Bagian Bawah

Contoh terjadinya infeksi saluran kemih bagian bawah : 1. sistis (infeksi pada kandung kemih)

2. prostatitis

(25)

2.1.2 Patogenitas infeksi Saluran Kemih

Resistensi Kolonisasi terhadap ketahanan suatu organ yaitu pertumbuhan kuman patogen yang berlebih pada mukosa, saluran cerna, saluran kemih, bronchi, rongga mulut atau tenggorok. Pada Infeksi Saluran Kemih pembilasan uretra dengan berkemih secara teratur dapat memberikan efek yaitu pelepasan sel-sel epitel kandung kemih tempat kuman-kuman melekat. saluran kemih steril jika tidak terdapat Infeksi Saluran Kemih dan kolonisasi saluran kemih maka juga sudah terjadi kolonisasi di dalam usus besar. Terdapat kesimbangan kuman aerob yang menimbulkan Infeksi Saluran Kemih pada usus besar dan kuman anaerob yang jumlahnya mengganda. Antibiotika broad-sprectum seperti Ampisilin, tetrasiklin dan sulfonamida (usus) yang diserap kurang baik oleh usus, akibat terganggunya keseimbangan sehingga banyak membunuh bakteri anaerob. Maka dari itu kuman aerob seperti coli, klebsiella, proteus perbanyakannya tidak terhalang, pertumbuhannya memarak dan terjadi kolonisasi usus sehingga risiko penularan ke saluran kemih dan terjadinya Infeksi Saluran Kemih diperbesar (Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007:135).

2.1.3 Faktor Resiko Infeksi saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih terdiri dari beberapa faktor resiko, dimana faktor resiko tersebut yang dapat menimbulkan infeksi dengan mudah.

(26)

2.1.3.2 Gangguan pengosongan kandung kemih : akibat obstruksi (batu ginjal), tertinggalnya residu dimana kuman-kuman mudah berpoliferasi tejadi karena disfungsi atau hipertrofi prostat. 2.1.3.3 Hygiene pribadi kurang baik : menyebabkan kolonisasi kuman

uropatogen yaitu sekitar ujung uretra, misalnya wanita yang menggunakan pembalut, diamana kuman-kuman menjalar ke atas menuju uretra, lalu menuju kandung kemih dan kemudian menyebar melalui ureter ke ginjal yaitu Infeksi Saluran Kemih bagian atas.

2.1.3.4 Penggunaan kateter : melalui senggama, misalnya vaginitis yang dapat mempermudah infeksi, yang disebabkan karena adanya infeksi lokal.

2.1.3.5 Penderita diabetes : meningkatnya daya melekat bakteri pada epitel saluran kemih sehingga penderita diabetes melitus lebih peka terkena Infeksi Saluran Kemih yang diakibatkan oleh penyebab tertentu (Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007:136).

(27)

karena diafragma mendorong uretra secara berlawanan dan membuat uretra lebih sulit untuk mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (Hermiyanty, 2016).

2.1.4 Pengobatan

Untuk memastikan adanya infeksi kuman perlu menjalani terapi antibiotika dengan cara dip slide test. Menentukan jenis obat mana yang efektif dan mengidentifikasi kuman penyebab maka dilakukan pembiakan lengkap, namun dalam praktek terapi sudah dimulai dengan gejala klinis tertentu dan berdasarkan pemeriksaan sedimen kemih. Dapat dibagi dalam dua kelompok obat-obat yang digunakan pada Infeksi Saluran Kemih yaitu:

2.1.4.1 Infeksi Saluran Kemih bagian bawah tanpa komplikasi: 1) Obat trimetoprim, nitrofurantoin atau sulfametizol, dikonsumsi

selama 3-5 hari berturut-turut. Supaya kuman tidak berkesempatan memperbanyak diri dalam kandung kemih maka pasien harus banyak minum air minimal 2 liter sehari yang tujuannya untuk mestimulasi diuresis.

2) Obat kuinolon, misal pipemidinat atau suatu fluorkuinolon seperti siproflokasain, norfloksasin dan lain-lain yang dimana spektrum kerjanya lebih luas untuk yang gejalanya belum hilang atau belum berkurang setelah 3-5 hari.

3) Amoksisilin dan klavulana, digunakan jika ada kuman yang resisten.

4) Nitrofurantoin, kurang aktif bila kemih bereaksi basa.

(28)

2.1.4.2 Infeksi Saluran Kemih bagian atas dengan komplikasi: 1) Kotrimoksazol, siprofloksasin atau kombinasi amoksisilin dan

asam klavulanat, digunakan untuk pyelitis dan prostatitis yang diperkirakan adanya resisten.

2) Penisilin dan sefalosporin, dalam dosis layak menghasilkan kadar kemih yang tinggi dan efektif terhadap kuman Gram-positif dan Gram-negatif.

3) Fluorokuinolon (siprofloksasin dan norfloksasin) dikombinasi dengan aminoglikosida (gentamisin), hasil baik digunakan tehadap pseudomonas (Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007:136-137).

2.1.5 Lamanya pengobatan

2.1.5.1 Infeksi Saluran Kemih bagian bawah tanpa komplikasi: Untuk mencapai penyembuhan optimal 95-98% tanpa risiko kambuhnya infeksi maka yang pertama-tama dianjurkan adalah terapi selama 7-10 hari.

2.1.5.2 Infeksi Saluran Kemih bagian atas dengan komplikasi: pengobatan yang dijalani lebih lama, sampai 3 minggu (Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2007:137).

2.1.6 Pencegahan

(29)

infeksi dengan memperhatikan faktor resiko di atas. Ada beberapa tindakan pencegahan, yaitu:

1) Minum air lebih banyak setiap hari. 2) Jangan menahan buang air kecil.

3) Membasuh vagina dari arah depan ke belakang bukan sebaliknya, setelah buang air kecil.

4) Bersihkan alat kelamin saat melakukan hubungan intim.

5) Menghindari penggunaan cairan yang tidak bermanfaat pada alat kelamin, karena biasa membuat uretra iritasi (C.Wirawan, 2013).

2.2 Definisi Leukosit

Leukosit merupakan sel darah putih yang pada umumnya leukosit ukurannya lebih besar dari pada eritrosit. Dibandingkan eritrosit jumlah leukosit lebih sedikit dan jumlah leukosit tergantung pada umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh. Leukosit berbentuk bulat atau cekung, tidak berwarna dan memiliki inti, bentuk leukosit tidak tetap jika dilihat dari bawah mikroskop. Dalam sirkulasi darah, leukosit yaitu sebagai sel yang bergerak dan sel yang tidak bergerak, artinya sel yang tidak bergerak jika tidak terdapat zat asing yang masuk dalam sirkulasi darah akan tetapi jika sel leukosit bergerak maka terdapat zat asing yang masuk kedalam sirkulasi darah. Sel darah putih ini dibentuk pada sumsum merah tulang pipih, limpa atau kelenjar getah bening. Leukosit berfungsi sebagai pelindung atau pertahanan utama dari infeksi dan menyerang dengan cara memakan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Jumlah leukosit urin diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 2.2 klasifikasi jumlah leukosit urin Leukosit Urin (LPB) Kategori

(30)

Ada beberapa jenis sel darah putih, sebagai berikut :

1. Neutrofil, berfungsi sebagai pertahanan dari mikroorganisme yaitu bakteri. Yang bersirkulasi dalam darah dari leukosit sekitar 60%-70% kadar Neutrofil. Pada kondisi kurang oksigen neutrofil dapat bertahan, umur neutrofil 1-4 hari.

2. Basofil, dari jumlah leukosit hanya 1% kadar basofil dalam darah, basofil berfungsi sebagai penyembuhan dalam peradangan.

3. Eusinofil, kadar eusinofil 2%-4% yang perannya untuk mematikan parasit yaitu cacing dan alergi.

4. Monosit, memiliki inti lonjong dan berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari protozoa, virus dan memakan sel-sel tua, kadar monosit 3%-8%. 5. Limfosit, berfungsi sebagai kekebalan tubuh atau imunitas, zat asing,

sel kanker, dan virus. sel ini tidak bisa bergerak, jenis sel lainnya bersifat fagositisis. Limfosit ada yang berumur hanya beberapa hari ada yang bertahun-tahun, umur sel ini bervariasi. Dari jumlah leukosit kadar limfosit sekitar 20%-30% (Rossalia dkk, 2015:196).

(31)

Gambar 2.2 jenis-jenis leukosit

2.2.1 Lanjut Usia

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia, usia lanjut merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan. Proses alami yang tidak dapat dihindari berjalan secara terus-menerus dan berkesinambungan merupakan proses penuaan. Fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan akan dipengaruhi, yang disebabkan karena perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh. Proses penuaan tahap dewasa dimana tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Tubuh yang mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan disebabkan karena berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh.

terdapat lima klasifikasi pada lansia sebagai berikut :

1. Pralansia atau prasenilis merupakan seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

(32)

3. Lansia risiko tinggi merupakan seseorang yang bermasalah dengan kesehatan yaitu, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

4. Lansia potensial merupakan lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau saja. 5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain dikarenakan tidak berdaya mencari nafkah sendiri. Penyakit pada lansia pada umumnya penyebabnya berasal dari dalam tubuh (endogen) sedangkan dari luar tubuh (eksogen) yaitu pada orang dewasa. hal ini disebabkan karena lansia yang mengakibat kerusakan sel-sel karena proses menua sehingga telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh, dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh seperti produksi hormon, enzim, dan zat-zat lainnya menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi (Maryam, Ekasari dkk, 2008).

2.2.2 Pemeriksaan Leukosit

Pemeriksaan sediment urin merupakan pemeriksaan rutin, urin yang digunakan adalah urin segar, sedimen urin merupakan unsur yang tidak

larut dalam urin yang berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih. Urin merupakan larutan kompleks sisa metabolisme ginjal yang berisi Air +

(33)

sewaktu bisa digunakan untuk bermacam-macam pemeriksaan (Arianda, 2015). Untuk mendapatkan sedimen maka urin dicentrifuge terlebih dahulu. urin dituangkan pada tabung centrifuge 7-8 ml atau sampai ¾ tabung lalu dicentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm centrifuge selama 5 menit. Ambil 1 tetes supernatan yang berada di dasar tabung, diletakkan pada obyek glass di tutup dengan cover glass kemudian diamati di bawah mikroskop lensa obyektif perbesaran 10X terlebih dahulu untuk melihat fokus selanjutnya lensa obyektif perbesaran 40X. Jumlah rata-rata leukosit dihitung per LPB.

2.3 Hubungan Leukosit dengan Infeksi saluran Kemih

Inflamasi bisa disebabkan adanya infeksi, Misalnya bakteri, debris, jamur dll yang bersifat patogen merupakan penyebab timbulnya inflamasi. Leukosit yang mempunyai aktivitas sebagai penetralisir antigen akan menuju ke daerah yang terinfeksi untuk menetralisir antigennya tersebut. Muncul berbagai produk leukosit di dalam urin untuk hasil dari respon inflamasi, sebagai akibat dari adanya reaksi radang. Sedimen merupakan kumpulan dari berbagai macam jenis produk yang terakumulasi di dalam endapan urin. Untuk mempertimbangkan diagnosis infeksi saluran kemih, sedimen memiliki banyak jenis yang bisa dijadikan acuan salah satunya sedimen leukosit (Amna dan Madjawati, 2012).

(34)

bertahan terhadap adanya infeksi. Pada urin jika diemukan leukosit atau sel darah putih lebih dari 5/lpb yaitu disebut Leukosituria. ditunjukkan dengan temuan leukosituria jika terdapat inflamasi atau peradangan di dalam saluran genitourinaria dan munculnya bersamaan dengan bakteriuria asimtomatik bahkan Infeksi Saluran kemih. Adanya invasi bakteri yang ditandai dengan bakteriuria dan leukosituria terhadap suatu respon inflamasi dari sel uroepitelium yang disebut Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Dwi Saraswati, martini, dan Sawaraswati, 2018). Wanita lebih sering menderita penyakit infeksi saluran kemih karena saluran kemihnya yang lebih pendek dan terbuka dari pada pria. Insidennya meningkat terutama pada usia menopause karena pengaruh hormonal, terjadinya prolaps dan turunnya rahim atau kandung kemih (David E.Schteingart dalam Safarudin, 2011).

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang pernah penulis baca : No Nama

Penulis

(35)
(36)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Novita, Rika dan Miratu, 2015).

Keterangan:

Diteliti Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pemeriksaan Leukosit Urin pada Perempuan Lanjut Usia yang Terindikasi ISK

Urin

Mikroskopis Makroskopis

Sedimen Urin

Eritrosit Leukosit Epitel

Normal 0-5/lpb

Diatas Normal > 5/lpb

Terindikasi ISK

(37)

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Notoatmodjo, 2010). Dari penelitian ini penyusun dimulai dari desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi penelitian, sampel dan sampling, kerangka kerja (Frame Work), identifikasi variabel dan definisi operasional variabel, instrumen penelitian dan prosedur pemeriksaan, teknik pengolahan dan analisa data, etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan struktur konseptual yang diperlukan peneliti untuk menjalankan riset yang merupakan blueprint yang diperlukan untuk mengumpulkan, mengukur, dan menganalisis data dengan koefisien (Nasir, Muhith dan Ideputri, 2011).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena atau masalah yang terjadi dalam masyarakat yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Peneliti menggunakan desain ini, karena peneliti hanya ingin mengetahui jumlah leukosit urin pada perempuan Pra lanjut usia di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

(39)

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada perempuan lanjut usia di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan dengan pengujian pemeriksaan Leukosit urin pada Perempuan Pra Lanjut Usia yang terindikasi ISK yang dilaksanakan di Laboratorium Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan.

4.3 Populasi, Sampling dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan Pra lanjut usia di Puskesmas Batumarmar kabupaten pamekasan, sejumlah 18.

4.3.2 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampling yang digunakan oleh peniliti adalah purposive sampling,

adalah teknik penetapan sampel dimana sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumya, dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2008).

4.3.3 Sampel

(40)

4.3.3.1 Kriteria Inklusi

1) Wanita Usia 50-59 tahun yang terindikasi ISK a. Demam

b. Sakit pinggang

c. Merasakan perih saat berkemih 2) Tidak menstruasi

3) Bersedia diteliti 4.3.3.2 Kriteria Eksklusi

(41)

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2008).

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Kerangka kerja pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan.

Identifikasi Masalah

Desain Penelitian

Deskriptif

Populasi

Semua Perempuan Pra Lanjut Usia di Puskesmas Batumarmar, Pamekasan sejumlah 18

Sampling

Purposive Sampling

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisa Data

Editing, coding, dan Tabulating

Penyusun Laporan Akhir Sampel

(42)

4.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari, sehingga di peroleh informasi hal tersebut kemudian di tarik kesimpulannya (Asep dan Bahrudin, 2014). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK.

4.5.2. Devinisi Operasional Variabel

Devinisi operasional yaitu variabel yang dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional (Notoatmodjo, 2010). Devinisi operasional variabel pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Definisi operasional variabel jumlah leukosit urin pada perempuan lanjut usia yang mengarah ISK.

4.6 Instrumen Penelitian dan Prosedur Pemeriksaan

4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk data penunjang penelitian adalah lembar observasi. Lembar observasi merupakan pengumpulan data secara

Variabel Devinisi Operasional

Parameter Piranti Alat Ukur Skala Kategori

(43)

formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nuursalam, 2013). Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden, dan responden menjawab pertanyaan pada lembar koesioner sebagai syarat penelitian. Sedangkan instrumen utama adalah pemeriksaan leukosit urin, alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan leukosit urin adalah sebagai berikut :

Alat dan Bahan

Metode pemeriksaan : Mikroskopis

Prinsip : sejumlah volume urine dipisahkan dari supernatan dan sedimennya melalui proses centrifuge dilanjutkan dengan pemeriksaan sedimen dengan menggunakan mikroskop.

Prosedur pemeriksaan Leukosit Urin :

1) Memasukkan sampel urin ke dalam tabung centrifuge, centrifuge

selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.

(44)

3) Mengocok tabung centrifuge untuk meresuspensikan sedimen. 4) Meletakkan 1 tetes sedimen tersebut diatas objek glass lalu ditutup

dengan cover glass.

5) Menghitung jumlah leukosit dibawah mikroskop dengan lensa objektif perbesaran 10X lapangan pandang kecil (LPK) untuk melihat fokus, dan dilanjutkan lensa obyektif perbesaran 40X lapangan pandang besar (LPB).

6) Kemudian di hitung jumlah leukosit dalam 10 lapang pandang.

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, dan tabulating.

1. Editing

Adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010). Pada proses editing ini akan diteliti lembar formulir kuesioner dengan cara pengecekan kembali setelah lembar kuesioner di terima oleh peneliti, pengecekan tersebut dilakukan pada saat itu juga dan di tempat itu juga.

2. Coding

Yaitu pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti memberikan kode sebagai berikut. 1) Responden

(45)

2) Jenis Kelamin

Perempuan kode P

3) Umur

50-55 kode U1

56-60 kode U2

3. Tabulating

Yaitu membuat tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan jenis variabel yang diolah yaitu hasil pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK.

4.7.2 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan jumlah leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK, sehigga menghasilkan tujuan dari penelitian, dan hasil data yang diperoleh akan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(n ± 1) Keterangan :

n : jumlah sel leukosit.

4.8 Etika penelitian

4.8.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

(46)

4.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data cukup menulis nomor responden atau inisial untuk menjamin kerahasiaan identitas.

4.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menampilkan data responden dan pembahasan dari hasil penelitian dengan judul Pemeriksaan Leukosit Urin Pada Perempuan Pra Lanjut Usia Yang Terindikasi Isk yang di laksanakan di Puskesma Batumarmar Kabupaten Pamekasan.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Batumarmar

(48)

Urid Acid, Cholesterol, Trigliserida, SGOT, SGPT, Urea, Kreatinin, MH, Albumin, Total protein dengan Petugas Laboratorium Batumarmar sejumlah 4 orang.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada bulan Juli 2018 No Umur Frekuensi Persentase (%) responden berumur 56-60 dengan frekuensi 5 responden (70%). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Nyeri Perut dan Pinggang

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nyeri Perut dan Pinggang di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018 No Nyeri Perut dan

Pinggang

Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 2 30 responden tidak merasakan nyeri perut dan pinggang dengan frekuensi 3 responden (40%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Saat Berkemih Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perih Saat Berkemih di

Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018 No Perih Saat Berkemih Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 6 85

2 Tidak 1 15

Jumlah 7 100

(49)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden merasakan perih saat berkemih dengan frekuensi 6 responden (85%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Cairan Pembersih Pada Vagina

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Menggunakan Cairan Pembersih Pada Vagina Responden di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018

No Menggunakan Cairan Pembersih Pada Vagina

Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 0 0

2 Tidak 7 100

Jumlah 7 100

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa seluruh responden tidak menggunakan cairan pembersih pada vagina dengan frekuensi 7 responden (100%)

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarang atau Sering Buang Air Kecil Dalam Sehari

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jarang atau Sering Buang Air Kecil Dalam Sehari Responden di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018

No Jarang atau Sering Buang Air Kecil Dalam Sehari

Frekuensi Persentase (%)

1 Jarang 6 85

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Konsumsi Obat

Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Konsumsi Obat di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018

No Konsumsi Obat Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 5 70

2 Tidak 0 0

3 Jarang 2 30

Jumlah 7 100

(50)

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat dengan frekuensi 5 responden (70%).

5.1.3 Data Khusus

pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi isk yang dilaksanakan di puskesmas batumarmar kabupaten pamekasan didapatkan hasil yang dikategorikan menjadi normal dan tinggi dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan Leukosit Urin pada Perempuan Pra Lanjut Usia yang Terindikasi Isk di Puskesmas Batumarmar Pamekasan pada Bulan Juli 2018

No Pemeriksaan Leukost Urin sebagian besar responden memiliki hasil pemeriksaan tinggi dengan 4 frekuensi (60%), sebagian kecil responden memiliki hasil normal dengan 3 frekuensi (40%).

5.2 Pembahasan Penelitian

(51)

sedangkan Hasil dari ke-3 responden dinyatakan normal jika nilai leukosit kurang dari 5/LPB.

Berdasarkan Peningkatan leukosit (sel darah putih) pada ke empat sampel penderita ISK ini dikarenakan peningkatan usia sehingga imun dalam tubuh tidak bekerja dengan baik terhadap adanya infeksi. Adanya infeksi yang disebabkan oleh benda asing (bakteri) yang menyerang jaringan sekitar kandung kemih ataupun saluran kemih. Adanya benda asing ini akan membuat tubuh mempengaruhi sistem imun atau perlindungan tubuh salah satunya yaitu dengan memproduksi leukosit. Leukosit berfungsi sebagai pelindung atau pertahanan utama dari infeksi dan menyerang dengan cara memakan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Leukosit urin pada ke tiga sampel dinyatakan normal dikarenakan pada pasien sudah mendapatkan pengobatan dan responden yang diambil dari pasien rawat jalan. Adanya pengobatan yang dilakukan dapat mengurangi tingkat infeksi pada saluran kemih sehingga leukosit yang berfungsi untuk mengfagosit sel inang dari bakteri penyebab infeksi akan berkurang seiring dengan berkurangnya jumlah bakteri.

(52)

bahkan Infeksi Saluran kemih. Adanya invasi bakteri yang ditandai dengan bakteriuria dan leukosituria terhadap suatu respon inflamasi dari sel uroepitelium yang disebut Infeksi Saluran Kemih (ISK) (Dwi Saraswati, martini, dan Sawaraswati, 2018).

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di Puskesmas Batumarmar Pamekasan mulai dari umur 50-60 tahun bahwa sebagian besar responden berumur 56-60 dengan frekuensi 5 responden (70%). Karena peningkatan usia maka pertahanan tubuh mengalami penurunan terhadap adanya benda asing, sehingga pada penelitian yang dilakukan sebagian besar reponden berumur 56-60 tahun. Menurut David E.Schteingart dalam Safarudin, (2011), wanita lebih sering menderita penyakit infeksi karena anatomi saluran kemihnya lebih pendek dan terbuka. Insidennya meningkat terutama pada usia menopause karena pengaruh hormonal, pertahanan imun yang menurun, terjadinya prolaps dan turunnya rahim atau kandung kemih.

(53)

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi berdasarkan perih saat berkemih di Puskesmas Batumarmar Pamekasan bahwa hampir seluruh responden merasakan perih saat berkemih dengan frekuensi 6 responden (85%). Responden yang merasakan perih saat berkemih disebabkan adanya bakteri yang berkembang biak karena kurangnya menjaga kebersihan pada vagina. Menurut Nuari dan Widayati, (2017:220), Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih ialah Eschericia coli, yaitu organisme yang dapat ditemukan pada anus. Selain E.coli bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih ialah golongan Proteus, Klebsiella, Pseudomonas enterokok dan Staphylococcus. Bakteri tersebut datang melalui anus jika saat berkemih Membasuh vagina dari arah belakang ke depan bukan sebaliknya. kebersihan vagina sangat penting sehingga dapat mencegah bakteri berkembang biak dan tidak terjadi infeksi.

(54)

(2016), ISK sangat di pengaaruhi oleh kondisi lingkungan, pengetahuan dan perilaku hidup. Perilaku hidup yang kurang mengkonsumsi air dan kebiasaan menahan kemih, sehingga bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin dapat mengkristal dan membentuk batu yang menyumbat kemih dan terjadi infeksi.

Berdasarkan tabel 5.6 distribusi berdasarkan konsumsi obat di Puskesmas Batumarmar pamekasan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi obat dengan frekuensi 5 responden (70%). Sebagian responden mengkonsumsi obat yang diminum secara teratur sesuai resep dokter dan sebagian kecil responden jarang meminum obat yang diberikan dokter dengan alasan karena lupa dan malas, yang akan memberikan dampak besar pada infeksi saluran kemih yang mengarah pada komplikasi. Roihatul Mutiah, (2011), ada masa lamanya pengobatan yang dibagi menjadi dua yaitu infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi saluran kemih bagian atas. Infeksi Saluran Kemih bagian bawah tanpa komplikasi yaitu Untuk mencapai penyembuhan optimal 95-98% tanpa risiko kambuhnya infeksi maka yang pertama-tama dianjurkan adalah terapi selama 7-10 hari. Infeksi Saluran Kemih bagian atas dengan komplikasi yaitu pengobatan yang dijalani lebih lama, sampai 3 minggu. infeksi pada saluran kemih jika dibiarkan tidak melakukan pengobatan dapat mengarah pada Komplikasi yaitu batu saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, gangguan fungsi ginjal.

(55)

saluran kemih adalah bakteri E.coli, selain E.coli bakteri penyebab infeksi saluran kemih adalah Staphylococcus dari kulit, jamur, Proteus, Klebsiella dan Enterococcus dari saluran cerna. salah satu Penyebab Bakteri bisa masuk dan berkembang biak di kandung kemih adalah jika seseorang masih menyisakan urin dalam kandung kemih setiap buang air kecil. Tersisanya urin pada kandung kemih bisa disebabkan oleh saluran kemih yang terhambat, misalnya tumor dan kehamilan juga bisa memberikan tekanan pada rongga panggul dan kandung kemih. Pada penderita ISK biasanya mengalami komplikasi antara lain batu saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, gangguan fungsi ginjal.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Sumolang dkk, tahun 2013 menunjukkan hasil bahwa angka kejadian infeksi saluran kemih meningkat pada pasien berumur 40 tahun ke atas dengan puncak tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 10 kasus (33,3%). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Ekawati dan wahyuni tahun 2015 menunjukkan hasil rata_rata pengukuran kadar leukosit sebesar 4-6 /LPB yang termasuk normal kategori tinggi, disebut leukosituri jika dalam urin terdapat leukosit yang melebihi nilai normal, Salah satu tanda adanya peradangan pada saluran kemih disebut leukosituri (KemenkesRI, 2011). Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada umumnya terbatas saluran kemih bagian bawah pada wanita, yaitu uretra dan kandung kemih, tetapi juga dapat menyebar ke saluran kemih bagian atas sampai ke ginjal. Begitu juga sebaliknya infeksi saluran kemih bagian atas selalu disertai dengan infeksi saluran kemih bawah (Junizaf dalam Ekawati dan Wahyuni, 2015).

(56)
(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi isk dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah leukosit urin yang tinggi.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Penderita Infeksi Saluran Kemih

Diharapkan penderita infeksi saluran kemih dengan jumlah leukosit kategori tinggi tetap mengkonsumsi obat, melakukan pemeriksaan secara rutin sehingga dapat mencegah kuman berkembang dan menghindari faktor resiko terhadap penyakit komplikasi akibat infeksi saluran kemih. Bagi responden kategori normal tetap menjaga kebersihan, melakukan pemeriksaan urin secara rutin. Penderita diharapkan dapat menjaga kebersihan pada vagina, Minum air lebih banyak setiap hari. Jangan menahan buang air kecil. Membasuh vagina dari arah depan ke belakang bukan sebaliknya, setelah buang air kecil. Bersihkan alat kelamin saat melakukan hubungan intim. Menghindari penggunaan cairan yang tidak bermanfaat pada alat kelamin, karena bisa membuat uretra iritasi.

6.2.2 Bagi Analis Kesehatan

(58)

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Amna Faza Khilwan, dan Majdawati Ana, (2012). Hubungan Penebalan dinding Kandung Kemih pada Ultrasonografi dengan Sedimen Urin Leukosit pada penderita klinis Infeksi Kandung Kemih, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Volume 12, Nomor 1.

Amran Yuli, Kusumawardani, dan Supriyatiningsih Nita, (2012). Determinan Asupan Makanan Usia Lanjut Food Intake determinant Factor Among Elderly, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Volume 6, Nomor 6.

Ekawati Hesty Fauziah, dan Wahyuni, (2015). Analisis Perbedaan Kadar Leukosit dalam Urin pada Ibu Post Sectio Caesarea dengan Perawatan Kateter di Bangssal Maternitas, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah, Surakarta, Volume XII, Nomor 1.

Hermiyanty, (2016). Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido Tolitoli, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako, Volume 2, Nomor 2.

Loesnihari Ricke, (2012). Peran Analisa Urin pada Penanganan Penyakit Ginjal dan Traktus Urinarius, Depatemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP H Adam Malik, Medan, Volume 46, Nomor 3.

Mutiah Roihatul, (2011). Gambaran Jumlah Leukosit dalam Sedimen Urin dan Hasil Kultur Urin pada Pasien yang di Diagnosa Infeksi Saluran Kemih di RS Urologi Bedah Dr. Benggol Malang, Analis Kesehatan Malang, Volume 1.1, Nomor 2.

Notoatmodjo, S. Prof. Dr, (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Pencipta Rineka Cipta, Jakarta.

Nuari Nian Afriah, dan Widayati Dhina, (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan, Halaman 220, Penerbit CV Budi Utama, Yogyakarta.

Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, salemba medika, Jakarta.

Perdana Melyza, Haryani, dan Khudazi Aulawi, (2017). Hubungan Pelaksanaan Perawatan Indwelling Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih,

Departemen keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Volume 01, Nomor 01.

(60)

Saraswati Dwi, Martini, dan Sawaraswati lintang, (2018). Gambaran Leukosiuria Tanda Infeksi Saluran Kemih pada Penderita Diabetes melitus Tipe-2,

fakultas Kesehatan Masyarakat Uneversitas di Ponegoro, Volume 6, Nomor 1.

Sumolang CH. Poroto’u John dan Soeliongan Standy, (2013). Pola Bakteri pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di BLU RSUP Prof. R.D, Kandou Manado. Sutarman Reza Hashemi, (2012). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada pasien

Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap di RS X, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tjay Drs. Tan Hoan, dan Rahardja Drs. Kirana, (2007). Obat-obat Penting Kasiat Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Halaman 134, Penerbit PT Exex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.

(61)

INFORMED CONCENT

(Lembar Persetujuan)

Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :

PEMERIKSAAN LEUKOSIT URIN PADA PEREMPUAN PRA LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK

(Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan) Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

No Responden : ... Alamat : ...

Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Risma Deviantika Sari, mahasiswa dari Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.

Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.

Jombang, Juni 2018

(62)

KUESIONER SECARA UMUM

IDENTITAS RESPONDEN

No. Responden : Jenis Kelamin : Umur :

I. Daftar pertanyaan responden

Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom di bawah ini.

1) Apakah Sedang menstruasi ?

3) Apakah saat berkemih merasakan perih ? 1. Ya

2. Tidak

4) Apakah Menggunakan cairan pembersih pada vagina ? 1. Ya

2. Tidak

5) Dalam sehari apakah jarang atau sering membuang air kecil ? 1. Sering

2. Jarang

6) Apakah sedang mengkonsumsi obat ? 1. Ya

(63)

LEMBAR OBSERVASI

Pemeriksaan Leukosit Urin Pada Perempuan Pra Lanjut Usia Yang

Terindikasi ISK

(

Studi di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan)

No. Responden Hasil Pemeriksaan Kategori

(64)

TABULASI HASIL DATA UMUM

PEMERIKSAAN LEUKOSIT URIN PADA PEREMPUAN PRA LANJUT USIA YANG TERINDIKASI ISK

(Studi di Puskesmas Batumarmar Pamekasan)

No.

Buang Air Kecil Konsumsi Obat Jumlah

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

DOKUMENTASI

Pengambilan Sampel

Sampel Urin

Menuangkan Sampel Urin pada Tabung Centrifuge

Centrifuge

Sampel Urin yang Sudah di Centrifuge (Supernatan)

(70)

Mikroskop

Menghitung Jumlah Leukosit Urin

(71)
(72)

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KTI

No Jadw al Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Judul

2 Konsultasi Judul 3 Studi Kepustakaan 4 Penyusunan Proposal 5 Bimbingan Proposal 6 Ujian Proposal 7 Revisi Proposal 8 Pengambilan Data 9 Penelitian 10 Pengolahan Data 11 Penyusunan KTI 12 Bimbingan KTI 13 Ujian KTI

14 Revisi Hasil Ujian KTI

Keterangan :

Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4

Gambar

Gambar 2.1 Leukosit
Gambar 2.2 jenis-jenis leukosit
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Pemeriksaan Leukosit Urin pada Perempuan Lanjut Usia yang Terindikasi ISK
Gambar 4.1 Kerangka kerja pemeriksaan leukosit urin pada perempuan pra lanjut usia yang terindikasi ISK di Puskesmas Batumarmar Kabupaten Pamekasan
+5

Referensi

Dokumen terkait

untuk disimpan sebagai treasuri. Alasan – alasan perusahaan membeli kembali saham beredar sebagai saham treasuri, adalah :.. a) Akan digunakan dan diberikan kepada manager

Kepada seluruh penenun di Pabrik Pertenunan Ulos Sianipar Medan yang telah membantu saya dan bersedia dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini dan telah memberikan data

[3.12.1] Menimbang bahwa pada pokoknya yang dimohonkan pengujian oleh Pemohon adalah ketentuan mengenai usia pensiun seorang notaris yang menurut Pasal 8 ayat (1) huruf b dan Pasal

Agama Islam memandang bahwa sesungguhnya bekerja, memiliki etos kerja yang tinggi adalah merupakan ibadah dan atau bemilai pahala di hadirot Allah SWT. Serta

Bobot segar konsumsi tanaman merupakan bobot segar bagian tanaman yang dikonsumsi yaitu bagian tanaman yang bersih dari akar dan bagian tanaman yang busuk atau memiliki

Hasil/ produkpenelitian yang akan dicapai pada kegiatan penelitian ini adalah produk penelitian berupa software aplikasi yang berfungsi untuk menghitung variabel

Oleh karena itu, dalam sistem pengolahan air senyawa mangan valensi dua tersebut dengan berbagai cara oksidasi diubah menjadi senyawa yang mempunyai valensi yang lebih tinggi

Sebuah standar kompetensi nasional yang telah disusun dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Tenunan Tradisional, adalah rumusan kemampuan kerja