KARAKTERISTIK ANAK PENDERITA CAMPAK DI PUSKESMAS SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS
TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh:
NIM: 061000203
DODY SAHPUTRA PANJAITAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
KARAKTERISTIK ANAK PENDERITA CAMPAK DI PUSKESMAS SIBUHUAN KECAMATAN BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS
TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 061000203
DODY SAHPUTRA PANJAITAN
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 November 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof.dr. Sori Muda Sarumpaet,MPH
NIP. 194904171979021001 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M.Kes
Penguji II Penguji III
Prof.dr. Nerseri Barus, MPH
NIP. 194508171973022001 NIP. 195908181985032002 drh. Rasmaliah, M.Kes
Medan, November 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Campak adalah penyakit yang mudah menular dari orang ke orang dan dapat menyebabkan kematian, sering terinfeksi pada anak-anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit Campak. Pada 777.000 kematian di sebabkan Campak di seluruh dunia. Dari jumlah itu 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian terjadi di Indonesia. Pada tahun 2004 di Indonesia terjadi KLB Campak 97 kali dengan CFR 1,56%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan tahun 2008 telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan dengan analisis statistik. Populasi dan sampel berjumlah 169 data penderita Campak (total sampling).
Proporsi tertinggi pada kelompok umur 46-58 bulan (29,5%), laki-laki (61,5%), ibu agama Islam (91,7%), ibu bersuku Batak (82,8%), tidak mendapat imunisasi Campak (56,8%), status gizi kurang (43,2%), mengalami komplikasi (46,2%). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita Campak dengan komplikasi (p=0,731). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita Campak dengan komplikasi (p=0,133). Proporsi penderita Campak yang tidak mendapat imunisasi secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibanding dengan yang mendapat imunisasi (83,5% vs 16,5% ; χ 2= 57,335 ; p= 0,000). Proporsi penderita Campak yang mempunyai status gizi kurang secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibandingkan dengan status gizi baik (60,4% vs 35,2% ; χ 2 = 32,932 ; p= 0,000).
Petugas Puskesmas Sibuhuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi Campak (Depkes 90%) melalui penyuluhan. Pentingnya kesadaran masyarakat untuk membawa anak imunisasi Campak sebaiknya pada saat berusia 9-12 bulan dan juga meningkatkan status gizi anak.
ABSTRACT
Measles is a contagious disease and can cause death, frequently infected in children who have no immunity against measles. In 2002, measles causes of death in the world namely 777,000. Of that number 202,000 of them come from countries ASEAN as well as 15% deaths in place in Indonesia. In 2004 in Indonesian Measles outbreak 97 times with CFR 1.56%.
To know the characteristics of patients with measles in Sibuhuan Health Centre 2008 has conducted a descriptive research design with case series and continued with statistical analysis. Population and sample of data totaled 169 liver cancer patients (total sampling).
The highest proportion of measles patients aged 46-58 months (29,5%), male (61.5%), the mother religion of Islam (91.7%), Batak tribes mothers (82.8%), not measles immunized (56.8%), nutritional status is less (43.2%) had complications (46.2%). There was no significant difference in proportion between the age of measles patients with complications (p = 0.731). There was no significant difference in proportion between the sexes measles patients with complications (p = 0.133). The proportion of patients who did not receive measles immunization was significantly higher compared with complications with receiving the immunizations (83,5% vs 16,5%, χ 2 = 57.335, p = 0.000). The proportion of patients with measles who have poor nutrition status in complications was significantly higher compared with the status good nutrition (60,4% vs 35,2, χ 2 = 32.932, p = 0.000).
It is expected that the health center staff to increase immunization coverage through counseling and education regarding the importance of immunization against measles and also to increase further precautions to prevent complications that lead to death. It is expected the public to take the child should be immunized against measles at the age of 9-12 months and also improve the nutritional status of children through the provision of exclusive breast milk, the fulfillment of adequate nutrition, and provision of vitamin A.
Health centre officers to increase measles immunization coverage (Depkes 90%) through counselling. The importance of public awareness to bringing should be immunized against measles at the age of 9-12 months adn also improve the nutritional status of children through provision of exclusive breastfeeding, nal nutrition and provision of viatamin A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dodi Sahputra Panjaitan Tempat/ Tanggal Lahir : Simangambat/ 20 April 1982
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 6 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl.Jend.Sudirman No.63 Sibuhuan Kec.Barumun Kabupaten Padang Lawas 22763
Riwayat Pendidikan
Tahun 1988-1994 : SD N.4 Sibuhuan Tahun 1994-2007 : SLTP N.1 Barumun Tahun 1997-2000 : SMU N.1 Barumun
Tahun 2001-2004 : Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan Jurusan Kesehatan Gigi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan anugerahNya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Karakteristik Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumn Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak DR.Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi dan Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan masukan dan saran.
3. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran.
5. Bapak DR.Ir. Albiner Siagian. M.Si Selaku Dosen Pembimbing Akademik selama perkuliahan di FKM.
6. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Kedua orang tuaku, Ayah (Halomoan Panjaitan), Ibu ( Elida Hafni Harahap) Kakak serta adikku yang memberi dukungan baik moril maupun materil, untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita.
Medan, November 2010 Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Campak ... 6
2.2. Penyebab Penyakit Campak ... 7
2.2.1 Sifat Virus ... 7
2.3. Cara Penularan Penyakit Campak ... 8
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep ... 23
3.2. Defenisi Operasional Variabel ... 23
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
5.6.3. Status Imunisasi ampakBerdasarkan Komplikasi ... 36
5.6.4. Status Gizi Berdasarkan Komplikasi ... 37
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Campak ... 38
6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin Anak ... 38
6.5.3. Status Imunisasi Berdasarkan Komplikasi ... 49
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... 52 7.2. ... Saran 53
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 28 Tabel 5.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Puskesmas Sibuhuan
Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 29 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 30 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Ibu Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Agama di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 31 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Ibu Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Suku di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 31 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 32 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Status Gizi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 33 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 33 Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak
Berdasarkan Jenis Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 34 Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Campak Pada Anak
Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 35 Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Status Imunisasi Penderita Campak Pada
Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 36 Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Status Imunisasi Campak Penderita
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 38 Gambar 6.2 Proporsi Agama Ibu Penderita Campak di Puskesmas
Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 40 Gambar 6.3 Proporsi Suku Ibu Penderita Campak di Puskesmas
Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 41 Gambar 6.4 Proporsi Status Imunisasi Campak Anak Penderita
Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 42 Gambar 6.5 Proporsi Status Gizi Anak Penderita Campak di
Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 44 Gambar 6.6 Proporsi Komplikasi Anak Penderita Campak di
Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 45 Gambar 6.7 Proporsi Umur Berdasarkan Komplikasi Pada Anak
Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008... 47 Gambar 6.8 Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Komplikasi Pada
Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 48 Gambar 6.9 Proporsi Status Imunisasi Campak Berdasarkan
Komplikasi Pada Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 ... 49 Gambar 6.10 Proporsi Status Gizi Berdasarkan Komplikasi Pada Anak
ABSTRAK
Campak adalah penyakit yang mudah menular dari orang ke orang dan dapat menyebabkan kematian, sering terinfeksi pada anak-anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit Campak. Pada 777.000 kematian di sebabkan Campak di seluruh dunia. Dari jumlah itu 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian terjadi di Indonesia. Pada tahun 2004 di Indonesia terjadi KLB Campak 97 kali dengan CFR 1,56%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan tahun 2008 telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan dengan analisis statistik. Populasi dan sampel berjumlah 169 data penderita Campak (total sampling).
Proporsi tertinggi pada kelompok umur 46-58 bulan (29,5%), laki-laki (61,5%), ibu agama Islam (91,7%), ibu bersuku Batak (82,8%), tidak mendapat imunisasi Campak (56,8%), status gizi kurang (43,2%), mengalami komplikasi (46,2%). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita Campak dengan komplikasi (p=0,731). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita Campak dengan komplikasi (p=0,133). Proporsi penderita Campak yang tidak mendapat imunisasi secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibanding dengan yang mendapat imunisasi (83,5% vs 16,5% ; χ 2= 57,335 ; p= 0,000). Proporsi penderita Campak yang mempunyai status gizi kurang secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibandingkan dengan status gizi baik (60,4% vs 35,2% ; χ 2 = 32,932 ; p= 0,000).
Petugas Puskesmas Sibuhuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi Campak (Depkes 90%) melalui penyuluhan. Pentingnya kesadaran masyarakat untuk membawa anak imunisasi Campak sebaiknya pada saat berusia 9-12 bulan dan juga meningkatkan status gizi anak.
ABSTRACT
Measles is a contagious disease and can cause death, frequently infected in children who have no immunity against measles. In 2002, measles causes of death in the world namely 777,000. Of that number 202,000 of them come from countries ASEAN as well as 15% deaths in place in Indonesia. In 2004 in Indonesian Measles outbreak 97 times with CFR 1.56%.
To know the characteristics of patients with measles in Sibuhuan Health Centre 2008 has conducted a descriptive research design with case series and continued with statistical analysis. Population and sample of data totaled 169 liver cancer patients (total sampling).
The highest proportion of measles patients aged 46-58 months (29,5%), male (61.5%), the mother religion of Islam (91.7%), Batak tribes mothers (82.8%), not measles immunized (56.8%), nutritional status is less (43.2%) had complications (46.2%). There was no significant difference in proportion between the age of measles patients with complications (p = 0.731). There was no significant difference in proportion between the sexes measles patients with complications (p = 0.133). The proportion of patients who did not receive measles immunization was significantly higher compared with complications with receiving the immunizations (83,5% vs 16,5%, χ 2 = 57.335, p = 0.000). The proportion of patients with measles who have poor nutrition status in complications was significantly higher compared with the status good nutrition (60,4% vs 35,2, χ 2 = 32.932, p = 0.000).
It is expected that the health center staff to increase immunization coverage through counseling and education regarding the importance of immunization against measles and also to increase further precautions to prevent complications that lead to death. It is expected the public to take the child should be immunized against measles at the age of 9-12 months and also improve the nutritional status of children through the provision of exclusive breast milk, the fulfillment of adequate nutrition, and provision of vitamin A.
Health centre officers to increase measles immunization coverage (Depkes 90%) through counselling. The importance of public awareness to bringing should be immunized against measles at the age of 9-12 months adn also improve the nutritional status of children through provision of exclusive breastfeeding, nal nutrition and provision of viatamin A
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan nasional pada era globalisasi merupakan peningkatan kualitas sumber daya manusia, mendorong peningkatan produktifitas dan pendapatan penduduk. Keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat.1
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian. Salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus, dan umumnya mengenai anak adalah Campak.2
Campak adalah penyakit yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Campak. Tanpa program imunisasi Campak attack rate 93,5 per 100.000. Kasus Campak dengan gizi buruk akan meningkatkan Case Fatality Rate (CFR). Masalah kematian Campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000. Dari jumlah itu 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% kematian Campak tersebut berasal dari Indonesia. 3
endemis. Di India insiden Campak tahun 2002 sebanyak 39,1 per 100.000 penduduk, di China terdapat 47,7 per 100.000 penduduk, di Malaysia terdapat 2,27 per 100.000 penduduk. 4
Khususnya di Indonesia, secara nasional selama tahun 2004 frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB Campak Tahun 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56%. 5
Berdasarkan data dari Depkes tahun 2003, di Provinsi Bali terdapat 32,5 per 100.000 balita/tahun, dan di Jawa Barat terdapat 45 per 100.000 balita/tahun.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumselpada tahun 2005 terdapat 2.189 penyakit Campak
, yang 42,5% di antaranya terjadi pada anak usia balita.6,7
Untuk mencegah terjadinya penyakit Campak pada anak balita cara yang paling efektif adalah imunisasi. Sejak tahun 1991, Indonesia telah berhasil mencapai status Universal Child Immunization (UCI) atau imunisasi dasar lengkap secara Nasional termasuk imunisasi Campak. Walaupun telah berhasil mencapai status UCI namun dibeberapa daerah masih terjadi KLB Campak, terutama di daerah kantong seperti daerah Lombok dan NTB. 8
Penyakit Campak sampai tahun 2006 ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di propinsi Sumatera Utara. Selama tahun 2006 terjadi 2.428 kasus Campak. Kasus penyakit Campak banyak diderita anak-anak usia 12 tahun ke bawah.9
periode 31 Desember 2005 - 31 Januari 2006, dari total 777 anak berusia sembilan bulan sampai delapan tahun yang terserang Campak, 10 anak meninggal atau CFR 1,28%. 10
Dari data profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, di Kabupaten Langkat terdapat 130 kasus dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga daerah tersebut ditetapkan sebagai daerah KLB Campak. Kabupaten Batu Bara terdapat 47 kasus dan di Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas terdapat 169 kasus Campak.11
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakuka n penelitian mengenai karakteristik anak penderita Campak yang berobat di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik anak penderita Campak di wilayah kerja Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Tahun 2008.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Campak berdasarkan variabel sosiodemografi yaitu : (Faktor Anak : umur dan jenis kelamin). (Faktor orang tua : agama dan suku).
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Campak berdasarkan status imunisasi.
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Campak berdasarkan status gizi.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Campak berdasarkan komplikasi.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan komplikasi
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan komplikasi.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi status imunisasi berdasarkan komplikasi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai gambaran informasi data tentang penderita Campak bagi petugas pemberantasan penyakit menular untuk menyusun rencana kebutuhan tenaga, peralatan dan obat-obatan yang akan diajukan kedinas kesehatan Padang Lawas.
1.4.2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang Karakteristik anak penderita Campak di Kabupaten Padang Lawas khususnya Sibuhuan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Campak
Penyakit Campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan measles Dalam bahasa Inggris. Campak, pada masa lalu dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami oleh setiap anak, mereka beranggapan, bahwa penyakit Campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar, sehingga anak yang sakit Campak tidak perlu diobati. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam keluar semakin baik. Bahkan ada upaya dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam, dan ada pula kepercayaan bahwa penyakit Campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru-paru, perut atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak napas atau diare yang dapat menyebabkan kematian. 12,13
2.2. Penyebab Penyakit Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan
paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah
140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin. 13
Gambar 1. Virus Campak
2.2.1. Sifat Virus
selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit.13
Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang.15
2.3. Cara Penularan Penyakit Campak
Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan.16
Penularan dapat terjadi antara 1 – 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.13
2.4. Masa Inkubasi Penyakit Campak
2.5. Epidemiologi Penyakit Campak
Epidemiologi penyakit Campak mempelajari tentang frekuensi, penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.5.1. Distribusi Frekuensi Penyakit Campak a. Orang
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus Campak sangat tinggi.16
b. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan.12 Berdasarkan profil kesehatan tahun 2008 terdapat jumlah kasus Campak yaitu 3424 kasus di Jawa barat, di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.17
c. Waktu
2.5.2. Determinan Penyakit Campak
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah :
a. Faktor Host a.1. Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit Campak sangat besar. Dari hasil penyelikan tim Ditjen PPM & PLP dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan desain cross sectional, ditemukan balita yang tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena campak di banding balita yang mendapat Imunisasi.18
a.2. Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik.11
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan sampai dengan 6 tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko 4,6 kali untuk terserang Campak disbanding dengan anak yang status gizinya baik.19
c. Faktor Environment 12
c.1. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
2.6. Gejala Klinis Penyakit Campak Penyakit campak dibagi dalam tiga stadium 20 2.6.1. Stadium Kataral atau Prodromal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.
2.6.2. Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak.
2.6.3. Stadium Konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut
hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai
normal bila tidak terjadi komplikasi.
2.7. Komplikasi Penyakit Campak 20, 21
adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis.
2.7.1. Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus,
Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan
maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.
2.7.2. Otitis Media Akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
2.7.3. Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi
2.7.4. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami
muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
2.8. Pencegahan dan Penanggulangan Campak 13, 22 2. 8.1. Pencegahan Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien Campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan Campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak.
b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang dioleh menjadi lemah.
Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia.
Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
c.1. Diagnosa Penyakit Campak
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnese, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.23,24
c.1.1. Kasus Campak Klinis
Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk macula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38ºC atau lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala bentuk pilek atau mata merah (WHO).
c.1.2. Kasus Campak Konfirmasi
a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif atau kenaikan titer antiantibodi 4 kali) dan atau isolasi virus Campak positif.
b. Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 1 – 2 minggu.
c.2. Pengobatan penyakit campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :
d.1. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
d.2. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi oedema otak, di samping peomberian kortikosteroid, perlu dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.
d.3. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit Campak. Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :
d.1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik d.2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
d.3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu.
2.8.2. Penanggulangan Campak
Word Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya
eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada setiap tahap yaitu : 13
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap : a 1. Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi Campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas Campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis Campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
a 2. Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insidens Campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak sudah sangat jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi Campak.
c. Tahap Eradikasi
Pada sidang The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN) dan
Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups (TGC)
Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di
Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi Campak tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 – 11 bulan (UCI Desa ≥ 80%) b. Imunisasi tambahan (suplemen)
b.1 Catch up compaign : memberikan imunisasi Campak sekali saja pada anak SD kelas 1 s/d 6 tanpa memandang status imunisasi.
b.2 Selanjutnya untuk tahun berikutnya secara rutin diberikan imunisasi Campak pada murid kelas 1 SD (bersama dengan pemberian DT ) pelaksanaan secara rutin dikenal dengan istilah BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) Campak. Tujuannya adalah mencegah KLB pada anak sekolah dan memutuskan rantai penularan dari anak sekolah kepada balita.
b.3 Crash program Campak : memberikan imunisasi Campak pada anak umur 6 bulan - > 5 tahun tanpa melihat status imunisasi di daerah risiko tinggi campak.
b.4 Ring vaksinasi : Imunisasi Campak diberikan dilokasi pemukiman di sekitar lokasi KLB dengan umur sasaran 6 bulan (umur kasus campak termuda) tanpa melihat status imunisasi.
d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa
Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap reduksi Campak dengan pencegahan kejadiaan luar biasa : pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru pada setiap kejadiaan luar biasa.
Pemantauan kegiatan reduksi Campak pada tingkat Puskesmas dilakukan dengan cara kenaikan sebagai berikut :
1. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk mengetahui pencapaian cakupan imunisasi.
2. Pemetaan kasus Campak untuk mengetahui penyebaran lokasi kasus Campak.
3. Pemantauan data kasus Campak untuk melihat kecenderungan kenaikan kasus Campak menurut waktu dan tempat.
4. Pemantauan kecenderungan jumlah kasus Campak yang ada untuk melihat dampak imunisasi Campak.
Evaluasi kegiatan reduksi Campak dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator yaitu : 25
c. Indikator manajemen kasus Campak dengan kecepatan rujukan. Diharapkan CFR < 3%.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Karakteristik anak penderita Campak yang berobat di Puskesmas Sibuhuan dapat dilihat pada kerangka konsep berikut:
3.2. Definisi Operasional
3.2.1 Anak penderita Campak adalah anak dengan umur di bawah sembilan tahun yang dinyatakan menderita Campak berdasarkan hasil diagnose dokter dan tercatat di dalam buku status pasien Puskesmas Sibuhuan.
Karakteristik Anak Penderita Campak 1. Sosiodemografi
-Faktor Anak Umur
Jenis Kelamin -Faktor Ibu
Agama Suku 2. Status imunisasi Status gizi
3.2.2. Umur adalah umur anak penderita Campak seperti yang tercatat di laporan bulanan puskesmas yang dikategorikan menurut rumus Sturgest:
1. 7-19 bulan
Untuk analisa statistik dikategorikan menjadi : 1. < 1 tahun
2. 1 – 5 tahun 3. > 5 tahun
3.2.3 Jenis kelamin adalah jenis kelamin anak penderita Campak yang tercatat di dalam buku pasien yang dikategorikan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4 Agama adalah kepercayaan yang dianut orang tua penderita Campak yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas :
1. Islam.
2. Kristen katolik. 3. Kristen protestan
3.2.5 Suku adalah ras atau etnik orang tua penderita Campak yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas :
1. Batak 2. Minang 3. Jawa
1. Mendapat imunisasi Campak.
2. Tidak/ belum mendapat imunisasi Campak
3.2.7. Status gizi anak penderita Campak adalah status gizi yang dapat ditentukan dengan berat badan berdasarkan umur dengan patokan/baku WHO-NCHS yaitu :
1. Gizi buruk = < 60% 2. Gizi kurang = 60% - < 80% 3. Gizi baik = ≥ 80% - 120% 4. Gizi lebih = > 120%
3.2.8. Komplikasi Campak adalah anak menderita penyakit lain yang timbul setelah penyakit Campak, yang dikategorikan atas:
BAB 4
METODE PENELITAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas dengan dasar pertimbangan bahwa di wilayah kerja Puskesmas ini merupakan daerah dengan data penderita Campak paling tinggi tahun 2008.
4.2.2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan November 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel adalah data seluruh anak penderita Campak yang berobat di Puskesmas Sibuhuan tahun 2008, besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan Puskesmas Sibuhuan Tahun 2008.
4.5. Teknik Analisa Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Barumun merupakan salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang berada di Kabupaten Padang Lawas. Luas wilayah Kecamatan Barumun sekitar 75 km dengan jumlah penduduk 34.616 jiwa ( 8109 KK). Batas wilayah Kecamatan Barumun yaitu sebagai berikut :
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Barumun
- Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Sosa
- Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sosa
- Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Hulu Barumun
Puskesmas Sibuhuan merupakan Puskesmas induk dengan 4 Puskesmas Pembantu.
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0-1 358 447 805
2 1-4 1.140 1.162 2.302
3 5-14 3.607 3.984 7.591
4 15-44 7.091 8.928 16.019
5 45-54 2.776 2.976 5.752
6 >55 950 1.197 2.147
Jumlah 15.922 18.694 34.616
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan umur tertinggi pada umur 15-44 tahun (16.019 jiwa) sedangkan berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada perempuan (18.694 jiwa).
Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 4
3 BKIA 1
4 Polindes 4
5 Posyandu 36
Sumber : Profil Puskesmas Sibuhuan Tahun 2008
5.2. Sosiodemografi Penderita Campak 5.2.1. Umur Anak Penderita Campak
Distribusi proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Umur Anak (bulan)
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
1 7-19 15 8,9 11 6,5 26 15,4
2 20-32 22 13,0 11 6,5 33 19,5
3 33-45 24 14,2 16 9,5 40 23,7
4 46-58 35 20,7 15 8,8 50 29,5
5 59-71 5 3,0 4 2,4 9 5,4
6 72-84 1 0,6 5 3,0 6 3,6
7 85-97 0 0 3 1,8 3 1,8
8 98-110 2 1,1 0 0 2 1,1
Jumlah 104 61,5 65 38,5 169 100
5.2.2. Agama Ibu Penderita Campak
Distribusi proporsi ibu penderita Campak pada anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Ibu Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Agama di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Agama Ibu Jumlah
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat, proporsi tertinggi ibu penderita Campak pada anak berdasarkan agama adalah Islam yaitu 91,7% (155 orang) sedangkan proporsi terendah adalah Kristen Katolik yaitu 1,2 % (2 orang).
5.2.3. Suku Ibu Penderita Campak
Distribusi proporsi ibu penderita Campak pada anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Ibu Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Suku di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat, proporsi tertinggi ibu penderita Campak pada anak adalah suku Batak yaitu 82,8% (140 orang) sedangkan proporsi terendah adalah Minang yaitu 5,3% (9 orang).
5.3. Status Imunisasi Campak
Distribusi proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan status imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Status Imunisasi Campak Jumlah
f %
1 Mendapat imunisasi 73 43,2
2 Tidak/belum mendapat imunisasi 96 56,8
Jumlah 169 100
5.4. Status Gizi
Distribusi proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Status Gizi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Status Gizi Jumlah
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat, proporsi tertinggi berdasarkan status gizi adalah gizi kurang yaitu 43,2% (73 orang) sedangkan proporsi terendah adalah gizi buruk yaitu 1,8% (3 orang).
5.5. Komplikasi
Distribusi proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Komplikasi Jumlah
f %
1 Ada komplikasi 91 53,8
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat, proporsi tertinggi berdasarkan komplikasi adalah mengalami komplikasi yaitu 53,8% (91 orang) sedangkan proporsi terendah adalah tidak mengalami komplikasi yaitu 46,2% (78 orang).
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Jenis Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Jenis Komplikasi (n=91) Jumlah
f %
1 Bronkopneumonia 65 71,4
2 Enteritis 75 82,42
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat, jenis komplikasi enteritis lebih lebih sensitif menunjukkan penyakit Campak dengan proporsi 82,42%.
5.6. Analisis Statistik
5.6.1. Umur Berdasarkan Komplikasi
Distribusi proporsi umur anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No Komplikasi
Umur (tahun) Jumlah
< 1 % 1-5 % >5 % f %
1 Ada 9 9,9 70 76,9 12 13,2 91 100
2 Tidak ada 10 12,8 60 76,9 8 10,3 78 100
χ 2
Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat dari 91 anak penderita Campak yang mempunyai komplikasi, proporsi tertinggi terdapat pada umur 1-5 tahun (76,9%). Dari 78 anak penderita Campak yang tidak mempunyai komplikasi, proporsi tertinggi terdapat pada umur 1-5 tahun (76,9%). Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur dengan komplikasi.
5.6.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Komplikasi
Distribusi proporsi jenis kelamin anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No. Komplikasi
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki % Perempuan % f %
1 Ada 51 56,0 40 44,0 91 100
2 Tidak ada 53 67,9 25 32,1 78 100
χ 2
= 2,515 df = 1 p= 0,113
Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat dari 91 penderita Campak yang mengalami komplikasi, proporsi tertinggi pada laki-laki (56,0%). Dari 78 penderita Campak yang tidak mengalami komplikasi, proporsi tertinggi pada laki-laki (67,9%).
5.6.3. Status Imunisasi Campak Berdasarkan Komplikasi
Distribusi proporsi status imunisasi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Imunisasi Campak Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No Komplikasi
Status Imunisasi Campak Jumlah
Mendapat % Tidak Mendapat % f %
1 Ada 15 16,5 76 83,5 73 100
2 Tidak ada 58 74,4 20 25,6 96 100
χ 2
= 57,335 df = 1 p= 0,000
5.6.4. Status Gizi Berdasarkan Komplikasi
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Status Gizi Penderita Campak Pada Anak Berdasarkan Komplikasi di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
No Komplikasi
Status Gizi Jumlah
Buruk % Kurang % Baik % Lebih % f %
1 Ada 2 2,2 55 60,4 32 35,2 2 2,2 91 100
2 Tidak ada 1 1,3 18 23,0 40 51,3 19 24,4 78 100
χ 2
= 32,932 df = 3 p= 0,000
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Campak 6.1.1. Umur Anak
Proporsi penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.1. Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
59-71 bulan, 72-84 bulan, 85-97 bulan, dan 98-110 bulan masing-masing yaitu 3%, 0,6%, 0%, dan 1,1%. Sedangkan pada anak perempuan, proporsi tertinggi umur 33-45 bulan yaitu 9,5% dan proporsi terendah pada umur 98-110 bulan yaitu 0%. Umur terendah penderita Campak yaitu 7 bulan dan tertinggi 9 tahun. Berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah laki-laki yaitu 61,5% (104 orang) dengan sex ratio 1.6 : 1.
Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun dan pada beberapa daerah dengan cakupan imunisasi tinggi dan merata cenderung bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (10-14 tahun). 26
Penyakit Campak pada umumnya sering terjadi pada usia muda dan jarang pada usia dewasa karena sebagian besar usia dewasa sudah kebal terhadap penyakit Campak, dimana pada saat terjadi infeksi penyakit Campak pertama kali maka akan terdapat kekebalan seumur hidup.
Tingginya proporsi terserangnya anak kelompok umur 1-5 tahun disebabkan karena bayi baru lahir terlindungi antibodi yang diperoleh dari ibu selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung titer antibodi ibu yang tersisa sehingga pada saat anak berumur 1-5 tahun antibodi sudah perlahan-lahan mulai menghilang.
6.1.2. Agama Ibu
Proporsi ibu penderita Campak pada anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan agama dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
91.7% 7.1% 1.2%
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Gambar 6.2 Proporsi Agama Ibu Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat proporsi tertinggi anak penderita Campak berdasarkan agama adalah Islam (91,7%) dan proporsi terendah Kristen Katolik (1,2%).
6.1.3. Suku Ibu
Proporsi ibu penderita Campak pada anak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.3. Proporsi Suku Ibu Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.3. dapat dilihat proporsi tertinggi anak penderita Campak berdasarkan suku adalah Batak (82,8%) dan proporsi terendah Minang (5,3%).
Proporsi penderita Campak lebih tinggi pada suku Batak, hal itu bisa terjadi karena pasien yang berobat ke Puskesmas Sibuhuan lebih banyak suku Batak dan menurut Profil Kecamatan Barumun tahun 2008, penduduk yang bersuku Batak 90%.29
82.8% 11.9%
5.3%
Batak Jawa
6.2. Status Imunisasi Campak
Proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan status imunisasi campak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.4. Proporsi Status Imunisasi Campak Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Berdasarkan gambar 6.4. dapat dilihat, proporsi tertinggi berdasarkan status imunisasi adalah tidak mendapat imunisasi Campak (56,8%) sedangkan proporsi terendah adalah mendapat imunisasi Campak (43,2%).
Menurut Depkes (2010) pencapaian imunisasi Campak ≥ 90%, dimana dosis yang diberikan yaitu 2 kali, pemberian pertama pada umur 9-11 bulan dan pemberian kedua pada umur <12 tahun. Tercapainya target imunisasi Campak ≥ 90% akan membentuk herd immunity dalam suatu kelompok.30
56.8% 43.2%
Tidak Imunisasi
Proporsi pencapaian imunisasi yang masih rendah dapat disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran orangtua akan pentingnya imunisasi Campak walaupun penyuluhan sudah sering dilakukan, didukung juga dengan pola pikir masyarakat bahwa penyakit Campak tanpa diobati dapat sembuh (self limited
disease) tanpa mempertimbangkan komplikasi yang dapat menyebabkan kematian
anak. Selain itu, dapat disebabkan karena jauhnya rentang waktu pemberian imunisasi Campak dengan imunisasi dasar lainnya sehingga menyebabkan orangtua lupa membawa anak untuk diimunisasi Campak.
6.3. Status Gizi
Proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan status gizi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
43.2%
42.6% 12.4%
1.8%
Kurang
Baik
Lebih
Buruk
Gambar 6.5. Proporsi Status Gizi Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Berdasarkan gambar 6.5. dapat dilihat, proporsi tertinggi berdasarkan status gizi adalah gizi kurang ( 43,2%) sedangkan proporsi terendah adalah gizi buruk (1,8%).
kekebalan tubuh dapat terbentuk dengan sempurna dan tubuh dapat melawan berbagi jenis penyakit infeksi.
Menurut penelitian Purmono (1996) menyatakan bahwa status gizi kurang mempunyai risiko 3,30 kali untuk anak menderita Campak dibanding anak dengan status gizi baik.31
6.4. Komplikasi
Proporsi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
53.8%
46.2% Ada komplikasi
Tidak ada komplikasi
Gambar 6.6. Proporsi Komplikasi Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Komplikasi yang banyak terjadi pada penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan yaitu bronkopneumonia dan enteritis. Komplikasi yang terjadi tidak sampai menyebabkan kematian karena segera diatasi melalui pemberian asupan gizi yang cukup dan vitamin A.
Pada anak yang sehat dan status gizi baik, Campak jarang berakibat serius. Komplikasi penyakit Campak salah satunya adalah infeksi telinga, dimana 10% anak yang terserang Campak akan mengalami infeksi telinga, 5% penderita Campak menderita pneumonia dan 0,1 % anak yang terserang Campak akan mengalami ensefalitis.32
6.5. Analisis Statistik
6.5.1. Umur Berdasarkan Komplikasi
Umur anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
9.9 12.8
Gambar 6.7. Proporsi Umur Berdasarkan Komplikasi Pada Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat, proporsi tertinggi anak penderita Campak yang mengalami komplikasi dan tidak mengalami komplikasi masing-masing pada umur 1-5 tahun (76,9%).
Proporsi mengalami komplikasi lebih sedikit pada pada anak yang berusia <1 tahun dapat disebabkan karena antibodi maternal yang terdapat pada anak masih mampu membentuk kekebalan pada tubuh anak.
6.5.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Komplikasi
Jenis kelamin anak penderita campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
56
Gambar 6.8. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Komplikasi Pada Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak menentukan ada tidaknya komplikasi.
6.5.3. Status Imunisasi Berdasarkan Komplikasi
Status imunisasi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
16.5
Ada Komplikasi Tidak ada
Mendapat imunisasi Tidak mendapat imunisasi
Gambar 6.9. Proporsi Status Imunisasi Berdasarkan Komplikasi Pada Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
Imunisasi Campak berisi virus hidup yang telah dilemahkan. Virus lemah ini mampu merangsang sistem kekebalan tubuh kita untuk membuat antibodi yang dapat mencegah masuknya virus Campak dalam tubuh dan virus hidup ini tidak cukup kuat untuk membuat seseorang terjangkiti penyakit campak.33
Menurut penelitian Hatta (2001) dengan desain case control, penderita Campak yang mengalami komplikasi pneumonia kemungkinan tidak mendapat imunisasi yaitu 2,2 kali (OR=2,2) dibandingkan yang tidak mengalami pneumonia.34 6.5.4. Status Gizi Berdasarkan Komplikasi
Status gizi anak penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2.2 1.3
Gambar 6.10. Proporsi Status Gizi Berdasarkan Komplikasi Pada Anak Penderita Campak di Puskesmas Sibuhuan Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2008
penderita Campak yang mempunyai status gizi kurang secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibanding dengan yang mempunyai gizi baik.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Proporsi tertinggi pada anak penderita Campak umur 1-5 tahun (76,9%), jenis kelamin laki-laki (61,5%) dan pada ibu penderita Campak proporsi tertinggi agama Islam (91,7%) , suku Batak (82,8%). 7.1.2. Proporsi tertinggi pada anak penderita Campak berdasarkan status
imunisasi adalah tidak mendapat imunisasi (56,8%).
7.1.3. Proporsi tertinggi pada anak penderita Campak berdasarkan status gizi adalah status gizi kurang (43,2%).
7.1.4. Proporsi tertinggi pada anak penderita Campak berdasarkan komplikasi adalah mengalami komplikasi (46,2%).
7.1.5. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur penderita Campak dengan komplikasi (p=0,731).
7.1.6. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin penderita Campak dengan komplikasi (p=0,133).
7.1.7. Proporsi penderita Campak yang tidak mendapat imunisasi secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibanding dengan yang mendapat imunisasi (83,5% vs 16,5% ; χ 2= 57,335 ; p= 0,000).
7.1.8. Proporsi penderita Campak yang mempunyai status gizi kurang secara bermakna lebih tinggi mengalami komplikasi dibandingkan dengan status gizi baik (60,4% vs 35,2 ;
χ 2
7.2. Saran
7.2.1. Petugas Puskesmas Sibuhuan diharapkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi Campak (Depkes 90%).
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
2. Ikatan Dokter Indonesia, 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak (Infeksi & Penyakit Tropis), Edisi pertama, Editor Sumarno S, Poorwo Soedarmo, Herry garna, Sri Rezeki S, dan Hadinegoro, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI, 2006, Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Campak, Subdit Imunisasi Direktorat Epim & Kesma, Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI.
4. Eurosurveillance, 2003. Measles in Europe In 2001-2002. www.eurosurveillance.org.
5. Bambang, H., 2006. Analisis Efektivitas Reduksi Campak di Indonesia. www.digilib.litbang.depkes.go.id
6. Dinas Kesehatan Bali, 2003, Profil Kesehatan Propinsi Bali 2003. Bali.
7. Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, 2005, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan, Palembang.
8. Nadhirin A, 2000, Campak di Indonesia, Berita Epidemiologi, Jakarta. 9. Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2006. Profil Kesehatan Sumatera Utara,
Medan.
10.Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, 2006, Profil Kesehatan Propinsi Papua, Jayapura.
11.Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008, Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006, Medan.
12.Dinas Kesehatan Kota Medan, 2002, Profil Kesehatan 2002 Kota Medan, Medan.
14.Chin, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Centres for Disease Control and Prevention, Atlanta, USA.
15.Petunjuk Teknis Imunisasi Campak, 1997, Dalam rangka Akselerasi Reduksi Campak, Panitia Pekan Imunisasi Nasional Tingkat Pusat, Jakarta. 16.S. Abraham, Benenson, 1990, Control of Communicable Disease in Man,
fiftenenth Edition, an Official report of the American Public Health association.
17.Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
18.Ditjen PPM & PLP, 1997. KLB Penyakit Campak di Desa Cinta Manis Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan (1996).
19.Siregar, 2003. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Campak pada Anak Umur (9 Bulan – 6 Tahun) pada Saat KLB di Kabupaten Bogor Tahun 2002).Tesis FKM-UI.
20.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, . Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta.
21. Y. Agus , 2005, Petunjuk Praktis Imunisasi, Trubus Agriwidya.
22.Departemen Kesehatan RI, 1997, Modul Latihan Petugas Imunisasi, Dirjen P2M & PLP, Jakarta.
23.Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
24. Sosro H, dkk, 1985,Penyakit Menular, Cara Pencegahan dan Cara Pengobatannya. Alumni Bandung.
25.Departemen Kesehatan RI, 2002, Pedoman Surveilans dan Respon KLB Dalam Rangka Reduksi Campak di Indonesia, P2M & PLP, Jakarta. 26.Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2008. Pedoman Pencegahan KLB
Campak.
28.Iswandi, 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Campak pada Anak Usia (9-59 Bulan) di Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Musim Mas Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Tahun 2002. Tesis FKM UI, Jakarta.
29.Profil Kecamatan Barumun Tahun 2008
30.Depkes Kesehatan RI, 2010. Kemkes Targetkan Tahun 2014 Seluruh Desa/Kelurahan 100% UCI
31.Purnomo, H., 1996. Petunjuk Faktor yang Berhubungan terhadap Campak pada Anak Usia 12-24 Bulan Kotmadya Jakarta Selatan Tahun 1996. 32.Centre for Disease Control and Prevention,1995.
33.Salajan dan Hengst, 2007. Cegah Campak Media Melawan Bahaya Campak. Penerbit On Track Media Indonesia, Jakarta.