• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN 2008-2010

SKRIPSI

Oleh :

NENNY TRIPENA NIM. 081000297

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN 2008-2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NENNY TRIPENA NIM. 081000297

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN

TAHUN 2008-2010

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh : NENNY TRIPENA

NIM. 081000297

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Juni 2011 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Ketua Penguji ` Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes

NIP. 19590818 198503 2002 NIP. 19640404 199203 1005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 194904171979021001 NIP. 196501121994022001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(4)

ABSTRAK

Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu penyebab kematian dan faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung. Data WHO tahun 2000 menunjukkan 26,4% penduduk di dunia menderita hipertensi. Di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi nasional hipertensi pada penduduk > 18 tahun adalah 29,8%.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan , dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita hipertensi rawat inap tahun 2008-2010 sebanyak 175 orang (total sampling).

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi penderita hipertensi terbanyak adalah pada kelompok umur ≥ 40 tahun (92%), jenis kelamin perempuan (54,9%), agama Islam (54,3%), suku Batak 50,9%, pendidikan SLTA (60%), Polri (32,6%), kawin (82,9%), berasal dari Medan (80,6%), keluhan utama sakit kepala (100%), hipertensi derajat 1 (52%), tidak mengalami komplikasi (61,1%), diabetes mellitus (39,7%), rata-rata lama rawatan (6,22 hari), pulang berobat jalan (88,6%). Hasil uji statik menyatakan tidak ada perbedaan bermakna jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,066), jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi (p=0,925), ada perbedaan bermakna umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,001), umur penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi (p=0,011), dan status komplikasi pasien hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,000). CFR penderita hipertensi sebesar 2,3%.

Kepada Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan kepada penderita hipertensi dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan berkala guna mencegah terjadinya hipertensi yang lebih berat dan komplikasi akibat hipertensi, khususnya kepada penderita yang berumur ≥ 40 tahun.

(5)

ABSTRACT

Hypertension or who called the silent killer is one cause of death and the most influential risk factors as causes of heart disease. WHO data in 2000 showed 26.4% of the world's population suffer from hypertension. In Indonesia, according to the results Riskesdas the 2007 national prevalence of hypertension in the population> 18 years was 29,8%.

To know the characteristics of hypertensive patients which are hospitalized in Bhayangkara Hospital Medan from year 2008-2010, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population of the research is all patients with the total sample for 175 patients (total sampling).

From the results obtained is the highest proportion of hypertensive patients in the age group ≥ 40 years (92%), female sex (54,9%), Moslem (54,3%), Batak (50,9%), high school (60,0%), Police (32,6%), married (82,9%), Medan (80,6%), headache (100%), 1st degree of hypertension (52,0 %), without complications (61,1%), diabetes mellitus (39,7%), the average length of treatment (7,59 days), and medically discharged and becoming out patient (88,6%). Statistical test results stating there are no significant differences between the sexes have hypertension based on the degree of hypertension (p = 0.066), sex, hypertension based on the status of complications (p =0.925), there are significant differences in age of patients with hypertension based on the degree of hypertension (p = 0.001), age of hypertensive patients based on the status of complications (p = 0.011), and the the status of complications based on the degree of hypertension (p = 0.000). CFR of hypertension is 2,3% .

To the Hospital Bhayangkara Medan to improve health care by providing counseling to patients with hypertension and family to do periodic checks to prevent the occurrence of more severe hypertension and complications due to hypertension, particularly to patients aged ≥ 40 years.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nenny Tripena

Tempat/Tanggal Lahir : Seulimum, Aceh Besar / 8 November 1977

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 6 dari 7 bersaudara

Alamat Rumah :Jl.K.L.YosSudarsoNo.22 Ling.IVTiti Papan Medan Alamat Kantor : Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 15 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat, kasih dan anugrahNya yang luar biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.

3. Ibu drh. Rasmaliah M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU sekaligus selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Jemadi M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH dan Ibu drh. Hiswani M.Kes

(8)

6. Bapak Anshari, SKM selaku Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantaan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Medan yang telah memberikan ijin untuk meneruskan pendidikan kepada penulis.

7. Bapak Kombes Pol. drg. Hasrat Ginting, SpBM selaku Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tk II Medan dan Ibu Bripka Ani Ariani selaku Kepala Rekam Medik Rumah Sakit Bhayangkara Tk II Medan yang telah memberikan izin penelitian serta turut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. 8. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

9. Ibunda Kostianna Simanjuntak tersayang, terimakasih atas kasih sayang, dukungan dan doanya yang tak pernah jemu demi keberhasilan penulis.

10. Suami tercinta Willy Parlindungan Silalahi dan anak-anakku yang tersayang Rebecca Anabella dan Iva Christabella serta buah hatiku yang menantikan kelahirannya, terimakasih atas dukungan, pengertian dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan sekerja yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di FKM USU.

(9)

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan , Juni 2011

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Tekanan Darah ... 7

2.1.2. Hipertensi... 7

2.2. Klasifikasi Hipertensi 2.2.1.Berdasarkan Etiologi ... 9

2.2.2. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD ... 10

2.2.3. Berdasarkan Gejala-gejala Klinik ... 11

2.3. Gejala Klinis ... 12

2.4. Diagnosis ... 12

2.5. Komplikasi ... 13

2.6. Epidemiologi Hipertensi 2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi ... 14

(11)

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis Rumah Sakit Bhayangkara Medan ... 32

5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Bhayangkara Medan ... 32

5.1.3 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit ... 33

5.1.4 Tenaga Kesehatan ... 35

5.2 Penderita Hipertensi 5.2.1 Sosiodemografi ... 35

5.3 Analisa Statistik 5.3.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 42

5.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 43

5.3.3 Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 44

5.3.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 44

5.3.5 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 45

5.3.6 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 46

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Distribusi Penderita Hipertensi 6.1.1 Sosiodemografi ... 48

6.2 Analisa Statistik 6.2.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 63

6.2.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 64

6.2.3 Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 65

6.2.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 66

6.2.5 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 67

(12)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan... 71

7.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

LAMPIRAN ... xx Lampiran 1 : Tabel Lebih Dari Satu Keluhan

Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Output Master Data

Lampiran 4 : Surat Izin Melakukan Penelitian Dari FKM USU

Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai MelakukanPenelitian Dari Rumah Sakit Bhayangkara Medan

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Bhayangkara Medan ….. 34 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Bhayangkara Medan

Tahun 2008-2010 ... 35 Tabel 5.3 Distibusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Sosiodemografi Lainnya di Rumah Sakit Bhayangkara Medan

Tahun 2008-2010 ... 36 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Keluhan Utama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun

2008-2010 ... 37 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun

2008-2010 ... 38 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Status Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun

2008-2010 ... 39 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun

2008-2010 ... 39 Tabel 5.8 Rata- rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Rawat Inap di

Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010 ... 40 Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Bhayangkara Medan

Tahun 2008-2010 ... 41 Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Rawat Inap

Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara

Medan Tahun 2008-2010 ... 41 Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Status Komplikasi Penderita Hipertensi Rawat

Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara

(14)

Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Diagram PieProporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Umur diRumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010…..44 Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan

Jenis Kelamin di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010…... 46

Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010…… 47

Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010…….. 48

Gambar 6.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010.. 49

Gambar 6.6 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010.. 50

Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 51

Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 52

Gambar 6.9 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 53

(16)

2008-2010……... 54

Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 55

Gambar 6.12 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 56

Gambar 6.13 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 58

Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 59

Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Status Komplikasi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010……... 60

(17)

ABSTRAK

Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu penyebab kematian dan faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung. Data WHO tahun 2000 menunjukkan 26,4% penduduk di dunia menderita hipertensi. Di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi nasional hipertensi pada penduduk > 18 tahun adalah 29,8%.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan , dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi adalah seluruh penderita hipertensi rawat inap tahun 2008-2010 sebanyak 175 orang (total sampling).

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi penderita hipertensi terbanyak adalah pada kelompok umur ≥ 40 tahun (92%), jenis kelamin perempuan (54,9%), agama Islam (54,3%), suku Batak 50,9%, pendidikan SLTA (60%), Polri (32,6%), kawin (82,9%), berasal dari Medan (80,6%), keluhan utama sakit kepala (100%), hipertensi derajat 1 (52%), tidak mengalami komplikasi (61,1%), diabetes mellitus (39,7%), rata-rata lama rawatan (6,22 hari), pulang berobat jalan (88,6%). Hasil uji statik menyatakan tidak ada perbedaan bermakna jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,066), jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi (p=0,925), ada perbedaan bermakna umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,001), umur penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi (p=0,011), dan status komplikasi pasien hipertensi berdasarkan derajat hipertensi (p=0,000). CFR penderita hipertensi sebesar 2,3%.

Kepada Rumah Sakit Bhayangkara Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan kepada penderita hipertensi dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan berkala guna mencegah terjadinya hipertensi yang lebih berat dan komplikasi akibat hipertensi, khususnya kepada penderita yang berumur ≥ 40 tahun.

(18)

ABSTRACT

Hypertension or who called the silent killer is one cause of death and the most influential risk factors as causes of heart disease. WHO data in 2000 showed 26.4% of the world's population suffer from hypertension. In Indonesia, according to the results Riskesdas the 2007 national prevalence of hypertension in the population> 18 years was 29,8%.

To know the characteristics of hypertensive patients which are hospitalized in Bhayangkara Hospital Medan from year 2008-2010, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population of the research is all patients with the total sample for 175 patients (total sampling).

From the results obtained is the highest proportion of hypertensive patients in the age group ≥ 40 years (92%), female sex (54,9%), Moslem (54,3%), Batak (50,9%), high school (60,0%), Police (32,6%), married (82,9%), Medan (80,6%), headache (100%), 1st degree of hypertension (52,0 %), without complications (61,1%), diabetes mellitus (39,7%), the average length of treatment (7,59 days), and medically discharged and becoming out patient (88,6%). Statistical test results stating there are no significant differences between the sexes have hypertension based on the degree of hypertension (p = 0.066), sex, hypertension based on the status of complications (p =0.925), there are significant differences in age of patients with hypertension based on the degree of hypertension (p = 0.001), age of hypertensive patients based on the status of complications (p = 0.011), and the the status of complications based on the degree of hypertension (p = 0.000). CFR of hypertension is 2,3% .

To the Hospital Bhayangkara Medan to improve health care by providing counseling to patients with hypertension and family to do periodic checks to prevent the occurrence of more severe hypertension and complications due to hypertension, particularly to patients aged ≥ 40 years.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif) seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan ekonomi bangsa.1

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak masih adanya penyakit infeksi yang harus ditangani dan dilain pihak semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Proporsi angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007.2

(20)

organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.4

Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovascular). Penderita penyakit jantung kini mencapai lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Kurang lebih 10-30 % penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi dan sekitar 50-60 % penduduk dewasa adalah mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila tekanan darahnya dapat di kontrol.5

Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health

Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4%

penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara berkembang termasuk Indonesia.6

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25 tahun meningkat dari 8 % pada tahun 1995 menjadi 28 % tahun 2001. 8

(21)

kejadian hipertensi pada masyarakat di atas usia 26 tahun adalah 26,4% dan penderita hipertensi lebih banyak pada kelompok umur 45 – 60 tahun yaitu 30,8%.10

Data hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan hipertensi sebagai penyakit tidak menular dengan prevalensi 31,7% kemudian penyakit jantung (7,2%), stroke (8,3%) dan diabetes mellitus (1,1%). Prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. Hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%.9

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2006, bahwa berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit di seluruh Indonesia, hipertensi menduduki peringkat keempat dengan proporsi kematian 2,1% (1.620 orang).8 Sedangkan menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2009 jumlah kematian penyakit tidak menular tertinggi umumnya terjadi pada kasus komplikasi diantaranya pada kasus jantung dan ginjal hipertensi (16,66%), ginjal hipertensi (14,86%) dan hipertensi esensial (3,33%). 11

Profil kesehatan Kota Medan tahun 2007 menunjukkan penyakit hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak penderitanya di kota Medan, dengan jumlah penderita sebanyak 423.656 orang (proporsi 26,3%) . 12

(22)

Berdasarkan penelitian Sukresna Wibowo (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekan Baru pada tahun 2004 didapat proporsi penderita hipertensi rawat inap sebesar 8,92% (265 orang dari 2.971 pasien penyakit dalam), tahun 2005 sebesar 5,96% (229 orang dari 3.843 pasien penyakit dalam), tahun 2006 sebesar 5,31% (186 orang dari 3.503 pasien penyakit dalam), tahun 2007 sebesar 4,79% (171 orang dari 3.573 pasien penyakit dalam), tahun 2008 sebesar 6,85% (265 orang dari 3.870 pasien penyakit dalam).48

Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap pada tahun 2008 adalah sebesar 26,29% (46 orang), tahun 2009 sebesar 34,85% (61 orang), dan tahun 2010 sebesar 38,86 % (68 orang).13

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 - 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, klasifikasi penderita, status perkawinan dan tempat tinggal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan

keluhan utama.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi dan jenis komplikasi.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan rata-rata lama rawatan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi.

(24)

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi derajat hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit mengenai karakteristik penderita hipertensi sehingga dapat meningkatkan penanggulangan dan pengobatan penderita kearah yang lebih baik.

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

2.1.1. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai pembawa oksigen serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh supaya dapat hidup dan melaksanakan tugasnya masing-masing.18

Tekanan Darah Sistolik (TDS) menunjukkan tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung) atau tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat. TDS dinyatakan oleh angka yang lebih besar jika dibaca pada alat pengukur tekanan darah. TDS normal 90 – 120 mmHg. Tekanan Darah Diastolik (TDD) menunjukkan tekanan darah dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. TDD dinyatakan dalam angka yang lebih kecil jika dibaca pada alat pengukur tekanan darah. TDD normal 60 -80 mmHg. Tingginya TDS berhubungan dengan curah jantung, sedangkan TDD berhubungan dengan besarnya resistensi perifer.19

2.1.2. Hipertensi

(26)

Sedangkan menurut WHO (1999) hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg pada orang-orang yang tidak memakai obat anti hipertensi.

Menurut petunjuk WHO (1999) klasifikasi derajat tekanan darah adalah sebagai berikut :20

a. Optimal bila tekanan darah < 120/80 mmHg,

b. Normal bila tekanan darah 120/80 mmHg – 130/85 mmHg,

c. Normal tinggi bila tekanan darah sistolik 130 – 139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85 – 89 mmHg,

d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 – 99 mmHg,

e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan darah sistolik 160 – 179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100 – 109 mmHg,

f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg,

g. Hipertensi sistolik bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg.

Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin. Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh Kaplan (1985) sebagai berikut :21

(27)

b. Laki-laki, usia > 45 tahun di katakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 145/95 mmHg,

c. Perempuan, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

Hipertensi sering kali dijumpai tanpa gejala, relatif mudah diobati dan sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner,dan gangguan ginjal.22

Dari berbagai pendapat tentang hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi terjadi akibat adanya pengaruh interaksi dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Meskipun awalnya tergantung dari faktor keturunan, dalam perjalanannya menuju masa dewasa banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan, merokok, alkohol, stres, obesitas dan sebagainya.

2.2. Klasifikasi Hipertensi 2.2.1. Berdasarkan Etiologi

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi esensial meliputi lebih kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.23

(28)

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat di ketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi kurang lebih 5% dari total penderita hipertensi. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi dari hal-hal berikut :

a. Akibat stres yang parah, b. Penyakit atau gangguan ginjal,

c. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan, d. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, e. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat,

f. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.25 2.2.2. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD

Berdasarkan tingginya tekanan sistolik, The Seven Of The Joint National

Comitte on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure

( JNC 7) tahun 2003, membagi hipertensi sebagai berikut :

a. Normal bila tekanan darah sistolik 90 – 120 mmHg dan diastolik 60 – 80 mmHg,

b. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik 80 – 89 mmHg,

(29)

d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg.

Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi, sebagai contoh TDS 170 mmHg sedangkan TDD 90 mmHg maka derajat hipertensi ditentukan dari tekanan sistolik (TDS) karena merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung berkontraksi memompakan darah.23

2.2.3. Berdasarkan Gejala-gejala Klinik a. Hipertensi Benigna

Pada hipertensi benigna, tekanan darah sistolik maupun diastolik belum begitu meningkat, bersifat ringan atau sedang dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ seperti mata, otak, jantung dan ginjal. Juga belum nampak kelainan fungsi dari alat-alat tersebut yang sifatnya berbahaya.

b. Hipertensi Maligna

Disebut juga accelarated hypertension, adalah hipertensi berat yang disertai kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral. Pada retina terjadi kerusakan sel endotelial yang akan menimbulkan obliterasi atau robeknya retina.26

Apabila diagnosis hipertensi maligna di tegakkan, pengobatan harus segera dilakukan. Di upayakan tekanan darah sistolik mencapai 120 – 139 mmHg. Hal ini perlu dilakukan karena insidensi terjadinya pendarahan otak atau payah jantung pada hipertensi maligna sangat besar.21

c. Hipertensi Ensafalopati

(30)

yang hebat, nausea, dan muntah. Tanda gangguan serebral seperti kejang ataupun koma, dapat terjadi apabila tekanan darah tidak segera diturunkan. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan diastolik melebihi 140 mmHg. Hipertensi berat yang diikuti tanda-tanda payah jantung, pendarahan otak, pendarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan hipertensi yang memerlukan penanganan secara seksama.21

2.3. Gejala Klinis

Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdengung. 21

Pada survei hipertensi di Indonesia oleh Sugiri,dkk (1995), tercatat gejala-gejala sebagai berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang serta sukar tidur merupakan gejala yang banyak dijumpai.20

(31)

2.4. Diagnosis

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnese, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Pada 70-80 % kasus hipertensi esensial, didapat riwayat hipertensi didalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.21

Pada wanita keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat persalinan, penggunaan pil kontrasepsi, diperlukan dalam anamnesis. Selain itu data mengenai penyakit penyerta yang timbul bersamaan seperti diabetes melitus, gangguan hyperthyroid, rematik, gangguan ginjal serta faktor risiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress dan data obesitas perlu diberitahukan kepada dokter yang memeriksa. 20,21

Pemeriksaan yang lebih teliti perlu dilakukan pada organ target untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan dengan hipertensi. 20,21

2.5. Komplikasi

(32)

Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ditemukan data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebrovascular dan komplikasi jantung sering ditemukan.21

Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan akibat pecahnya mikroaneurisma yang mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara

(transient ischaemic attack). 20,21

2.6. Epidemiologi Hipertensi

2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang

(33)

sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5%.27

Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15%-20%. Survei faktor resiko penyakit kardiovasculer oleh WHO di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 160/90 mmHg pada pria tahun 1988 sebesar 13,6%, tahun 1993 sebesar 16,5% dn pada tahun 2000 sebesar 12,1%. Sedangkan pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16%, tahun 1993 sebesar 17% dan tahun 2000 sebesar 12,2%. 28

b. Tempat

Prevalensi hipertensi ditiap daerah berbeda-beda tergantung pada pola kehidupan masyarakatnya. Dari hasil riskesda (riset kesehatan dasar) 2007 diketahui prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun sebesar 29,8%.

Secara nasional 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Sengigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%) dan Kota Salatiga (45,2%).

(34)

Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.25

c.Waktu

Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2001 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001.

2.6.2. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan.

a. Faktor Risiko Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah 1. Genetika

(35)

2. Umur

Umur merupakan faktor risiko penyakit hipertensi yang tidak dapat dicegah karena menurut penelitian semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar risiko terkena hipertensi. Menurut Dede Kusmana dari Departemen Kardiologi Universitas Indonesia (2007), bahwa umur penderita hipertensi antara 20-30 tahun prevalensinya adalah 5-10%, umur dewasa muda prevalensinya antara 20-25% dan umur diatas 50 tahun sekitar 60%.30

Menurut penelitian yang dilakukan Suyati (2005), di Rumah Sakit Islam Jakarta, bahwa penderita hipertensi umumnya berusia antara 36-50 tahun yaitu 56,7%. Sementara penelitan Rasmaliah dkk (2005), di Desa Pekan Labuhan dan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan mencatat bahwa penderita hipertensi terbanyak pada umur 45-60 tahun sebesar 30,8%.31,32

3. Jenis Kelamin

(36)

Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50 – 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 53,8% sedangakan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5%. 27

4. Ras atau Suku Bangsa

Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap -tiap ras atau suku bangsa .Di Amerika Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik antara ras yang berbeda sehingga membedakan kerentanan terhadap hipertensi.33

b. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Diubah 1. Obesitas

(37)

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Berat Badan (Kg)

Indeks Massa Tubuh (IMT) = --- Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥ 27.34

2. Konsumsi Garam

Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5 – 15 g per hari, prevalensi hipertensi meningkat 15 – 20 %. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti ole peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal.21

3. Konsumsi Rokok dan Kopi

(38)

menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok.34

Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak, dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung.21

Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.35

4. Konsumsi Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit.19

Menurut Hendra Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol.36

5. Stres

(39)

lebih cepat, kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Hubungan antara stres dan penyakit bukanlah hal baru, selama ber abad-abad para dokter telah menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua penyakit kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres. Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran –tubuh, diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari dari semua masalah yang berkaitan dengan kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh stres.37

Di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2000, dari 203 juta penduduk terdapat 38 juta orang pengangguran dan 15 juta anak putus sekolah. Selain masalah ekonomi, sumber stres juga bisa muncul dari persoalan rumah tangga, suasana pekerjaan serta kehidupan sosial yang terus berubah.

Sedangkan menurut profil kesehatan Sumatera Utara (2007), diketahui penderita penyakit jiwa di Rumah Sakit Jiwa Medan tahun 2000 berjumlah 7.326 penderita naik menjadi 9.486 penderita pada tahun 2003.10

6. Olahraga

(40)

menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali.38

Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mm Hg pada bacaan sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot.39

2.7. Pencegahan Hipertensi 2.7.1. Pencegahan Premordial

Pencegahan hipertensi secara premordial adalah upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup, dan faktor lainnya, misalnya menciptakan kondisi sehingga masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok, merubah pola konsumsi masyarakat yang sering mengonsumsi makanan cepat saji. 25

2.7.2. Pencegahan Primer

(41)

Pencegahan primer hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Mengurangi/menghindari setiap prilaku yang memperbesar faktor risiko,yaitu: 1). Menurunkan berat badan sampai tingkat yang ideal bagi yang berlebihan

berat badan dan kegemukan

2). Menghindari minuman yang mengandung alkohol 3). Mengurangi/membatasi asupan natrium/garam 4). Menghindari rokok

5). Mengurangi/menghindari makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi.

b. Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu :

1). Melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, bersepeda, berenang dan lain-lain.

2). Diet rendah lemak dan meningkatkan konsumsi buah-buahan/sayuran 3). Mengendalikan stres dan emosi.34,40,41

2.7.3. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama adalah pada mereka yang terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi

Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut :

(42)

1). Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

2). Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-obatan antihipertensi

b. Pengobatan/perawatan

1). Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi dapat segera dikendalikan

2). Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes melitus dan lain-lain

3). Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun

4). Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi, bail tunggal maupun majemuk

5). Memperkecil efek samping pengobatan

6). Menghindari faktor resiko penyebab hipertensi seperti yang disebutkan diatas

7). Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes melitus, kelainan pada ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ. 34,40,41

2.7.4. Pencegahan Tersier

(43)

tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut yang mengarah pada kecacatan/kelumpuhan bahkan kematian.

Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun

b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan organ otak yang menyebabkan stroke dan kelumpuhan anggota badan

c. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi

(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Model Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Penderita Hipertensi

1. Sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, status penderita, status perkawinan dan tempat tinggal)

2. Keluhan Utama 3. Derajat Hipertensi

4. Status Komplikasi dan Jenis Komplikasi 5. Rata-rata Lama Rawatan

6. Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita hipertensi adalah pasien yang dinyatakan hipertensi berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status dan dirawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan pada tahun 2008-2010.

(45)

jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.3. Umur adalah usia penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan berdasarkan rumus Sturges, yaitu :1

1. 28 – 34 tahun 2. 35 – 41 tahun 3. 42 – 48 tahun 4. 49 – 55 tahun 5. 56 – 62 tahun 6. 63 – 69 tahun 7. 70 – 76 tahun 8. 77 – 78 tahun

Untuk uji statistik dengan kelompok umur :

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun

3.2.4. Jenis kelamin adalah keadaan fisiologis penderita hipertensi dari lahirnya sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam

(46)

3. Katholik 4. Budha 5. Hindu

3.2.6. Suku adalah suatu istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas pada penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Minang 4. Melayu 5. Aceh 6. Lain-lain

3.2.7. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan berhasil diselesaikan penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA

4. Akademi/Perguruan Tinggi

3.2.8. Status penderita adalah status penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Polri 2. PNS

(47)

4. Keluarga 5. Umum

3.2.9. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita hipertensi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kawin

2. Belum Kawin 3. Janda atau duda

3.2.10. Tempat tinggal adalah alamat dimana penderita hipertensi tinggal sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Medan 2. Luar Medan

3.2.11. Keluhan utama adalah gangguan/keluhan fisik yang sering dirasakan oleh penderita hipertensi kesehariannya, sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sakit kepala 2. Mual

3. Pegal pada tengkuk 4. Lemas

5. Jantung berdebar-debar 6. Muntah

(48)

3.2.11. Derajat hipertensi adalah klasifikasi yang ditentukan menurut klasifikasi JNC-VII, yaitu :41

1. Prehipertensi, bila TDS 120-139 mmHg 2. Hipertensi derajat 1, bila TDS 140-159 mmHg 3. Hipertensi derajat 2, bila TDS 160 mmHg

Untuk uji statistik dengan klasifikasi :

1. Prehipertensi, bila TDS 120-139 mmHg 2. Hipertensi, bila TDS ≥ 140 mmHg

3.2.12. Status komplikasi adalah ada atau tidaknya gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan oleh penderita hipertensi sebagai dampak lanjut dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :26

1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi

Jenis komplikasi adalah jenis gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan oleh penderita hipertensi sebagai dampak lanjut dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Gagal Ginjal Kronis (GGK) 2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) 3. Diabetes Melitus (DM)

(49)

3.2.13. Rata-rata lama rawatan adalah jumlah hari rata-rata penderita hipertensi dirawat dari tanggal masuk sampai keluar (baik dengan izin dokter, atas permintaan sendiri maupun meninggal dunia) sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.14. Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan tentang keadaan penderita hipertensi ketika pulang sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan desain Case Series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan yang merupakan satu-satunya rumah sakit kepolisian yang berada di Kota Medan dan tersedianya data yang dibutuhkan untuk penelitian.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Juni 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

(51)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010 dengan besar sampel sama dengan populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kartu status penderita hipertensi yang bersumber dari Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010. Kartu status dengan kasus hipertensi yang dipilih sebagai sampel dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambararan Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Letak Geografis Rumah Sakit Bhayangkara Medan37

Rumah Sakit Bhayangkara Medan dibangun pada tahun 1966 oleh Brimob Resimen V yang berlokasi di Jl. Putri Hijau Medan dan pada tahun 1972 dipindahkan ke Jl. Wahid Hasyim No. 1 Medan, Kecamatan Medan Merdeka dengan luas tanah 5.821 m² dan bangunan seluas 4.676,5 m². Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Pol : Skep / 1549 / X / 2001 Tanggal 30 Oktober 2001 tentang pengesahan peningkatan/penetapan dan pembentukan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II, III dan IV.

Rumah Sakit Bhayangkara Medan lebih dikenal masyarakat luas dengan sebutan Rumah Sakit Brimob karena berlokasi di Markas Besar Brimob Polda Sumatera Utara, namun demikian Rumah Sakit Bhayangkara Medan disamping melayani anggota Polri / PNS / keluarga juga melayani masyarakat umum.

5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Bhayangkara Medan

Visi Rumah Sakit Bhayangkara Medan adalah memberikan pelayanan yang profesional, proporsional, bermoral dan modern mealalui peran yang dibangun secara kemitraan. Misi Rumah Sakit Bhayangkara Medan adalah :

(53)

b.Menyelenggarakan dan meningkatkan fungsi kedokteran kepolisian dalam rangka mendukung tugas-tugas kepolisian

c.Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Bhayangkara Medan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia

d.Mempersiapkan fasilitas pelayanan medis secara optimal dan tepat guna serta merawat sarana yang telah ada guna memperpanjang usia pakai.

5.1.3 Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Jenis Pelayan Rumah Sakit Bhayangkara Medan adalah :

1. Pelayan Medis, terdiri dari : Pelayanan Rawat Jalan (Instalasi Gawat Darurat, Poliklinik Umum, Poliklinik Gigi, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Anak, Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Poliklinik Mata, Poliklinik Paru, Poliklinik THT, Poliklinik Jiwa/Psikiatri, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Orthopedi, Poliklinik Bedah Umum, Poliklinik Bedah Syaraf, Poliklinik Thoraks/Kardiovaskuler, Poliklinik Bedah Urologi dan Poliklinik Phisioterapi), Pelayanan Rawat Inap (Ruang VIP, Ruang Kelas Utama, Ruang Kelas I, Ruang Kelas II, Ruang Isolasi, Ruang Tahanan dan Zaal Anak)

(54)

Dari jenis pelayanan yang ada, Rumah Sakit Bhayangkara Medan mempunyai pelayanan unggulan, yaitu :

1. Pusat Pelayanan Terpadu

Merupakan tempat pengaduan dan perlindungan terhadap korban tindak kekerasan terhadap anak-anak dan perempuan.

2. Klinik VCT/CST

Merupakan pusat informasi pelayanan konseling, testing dan perawatan infeksi virus HIV.

3. Laboratorium

Melayani pasien 24 jam, melayani General Check Up : Hepatitis, Diabetes, Ginjal dan lain-lain, Sreening Narkoba dan HIV.

4. Kamar Mayat/Forensik

(55)

5.1.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan terdiri atas tenaga kesehatan tetap dan honorer. Secara rinci tenaga kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2010

No Kategori Tenaga Kesehatan f %

1 Dokter Umum 13 5.8

2 Dokter Gigi 1 0.5

3 Dokter Spesialis 35 15.7

4 Paramedis Perawat 67 30

5 Paramedis Kebidanan 9 4

6 Paramedis Non Perawat 25 11.2

7 Apoteker 2 0.9

8 Sarjana Lain 5 2.3

9 Lain-lain 66 29.6

Total 223 100

Sumber : Profil Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2010.

5.2 Penderita Hipertensi 5.2.1 Sosiodemografi

(56)

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008-2010

No Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

F % f % f %

1 28 – 34 4 2,3 2 1,1 6 3,4

2 35 – 41 4 2,3 4 2,3 8 4,6

3 42 – 48 21 12 28 16 49 28

4 49 – 55 25 14,3 28 16 53 30,3

5 56 – 62 14 8 8 4,6 22 12,6

6 63 – 69 6 3,4 19 10,9 25 14,3

7 70 – 76 4 2,3 7 4 11 6,3

8 77 – 78 1 0,5 - - 1 0,5

Total 79 45,1 96 54,9 175 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi tertinggi berada pada kelompok umur 49 – 55 tahun sebesar 30,3% (53 orang). Proporsi penderita hipertensi laki-laki tertinggi pada kelompok umur 49-55 tahun sebesar 14,3% (25 orang) dan proporsi penderita hipertensi perempuan berada pada kelompok umur 42 – 48 tahun dan 49 – 55 tahun sebesar 16% (28 orang).

(57)
(58)

5 Status Perkawinan

Kawin 145 82,9

Belum Kawin - -

Janda/Duda 30 17,1

Jumlah 175 100

6 Tempat Tinggal

Medan 141 80,6

Luar Medan 34 19,4

Jumlah 175 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 tertinggi beragama Islam 54,3% (95 orang) dan terendah Katholik 5,1% (9 orang). Berdasarkan suku, tertinggi Batak 50,9% (89 orang) dan terendah suku lainnya 1,1% (2 orang) yaitu 1 orang suku Ambon dan 1 orang suku Toraja. Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi SLTA 60% (105 orang) dan terendah SD 9,1% (16 orang). Berdasarkan status penderita tertinggi Polri 32,6% (57 orang) dan terendah Purnawirawan 9,7% (17 orang). Berdasarkan status perkawinan tertinggi kawin 82,9% (145 orang) dan terendah belum kawin 0%. Berdasarkan tempat tinggal tertinggi berada di Medan 80,6% (141 orang).

5.2.2 Keluhan Utama

(59)

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Keluhan (n = 175) f Proporsi (%)

Sakit Kepala 175 100

Mual 78 44,6

Pegal Pada Tengkuk 60 34,3

Lemas 58 33,1

Jantung Berdebar-debar 25 14,3

Muntah 24 13,7

Sesak Nafas 17 9,7

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010, dengan keluhan tertinggi berupa sakit kepala 100% (175 orang) dan terendah sesak nafas 9,7%(17 orang). Distribusi frekuensi lebih dari satu keluhan penderita hipertensi dapat dilihat pada lampiran 1

5.2.3 Derajat Hipertensi

(60)

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Derajat Hipertensi f Proporsi (%)

Prehipertensi 24 13,7

Hipertensi Derajat 1 89 50,9

Hipertensi Derajat 2 62 35,4

Total 175 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat proporsi derajat tekanan darah penderita hipertensi tertinggi pada hipertensi derajat 1 sebesar 50,9% (89 orang) dan terendah prehipertensi 13,7% (24 orang).

5.2.4. Status Komplikasi

Proporsi penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 berdasarkan status komplikasi yaitu ada komplikasi dan tidak ada komplikasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Status Komplikasi f Proporsi (%)

Ada Komplikasi 68 38,9

Tidak Ada Komplikasi 107 61,1

(61)

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat proporsi status komplikasi penderita hipertensi tertinggi tanpa komplikasi 61,1% (107 orang) dan penderita dengan komplikasi sebesar 38,9% (68 orang).

Jenis komplikasi pada penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Jenis Komplikasi f Proporsi (%)

Diabetes Mellitus 27 39,7

Penyakit Jantung Koroner 18 26,5

Gagal Ginjal Kronik 14 20,6

Stroke 9 13,2

Total 68 100

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat proporsi jenis komplikasi penderita hipertensi tertinggi diabetes mellitus 39,7% (27 orang) dan yang terendah stroke 13,2% (9 orang).

5.2.5 Rata-rata Lama Rawatan

(62)

Tabel 5.8 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Lama Rawatan (hari)

Mean 6,22

Standar Deviasi 4,41

95% Confidence Interval 5,56 – 6,88

Minimum 2

Maksimum 28

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa rata-rata lama rawatan penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 adalah 6,22 hari. Lama rawatan tersingkat adalah 2 hari dan terlama 28 hari.

5.2.6. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hipertensi rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 berdasarkan keadaan sewaktu pulang yaitu Pulang Berobat Jalan (PBJ), Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) dan meninggal dunia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.9 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi (%)

Pulang Berobat Jalan 155 88,6

Pulang Atas Permintaan Sendiri 16 9,1

Meninggal Dunia 4 2,3

(63)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat proporsi keadaan sewaktu pulang penderita hipertensi tertinggi pada keadaan pulang berobat jalan sebesar 88,6% (155 orang) dan terendah meninggal dunia 2,3% (4 orang).

5.3 Analisa Statistik

5.3.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Derajat Hipertensi

Umur (tahun)

Total

< 40 ≥ 40

f % f % f %

Prehipertensi 6 25,0 18 75,0 24 100

Hipertensi 8 5,3 143 94,7 151 100

χ2 = 10,922 df = 1 p = 0,001

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi dengan prehipertensi tertinggi pada umur ≥ 40 tahun sebesar 75,0 % (18 orang) dan penderita hipertensi dengan keadaan hipertensi tertinggi juga berada pada umur ≥ 40 tahun sebesar 94,7% (151 orang).

(64)

5.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Derajat Hipertensi

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Prehipertensi 15 62,5 9 37,5 24 100

Hipertensi 64 42,4 87 57,6 151 100

χ2 = 3,384 df = 1 p = 0,066

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi dengan prehipertensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 62,5% (15 orang) dan penderita hipertensi dengan keadaan hipertensi ternyata tertinggi pada jenis kelamin perempuan sebesar 57,6% (151 orang).

Analisa dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p> 0,05, artinya tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi.

5.3.3 Umur Berdasarkan Status Komplikasi

(65)

Tabel 5.12 Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Status Komplikasi

Umur (tahun)

Total

< 40 ≥ 40

f % f % f %

Komplikasi 1 1,5 67 98,5 68 100

Tidak Komplikasi 13 12,1 94 87,9 107 100

χ2

= 6,442 df = 1 p = 0,011

Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa pada status komplikasi dengan komplikasi hampir seluruhnya berumur ≥ 40 tahun yaitu sebesar 98,5% (67 orang). Sedangkan keadaan tidak komplikasi tertinggi juga berada pada umur ≥ 40 tahun sebesar 87,9% ( 107 orang).

Analisa dengan menggunakan uji chi square diperoleh p<0,05, artinya ada perbedaan bermakna antara umur dengan status komplikasi. Umur ≥ 40 tahun lebih tinggi proporsinya mengalami kejadian komplikasi dibandingkan umur < 40 tahun.

5.3.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

(66)

Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

Status Komplikasi

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Komplikasi 31 45,6 37 54,4 68 100

Tidak Komplikasi 48 44,9 59 55,1 107 100

χ2

= 0,009 df = 1 p = 0,925

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa pada status komplikasi dengan komplikasi proporsi antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Demikian juga pada keadaan tidak komplikasi proporsi laki-laki sebesar 44,9% (48 orang) dan perempuan sebesar 55,1% (59 orang).

Analisa dengan menggunakan uji chi square diperoleh p>0,05, artinya tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan status komplikasi.

5.3.5 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi

(67)

Tabel 5.14 Distribusi Proporsi Status Komplikasi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008 – 2010

No Derajat Hipertensi

Status Komplikasi

Total Komplikasi Tidak

Komplikasi

f % f % f %

1 Prehipertensi 0 0 24 100 24 100

3 Hipertensi 68 45,1 83 54,9 151 100

χ2

= 17,677 df = 1 p = 0,000

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa pada derajat hipertensi dengan prehipertensi seluruhnya tidak mengalami komplikasi (100%). Sedangkan keadaan komplikasi tertinggi berada pada keadaan hipertensi sebesar 45,1% ( 68 orang).

Analisa dengan menggunakan uji chi square diperoleh p<0,05, artinya ada perbedaan bermakna antara status komplikasi dengan derajat hipertensi. Keadaan hipertensi lebih tinggi mengalami kejadian komplikasi dibandingkan prehipertensi.

5.3.6 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.
Tabel 5.1 Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2010
Tabel 5.2  Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat  Inap  Berdasarkan Umur dan Jenis  Kelamin di Rumah   Sakit   Bhayangkara    Medan    tahun 2008-2010
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi Lainnya di Rumah Sakit Bhayangkara Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembuatan program aplikasi ini untuk memberikan keamanan data seperti kerahasiaan pesan atau berkas agar tidak dapat dibaca oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hak

Tujuan penelitian adalah: (1) m$rnpelajari pengaruh cara reklamasi lahan alang-alang dan pola tanarn terhadap sifat fisika, kin)ia, dan biologi tanah, (2) mendapatkan

4 Untuk mengantisipasi atas kejahatan yang dilakukan oleh lanjut usia, keluarga atau pihak terkait harus memberikan perhatian atau penanganan yang lebih intensif

Responden selalu mendengarkan dan peduli dengan kekawatiran yang di alami klien (62,5%).responden selalu memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada klien (75%).responden

Analisis selanjutnya yang digunakan adalah analisis kebijakan permukiman dan dilakukan survey sosial ekonomi pada lokasi penelitian dengan mengaitkan pendapat masyarakat

Peranan usaha kecil di Indonesia memang diakui sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek, seperti peningkatan kesempatan kerja, pemerataan..

Kimia Farma Plant Medan untuk mendapatkan jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis dan biaya total persediaan yang minimum..

Dijumpai hubungan level parameter hematologi rutin dengan outcome , dimana level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan.. terhadap skor