HUBUNGANNYA DENGAN OUTCOME PADA PASIEN STROKE
ISKEMIK AKUT
TESIS
EVA MEUTIA 087112003
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEK PARAMETER HEMATOLOGI RUTIN DAN USIA TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN TRANSCRANIAL DOPPLER DAN HUBUNGANNYA DENGAN OUTCOME PADA
PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Oleh
EVA MEUTIA 087112003
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Efek Parameter Hematologi Rutin dan Usia Terhadap Hasil Pemeriksaan Transcranial Doppler dan Hubungannya dengan Outcome pada Pasien Stroke Iskemik Akut
Nama Mahasiswa : Eva Meutia Nomor Induk Mahasiswa : 087112002
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Saraf
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) Ketua
Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS I
Tanggal Lulus:
Telah diuji pada
Tanggal: 16 Juni 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) Anggota : 1. Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S (K)
2. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S 3. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) 4. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) 5. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S 6. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S
7. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S
8. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 9. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S 10. Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S
11. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S
PERNYATAAN
Efek Parameter Hematologi Rutin dan Usia Terhadap Hasil Pemeriksaan Transcranial Doppler dan Hubungannya dengan Outcome pada Pasien Stroke
Iskemik Akut
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 16 Juni 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah, rahmat, petunjuk dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulisan tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyatakan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku Ketua Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H.Adam Malik Medan, guru
dan pembimbing selama penulis mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
3. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis menjalani Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
4. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S dan Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K), selaku
pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing dan
mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis
ini.
5. Dr. H. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) selaku guru yang telah banyak meluangkan waktu
dan memberikan bantuan serta masukan yang berharga pada penulis selama
6. Guru-guru penulis: Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S; Dr.
Aldy S. Rambe, Sp.S; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S; Alm. Dr. Dadan Hamdani, Sp.S;
Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S; Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S; Dr. S. Irwansyah, Sp.S;
Dr. Kiki M.Iqbal, Sp.S; Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S; Dr. Dina Listyaningrum, Sp.S,
Msi,Med; Dr. Aida Fitri, Sp.S dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan selama mengikuti Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.
7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti
Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik.
8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam
pembuatan tesis ini.
9. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H.
Adam Malik Medan, yang banyak memberikan masukan berharga kepada penulis
melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal,
serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat
kepada penulis menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
10. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas
selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik
Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
11. Semua pasien stroke iskemik yang telah bersedia untuk berpartisipasi secara
sukarela dalam penelitian ini.
12. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati, cintai dan sayangi, Ir.H.Ismail
Machmud, MBA dan Hj. Deliana Siregar, yang dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran dalam membesarkan dan membimbing penulis hingga saat ini, yang
selalu memberikan dorongan dan dukungan baik moril dan materi kepada penulis,
dengan tulus sejak penulis menjalani menjalani Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
13. Kedua saudara laki-laki penulis, Ibnu Siena, ST. dan Imam Habibi, BSc IT, MSc.,
yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, nasehat dan doa kepada
penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis
Ilmu Penyakit Saraf.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua jasa dan budi baik
mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita
penulis.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Penulis
ABSTRAK
Latar belakang dan Tujuan : Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Neurovaskular ultrasound memiliki peran penting pada pasien stroke iskemik dalam hal usaha preventif dan terapi infark iskemik yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek parameter darah rutin dan usia terhadap hasil pemeriksaan
Transcranial doppler (TCD) dan hubungannya dengan outcome pada pasien stroke
iskemik akut.
Metode : Studi observasional rancangan potong lintang ini dilakukan sejak September 2009 hingga Mei 2010 di Rumah Sakit (RS) Umum Pusat Adam Malik. Dilakukan pemeriksaan darah rutin pada hari pertama pasien dirawat. Pemeriksaan TCD dilakukan selama fase akut stroke, dimana dinilai mean flow velocity (MFV), peak systolic velocity (PSV), end diastolic velocity (EDV), pulsasity indices(PI) dan rasio systolic/diastolic (S/D). Outcome stroke diukur dengan menggunakan National Institute
of Health Stroke Scale (NIHSS), modified Rankin Scale (mRS), Barthel Index (BI) pada
hari ke-14.
Hasil :Terdapat 37 pasien stroke iskemik akut, terdiri dari 20 lelaki dan 17 perempuan,dengan rerata usia 60,43±13,69 tahun. Dijumpai hubungan terbalik yang signifikan antara level hematokrit dan hemoglobin dengan MFV serta hubungan positif yang signifikan antara usia dengan PI. Hubungan positif yang signifikan dijumpai antara MFV dengan NIHSS dan mRS, serta hubungan terbalik yang signifikan antara PI dengan BI. Level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan terhadap skor BI,dan hubungan positif yang signifikan terhadap skor mRS dan skor NIHSS.
Kesimpulan : Parameter hematologi rutin memiliki hubungan dengan hasil pemeriksaan TCD dan outcome stroke. Serta hasil pemeriksaan TCD memiliki hubungan dengan outcome pasien stroke iskemik akut.
ABSTRACT
Background and Purpose : Stroke is the third leading cause of death after heart disease and cancer. Neurovascular Ultrasound has an important role for ischemic stroke patient for the appropiate preventive and ischemic infark treatment.This study was conducted to investigate the effect of routine hematological parameter on Transcranial Doppler measurement and outcome in ischemic stroke patients.
Methods This Cross sectional observational study design was conducted since September 2009 until May 2010 at Adam Malik General Hospital. Routine hematology examination was performed on the first day of patients admission. Transcranial Doppler measurement was performed during in the acute stroke phase, which was assessed for the mean flow velocity (MFV), peak systolic velocity (PSV), end diastolic velocity (EDV), pulsasity indices (PI) and the ratio of systolic / diastolic (S / D). Stroke outcome was measured by using National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), modified Rankin
Scale (MRS), Barthel Index (BI) on 14th day.
Results : There were 37 patients with acute ischemic stroke, consisted of 20 men and 17 women, with a mean of age is 60.43 ± 13.69 yearsThere was found significant inverse association between hematocrit and hemoglobin levels with MFV and signifiacant positive association between age with PI. There was found significant positive association between the MFV with NIHSS and MRS, as well as significant inverse association between the PI with the BI. Levels of hemoglobin, hematocrit, and LEDs have a significant inverse association to the BI score, and a significant positive association to the MRS score and NIHSS score
Conclusions : Routine hematological parameters have an association with TCD measuremen and outcome of stroke. Transcranial Doppler measuremen has an association with outcome of ischemic stroke patients
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan Tesis ... ii
Ucapan Terima Kasih ... v
Abstrak ... ix
Daftar Isi ... xi
Daftar Singkatan ... xiv
Daftar Lambang ... xvi
Daftar Gambar ... xvii
Daftar Tabel ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar belakang ... 1
I.2 Perumusan masalah ... 8
I.3 Tujuan Penelitian... 8
I.3.1 Tujuan umum... 8
I.3.2 Tujuan Khusus... 9
I.4 Hipotesis ... 9
I.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
II.1 Stroke Iskemik... 10
II.1.1 defenisi ... 10
II.1.2 Epidemiologi ... 10
II.1.3 Klasifikasi Stroke ... 11
II.1.4 Faktor Resiko ... 12
II.1.5 Patofisiologi Stroke Iskemik... 14
II.2 Transcranial Doppler (TCD) ... 16
II.2.1 Hemodinamik Serebrovaskular... 17
II.2.2 Teknik Pengukuran TCD ... 17
II.2.3 Interpretasi Hasil TCD ... 18
II.3Outcome ... 25
II.4 Kerangka Konsepsional ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
III.1 Tempat dan Waktu ... 29
III.2 Subjek Penelitian ... 29
III.3 Populasi Sasaran ... 29
III.4 Populasi Terjangkau ... 29
III.5 Besar Sampel ... 29
III.6 Kriteria Inklusi ... 30
III.7 Kriteria Eksklusi ... 30
III.8 Batasan Operasional ... 30
III.9 Instrumen... 33
III.10 Rancangan ... 35
III.11 Pelaksanaan Penelitian ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
IV.1. Hasil Penelitian ... 39
IV.1.1.Karakteristik Penelitian ... 39
IV.1.3. Rerata Hasil Pemeriksaa Aliran Darah Dengan Menggunakan TCD 41
IV.1.4. Rerata Parameter Darah Rutin ... 42
IV.1.5. Distribusi Rerata Pemeriksaa Berdasarkan Karakteristik 42 IV.1.5.1Distribusi Rerata Pemeriksaa TCD pada MCA Berdasarkan Karakteristik ... 42
IV.1.5.2 Distribusi Rerata Hasil Pemeriksaa TCD pada ICA Berdasarkan Karakteristik ... 48
IV.1.6 Distribusi Rerata Parameter Hematologi Rutin Berdasarkan Karakteristik ... 53
IV.1.7 Efek Parameter Hematologi Rutin Terhadap Hasil Pemeriksaan TCD 57 IV.1.7.1 Efek Parameter Hematologi Rutin Terhadap Hasil Pemeriksaa TCD pada MCA ... 57
IV.1.7.2 Efek Parameter Hematologi Rutin Terhadap Hasil Pemeriksaa TCD pada ICA ... 58
IV.1.8. Hubungan Hasil Pemeriksaan TCD terhadap outcome ... 59
IV.1.9 Hubungan Parameter Hematologi Rutin Terhadap Outcome 60 IV.2. Pembahasan ... 64
IV.2.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian ... 64
IV.2.2 Rerata Hasil Pemeriksaan TCD ... 65
IV.2.3 Rerata Parameter Hematologi Rutin ... 66
IV.2.4 Distribusi Rerata Pemeriksaa TCD Berdasarkan Karakteristik 67 IV.2.5 Distribusi Rerata Parameter Hematologi Rutin Berdasarkan Karakteristik 69 IV.2.6 Efek Parameter Hematologi Rutin dan usia Terhadap Hasil Pemeriksaan TCD ... 70
IV.2.7 Hubungan Hasil pemeriksaan TCD Terhadap Outcome ...73
IV.2.8 Pengaruh Hasil Parameter Hematologi rutin Terhadap Outcome 76 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80
V.1. Kesimpulan... 80
V.2. Saran ... 82
Daftar Pustaka ... 83
Lampiran ... 88
1. Lembar Penjelasan Kepada pasien... 88
2. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian ... 90
3. Lembar Pengumpul Data Penelitian ... 91
4. National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) ... 95
5. Barthel Index ... 98
6. Modified Rankin Scale... 99
7. Persetujian komite etik ... 100
8. Hasil pengumpulan karakteristik penelitian ... 101
DAFTAR SINGKATAN
ACA : Anterior Cerebral Artery
ASNA : ASEAN Neurological Association
BA : Basilar Artery
CBF : Cerebral Blood Flow
CPP : Cerebral Perfussion Pressure
CT : Computed Tomographis
CVR : Cerebrovascular Resistance
EDV : End Diastolic Velocity
ESR : Erythrocyte Sedimentation Rate
FIM : Functional Independence Measure HSD : Honestly Significant Difference ICA : Internal Carotid Artery
ICP : Intracranial Pressure
KGD : kadar gula darah
MABP : Mean Arterial Blood Pressure
MCA : Medial Cerebral Artery
MFV : Mean Flow Velocity
MPV : Mean Platelet Volume
MRS : Modified Rankin Scale
NIHSS : National Institute of Health Stroke Scale
OA : Ophtalmic Artery
PCA : Posterior Cerebral Artery PD : Pembuluh Darah
PI : Pulsasity Index
PROACT : Prolyse in Acute Cerebral Thromboembolism PSV : Peak systolic Velocity
RS : Rumah Sakit
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase SGPT : Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
TACS : Total Anterior Circulation Syndrome
TCSS : Transcranial Color Coded Sonography TCD : Transcranial doppler
TIA : Transient ischemic attack
TIBI : The Thrombolysis In Brain Ischemia
TLC : Total Leucocyte Count
VA : Vetebral Artery
DAFTAR LAMBANG
% : Persen
α : Alfa
β : Beta
cm : Centimeter
dl : Desi Liter
dtk : detik
Hg : Mercury
mg : Miligram
mm : Milimeter
mm3 : Milimeter kubik n : Besar sampel
P : Tingkat kemaknaan
SD : standar deviasi
S/D : Rasio sistolik/diastolik
Zα : Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,01) yang telah ditentukan Æ 1,96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara membaca bentuk gelombang pada pengukuran TCD ... 22
Gambar 2. Nilai pulsasity Index ... 22
Gambar 3. Modifikasi TIBI flow grading system... 24
Gambar 4. Nilai PSV dan EDV pada stenosis arteri karotis ... 25
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Normal Mean flow velocity pada TCD ...23
Tabel 2. Kriteria grading penurunan diameter arteri karotis interna ...25
Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian ...40
Tabel 4. Rerata Pengukuran Aliran Darah dengan Menggunakan
TCD ...41
Tabel 5. Rerata Parameter Darah Rutin...42
Tabel 6. Distribusi Rerata Hasil Pemeriksaan TCD pada MCA Terhadap Karakteristik ...47
Tabel 7. Distribusi Rerata Hasil Pemeriksaan TCD pada ICA terhadap Karakteristik ...52
Tabel 8. Distribusi Rerata Hematologi Rutin Berdasarkan Karakteristik...56
Table 9. Korelasi Parameter Hematologi Rutin dan Usia Terhadap Hasil Pemeriksaan TCD pada MCA ...58
Table 10. Korelasi Parameter Hematologi Rutin dan Usia Terhadap Hasil Pemeriksaan TCD pada ICA ...59
Table 11. Korelasi Hasil Pemeriksaan TCD dengan outcome...61
ABSTRAK
Latar belakang dan Tujuan : Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Neurovaskular ultrasound memiliki peran penting pada pasien stroke iskemik dalam hal usaha preventif dan terapi infark iskemik yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek parameter darah rutin dan usia terhadap hasil pemeriksaan
Transcranial doppler (TCD) dan hubungannya dengan outcome pada pasien stroke
iskemik akut.
Metode : Studi observasional rancangan potong lintang ini dilakukan sejak September 2009 hingga Mei 2010 di Rumah Sakit (RS) Umum Pusat Adam Malik. Dilakukan pemeriksaan darah rutin pada hari pertama pasien dirawat. Pemeriksaan TCD dilakukan selama fase akut stroke, dimana dinilai mean flow velocity (MFV), peak systolic velocity (PSV), end diastolic velocity (EDV), pulsasity indices(PI) dan rasio systolic/diastolic (S/D). Outcome stroke diukur dengan menggunakan National Institute
of Health Stroke Scale (NIHSS), modified Rankin Scale (mRS), Barthel Index (BI) pada
hari ke-14.
Hasil :Terdapat 37 pasien stroke iskemik akut, terdiri dari 20 lelaki dan 17 perempuan,dengan rerata usia 60,43±13,69 tahun. Dijumpai hubungan terbalik yang signifikan antara level hematokrit dan hemoglobin dengan MFV serta hubungan positif yang signifikan antara usia dengan PI. Hubungan positif yang signifikan dijumpai antara MFV dengan NIHSS dan mRS, serta hubungan terbalik yang signifikan antara PI dengan BI. Level hemoglobin, hematokrit dan LED memiliki hubungan terbalik yang signifikan terhadap skor BI,dan hubungan positif yang signifikan terhadap skor mRS dan skor NIHSS.
Kesimpulan : Parameter hematologi rutin memiliki hubungan dengan hasil pemeriksaan TCD dan outcome stroke. Serta hasil pemeriksaan TCD memiliki hubungan dengan outcome pasien stroke iskemik akut.
ABSTRACT
Background and Purpose : Stroke is the third leading cause of death after heart disease and cancer. Neurovascular Ultrasound has an important role for ischemic stroke patient for the appropiate preventive and ischemic infark treatment.This study was conducted to investigate the effect of routine hematological parameter on Transcranial Doppler measurement and outcome in ischemic stroke patients.
Methods This Cross sectional observational study design was conducted since September 2009 until May 2010 at Adam Malik General Hospital. Routine hematology examination was performed on the first day of patients admission. Transcranial Doppler measurement was performed during in the acute stroke phase, which was assessed for the mean flow velocity (MFV), peak systolic velocity (PSV), end diastolic velocity (EDV), pulsasity indices (PI) and the ratio of systolic / diastolic (S / D). Stroke outcome was measured by using National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS), modified Rankin
Scale (MRS), Barthel Index (BI) on 14th day.
Results : There were 37 patients with acute ischemic stroke, consisted of 20 men and 17 women, with a mean of age is 60.43 ± 13.69 yearsThere was found significant inverse association between hematocrit and hemoglobin levels with MFV and signifiacant positive association between age with PI. There was found significant positive association between the MFV with NIHSS and MRS, as well as significant inverse association between the PI with the BI. Levels of hemoglobin, hematocrit, and LEDs have a significant inverse association to the BI score, and a significant positive association to the MRS score and NIHSS score
Conclusions : Routine hematological parameters have an association with TCD measuremen and outcome of stroke. Transcranial Doppler measuremen has an association with outcome of ischemic stroke patients
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Stroke masih merupakan suatu perhatian mayoritas dalam kesehatan
masyarakat. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker dan juga mengakibatkan disabilitas jangka panjang. Terdapat variasi angka
insidensi dan outcome stroke diberbagai negara. Insidensi stroke di Asia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih banyak terjadi pada
negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat. Angka Insidensinya bervariasi
dari 660/100.000 pria di Rusia sampai 303/100.000 pria di Swedia (Ali dkk,2009;
Carandang dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006).
Setiap tahunnya, 795.000 orang mengalami kejadian stroke yang baru atau
rekuren. Lebih kurang 610.000 orang diantaranya mengalami serangan pertama dan
185.000 orang merupakan rekuren. Insiden stroke pada laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan pada usia lebih muda, tetapi tidak demikian halnya
pada usia tua. Rasio insiden pria terhadap wanita pada usia 55-64 tahun adalah 1,25,
pada usia 65-74 tahun adalah 1,50, pada usia 75-84 tahun adalah 1,07 dan pada usia ≥
85 tahun adalah 0,76 (Carnethon dkk, 2009).
Di Indonesia, penelitian berskala cukup besar pernah dilakukan oleh ASNA
(ASEAN Neurological Association) di 28 Rumah Sakit (RS) seluruh Indonesia. Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profile klinis stroke dimana dari 2065
pasien stroke akut, dijumpai rata-rata usia adalah 58,8 tahun (range 18-95 tahun)
dengan kasus pada pria lebih banyak dari pada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS
adalah lebih dari 48,5 jam (range 1-968 jam) dari onset. Rekuren stroke dijumpai
hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik adalah yang paling sering terjadi (Misbach dkk, 2007) .
Usaha preventif dan terapi infark iskemik yang tepat membutuhkan usaha untuk
mendeteksi mekanisme timbulnya iskemik pada tiap-tiap individu. Disini neurovaskular
ultrasound memiliki peran penting pada pasien stroke iskemik. Transcranial Doppler
mengevaluasi sistem vaskular untuk penyebab potensial iskemik. Meskipun begitu,
hasil pemeriksaan TCD dapat dipengaruhi oleh faktor hemodinamik (seperti panjang
dan area potong lintang pembuluh darah (PD), perbedaan tekanan pada PD dan
viskositas darah) dan faktor lainnya (seperti usia, jenis kelamin,tekanan parsial oksigen
dan karbon dioksida, temperatur tubuh, dan beberapa perubahan fisiologis) secara
signifikan. Laporan sebelumnya melaporkan adanya penurunan kecepatan aliran dan
peningkatan pulsasity indices (PI) berdasarkan usia dengan rata-rata penurunan sekitar 0,3-0,5% pertahun pada usia 20-70 tahun ( (Neumyer dkk, 2004; Isikay dkk, 2005).
Dari suatu penelitian retrospektif, ditemukan bahwa aliran darah yang diukur
dengan TCD secara signifikan dipengaruhi oleh level hematokrit dan usia dimana pada
analisis statistik diketahui bahwa level hematokrit memiliki hubungan terbalik terfadap
mean flow velocity (MFV) dan usia memiliki hubungan terbalik yang sedang dengan
MFV dan korelasi positif terhadap PI. Mean flow velocity sendiri ditemukan memiliki korelasi positif yang kuat dengan peak systolic velocity (PSV) dan kolerasi negative dengan pulsasity index (PI) (Isikay dkk,2005).
Macko dkk (1993), pada studi cohort, mengevalusi kontribusi dari faktor usia, oksigenasi dan hemorheologikal terhadap kecepatan aliran darah MCA pada dewasa
dengan gagal ginjal kronik yang memiliki profile hematologi yang signifikan berfluktuasi.
Studi ini menunjukkan bahwa Usia, peningkatan viskositas dan kandungan oksigen
pada arteri memiliki hubungan terbalik terhadap kecepatan aliran darah pada MCA.
Usia merupakan prediktor yang paling mempengaruhi velocity, dimana diperkirakan terdapat sekitar 37% varian dengan menggunakan analisis simple regression.
Perubahan intraindividual pada kandungan oksigen dalam arteri menjelaskan hampir
54% varian antara studi. Analisa multiple regresi menunjukkan bahwa inklusi variabel
tambahan tidak dapat menambah varian velocity kecuali perubahan kandungan
oksdigen dalam arteri sendiri. Disimpulkan bahwa usia dan kandungan oksigen dalam
arteri merupakan penentu varian interindividual dan intraindividual kecepatan aliran
darah yang penting.
Ameriso dkk (1990) melakukan suatu studi Cohort pada 42 subjek berusia 63-86 tahun yang sehat tanpa ada gangguan hematologi atau gejala serebrovaskular untuk
dengan menggunakan TCD. Mereka menemukan hubungan terbalik yang signifikan
antara mean velocity dan level konsentrasi hematokrit dan fibrinogen. Kedua variable ini ditemukan berhubungan secara independen terhadap velocity.
Baracchini dkk (2000) melakukan studi dengan tujuan mengevaluasi nilai
prognostik TCD pada stroke iskemik akut ketika keputusan terapi utama harus dipilih.
Mereka menemukan bahwa total anterior circulation infarct dan abnormal TCD memiliki hubungan yang signifikan dengan rata-rata mortalitas yang tinggi dan outcome yang buruk (BI ≤ 60). Dari uji regresi logistik didapatkan bahwa baseline TCD yang normal sebagai prediktor yang indepeden terhadap outcome jangka panjang yang baik dan tidak dijumpainya aliran pada middle cerebri artery sebagai prediktor disabilitas dan mortalitas. Mereka menyimpulkan bahwa temuan TCD memiliki peranan yang penting
terhadap prognosis anterior circulation stroke dan juga sebagai pemandu dalam terapi intervensi.
Jam-jam awal setelah stroke akut adalah penting, karena pada waktu tersebutlah
merupakan waktu yang paling penting untuk efektivitas dari intervensi. Sehinga sangat
di tekankan pentingnya untuk menentukan faktor prognostik secepat mungkin. Banyak
studi yang telah menyoroti pentingnya prognostik dari berbagai parameter laboratorium.
(Chammoro dkk, 1995; Bhatia dkk, 2004, )
Suatu studi prospektif meneliti mengenai peranan nilai prognostik klinikal rutin,
parameter hematologikal dan biokimiawi termasuk agregasi platelet terhadap fatalitas
30 hari stroke akut. Pada analisis univariate diperoleh total leucocyte count (TLC) (11614,44±3789,52/mm3), erythrocyte sedimentation rate (ESR) (32,20±13,78 mm/jam), urea (70,66±72,47 mg/dl), kreatinin (2,07±2,25 mg/dl), SGOT (55,05±83,46 lU/L), SGPT
(39,58±36,54 lU/L) dan level globulin (3,79±0,70 g/dl) memiliki hubungan yang
bermakna dengan outcome yang buruk. Dari uji regresi logistik yang dilakukan pada parameter yang bermakna tersebut, diketahui bahwa serum kreatinin, SGPT, ESR dan
TLC yang tinggi berhubungan dengan prognosis mortalitas.
Platelet telah diketahui memiliki peranan pada patogenesis komplikasi
aterosklerosis dan pembentukan thrombus. Mean platelet volume (MPV) merupakan sebuah marker untuk fungsi platelet yang berukuran besar yang mengandung granul
ditemukan bahwa peningkatan MPV memiliki hubungan independent dengan outcome
kejadian iskemik serebrovaskular akut yang buruk tetapi tidak dengan dijumpai
hubungannya dengan level platelet count. (Greissenegar dkk, 2004).
Chamorro dkk (1995) melakukan penelitian mengenai prediktor klinis awal
secara prospektif terhadap fungsional outcome jangka pendek pada pasien stroke iskemik. Dari analisa univariat ditemukan bahwa usia >65 tahun, jenis kelamin wanita,
Admission Mathew Score <75, perburukan klinis, volume infark > 6 cm3, komplikasi
infeksi, kadar gula darah (KGD) puasa >110mg/dl, KGD adrandom >130mg/dl dan
peningkatan ESR memiliki hubungan yang bermakna dengan outcome yang buruk. Dengan menggunakan analisa regresi logistik, didapatkan bahwa skor Mathew, volume
infark, status klinis, dan ESR sebagai model prediktif outcome stroke dengan sensitivitas 89,91% dan spesifisitas 85,71% dan setelah mengeluarkan informasi yang
diperoleh dari computed tomographis (CT) dari model tersebut, didapatkan sensitivitas sebesar 94,29% dan spesifisitas 83,05%.
Diamond dkk (2003) melakukan studi untuk melihat hubungan level inisial
hematokrit dengan outcome pada pasien stroke iskemik. Mereka menemukan bahwa dari 1012 sampel stroke iskemik, 58% pulang ke rumah, 10% pulang ke rumah dengan
home care services, 15% dirawat di RS rehabilitasi, 11% dirawat di intermediate care
facility dan 6% yang meninggal. Setelah diadjust faktor usia, jenis kelamin, ras dan
komorbiditas, dijumpai hubungan yang bermakana antara outcome ketika keluar RS dan inisial level hematokrit. Probabilitas untuk outcome yang kurang baik akan meningkat pada level hematokrit yang tinggi maupun yang rendah.
Huang dkk (2008) melakukan studi prospektif untuk mengetahui faktor prediktif
outcome klinis dan rekuren stroke pada pasien stroke iskemik yang berhubungan
dengan unilateral aterosklerosis yang mengakibatkan oklusi internal carotid artery (ICA). Mereka menemukan bahwa usia tua, total anterior circulation syndrome (TACS),
stroke in evolution dan pneumonia merupakan prediktor outcome fungsional yang
buruk. Riwayat TIA sebelumnya dan anemia merupakan merupakan prediktor mortalitas
dan rekuren stroke dalam 2 tahun.
Bagg dkk (2002) melakukan studi untuk mengidentifikasi pengaruh usia pada
Measure (FIM) sebelum mengadopsi sistem yang membatasi penggunaan rehabilitasi berdasarkan usia. Skor FIM terdiri dari: global score (full scale), 2 domain kognitif dan motorik, dan 6 subskala (self care, mobilitas, kemampuan untuk bergerak, spingter, kognisi sosial dan komunikasi). yang dapat dipresentasikan dalam 3 cara yang
berbeda. Pada 2 outcome pertama diukur status fungsional pada saat keluar RS dan perubahan fungsional outcomenya. Outcome ketiga yang diukur adalah skor motorik FIM pada saat keluar RS. Mereka menemukan bahwa faktor usia sendiri merupakan
prediktor yang bermakna terhadap skor total FIM dan motorik FIM pada saat keluar RS,
tetapi tidak pada perubahan skor FIM. Untuk skor total FIM dan motorik pada saat
keluar RS, terdapat 3% pengaruh faktor usia terhadap variasi outcome dan 1,3% terhadap variasi fungsional outcome setelah faktor prediktor lainnya diadjust. Studi ini menyimpulkan bahwa hanya sedikit dari variasi outcome yang dapat dijelaskan oleh faktor usia, sehingga diduga bahwa tidak terdapat alasan yang kuat untuk menolak
rehabilitasi pasien dengan alasan faktor usia.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskanlah
masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah efek parameter hematologi rutin dan usia terhadap hasil
pemeriksaan TCD dan hubungannya dengan outcome pada pasien stroke iskemik akut
I.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.1.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui efek parameter hematologi dan usia terhadap hasil
1.1.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui efek parameter hematologi dan usia terhadap hasil
pemeriksaan TCD dan hubungannya dengan outcome pada pasien stroke iskemik akut
2. Untuk mengetahui hubungan hasil pemeriksaan TCD dengan outcome pada pasien stroke iskemik akut
3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik demografik, parameter hematologi rutin dan hasil pemeriksaan TCD pada MCA dan ICA pada penderita stroke iskemik akut di RSUP H. Adam Malik Medan
I.4 Hipotesis
Terdapat pengaruh dari perameter hematologi rutin dan usia terhadap hasil
pemeriksaan TCD dan hubungannya dengan outcome pada pasien stroke iskemik
I.5 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui adanya efek parameter hematologikal rutin dan usia
terhadap hasil pemeriksaan TCD dan hubungannya dengan outcome pasien stroke iskemik akut, dapat dijadikan bahan pertimbangan terhadap perolehan hasil
pemeriksaan TCD, dan terhadap perencaan terapi yang lebih baik serta dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Stroke Iskemik
II.1.1 Definisi
Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(Sjahrir, 2003).
Stroke iskemik merupakan tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).
II.1.2 Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika Serikat
dan meskipun rata-rata kejadian stroke menurun, tetapi jumlah penderita stroke tetap
meningkat yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi tua/meningkatnya
harapan hidup. Terdapat beberapa variasi terhadap insidensi dan outcome stroke di berbagai negara (Ali dkk, 2009; Morris dkk, 2000)
Sampai dengan tahun 2005 dijumpai prevalensi stroke pada laki-laki 2,7% dan
2,5% pada perempuan dengan usia ≥18 tahun. Diantara orang kulit hitam, prevalensi
stroke adalah 3,7% dan 2,2% pada orang kulit putih serta 2,6 % pada orang Asia. (Ali
dkk, 2009; carnethon dkk, 2009)
Diantara Warga Amerika Indian yang berusia 65-74 tahun, insiden rata-rata/1000
populasi dengan kejadian stroke yang baru dan berulang pertahunnya adalah 6,1%
pada laki-laki dan 6,6% pada perempuan. Rata-rata mortalitas stroke mengalami
perubahan dari tahun 1980 hingga 2005. Penurunan mortalitas stroke pada laki-laki
lebih besar daripada perempuan dengan rasio laki-laki dibandingkan dengan
perempuan menurun dari 1,11 menjadi 1,03. Juga dijumpai penurunan mortalitas stroke
pada usia ≥ 65 tahun pada laki-laki dibandingkan perempuan (National Center for
Dari Survey ASNA di 28 RS seluruh Indoneisia, diperoleh gambaran bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dan profil usia 45 tahun yaitu
11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%. Data-data
lain dari ASNA Stroke Collaborative Study diperoleh angka kematian sebesar 24,5% (Misbach dkk, 2007).
II.1.3 Klasifikasi Stroke
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi
(lesi), stadium dan lokasi (sistem pumbuluh darah) (Misbach, 1999).
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1. Stroke iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis Serebri
c. Emboli Serebri
2. Stroke hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
b. Perdarahan Subarakhnoid
II. Berdasarkan stadium
1. TIA
2. Stroke in evolution 3. Completed Stroke
III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)
1. Tipe Karotis
2. Tipe Vetebrobasiler
II.1.4 Faktor Resiko
Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan
berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi (nonmodifiable, modifiable, or
potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented or less well documented)
(Goldstein, 2006)
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Berat badan lahir rendah
4. Ras/etnik
5. Genetik
2. Modifiable risk factors:
a. Well-documented and modifiable risk factor
1. Hipertensi
2. Terpapar asap rokok
3. Diabetes
4. Atrial fibrillation and certain other cardiac condition 5. Dislipidemia
6. Stenosis arteri karotis
7. Terapi hormon postmenopouse
8. Poor diet
9. Physical inactivity
10. Obesitas dan distribusi lemak tubuh
b. Less well-documented and modifiable risk factor
1. Sindroma metaboliK
2. Alcohol abuse
3. Penggunaan kontrasepsi oral
4. Sleep disordered-breathing
5. Nyeri kepala migren
6. Hiperhomosisteinemia
7. Peningkatan lipoprotein (a)
8. Elevated lipoprotein-associated phospholipase
9. Hypercoagulability
10. Inflamasi
II.1.5 Patofisiologi Stroke Iskemik
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron secara bertahap (Sjahrir,
2003):
Tahap 1: a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan 02
c. Kegagalan energi
d. Termina; depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
II.2 Transcranial Doppler (TCD)
Selama 4 dekade terakhir, berbagai test non-invasive dan aplikasi klinis telah dikembangkan untuk mendeteksi dan memonitoring penyakit serebrovaskular. Tujuan
test ini pada penyakit serebrovaskular adalah untuk membedakan keadaan normal
dengan pembuluh darah arteri yang mengalami kelainan, mengidentifikasi stenosis,
lokasi dari proses penyakit termasuk oklusi, progresivitas penyakit, emboli serebri,
melihat gambaran karakteristik morfologi plak atherosklerosis, dan mengukur potensial
sirkulasi kolateral untuk mempertahankan CBF (Neumyer dkk, 2004; Noort dkk,1990;
Sloan dkk, 2004).
Single gate spectral TCD diperkenalkan pertama kali oleh Rune Aaslid pada
tahun 1982 untuk mengukur hemodinamik serebri secara non-invasive. Terdapat 4
window untuk insonasi dari TCD, yaitu : (Kassab dkk,2007;Neumyer dkk;2004)
- Temporal : mengukur velocity pada arteri cerebri media (MCA),anterior (ACA), posterior (PCA) dan arteri komunikans.
- Orbital : insonasi sifon arteri oftalmikus (OA) dan arteri karotis interna (ICA)
- Suboccipital : insonasi arteri veterbralis (VA) dan basilaris (BA) melalui foramen
magnum
Keuntungan dari TCD adalah: dapat dilakukan pada bedside dan dapat diulangi sesuai yang dibutuhkan atau dilakukan untuk continuous monitoring, lebih murah dibandingkan dengan teknik yang lain, dan tidak memerlukan penggunaan bahan
kontras. Keterbatasannya yang utama adalah hanya dapat menggambarkan kecepatan
aliran darah cerebral pada segemen-segmen tertentu dari vaskular besar intrakranial,
dimana penyakit arteri sering timbul pada lokasi ini (sloan dkk, 2004)
II.2.2 Hemodinamik serebrovaskular
Aliran darah dalam suatu sistem sirkulasi dipengaruhi oleh darah, tekanan,
tahanan dan alirannya. Manipulasi pada tekanan dan tahanan dalam sistem
kardiovaskular dapat mempengaruhi parameter aliran darah secara langsung dan
penambahan hemodinamik (Eggers dkk, 2006; Neumyer dkk, 2004).
1. Viskositas darah terutama ditentukan oleh hematokrit. Peningkatan hematokrit akan
menyebabkan peningkatan pergesekan antara lapisan sel darah, penurunan
kecepatan aliran dan penambahan tekanan yang diperlukan untuk aliran darah pada
sirkulasi sistemik. Jika disertai dengan penurunan interval diameter pembuluh darah
(PD), peningkatan pada viskositas darah secara signifikan dapat mengganggu aliran
darah. Viskositas darah dapat berubah dipengaruhi oleh : derajat kecepatan aliran,
heart rate, bentuk PD, hematokrit, temperatur dan shear stress (Neumyer dkk, 2004).
2. Aliran darah didalam vaskular terutama ditentukan oleh 2 faktor: perbedaan tekanan
(PL-P2) antara 2 ujung vaskular dan tahanan vaskular terhadap aliran darah. Hukum Ohm sering digunakan untuk menggambarkan aliran darah dalam PD. Dikatakan bahwa aliran darah berbanding lurus terhadap perbedaan tekanan tetapi berbanding
terbalik dengan tahanan.
Aliran darah = ∆ tekanan / tahanan
Hukum Laplace menjelaskan bahwa regangan otot (T) pada vaskular yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan aliran spesifik (P) akan menurun jika
diameter vaskular (R) lebih kecil (P = T/R). Ini berarti semakin kecil diameter
vaskular maka regangan yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan dalam
vaskular semakin menurun (Neumyer dkk, 2004).
3. Tahanan atau hambatan pada aliran dapat diperoleh melalui pengukuran aliran
perubahan diameter vaskular yang disertai dengan peningkatan viskositas darah
dan area potong lintang vaskular. Tahanan berhubungan dengan perubahan
diameter vaskular yang mempengaruhi aliran darah melalui fenomena yang dikenal
sebagai streamlining atau aliran laminar. Aliran Laminar digambarkan sebagai pergerakan sel darah yang parabolik dalam tiap lapisannya dalam vaskular, dimana
lapisan yang darah yang paling dekat dengan dinding vaskular akan memiliki
kecepatan aliran yang lambat dan yang akan semakin meningkat kecepatannya
pada aliran sel darah dilapisan tengah. Aliran turbulensi timbul jika terdapat
hambatan aliran, dinding vaskular yang tidak rata atau akibat adanya perubahan
yang tajam dari arah aliran. Hal ini dapat mengakibatkan pusaran arus aliran
dengan peningkatan pergesekan pada lapisan sel darah dan resistensi. Hukum
Poiseuille menggambarkan pengaruh dari tahanan aliran darah. Hukum ini
menyatakan bahwa aliran dari suatu cairan pada suatu pipa berbanding lurus
terhadap perbedaan tekanan diantara kedua ujung pipa dan berbanding terbalik
dengan panjang pipa dan viskositas cairan. Hubungan konsep ini terhadap variasi
rerata aliran darah dapat diilustrasikan oleh perubahan pada tekanan arterial.
Peningkatan tekanan arterial akan meningkatkan daya dorong sel darah dan
pelebaran dinding vaskular, sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular dan
terjadi peningkatan aliran darah (Neumyer dkk, 2004).
Jika ketiga hal diatas dihubungkan dengan hemodinamik serebrovaskular, maka
akan diterjemahkan sebagai CBF = cerebral perfussion pressure (CPP)/cerebrovascular
resistance (CVR). Cerebral perfussion pressure dapat diukur dari mean arterial blood
pressure (MABP) dan intracranial pressure (ICP) (CPP=MABP-ICP). Cerebrovascular
resistance mempengaruhi keadaan fisiologis dengan mengkonstriksikan dan dilatasi
vaskular kecil di otak. Pada keadaan patologis, perubahan fokal pada tahanan dapat
dilihat segera didaerah yang terdapat stenosis. Tujuan utama hemodinamik
serebrovaskular adalah untuk menjaga CBF tetap stabil meskipun terjadi perubahan
II.2.3 Interpretasi Temuan TCD
Pada pemeriksaan TCD, gambaran bentuk gelombang aliran darah merupakan
gambaran time dependence dari kecepatan aliran darah terhadap aktivitas jantung. Bentuk gelombang dapat dilihat selama permeriksaan TCD dimulai dengan mendengar
sinyal aliran yang diikuti dengan analisa visual pada tampilan sinyal tersebut pada layar
(Neumyer dkk, 2004).
Pada pemeriksaan TCD perlu diperhatikan velocity, bentuk aliran darah, adanya perubahan aliran atau sinyal mikroemboli. Informasi tersebut Memberikan gambaran
blood flow velocity, arah aliran dan juga dapat memberikan ukuran paramerter yang
dapat ditambahkan pada evaluasi TCD. Pulsasity Index (PI) merupakan salah satu ukuran parameter yang bermanfaat, dan dipertimbangkan sebagai marker dari pada
tahanan distal dari sisi insonasi. Pulsasity Index dihitung dengan menggunakan rumus Gosling , dimana PI = Peak systolic Velocity (PSV) - end diastolic velocity (EDV)) /
mean velocity (Kassab dkk,2007; Neumyer dkk, 2004)
Normal rasio kecepatan aliran darah (MFV) pada MCA > ACA > Siphon > PCA >
BA > VA. Individu normotensi memliliki positif EDV kira-kira 25-50% dari nilai PSV dan
nilai PI antara 0,6-1,1 pada seluruh arteri intrakranial. Pola tahanan aliran yang tinggi
(PI > 1,2) hanya dijumpai pada OA dan dapat juga dijumpai pada kronik hipertensi,
hiperventilasi dan peningkatan kardiak output.
Yang harus diingat adalah : (Neumyer dkk, 2004).
1. TCD velocity bukan untuk mengukur volume CBF. Tetapi perubahan velocity pada pengukuran TCD berkorelasi dengan perubahan pada CBF.
2. CBF dan mean flow velocity (MFV) dapat menurun dengan pertambahan usia 3. Hipertensi (termasuk yang kronik) meningkatkan pulsasi aliran dan MFV
4. Hiperventilasi dapat menurunkan MFV dan meningkatkan pulsasi aliran
5. Hiperkapnea dapat meningkatkan MFV dan menurunkan pulsasi aliran
6. Bentuk gelombang ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kardiak output, tekanan
darah, autoregulasi otak, respon vasomotor dan lesi fokal arteri
Pengaruh usia pada parameter CBF telah dilaporkan pada beberapa studi.
Penurunan CBF dengan peningkatan usia diduga berhubungan dengan perubahan
peningkatan hematokrit dan penurunan level tekanan parsial karbon dioksida,
perubahan ukuran vaskular dan penurunan kardiak output. Beberapa penelitian
menemukan penurunan 20% pada doppler shift pada MCA pada usia 17-67 tahun dan beberapa studi yang menemukan penurunan rerata velocity sebesar 0,51% pada MCA, 0,5% pada ACA dan 0,37% pada PCA pertahunnya pada pasien dengan riwayat
kejadian neurologis tetapi pada pemeriksaan neurologis dijumpai normal. Juga telah
diketahui bahwa kecepatan aliran yang tertinggi dijumpai pada subjek pediatrik dan
mulai menurun secara signifikan pada usia > 40 tahun (Demirkaya dkk,2008).
Gambar 1. Cara membaca bentuk gelombang pada pengukuran TCD
Dikutip dari: Neumyer et al. 2004. Cerebrovascular Ultrasound in Stroke Prevention and Treatment. Blackwell Publishing. New York
Dikutip dari: Neumyer et al. 2004. Cerebrovascular Ultrasound in Stroke Prevention and Treatment. Blackwell Publishing. New York
Diagnosis oklusi arteri cerebralis intrakranial dengan menggunakan TCD
diperoleh dengan hilangnya sinyal doppler pada arteri cerebral pada pasien dengan
bukti acoustic window yang terdeteksi pada satu arteri cerebralis ipsilateral. Morfologi
waveform dibandingkan velocity aliran darah pada TCD dapat memberikan informasi
mengenai lokasi clot, obstruksi hemodinamik yang signifikan, dan tahanan pada PD distal(Eggers dkk, 2006).
Tabel 1. Nilai normal Mean flow velocity pada TCD
Dikutip dari: Kassab et al.2007.Transcranial Doppler: An Introduction for Primary Care Physicians. J Am Board Fam Med. 20:65–71
Untuk menjelaskan morfologi waveform pada TCD dikembangkan TIBI residual
flow grading system dengan tingkatan range dari 0 sampai 5 yang memiliki arti absen,
minimal, blunted, dampened, stenosis dan aliran yang normal (secara berurutan)
(Eggers dkk, 2006).
Sejumlah penelitian telah menduga pengukuran velocity untuk grading stenosis. yang paling sering digunakan adalah kriteria berdasarkan rasio PSV arteri karotis
Kriteria diagnostik TCD telah divalidasi pada beberapa penelitian dan dapat
mengidentifikasi lokasi thrombus dengan akurasi 90% pada MCA dan ICA. Oklusi arteri
intrakranial yang terdeteksi oleh TCD berhubungan dengan perburukan neurologis,
disabilitas atau kematian setelah 90-hari, dimana gambaran normal pada TCD
memprediksikan perbaikan yang cepat. Pasien dengan stroke pada daerah ICA,
Temuan TCD, Stroke severity pada 24 jam, dan ukuran lesi pada CT merupakan prediktor yang independen dengan outcome setelah 30-hari (Sloan dkk, 2004; Neumyer dkk, 2004)
Gambar 3. Modifikasi TIBI flow grading system
Dikutip dari: Eggers et.al. 2006. Handbook on Neurovascular Ultrasound. Karger. New York
Ga mbar 4. Nilai PSV dan EDV pada stenosis arteri karotis
Tabel 2. Kriteria grading penurunan diameter arteri karotis interna
Dikutip dari: Sidhu, P.S. 2000. Ultrasound of the carotid and vertebral arteries. British Medical Bulletin. 56 (No 2):346-366
II.3 Outcome Stroke
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai
impairements, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan sebagai berikut
(Caplan, 2000):
1. Impairments: menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan anatomis
yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi, terapi okupasional
ditujukan untuk menetapkan kelainan ini.
2. Disabilitas: merupakan setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat
3. Handicapas : merupakan halangan atau gangguan pada seseorang penderita
stroke untuk berperan sebagai manusia normal akibat impairment dan disabilitas. Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel index dan Modified Rankin Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena mudah digunakan. (Shulter dkk, 1999).
Dalam uji klinik Barthel index (BI) dan Modified Rankin Scale merupakan skala yang sering digunakan untuk menilai outcome dan merupakan pengukuran yang dapat dipercaya yang memeberikan penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan
Barthel index telah dikembangkan sejak tahun 1965, dan kemudian dimodifikasi
oleh Grager dkk sebagai suatu teknik yang menilai pengukuran performasi pasien
dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu
(sulter dkk, 1999):
- kategori yang berhubungan dengan self care antara lain:makan, membersihakan diri, mandi, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air kecil,
penggunaan toilet.
- Kategori yang berhubungan dengan morbiditas antara lain : berjalan, berpindah dan
menaiki tangga.
Skor maksimum dari BI ini adalah 100, yang menunjukkan bahwa fungsi fisik
pasien benar-benar tanpa bantuan, dan nilai terendah adalah 0 yang menunujukkan
ketergantungan total (Masur dkk, 2003).
Skala mRS lebih mengukur performasi aktiifitas spesifik, dalam hal ini mental
demikian juga adaptasi fisik digabungkan dengan defisit neurologi. Skala ini terdiri dari
6 derajat, yaitu 0 yang berarti tidak ada gejala, 5 yang berarti cacat/ketidakmampuan
yang berat dan 6 yang berarti kematian. Skala ini lebih sensitif untuk penilaian pada
penderita dengan disabilitas ringan dan sedang (Masur dkk, 2003; Weimar dkk, 2002)
National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan pengukuran
kuantitatif defisit neurologis berkaitan dengan stroke yang dapat memprediksi outcome stroke jangka panjang, terdiri dari 12 item pertanyaan (tingkat kesadaran, respon
terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria, dan ektensi/inattentian). Ada 3 rentang skor NIHSS yang secara signifikan berhubungan dengan perawatan pasien stroke yaitu; skor ≤ 5 pasien berarti pasien dapat keluar dari
rumah sakit, skor 6-13; pasien memerlukan rehabilitasi dan > 13 memerlukan fasilitas
II.4 KERANGKA KONSEPSIONAL
Diamond dkk (2003) : Probabilitas untuk outcome yang kurang baik akan meningkat pada level hematokrit yang tinggi maupun yang rendah
Chamorro dkk (1995): Skor Mathew, volume infark status klinis, dan Laju endap darah sebagai model prediktif dari outcome stroke dengan sensitivitas 89,91% dan spesifisitas 85,71%
Huang dkk (2008) : usia tua, TACS, stroke in evolution dan
pneumonia merupakan prediktor outcome fungsional yang
buruk serta TIA sebelumnya dan anemia merupakan
merupakan prediktor untuk kematian dan rekuren stroke dalam 2 tahun
cko dkk (2003):. usia dan kandungan igen merupakan faktor yang paling mpengaruhi variasi kecepatan aliran ah arteri cerebri media.
ss dkk (2008): kecepatan maksimum rata-rata hadap waktu pada sirkulasi arteri cerebri media hubungan signifikan terhadap usia, hemoglobin,
tate dehydrogenase, level aspartate nsaminase, WBC dan level kreatinin.
Baracchini dkk (2000) : total anterior circulation infarct dan abnormal TCD memiliki hubungan yang signifikan dengan rata-rata mortalitas yang tinggi dan outcome yang buruk (BI ≤ 60)
Stroke Akut
Perubahan Parameter hematologi rutin Bathia dkk,2004: perubahan pada parameter
hematologirutin pada stroke akut yang dapat mempengaruhi viskositas darah, CBF dan mempengaruhi ukuran lesi serta outcome
CBF
Neumyer dkk, 2004: perubahan pada velocity TCD mengindikasikan perubahan CBF TCD
kay dkk (2005 ): aliran darah yang kur dengan TCD secara signifikan engaruhi oleh level hematokrit dan a diduga berhubungan dengan perubahan pada hemodinamik serebrovaskular seperti
BAB III METODE PENELITIAN
II.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP.H. Adam Malik Medan
dari tanggal 3 September sampai dengan 15 Mei 2010
II.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien RSUP. H. Adam Malik Medan dengan
penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara
konsekutif.
III.3 Populasi Sasaran
Semua penderita stroke iskemik akut yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan
CT sken otak
III.4 Populasi Terjangkau
Semua penderita stroke iskemik yang dirawat di ruang rawat inap terpadu (Rindu) A4
Departemen Neurologi FK-USU/RSUP.H.Adam Malik Medan.
III.5 Besar Sampel
Ukuran sampel dihitung menurut rumus (Sastroasmoro, 2007)
n = (Zα+ Zβ ) SD) 2 (Xa-Xb)
Zα = nilai baku normal berdasarkan nilai α yang telah ditentukan (α = 0,05 Æ Zα = 1.96)
Zβ = nilai yang ditetapkan peneliti (10%) Æ Zβ = 1,282
SD = Standar deviasi mRS pada pasien stroke=0,92 (Sinha dkk, 2009) Xa-Xb= tingkat ketepatan (presisi) = 0,5
n = (1,96+ 1,282 ) 0,92) 2 = 35,521 = 36 orang 0,5
III.6 Kriteria Inklusi
1. Semua penderita stroke iskemik pada fase akut yang dirawat di bangsal
Neurologi Rindu A4 RSUP. H. Adam Malik Medan
III.7 Kriteria Eksklusi
1. Penderita stroke yang tidak dikonfirmasikan dengan pemeriksaan CT-sken otak
2. Pasien dengan serangan stroke berulang
3. Pasien dengan penyakit obstruki paru kronik dan penyakit paru lainnya
4. Pasien dengan gangguan ginjal, hati, jantung, riwayat kelainan darah dan
penyakit keganasan
III.8 Batasan Operasional
1. Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler (Sjahrir, 2003).
2. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).
3. Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan stroke
berlangsung sampai 1 minggu (Misbach,1999)
4. Parameter Hematologi rutin : variable rutin dimana ukurannya menunjukkan
fungsi dari cairan yang beredar melalui jantung, arteri, kapiler dan vena
membawa makanan dan oksigen ke sel-sel tubuh yang terdiri dari plasma yang
mengandung elemen mikroskopis dari darah seperti eritrosit, leukosit dan
trombosit (Friel dkk, 1994 )
4.1 Hemoglobin : merupakan pigmen pembawa oksigen eritrosit, dibentuk oleh
eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang (Friel dkk, 1994). Range
nilai normal hemoglobin pada laki-laki adalah adalah 14-18 gr/dl dan pada
wanita adalah 10-16 gr/dl (Lango dkk,2005).
4.2 Hematokrit : merupakan persentase volume eritrosit dalam darah
keseluruhan (Friel dkk,1994 ). Range nilai normal hematokrit pada laki-laki
4.3 Trombosit : merupakan suatu badan spherik yang kecil dalam darah yang
memiliki bagian penting dalam proses koagulasi (Markovitch, 2005). Range
nilai normal adalah 150-450 x103 /µl (Lango dkk, 2005)Laju endap darah:
merupakan suatu tes yang mengukur rerata sel darah merah yang keluar
dari suspense dalam plasma darah (Markovitch, 2005). Nilai normal laju
endap darah pada laki-laki adalah 13 mm/jam dan 20 mm/jam pada wanita
(Chamorro dkk.1995)
4.4 Leukosit : nama ilmiah untuk sel darah putih, dimana tidak mengandung
hemoglobin sehingga sel tidak bewarna dan mengandung nucleus
(Markovitch, 2005). Range nilai normal leukosit adalah 4-10 x103/mm3
(Lango dkk, 2005).
5. Usia merupakan masa atau lamanya seseorang hidup (Peters, 2002). Dimana
dalam bidang medis diukur secara kronologis yang terdiri dari masa bayi (0-1
tahun), pra sekolah (1-6 tahun), masa sekolah (6-10), masa pubertas (10-20
tahun), masa dewasa muda (20-30 tahun), masa dewasa (30-50 tahun), masa
setengah umur (50-65 tahun) dan masa lanjut usia (>65 tahun) (Lubis dkk, 2001)
6. Transcranial Doppler adalah teknik non-invasive yang menggunakan transduser
doppler 2-MHz untuk mengukur velocity dan pulsasi aliran darah pada sistem sirkulus willis dan vetebrobasilar (Lupetin dkk, 1995)
Pada penelitian ini yang akan diukur adalah aliran darah dari arteri cerebri media
dan karotis interna melalui windows temporal
6.1 Mean flow velocity (MFV): merupakan nilai rerata kecepatan aliran darah
dalam suatu pembuluh darah. Dimana nilai normal kecepatan aliran darah
pada arteri cerebri media adalah 55 ±12 cm/dtk dan pada arteri karotis
interna adalah 39 ± 9 cm/dtk (Kassab dkk, 2007)
6.2 Peak Systolik velocity (PSV): merupakan nilai puncak kecepatan aliran darah
ketika fase sistolik. Nilai normal puncak kecepatan aliran darah sistolik cerebri
media dan karotis interna adalah ≤ 125 cm/dtk (Neumeyer dkk, 2004)
6.3 End Diastolik Velocity (EDV): merupakan nilai akhir kecepatan aliran darah
pada fase diastolik. Nilai normal puncak kecepatan aliran darah diastolik
6.4 Pulsatility Indices (PI): Merupakan parameter dari tahanan distal dari insonasi TCD. Nilai normal tahanan aliran darah adalah 0,6-1.1 cm/dtk (Neumeyer
dkk, 2004 )
6.5 S/D: merupakan perbedaan kecepatan aliran sistolik dan diatolik yang
menggambarkan pulsasi aliran. Nilai normal rasio sistolik/diatolik adalah
<3,125 (Neumeyer dkk, 2004)
7. Outcome pasien stroke diukur dengan menggunakan kuesioner:
7.1 Modified Rankin Scale (mRS) merupakan skala rating outcome global dengan
nilai 0 (tidak ada gangguan) hingga 5 (hanya terbaring di tempat tidur,
inkontinensia, membutuhkan perawatan dan perhatian menetap) dan 6
(outcome fatal) (Weimar dkk, 2002). Nilai mRS dibagi menjadi 2 outcome
yaitu baik (mRS ≤ 2) dan buruk (mRS > 3) (Sulter dkk 1999, Weimar dkk,
2002).
7.2 Barthel Index (BI) : mengevaluasi 10 aktivitas dasar dalam mengurus diri
sendiri (makan, membersihkan diri, berpakaian, perawatan buang air besar
dan buang air kecil, penggunaan toilet) dan mobilitas (berjalan, berpindah
dan menaiki tangga), dan nilai terendah 0 (fungsional bergantung total). Nilai
BI < 60 dikatakan sebagai outcome yang buruk (Sulter dkk,1999; Weimar
dkk, 2002).
7.3 National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan pengukuran
kuantitatif defisit neurologis yang berkaitan dengan stroke, dimana skala ini
dapat memeprediksi outcome stroke jangka panjang, terdiri dari 12 item pertanyaan (ingkat kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap
perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa disartria, dan ektensi/inattentian). Penilaian terdiri dari atas 3 kelompok yaitu ≤ 5 (stroke ringan), 6-13 (stroke sedang) dan > 13
(stroke berat) (meyer dkk, 2002; Schelegel dkk, 2003; William dkk, 2000)
III.9 Instrumen
1.8.2 Pemeriksaan Hematologi rutin menggunakan alat sysmex untuk
pengukuran hemaglobin, hematokrit, leukosit, thrombosit dan laju endap
darah
1.8.3 Transcranial Doppler (TCD) yang digunakan adalah merk Viasys, dengan menggunakan transduser 2MHz untuk mengukur nilai MFV, PSV, EDV, PI,
Rasio Sistolik/diatolik (S/D) dari arteri cerebri media dan karotis interna
yang dilakukan dan dibacakan
1.8.4 Computed Tomography Scan (CT-Scan) yang digunakan adalah X-ray CT System dengam merk Hitachi seri W 45O.
III.10 Rancangan
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang.
Sumber data primer diperoleh dari semua penderita stroke iskemik fase akut yang
dirawat di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP.H. Adam Malik Medan
a. Studi observasional potong lintang dilakukan untuk memperoleh gambaran
parameter hematologi rutin, usia, nilai Barthel Index (BI), Modified Rankin Scale (mRS), National Institute of Health Stroke Scale (NHSS), Mean flow velocity (MFV), Peak Systolik velocity (PSV), End Diastolik Velocity (EDV), Pulsatility
Indices (PI), Rasio Sistolik/diatolik (S/D)
b. Studi korelasi dilakukan untuk menilai hubungan antara parameter hematologi
rutin dan usia dengan nilai Barthel Index (BI), Modified Rankin Scale (mRS),
National Institute of Health Stroke Scale (NHSS), Mean flow velocity (MFV), Peak
Systolik velocity (PSV), End Diastolik Velocity (EDV), Pulsatility Indices (PI),
Rasio Sistolik/diatolik (S/D)
III.11 Pelaksanaan Penelitian
a. Pengambilan Sampel
Semua penderita stroke iskemik akut yang telah ditegakkan dengan
pemeriksaan CT sken otak yang dirawat di Bangsal Neurology Rindu A4
memenuhi kriteria inklusi dan eklusi dan yang sebelumnya telah diambil darah
venanya sebanyak 15 ml ketika pertama kali datang ke RS untuk pemeriksaan
darah rutinnya. Darah yang didapat segera diperiksaakan ke Laboratorium
Patologi klinik RSUP.H. Adam Malik dan pemerikasaan TCD dilakukan dibagain
IDT RSUP.H. Adam Malik selama pada fase akut stroke iskemik. Penilaian BI,
Mrs dan NIHSS dilakukan oleh peneliti
b. Kerangka Operasional
c. Variabel yang diamati
Variabel bebas : Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Thrombosit, Laju Endap Darah dan
Usia
Variabel terikat : Barthel Index, Modified Rankin Scale,National Institute of Health
Stroke Scale, Mean flow velocity (MFV), Peak Systolik velocity (PSV),
End Diastolik Velocity (EDV), Pulsatility Indices (PI), Rasio
Sistolik/diatolik (S/D) Penderita stroke
Anamneses Pemeriksaan umum Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan hematologi rutin Head CT-Scan
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
TCD (MFV, PSV, EDV, PI S/D), Pemeriksaan BI, NIHSS dan mRS
d. Analisa Statistik
Data dari hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program
komputer Windows SPSS-15 (Statistical Product and Science Service). Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
1. Analisa deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umur, jenis kelamin, suku
bangsa, riwayat hipertensi, riwayat merokok, riwayat dislipidemia, riwayat
diabetes.
2. Untuk melihat distribusi rerata hasil pemeriksaan TCD terhadap karakteristik
digunakan uji t-Independent dan uji Anova
3. Untuk melihat distribusi rerata parameter hematologi rutin dan usia terhadap
karateristik digunakan uji t-Independent dan uji Anova
4. Untuk melihat efek parameter hematologi rutin dan usia terhadap hasil
pemeriksaan TCD digunakan uji korelasi Pearson jika data terdistribusi normal
atau uji korelasi Spearman jika data tidak terdistribusi normal.
5. Untuk melihat hubungan hasil pemeriksaan TCD dengan outcome digunakan uji korelasi Pearson jika data terdistribusi normal atau uji korelasi Spearman jika
data tidak terdistribusi normal.
6. Untuk melihat hubungan parameter darah rutin dan usia terhadap outcome digunakan uji korelasi Pearson jika data terdistribusi normal atau uji korelasi
Spearman jika data tidak terdistribusi normal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PENELITIAN
IV.1.1. Karakteristik Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini dimulai sejak bulan September 2009
hingga mencukupi jumlah sampel yang diperlukan pada bulan mei 2010. Dari seluruh
pasien stroke iskemik yang dirawat inap di RSUPH Adam Malik Medan sejak kurun
waktu tersebut, didapati sebanyak 37 penderita stroke iskemik akut yang memenuhi
kritreria inklusi dan eksklusi.
IV.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Dari 37 orang penderita stroke iskemik akut yang ikut dalam penelitian ini ,
diperoleh 20 orang (54,1%) pria dan 17 orang (45,9%) wanita dengan rerata usia 60,43
±13,69 tahun (rentang 31-87 tahun). Kelompok usia > 60 tahun adalah yang terbanyak
pada penelitian ini, yaitu sebanyak 19 orang (51,4%).
Didapati suku terbanyak adalah suku Batak yaitu 18 orang (48,6%) dan yang
paling sedikit adalah suku Aceh, yaitu 2 orang (5,4%). Dari seluruh subjek penelitian,
terdapat 30 orang (81,1%) penderita hipertensi, 7 orang (18,9%) penderita Diabetes
Mellitus dan 20 orang (54,1%) dengan riwayat merokok (54,1%). Dijumpai bahwa
waktu tiba di rumah sakit yang paling banyak adalah 2 hari (56,8%) dan yang paling
sedikit adalah kurang dari 12 jam dan 4 hari, yaitu masing – masing berjumlah 2 orang
(5,4%). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Sampel N (37) %
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Kelompok Usia
31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun > 60 tahun
20 17
3 7 8 19
54,1 45,9
Status perkawinan
Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Tiba di rumah sakit
< 12 jam
IV.1.3 Rerata Hasil Pemeriksaan TCD
Rerata dan standar deviasi (SD) dari hasil pemeriksaan TCD yang ditemukan
pada penelitian ini terlampir pada tabel 4. Rerata hasil pemeriksaan TCD pada MCA
adalah MFV (39,80±7,43 cm/dtk), PSV (70,81±2,43 cm/dtk), EDV (26,90±1,55 cm/dtk),
PI (1,14±0,25 cm/dtk) dan S/D (2,85±0,59). Rerata hasil pemeriksaan TCD pada ICA
adalah MFV (29,60±0,78 cm/dtk), PSV (54,30± 6,81 cm/dtk), EDV (18,29±9,27 cm/dtk)
PI (1,28±0,36 cm/dtk) dan S/D (3,58±1,74).
Tabel 4. Rerata Hasil Pemeriksaan TCD