• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI

ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA

TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA

BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS

SKRIPSI

OLEH

MARIANA SIREGAR NIM : 101000023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

MARIANA SIREGAR NIM : 101000023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERNYATAAN

GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN

PADANG LAWAS

SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.

(6)

ABSTRACT

Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.

This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.

The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.

In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status

Gizi Anak balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu

Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas”, guna memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tercinta, Ayahanda

Syamsul Bahri Siregar dan Tilanna Tanjung SAg, yang tiada henti memberikan

kasih sayang, do‟a, bimbingan, arahan, motivasi, serta memberikan apapun yang

bisa dan mampu diberikan demi kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,

dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

(8)

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH,selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam

pengerjaan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.

6. Ibu Etti Sudaryati, MKM, Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.

7. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji yang telah

banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.

8. Bapak Alm.dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku selaku Dosen

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu

dan motivasi.

9. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang

bermanfaat.

10.Bang Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan

berkas-berkas penelitian dengan tepat waktu.

11.Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

12.Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya

(9)

13.Bapak Sarmadan Siregar, selaku Kepala Desa yang telah banyak membantu

penelitian penulis.

14.Saudara/i ku tersayang, Nur Habibah Siregar SPdi, Raja Inal Siregar calon

Sarjana Ekonomi, Adean Sanjaya Siregar calon Amd.RO, Miftah Hurrizky

Siregar, dan Assyfah Faujiah Siregar, yang selalu memberikan doa, kasih

sayang, dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.

15.Sahabat-sahabatku tersayang, Ratu Afrienni CH, Ratna Juwita Sari, Mustapa

Kamal, Rini Puspa Sari, Vinny Ardwifa, Ina Yusanti Rambe, Eva Elisna Tnj,

Nur Kholijah Nst, Mira Maharani, Nurul Mawaddah, Safrina Hsb, Ayu

handayani, Novita Sitorus, Sri Ulina Sitomorang, Dyah Ayu Wulandari, Evi

Sri Wahyuni, Rodhia Ramadhani, Putri Wella Suresti, Nur Khalis Br.regar,

Chintya Nurul Aidina, Fitratur Rahma Agustina, Entiwe Habeahan, Mayanta

Sinaga, Alvira Axza, Aminah Arfah, Syahreni Ayu, Damayani, Olivia

Glantika, Kak Faradilah, Kak Nurmaidah Sari Tjg, Kak Dian Royana, Kak

Merkawati, Kak Winda, yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.

16.Teman-teman angkatan 2010 khususnya kepada teman-teman Departemen

Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para

pembaca. Amin.

Medan, Agustus 2015

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita ... 11

(11)

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 27

3.8 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

4.1 Gambaran Umu Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 29

4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 30

4.3 Karakteristik Keluarga Perokok ... 30

4.3.1 Data Balita ... 30

4.3.2 Data Orang Tua ... 31

4.4 Ketersediaan Pangan ... 33

4.5 Status Gizi Anak Balita ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 41

5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan . 41 5.2 Ketersediaan Pangan dengan Status Gizi Anak Balita ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 DAFTAR LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

di Kabupaten Padang Lawas ...………....9

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...15

Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan

Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...29

Tabel 4.2 Distribusi Data Balita menurut Umur, Jenis Kelamin

dan Status Gizi di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...………...30

Tabel 4.3 Distribusi Data Orang tua menurut pendidikan, pekerjaan, suku di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas …...31

Tabel 4.4 Distribusi Data Orang tua menurut Jumlah Keluarga, Penghasilan Keluarga, Pengeluaran Keluarga, Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas …...32

Tabel 4.5 Distribusi Ketersediaan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33

Tabel 4.6 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33

Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ... ………...34

Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu

di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………..

34

Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...35

Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

(13)

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36

Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36

Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas ...37

Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...37

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...38

Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39

Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39

Tabel 4.18 Distibusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ...57

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian ...61

Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian ...62

Lampiran 4 : Master Data ...63

Lampiran 5 : Hasil Deskriptif ...65

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mariana Siregar

Tempat Lahir : Marenu

Tanggal Lahir : 04 Juni 1991

Suku Bangsa : Mandailing/Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Syamsul Bahri Siregar

Suku Bangsa Ayah : Mandailing/Indonesia

Nama Ibu : Tilanna Tanjung SAg

Suku Ibu : Mandailing/Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD/Tamat tahun : 1998-2004

2. SLTP/Tamat tahun : 2004-2007

3. SLTA/Tamat tahun : 2007-2010

4. Akademi/Tamat tahun : 2010-2015

(17)

ABSTRAK

Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.

(18)

ABSTRACT

Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.

This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.

The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.

In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan

masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami

kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan

fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah status gizi

balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi

badan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional

diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini

jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu

dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika

jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah balita gizi buruk

kurang sebesar 4.646.933 balita.

Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius, bila prevalensi

kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat

tinggi bila ≥30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi

kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan

pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

(20)

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, untuk balita pendek 43,1 persen, begitu

juga hasil Riskesdas 2010, sebanyak 42,3 persen balita pendek yang lebih tinggi

dari nasional sebanyak 35,6%. Demikian juga Riskesdas 2007 di Sumut, kasus

gizi buruk 8,7 persen dan tahun 2010 turun menjadi 4,2 persen. Persentase ini

masih dibawah target nasional tahun 2014 sebesar 5 persen, dari 33

kabupaten/kota di Sumatera Utara.

Merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan

kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain disekitarnya

khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rawan seperti balita .

Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara

bersih bebas asap rokok. Seseorang yang bukan perokok apabila terus-menerus

terkena asap rokok dapat menderita dampak risiko penyakit jantung dan kanker

paru-paru. Menurut Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi

persoalan sosial ekonomi. Terdapat 60% dari perokok aktif atau sebesar 84,84 juta

orang dari 141,44 juta orang adalah mereka yang berasal dari penduduk miskin

atau ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

pokoknya. Selain itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang di-sebabkan sakit,

maka perokok menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah

pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran meningkat untuk biaya

berobat (Chaudhuri, 2006).

Menurut WHO (2002), Indonesia menempati urutan kelima dalam

konsumsi rokok di dunia. Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian

terbesar di dunia. Berdasarkan data, akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8%

(21)

3

rokok merupakan penyebab stroke sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada.

Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di

lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan paru yang lambat dan

lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma.

Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10

juta pertahunnya dan di negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70%

kematian yang disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibat rokok

berbanding lurus dengan jumlah remaja perokok yang setiap tahunnya cenderung

mengalami peningkatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, di Indonesia usia

perokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7% perokok mulai merokok pada usia 5-9

tahun. Persentase nasional penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok

setiap hari sebesar 28,2%. Lebih dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki

beru-mur 15 tahun ke atas merupakan perokok harian. Persentase penduduk perokok

yang merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok umur produktif (25-64

tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada

bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi

Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap

jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi

September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 jiwa, Dan

jumlah penduduk di padang lawas 227.365 jiwa yang mengalami kemiskinan

sebanyak 24.863 jiwa. di Desa Trans Pirnak Marenu Keluarga Miskin 80 kk

(22)

Profil kesehatan Depkes Provinsi Sumatera Utara (2008) menunjukkan

sekitar 86,1% perokok merokok di dalam rumah. Anggota keluarga lain yang

tinggal bersama dengan perokok akan terpapar dengan asap rokok tersebut.

Keseluruhan perokok aktif yang merokok setiap hari dengan usia diatas 10 tahun

di Sumatera Utara diperkirakan sekitar 23,3%. Jumlah perokok tahun 2011 di

Padang Lawas sebanyak 4748 dan dari survei awal yang dilakukan, di Desa Trans

Pirnak Marenu diketahui jumlah penduduk 280 KK, dengan tingkat ketersediaan

pangan yang masih kurang karena belum mampu mempertahankan pangannya

sampai 8 bulan dalam setahun. Terdapat 200 orang kepala keluarga (suami)

perokok, diantaranya memiliki anak balita. Tingginya jumlah perokok dalam

keluarga miskin sangat berpengaruh pada gizi anak balitanya. Jumlah Balita

sebanyak 112 Balita ditemukan pada keluarga perokok. Berdasarkan Antropometri

rasio berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U),

dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), dari 15 Balita yang

dikunjungi, 2 orang memiliki berat badan lebih, 5 orang normal, dan 8 orang berat

badannya kurang. Hal ini diduga karena tingginya angka kemiskinan pada

keluarga perokok sehingga ketersediaan pangan rumah tangga tergantung pada

daya beli keluarga.

Peran keluarga khususnya orang tua merupakan faktor penting dalam

rangka peningkatan status gizi balita. Penghasilan keluarga menjadi parameter

dalam pemenuhan status gizi anak balita, didapatkan hasil bahwa rata-rata

pengahasilan keluarga perbulan ialah Rp 800.000,- sampai Rp 1.000.000,- dengan

pengeluaran untuk rokok Rp 200.000,- sampai Rp 400.000,- perbulannya, mampu

(23)

5

bungkus setengah bahkan ada juga yang mampu menghabiskan dua bungkus

dalam setiap harinya, selain itu didukung oleh pengetahuan gizi yang kurang

dalam rumah tangga seperti pembagian makanan dalam keluarga. Kondisi

kesehatan dan gizi banyak dipengaruhi pada kondisi ketersediaan pangan dan

ekonomi keluarga.

Melalui wawancara yang dilakukan keluarga cenderung beranggapan

bahwa besarnya pengeluaran non pangan berpengaruh pada pangan rumah tangga,

sehingga anak balitanya makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa

harus memerhatikan makanan yang dikonsumsi apakah mengandung gizi atau

tidak. Anak balita yang ditemukan pada keluarga perokok lebih sering sakit

dibanding anak balita pada keluarga yang bukan perokok. Untuk itu keluarga

perokok harus memerhatikan gizi balitanya agar kebutuhan gizi balita terpenuhi.

Hal ini disebabkan masih banyaknya keluarga miskin yang merokok dan

masih mempunyai anak balita. Untuk itu informasi kesehatan perlu ditingkatkan

terutama tentang rokok dan gizi balita, agar keluarga perokok dapat

meminimalkan pengeluaran rokok dan memenuhi kebutuhan gizi balita dengan

makanan bergizi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat gambaran

ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di Desa Trans

Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

(24)

Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten

Padang lawas.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada

keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik keluarga perokok yang dilihat dari tingkat

pendapatan keluarga, tingkat pedidikan, tingkat pekerjaan dan perilaku

merokok keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas.

2. Mengetahui ketersediaan pangan keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu

Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan informasi bagi masyarakat khususnya keluarga perokok

dalam rangka meningkatkan kebutuhan gizi bagi balita.

2. Sebagai masukan informasi bagi Puskesmas Trans Pirnak Marenu untuk

meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi keluarga perokok terutama yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah

yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi

sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan

ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefenisikan sebagai jumlah

kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan

keamananya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan

untuk memenuhi standart energi bagi individu agar mampu menjalankan aktivitas

sehari-hari (Dinkes Propsu, 2006).

Jumlah penduduk padang lawas yang cukup besar, dengan pertambahan

jumlah penduduk setiap tahun, sehingga membutuhkan ketersediaan pangan yang

cukup, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya untuk

memenuhinya. Beberapa masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah :

1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala

kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh

berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian:

semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, curah

(26)

2. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan

teknologi tepat guna menyebabkan tingkat produktifitas usaha tani relatif

rendah.

Ketersediaan pangan dalam keluarga yang dipakai dalam pengukuran

mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat

memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Penentuan jangka waktu ketersediaan

pangan di pedesaan biasanya mempertimbangkan jarak waktu antara musim

tanam dengan musim tanam berikutnya. Perbedaan jenis makanan pokok yang

dikonsumsi masyarakat berimplikasi pada penggunaan ukuran yang berbeda,

misalnya:

a) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

dapat digunakan nilai 240 hari sebagai batas untuk menentukan apakah suatu

rumah tangga memiliki persediaan makanan pokok cukup/tidak cukup.

Penetapan nilai ini didasarkan pada panen padi yang dapat dilakukan selama

tiga kali dalam dua tahun.

b) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok,

dapat digunakan batas waktu selama 365 hari sebagai ukuran untuk

menentukan apakan rumah tangga mempunyai ketersediaan pangan

cukup/tidak cukup. Hal ini didasarkan pada masa panen jagung satu kali dalam

setahun (Soemarno, 2010).

Ketersediaan dapat diukur dengan menggunakan setara beras sebagai

makanan pokok (Soemarno, 2010).

1. Jika persediaan pangan mencukupi selama 240, berarti persediaan rumah

(27)

9

2. Jika persediaan pangan mencukupi selama 1- 239, berarti persediaan rumah

tangga kurang cukup

3. Jika tidak punya persediaan pangan, berarti persediaan pangan rumah tangga

tidak cukup

Kabupaten Padang Lawas merupakan salah satu Kabupaten yang berada di

Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar

dan tingkat pertumbuhan yang semakin meningkat. Sebagian besar penduduknya

bekerja di sektor pertanian. Produksi tanaman bahan makanan (tabama) di

Kabupaten Padang Lawas terbesar adalah padi dan ubi kayu. Untuk tanaman padi,

kecamatan penghasil terbesar adalah kecamatan Barumun dengan Produksi pada

tahun 2012 mencapai 26.859 ton, atau 29,89 persen dari total Produksi

Kabupaten. Berikut ini adalah data yang menunjukkan Produksi padi di

Kabupaten Padang Lawas yang tidak menetap (BPS. Padang Lawas 2012).

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Kabupaten Padang Lawas.

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas, 2012

Ketersediaan pangan rumah tangga Padang Lawas Desa Trans Pirnak

Marenu dikategorikan persediaan pangan rumah tangga tidak cukup karena belum

mampu mempertahankan pangannya selama 240 hari dalam setiap tahunnya.

Uraian 2009 2010 2011 2012

Luas panen (Ha) 17.649 23.381 14.185 17.677

Produksi (Ton) 85.769 104.755 66.287 89.830

Produkttivtas (Ton/Ha)

(28)

2.2 Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat

gizi. Status gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Status gizi tidak seimbang dapat diprestasikan dalam bentuk gizi kurang dari yang

dibutuhkan. Sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang

dibutuhkan. Sehingga status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).

Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makanan tidak

seimbang baik jumlah, dan gizinya, disamping itu asupan zat gizi tidak dapat

dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan

akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak

tersediaanya pangan rumah tangga, besarnya pengeluaaran non pangan seperti

rokok akan berdampak pada kesehatan keluarga terutama anak balita. Semua

keadaan ini erat kaitannya dengan rendahnya pendidikan, pendapatan, dan

kemiskinan.

Keadaan diatas menunjukkan bahwa ditingkat rumah tangga ketersediaan

pangan masih lemah. Penyebab utama lemahnya ketersediaan pangan adalah

kemiskinan yang bukan hanya keluarga tidak mampu membeli pangan, untuk

mencukupi kebutuhan minimum mereka, tetapi juga rendahnya pengetahuan

mengenai pangan yang ikut menyumbang terhadap status gizi seseorang.

Kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua fenomena yang

saling terkait, bahkan dapat dipandang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam

(29)

11

sebaliknya, oleh karena itu kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua

hal yang tak terpisahkan karena saling satu sama lain saling interaksi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita 2.3.1. Penyebab Langsung

Penyebab lansung yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1) Konsumsi Makanan

Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung

terhadap keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan

masalah gizi.

2) Kondisi Fisik

Balita yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,

semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang

buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena

pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.

3) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau

menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

2.3.2 Penyebab tidak langsung

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang

yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan

(30)

yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi

ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan.

Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua

pertiganya (Suhardjo, 1996).

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan perilaku

masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani.

Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat

hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin

tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan

mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota

keluarga (Soekirman, 2000).

3. Sanitasi Lingkungan

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya

berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan infeksi saluran

pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan

zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat-zat gizi.

Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan

(31)

13

2.4 Rokok

Rokok adalah Silinder kertas yang berukuran 70-120 mm dengan diameter

sekitar 10 mm yang berisi daun-daun yang dicacah, yang dihasilkan dari tanaman

Nicotina tabakum, Nicotina Restika dan spesies lainnya. Rokok dibakar pada

salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat

mulut pada ujung lain ( Jaya, 2009).

2.4.1 Keluarga Perokok

Keluarga perokok adalah sebuah keluarga dimana satu atau lebih

anggotanya merokok baik perempuan maupun laki-laki. Merokok saat ini sudah

menjadi kebiasaan sebagian besar orang dewasa, kebanyakan dari mereka yaitu

laki-laki. Sebagai kepala keluarga sering sekali mereka tidak menyadari bahwa

rokok yang mereka hisap tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri namun juga

berdampak buruk bagi anggota keluarganya yang lain, khususnya anggota

keluarga yang merupakan kelompok rawan seperti balita. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi keluarga perokok antara lain:

1. Perilaku merokok

Perilaku merokok dalam keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak

balita yang tinggal serumah. Konsumsi energi anak yang rumahnya ada orang

merokok lebih rendah daripada yang rumahnya tidak ada perokok. Sebagai

akibatnya, status gizi anak tersebut lebih rendah (Damayanti, 2009). Perilaku

kepala rumah tangga atau suami perokok, akan berdampak pada kebutuhan

pangan keluarga, dimana uang yang seharusnya dipergunakan untuk makan

(32)

2. Tingkat Pendapatan

Penggunaan rokok dapat meningkatkan kemiskinan melalui kerentanan

timbulnya risiko karena sumber pendapatan keluarga miskin yang terbatas justru

dibelanjakan untuk rokok, yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok

lainnya, seperti makanan pokok, pendidikan anak, biaya kesehatan dan upaya

meningkatkan gizi anak-anak dan keluarga (Irawan, 2009).

Pendapatan yang terpakai dan jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk

membeli makanan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan

makanan. Tingkat pendapatan masyarakat yang ada di padang lawas barasal dari

hasil pertanian, dan sebagian dari hasilnya akan dijual untuk memenuhi

kebutuhan yang lain. Pendapatan Padang Lawas masih banyak ditemukan di

bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Padang Lawas Rp1.605.000 dalam

setiap bulan.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.

Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan

keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota

keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga.

Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh

banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran keluarga berarti

semakin banyak anggota keluarga yang pada akhirnya akan semakin berat beban

keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Jumlah anggota keluarga juga dapat mempengaruhi pembagian makanan

(33)

15

dihubungkan dengan status gizi yang terjalin antara anggota keluarga daripada

kebutuhan gizinya. Anggota keluarga pria yang lebih tua (ayah) mendapatkan

jumlah dan mutu susunan makanan yang lebih baik daripada anak kecil dan

perempuan. Pembagian makanan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan gizi

dalam tubuh. Untuk anak balita, meskipun jumlah makanannya lebih sedikit,

namun membutuhkan kandungan gizi yang lebih dalam makanan. Jumlah rata-rata

keluarga perokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu berjumlah 4 orang anak.

4.Tingkat Pendidikan

Menurut Todaro (2000), alasan pokok mengenai pengaruh dari pendidikan

formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara

pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diperolehnya. Maka hal

tersebut akan mendorong terjadinya rendahnya pendapatan yang akan

menimbulkan jurang kemiskinan.

5.Tingkat Pekerjaan

Tabel 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Bidang Perkerjaan 2009 2010 2011

1 Pertanian,Peternakan dan Perikanan 54.696 54.716 71.343

2 Industri 1920 1.99 3.551

6 Keuangan,Asuransi dan Usaha Persewaan Bagunan

(34)

peningkatan. Meningkatnya mata pencaharian sebagai petani, khususnya

pertanian tanaman keras, yakni sawit seiring dengan boomingnya harga sawit,

sehingga banyak petani yang ramai-ramai menanam sawit. Banyak lahan tanaman

pangan yang berubah menjadi tanaman sawit.

2.4. 2 Kerugian Ekonomi Akibat Rokok

Selain berdampak buruk terhadap kesehatan, kebiasaan merokok akan

membawa dampak kerugian ekonomi yang cukup besar bagi keluarga dan

masyarakat. Pengeluaran untuk konsumsi rokok (tembakau) ditingkat rumah

tangga melebihi pengeluaran untuk menyediakan makanan, pendidikan dan

kesehatan.

Menurut (WHO, 2005) 80% perokok di dunia berdomisili di negara-negara

berkembang. Di indonesia terdapat 50 juta orang yang membelanjakan uangnya

secara rutin untuk membeli rokok. Berbagai penelitan telah membuktikan bahwa

kebiasaan merokok akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang

banyak terdapat di negara-negara berkembang. Sedangkan menurunnya

kemampuan ekonomi akan berakibat lebih lanjut pada menurunnya kemampuan

menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh

pelayanan kesehatan.

Keluarga miskin Padang Lawas mempunyai kebiasaan yang tinggi

terhadap rokok, bukan hanya berdampak kesehatan namun ekonomi keluarga

yang terus berkurang. Dimana penghasilan keluarga untuk makanan berkurang

(35)

17

2.4.3 Dampak Rokok Terhadap Kesehatan

Dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai „Silent Killer‟

karena timbul secara perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan

tidak nampak secara nyata. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor

resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya antar lain: kanker,

gangguan kardiovaskuler, (misal: Stroke, Jantung, Impotensi), serta gangguan

kehamilan dan janin.

Tingkat kematian bayi dan balita dari keluarga yang ayahnya merokok

jauh lebih besar dibandingkan keluarga dengan ayah yang tidak merokok baik

diperkotaan maupun dipedesaan. Angka kematian bayi diperkotaan sebanyak 6,3

% ayah merokok, 5,3% ayah tidak merokok, sedangkan angka kematian balita

sebanyak 8,1% ayah merokok, 6,6% ayah tidak merokok dan dipedesaan angka

kematian bayi 9,2% ayah merokok, 6,4% ayah tidak merokok, angka kematian

(36)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Karakteristik keluarga perokok dapat dilihat dari tingkat pendidikan,

tingkat pekerjaan, suku, jumlah anggota keluarga, penghasilan, pengeluaran,

penggolongan perokok, pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan dan

pengeluaran rokok, dimana penghasilan yang rendah, dan besarnya pengeluaran

(37)

19

ketersediaan pangan keluarga, kemampuan masyarakat dalam memperoleh

pangan baik dari produksi sendiri, maupun kemampuan daya beli pangan yang

cukup pada keluarga. Sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi keluarga

terutama anak balita, yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

(38)

Penelitian ini merupakan penelitian survei, bersifat deskriptif, penelitian

deskriptif yang menggunakan rancangan penelitian sekat silang (cross sectional),

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi

balita pada keluarga perokok di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara

Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara

Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi yaitu

Desa Trans Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kecamatan Padang Lawas

adalah banyaknya keluarga miskin yang merokok dan memiliki balita.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari – Agustus 2015

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah keluarga perokok yang memiliki balita di

Desa Trans Pirnak Marenu kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang

(39)

21

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekstlusi,

sampel yang di teliti adalah keluarga perokok yang mempunyai anak balita umur

12-59 bulan. Penentuan besar sampel menggunakan rumus ( Murti, B. 2006) :

n =

n =

n =

n = 51.96

n = 52

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel yang akan diteliti

Z 1 –α / 2 = Tingkat kemaknaan ( Z = 1, 96, α = 0,05 )

p = Proporsi keluarga yang mempunyai anak balita ( 0,5 )

q = 1-P ( 1- 0,5 = 0,5 )

(40)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan

kuesioner (Simarmata, 2009, dan Kurniasih, 2008), yang sebelumnya sudah di uji

validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kevalidan dan kendala data yang

diperoleh, kepada responden atau sampel penelitian dan wawancara langsung

dengan responden serta observasi langsung pada objek penelitian, hasil

wawancara dan hasil observasi yang diperoleh, dicatat pada lembar kuesioner dan

lembar observasi penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data Status Anak Balita dari Puskesmas di Desa Trans

Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3.5 Defenisi Operasional

1. Ketersediaan pangan rumah tangga adalah keadaan rumah tangga dalam 12

bulan terakhir dan jumlah pangan yang tersedia dalam rumah tangga untuk

dikonsumsi keluarga dalam sehari-hari.

2. Status Gizi Balita adalah gambaran atau kondisi status gizi balita dilihat

berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB.

3. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh

orangtua

4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas orangtua balita sehari-hari

5. Suku adalah golongan sosial berkaitan dengan asal usul dan tempat asal

(41)

23

6. Jumlah keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi beban

tanggung jawab orangtua.

7. Penghasilan adalah segala bentuk pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan

tetap maupun tambahan (dalam rupiah).

8. Pengeluaran adalah Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh anggota

rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan, non pangan dan rokok.

9. Penggolongan perokok adalah jumlah rokok yang dihisab oleh kepala

keluarga ( ayah) dalam sehari-hari.

10. .Pengeluaran Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk

konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.

11. Pengeluaran Non Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan bukan

untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.

12. Pengeluaran Rokok adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk konsumsi

rokok kepala rumah tangga (ayah).

3.6 Metode Pengukuran

1. Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap

pertanyaan dari kuesioner yang disusun (Bickel et al., 2000, dalam tobing, 2010),

dengan kategori sebagai berikut:

Terjamin : 0-2 dari 18 pertanyaan dijawab dengan

sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap

bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap

(42)

Rawan kelaparan tingkat ringan : 3-5 dari 18 pertanyaan dijawab dengan

sering/kadang-kadang, ya dan hampir

setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak

setiap bulan.

Rawan Kelaparan tingkat sedang: 6-8 dari 18 pertanyaan dijawab dengan

sering/kadang-kadang, ya dan hampir

setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak

setiap bulan.

Rawan Kelaparan tingkat berat : Lebih dari 9 dari 18 pertanyaan dijawab

dengan : dengan sering/kadang-kadang, ya

dan hampir setiap bulan /beberapa bulan

tetapi tidak setiap bulan.

2. Status gizi balita

Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri BB/U, TB/U

dan BB/TB dengan menggunakan standart Kemenkes RI. 2010.

a. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/U, 0- 60 Bulan

a. Gizi Buruk :

b. Gizi Kurang :

c. Gizi Baik :

(43)

25

b. Kategori status gizi berdasarkan indeks TB/U, 0-60 Bulan

a. Sangat Pendek :

b. Pendek :

c. Normal :

d. Tinggi :

c. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB, 0-60 Bulan·

a. Sangat Kurus :

b. Kurus :

c. Normal :

d. Gemuk :

3. Pendidikan orangtua dapat dikelompokkan menjadi :

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi.

4. Pekerjaan orangtua dapat dikelompokkan menjadi :

a. Pengawai Negeri

b. Pedagang

c. Petani

(44)

5. Suku orangtua dapat dikelompokkan menjadi :

a. Jawa

b. Mandailing

c. Melayu

d. Karo

6. Menurut (Papalia olds dan feldman, 2009), Jumlah keluarga dapat

dikelompokkan menjadi : 3 kelompok

a. Keluarga kecil : 4 orang

b. Keluarga sedang : 5 - 6 orang

c. Keluarga besar : 7 orang

7. Penghasilan rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.

a. <Rp 1.605.000 maka dikatakan pendapatan rendah b. Rp 1.605.000 dikatakan pendapatannya tinggi

8. Pengeluaran rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.

(45)

27

9. Penggolongan Perokok

Menurut Sitepoe, 2000 dalam Alamsyah, 2007 membagi perokok atas empat

bagian:

a. Perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

antara 1-10 batang perhari,

b. Perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok

antara 11-20 batang perhari,

c. Perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih

dari 20 batang perhari, dan

d. Perokok yang mengisap rokok dalam-dalam.

10. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari

pengeluaran pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran rendah

b. Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi

11. Pengeluaran non pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari

pengeluaran non pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran rendah

b. Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi

12. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari

pengeluaran rokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 430.000 maka dikatakan pengeluaran rendah

(46)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk

mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan

data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.

Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing

kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputerisasi. Analisis ini untuk mendeskripsikan

masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabulasi

silang, dan tabel distribusi frekuensi.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan

(47)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Desa Trans Pirnak Marenu merupakan salah satu desa dari 290 desa yang

ada di Kabupaten Padang Lawas dengan luas wilayah ± 900 km2. Desa Trans

Pirnak Marenu memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Aek Bonban

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Hutan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Barumun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Gulangan

4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

Desa Trans Pirnak Marenu terdiri dari 280 KK, dengan jumlah penduduk

sebanyak 1.319 jiwa yang terdiri dari 665 jiwa penduduk laki-laki dan 654 jiwa

penduduk perempuan.

Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

(48)

4.3 Karakteristik Keluarga Perokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada keluarga yang berjumlah 52

keluarga perokok. Adapun karakteristik keluarga meliputi data balita (umur dan

jenis kelamin), data orang tua balita (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

suku), jumlah anggota keluarga dan penghasilan keluarga.

4.3.1 Anak Balita

(49)

31

4.3.2 Orang Tua Balita

Dari hasil penelitian dapat dilihat orang tua balita yang meliputi pendidikan,

pekerjaan, suku.

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik orang tua balita ( Pendidikan, Pekerjaan, dan Suku) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan orang tua yang paling

banyak pada tingkat SMA yaitu sebanyak 22 orang (42,3%) dan 21 orang

(40,0%), pekerjaan orang tua yang paling banyak pada kelompok petani sebanyak

43 orang (82,7%) dan 40 orang (76,9%), dan suku orang tua lebih banyak suku

(50)

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik orang tua balita ( Jumlah keluarga, Penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga, Penggolongan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Karakteristik orang tua balita

n %

1. Jumlah Anggota Keluarga

4 24 46,2

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah anggota

keluarga 5 – 8 orang yaitu 29 orang (55,8%), penghasilan keluarga sebagian

besar berjumlah < Rp 1.605.000,00 yaitu 38 keluarga (73,1%), dan penggolongan

perokok yang lebih banyak yaitu perokok berat sebanyak 26 orang (50,0%).

4.4 Ketersediaan Pangan

Dari hasil penelitian dapat dilihat ketersediaan pangan yang ada di Desa

Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

(51)

33

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ketersedian pangannya berada

pada tingkat rawan sebanyak (78,9%), dimana kelaparan ringan sebanyak 11

keluarga (21,2%), tingkat kelaparan sedang sebanyak 17 orang (32,7%), dann

tingkat kelaparan berat sebanyak 13 orang (25,0%).

Tabel 4.6 Distribusi ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat sebagian besar tingkat pendidikan ibu

berada pada kelompok SMA yaitu 21 orang (40,4%) dengan ketersediaan pangan

berada pada kelaparan sebanyak (85,4%), kelaparan tingkat ringan sebanyak

8orang (38,1%), kelaparan tingkat sedang 7 orang (33,3%), dan kelaparan tingkat

(52)

Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ayah

berada pada kelompok petani yaitu 43 orang (82,7%) dengan ketersediaan pangan

berada pada kelaparan sebanyak (82,7%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 14

orang (32,6%), 12 orang (27,9%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (23,3%)

kelaparan tingkat ringan dan 7 orang (16,3%) ketersediaan pangan terjamin.

Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ibu

berada pada kelompok petani yaitu 40 orang (76,9%) dengan ketersediaan pangan

(53)

35

orang (37,5%), 12 orang (30,0%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (25,0%)

kelaparan tingkat ringan dan 3 orang (7,5%) ketersediaan pangan terjamin.

Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Penghasilan

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat sebagian besar tingkat penghasilan

keluarga berada pada kelompok < Rp 1.605.000 yaitu 38 orang (73,1%) dengan

ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (94,7%), kelaparan tingkat

sedang sebanyak 16 orang (42,1%), 13 orang (34,2%) kelaparan tingkat berat, 7

orang (18,4%) kelaparan tingkat ringan dan 2 orang (5,3%) ketersediaan pangan

terjamin.

Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran rokok

berada pada kelompok < Rp 430.000 yaitu 29 orang (55,7%) dengan

(54)

ringan sebanyak 7 orang (24,1%), dan kelaparan tingkat sedang sebanyak 6 orang

(20,7%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 8 orang (27,6%).

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran pangan

berada pada kelompok < Rp 500.000 yaitu 36 orang (69,2%) dengan

ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (91,6%), kelaparan tingkat

ringan sebanyak 8 orang (22,2%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 13 orang

(36,1%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 12 orang (33,3%).

Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran non pangan

berada pada kelompok Rp 225.000 yaitu 28 orang (53,8%) dengan ketersediaan

pangan berada pada kelaparan sebanyak (71,4%), kelaparan tingkat ringan

(55)

37

dan kelaparan tingkat berat sebanyak 2 orang (7,1%).

Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat sebagian besar jumlah keluarga berada

pada kelompok 5-6 orang yaitu 25 orang (48,0%) dengan ketersediaan pangan

berada pada kelaparan sebanyak (88,0%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 6

orang (24,0%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 9 orang (36,0%), dan kelaparan

tingkat berat sebanyak 7 orang (28,0%).

Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat sebagian besar penggolongan perokok

berada pada kelompok perokok berat yaitu 26 orang (50,0%) dengan

ketersediaan pangann berada pada kelaparan sebanyak (80,8%), kelaparan tingkat

(56)

(42,3%), kelaparan tingkat berat sebanyak 6 orang (23,1%).

4.5 Status Gizi Balita

Ada 3 indikator penelitian status gizi balita berdasarkan indeks BB/U,

TB/U, BB/TB dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Balita Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB), di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumu Kabupaten Padang Lawas

No. Status Gizi Balita (BB/U) n %

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi anak

balita (BB/U) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (51,9%), tetapi

masih ditemukan kategori buruk sebanyak 4 orang (7,7%). Status gizi anak balita

(TB/U) berada pada kategori sangat pendek dan pendek yaitu sebanyak (65,4%).

Status gizi anak balita (TB/BB) berada pada kategori sangat kurus dan kurus

(57)

39

Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan

berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan

status gizi kurang sebanyak 10 orang (58,8%), status gizi baik sebanyak 6 orang

(35,3%), dan status gizi buruk sebanyak 1 orang (5,9%).

Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek NabaraBarumun Kabupaten Padang Lawas

No. Ketersediaan Pangan

Status Gizi Balita (TB/U) Jumlah Sangat

Pendek

Pendek Normal Tinggi

n % n % n % n % n %

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan

berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan

(58)

sebanyak 4 orang (23,5%).

Tabel 4.18 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Ketersediaan Pangan

Status Gizi Balita (BB/TB) Jumlah Sangat

Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan

berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan

status gizi kurus sebanyak 6 orang (35,3%), status gizi normal sebanyak 5 orang

(29,4%), status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang (23,5%), dan status gizi gemuk

(59)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan

pendidikan ibu pada umumnya berada pada tingkat SMA sebanyak 21 orang

(40,0%), dengan tingkat kelaparan sebanyak (85,4%) kelaparan tingkat ringan,

kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan ibu semakin rendah maka kelaparan pangan semakin

tinggi, tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi akan memudahkan ibu atau

keluarga untuk menyerap informasi dan mengimplemasikannya dalam periaku

dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Namun

pendidikan ibu didukung oleh pengetahuhan gizi ibu yang kurang.

Hal ini sejalan dengan pendapat Herman (1990), yang menyatakan bahwa

pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

konsumsi pangan. Ibu yang baik pengetahuan gizinya akan dapat

memperhitungkan kebutuhan gizi anak balitanya agar dapat tumbuh kembang

secara optimal, selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan berpengaruh

terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

sesuatu hal, maka akan lebih cenderung mengambil keputusan yang tepat berkait

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan

(60)

Memilih jenis dan jumlah yang akan dikonsumsi untuk anggota rumah tangga,

semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ketahanan pangan rumah tangga dapat

dicapai. Senada dengan hasil penelitian Hidayati (2011) yang menyatakan bahwa

pengetahuan gizi ibu rumah tangga berpenggaruh nyata terhadap tingkat

ketersediaan pangan keluarga.

Pengelolaan pangan rumah tangga pada umumnya adalah ibu. Alderman &

Gracia (1994) dalam Antang (2002), menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu

berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan kepala

keluarga turut mempengaruhi juga, akan tetapi tidak sebesar pengaruh tingkat

pendidikan ibu.

Menurut Tanziha (2005), tingkat pendidikan yang tinggi juga berhubungan

dengan pendapatan. Rumah tangga dengan ibu berpendidikan tinggi biasanya

mempunyai lebih banyak uang yang dapat digunakan untuk pembelian pangan.

Penelitian lainnya mengenai ketersediaan pangan yang dilakukan Khomsan

menemukan bahwa indikator ketahanan pangan di jawa adalah konsumsi beras,

tempe, tahu serta pendidikan ayah dan ibu. Khomsan juga menyatakan bahwa

semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu maka pendapatan keluarga juga semakin

tinggi sehingga mereka memiliki daya beli pangan yang lebih besar (Khomsan,

1999 dalam Maisaroh, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan orang

tua pada umumnya berada pada kelompok petani sebanyak 43 orang (82,7%) dengan kelaparan

sebanyak ( 60,5% ), dan pekerjaan ibu sebanyak 40 orang (76,9%) dengan tingkat ketersediaan

pangan berada pada kelaparan sebanyak (92,5%) kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di      Kabupaten Padang Lawas
Tabel 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Tabel 4.2 Distribusi Balita menurut Umur, Jenis Kelamin dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan meliputi ketersediaan pangan, konsumsi energi dan protein, serta status gizi yang dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi

Asupan zat gizi (energi dan protein) dipengaruhi oleh ketersediaan pangan. ditingkat keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan berat badan menurut umur anak balita keluarga perokok di Desa Padang Bulan Kecamatan Kotanopan yaitu

Perilaku merokok dalam keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak balita yang tinggal serumah, karena konsumsi energi anak yang memiliki anggota keluarga perokok

Dalam implementasi Program Rencana Aksi Pangan dan Gizi Daerah di lingkungan Kabupaten Padang Lawas, tidak siapnya beberapa atau kurangnya pemahaman untuk ikut

Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ada anak Bapak/Ibu yang tidak pernah rutin makannya karena tidak punya cukup uang untuk pangan?. (

Ketersediaan pangan yang semakin terjamin memberikan kecenderungan peluang status gizi keluarga menjadi normal, demikian juga dengan konsumsi energi dan protein

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat ketersediaan pangan keluarga dan status gizi anak