GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI
ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA
TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA
BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS
SKRIPSI
OLEH
MARIANA SIREGAR NIM : 101000023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
MARIANA SIREGAR NIM : 101000023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN
PADANG LAWAS
SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2015
ABSTRAK
Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.
ABSTRACT
Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.
This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.
The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.
In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status
Gizi Anak balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu
Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas”, guna memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di
Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tercinta, Ayahanda
Syamsul Bahri Siregar dan Tilanna Tanjung SAg, yang tiada henti memberikan
kasih sayang, do‟a, bimbingan, arahan, motivasi, serta memberikan apapun yang
bisa dan mampu diberikan demi kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan,
dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH,selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam
pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.
6. Ibu Etti Sudaryati, MKM, Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.
7. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.
8. Bapak Alm.dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku selaku Dosen
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu
dan motivasi.
9. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat.
10.Bang Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan
berkas-berkas penelitian dengan tepat waktu.
11.Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
12.Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya
13.Bapak Sarmadan Siregar, selaku Kepala Desa yang telah banyak membantu
penelitian penulis.
14.Saudara/i ku tersayang, Nur Habibah Siregar SPdi, Raja Inal Siregar calon
Sarjana Ekonomi, Adean Sanjaya Siregar calon Amd.RO, Miftah Hurrizky
Siregar, dan Assyfah Faujiah Siregar, yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.
15.Sahabat-sahabatku tersayang, Ratu Afrienni CH, Ratna Juwita Sari, Mustapa
Kamal, Rini Puspa Sari, Vinny Ardwifa, Ina Yusanti Rambe, Eva Elisna Tnj,
Nur Kholijah Nst, Mira Maharani, Nurul Mawaddah, Safrina Hsb, Ayu
handayani, Novita Sitorus, Sri Ulina Sitomorang, Dyah Ayu Wulandari, Evi
Sri Wahyuni, Rodhia Ramadhani, Putri Wella Suresti, Nur Khalis Br.regar,
Chintya Nurul Aidina, Fitratur Rahma Agustina, Entiwe Habeahan, Mayanta
Sinaga, Alvira Axza, Aminah Arfah, Syahreni Ayu, Damayani, Olivia
Glantika, Kak Faradilah, Kak Nurmaidah Sari Tjg, Kak Dian Royana, Kak
Merkawati, Kak Winda, yang selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis.
16.Teman-teman angkatan 2010 khususnya kepada teman-teman Departemen
Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para
pembaca. Amin.
Medan, Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita ... 11
3.7 Teknik Pengolahan Data ... 27
3.8 Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29
4.1 Gambaran Umu Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 29
4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 30
4.3 Karakteristik Keluarga Perokok ... 30
4.3.1 Data Balita ... 30
4.3.2 Data Orang Tua ... 31
4.4 Ketersediaan Pangan ... 33
4.5 Status Gizi Anak Balita ... 38
BAB V PEMBAHASAN ... 41
5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan . 41 5.2 Ketersediaan Pangan dengan Status Gizi Anak Balita ... 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53 DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
di Kabupaten Padang Lawas ...………....9
Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...15
Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan
Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...29
Tabel 4.2 Distribusi Data Balita menurut Umur, Jenis Kelamin
dan Status Gizi di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...………...30
Tabel 4.3 Distribusi Data Orang tua menurut pendidikan, pekerjaan, suku di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kabupaten Padang Lawas …...31
Tabel 4.4 Distribusi Data Orang tua menurut Jumlah Keluarga, Penghasilan Keluarga, Pengeluaran Keluarga, Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kabupaten Padang Lawas …...32
Tabel 4.5 Distribusi Ketersediaan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33
Tabel 4.6 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33
Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ... ………...34
Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu
di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ………..
34
Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...35
Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36
Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36
Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kabupaten Padang Lawas ...37
Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...37
Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...38
Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek
Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39
Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek
Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39
Tabel 4.18 Distibusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ...57
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian ...61
Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian ...62
Lampiran 4 : Master Data ...63
Lampiran 5 : Hasil Deskriptif ...65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mariana Siregar
Tempat Lahir : Marenu
Tanggal Lahir : 04 Juni 1991
Suku Bangsa : Mandailing/Indonesia
Agama : Islam
Nama Ayah : Syamsul Bahri Siregar
Suku Bangsa Ayah : Mandailing/Indonesia
Nama Ibu : Tilanna Tanjung SAg
Suku Ibu : Mandailing/Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD/Tamat tahun : 1998-2004
2. SLTP/Tamat tahun : 2004-2007
3. SLTA/Tamat tahun : 2007-2010
4. Akademi/Tamat tahun : 2010-2015
ABSTRAK
Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.
ABSTRACT
Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.
This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.
The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.
In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan
masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami
kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan
fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai
pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah status gizi
balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi
badan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional
diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini
jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu
dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika
jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah balita gizi buruk
kurang sebesar 4.646.933 balita.
Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius, bila prevalensi
kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat
tinggi bila ≥30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi
kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan
pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, untuk balita pendek 43,1 persen, begitu
juga hasil Riskesdas 2010, sebanyak 42,3 persen balita pendek yang lebih tinggi
dari nasional sebanyak 35,6%. Demikian juga Riskesdas 2007 di Sumut, kasus
gizi buruk 8,7 persen dan tahun 2010 turun menjadi 4,2 persen. Persentase ini
masih dibawah target nasional tahun 2014 sebesar 5 persen, dari 33
kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan
kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain disekitarnya
khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rawan seperti balita .
Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara
bersih bebas asap rokok. Seseorang yang bukan perokok apabila terus-menerus
terkena asap rokok dapat menderita dampak risiko penyakit jantung dan kanker
paru-paru. Menurut Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi
persoalan sosial ekonomi. Terdapat 60% dari perokok aktif atau sebesar 84,84 juta
orang dari 141,44 juta orang adalah mereka yang berasal dari penduduk miskin
atau ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya. Selain itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang di-sebabkan sakit,
maka perokok menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah
pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran meningkat untuk biaya
berobat (Chaudhuri, 2006).
Menurut WHO (2002), Indonesia menempati urutan kelima dalam
konsumsi rokok di dunia. Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian
terbesar di dunia. Berdasarkan data, akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8%
3
rokok merupakan penyebab stroke sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada.
Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di
lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan paru yang lambat dan
lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma.
Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10
juta pertahunnya dan di negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70%
kematian yang disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibat rokok
berbanding lurus dengan jumlah remaja perokok yang setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, di Indonesia usia
perokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7% perokok mulai merokok pada usia 5-9
tahun. Persentase nasional penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok
setiap hari sebesar 28,2%. Lebih dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki
beru-mur 15 tahun ke atas merupakan perokok harian. Persentase penduduk perokok
yang merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok umur produktif (25-64
tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi
Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap
jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi
September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 jiwa, Dan
jumlah penduduk di padang lawas 227.365 jiwa yang mengalami kemiskinan
sebanyak 24.863 jiwa. di Desa Trans Pirnak Marenu Keluarga Miskin 80 kk
Profil kesehatan Depkes Provinsi Sumatera Utara (2008) menunjukkan
sekitar 86,1% perokok merokok di dalam rumah. Anggota keluarga lain yang
tinggal bersama dengan perokok akan terpapar dengan asap rokok tersebut.
Keseluruhan perokok aktif yang merokok setiap hari dengan usia diatas 10 tahun
di Sumatera Utara diperkirakan sekitar 23,3%. Jumlah perokok tahun 2011 di
Padang Lawas sebanyak 4748 dan dari survei awal yang dilakukan, di Desa Trans
Pirnak Marenu diketahui jumlah penduduk 280 KK, dengan tingkat ketersediaan
pangan yang masih kurang karena belum mampu mempertahankan pangannya
sampai 8 bulan dalam setahun. Terdapat 200 orang kepala keluarga (suami)
perokok, diantaranya memiliki anak balita. Tingginya jumlah perokok dalam
keluarga miskin sangat berpengaruh pada gizi anak balitanya. Jumlah Balita
sebanyak 112 Balita ditemukan pada keluarga perokok. Berdasarkan Antropometri
rasio berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U),
dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), dari 15 Balita yang
dikunjungi, 2 orang memiliki berat badan lebih, 5 orang normal, dan 8 orang berat
badannya kurang. Hal ini diduga karena tingginya angka kemiskinan pada
keluarga perokok sehingga ketersediaan pangan rumah tangga tergantung pada
daya beli keluarga.
Peran keluarga khususnya orang tua merupakan faktor penting dalam
rangka peningkatan status gizi balita. Penghasilan keluarga menjadi parameter
dalam pemenuhan status gizi anak balita, didapatkan hasil bahwa rata-rata
pengahasilan keluarga perbulan ialah Rp 800.000,- sampai Rp 1.000.000,- dengan
pengeluaran untuk rokok Rp 200.000,- sampai Rp 400.000,- perbulannya, mampu
5
bungkus setengah bahkan ada juga yang mampu menghabiskan dua bungkus
dalam setiap harinya, selain itu didukung oleh pengetahuan gizi yang kurang
dalam rumah tangga seperti pembagian makanan dalam keluarga. Kondisi
kesehatan dan gizi banyak dipengaruhi pada kondisi ketersediaan pangan dan
ekonomi keluarga.
Melalui wawancara yang dilakukan keluarga cenderung beranggapan
bahwa besarnya pengeluaran non pangan berpengaruh pada pangan rumah tangga,
sehingga anak balitanya makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa
harus memerhatikan makanan yang dikonsumsi apakah mengandung gizi atau
tidak. Anak balita yang ditemukan pada keluarga perokok lebih sering sakit
dibanding anak balita pada keluarga yang bukan perokok. Untuk itu keluarga
perokok harus memerhatikan gizi balitanya agar kebutuhan gizi balita terpenuhi.
Hal ini disebabkan masih banyaknya keluarga miskin yang merokok dan
masih mempunyai anak balita. Untuk itu informasi kesehatan perlu ditingkatkan
terutama tentang rokok dan gizi balita, agar keluarga perokok dapat
meminimalkan pengeluaran rokok dan memenuhi kebutuhan gizi balita dengan
makanan bergizi.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat gambaran
ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di Desa Trans
Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten
Padang lawas.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada
keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun
Kabupaten Padang Lawas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik keluarga perokok yang dilihat dari tingkat
pendapatan keluarga, tingkat pedidikan, tingkat pekerjaan dan perilaku
merokok keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Barumun Kabupaten Padang Lawas.
2. Mengetahui ketersediaan pangan keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu
Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan informasi bagi masyarakat khususnya keluarga perokok
dalam rangka meningkatkan kebutuhan gizi bagi balita.
2. Sebagai masukan informasi bagi Puskesmas Trans Pirnak Marenu untuk
meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi keluarga perokok terutama yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah
yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi
sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan
ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefenisikan sebagai jumlah
kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).
Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan
keamananya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan
untuk memenuhi standart energi bagi individu agar mampu menjalankan aktivitas
sehari-hari (Dinkes Propsu, 2006).
Jumlah penduduk padang lawas yang cukup besar, dengan pertambahan
jumlah penduduk setiap tahun, sehingga membutuhkan ketersediaan pangan yang
cukup, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya untuk
memenuhinya. Beberapa masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah :
1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala
kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh
berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian:
semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, curah
2. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan
teknologi tepat guna menyebabkan tingkat produktifitas usaha tani relatif
rendah.
Ketersediaan pangan dalam keluarga yang dipakai dalam pengukuran
mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Penentuan jangka waktu ketersediaan
pangan di pedesaan biasanya mempertimbangkan jarak waktu antara musim
tanam dengan musim tanam berikutnya. Perbedaan jenis makanan pokok yang
dikonsumsi masyarakat berimplikasi pada penggunaan ukuran yang berbeda,
misalnya:
a) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,
dapat digunakan nilai 240 hari sebagai batas untuk menentukan apakah suatu
rumah tangga memiliki persediaan makanan pokok cukup/tidak cukup.
Penetapan nilai ini didasarkan pada panen padi yang dapat dilakukan selama
tiga kali dalam dua tahun.
b) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok,
dapat digunakan batas waktu selama 365 hari sebagai ukuran untuk
menentukan apakan rumah tangga mempunyai ketersediaan pangan
cukup/tidak cukup. Hal ini didasarkan pada masa panen jagung satu kali dalam
setahun (Soemarno, 2010).
Ketersediaan dapat diukur dengan menggunakan setara beras sebagai
makanan pokok (Soemarno, 2010).
1. Jika persediaan pangan mencukupi selama 240, berarti persediaan rumah
9
2. Jika persediaan pangan mencukupi selama 1- 239, berarti persediaan rumah
tangga kurang cukup
3. Jika tidak punya persediaan pangan, berarti persediaan pangan rumah tangga
tidak cukup
Kabupaten Padang Lawas merupakan salah satu Kabupaten yang berada di
Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar
dan tingkat pertumbuhan yang semakin meningkat. Sebagian besar penduduknya
bekerja di sektor pertanian. Produksi tanaman bahan makanan (tabama) di
Kabupaten Padang Lawas terbesar adalah padi dan ubi kayu. Untuk tanaman padi,
kecamatan penghasil terbesar adalah kecamatan Barumun dengan Produksi pada
tahun 2012 mencapai 26.859 ton, atau 29,89 persen dari total Produksi
Kabupaten. Berikut ini adalah data yang menunjukkan Produksi padi di
Kabupaten Padang Lawas yang tidak menetap (BPS. Padang Lawas 2012).
Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Kabupaten Padang Lawas.
Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas, 2012
Ketersediaan pangan rumah tangga Padang Lawas Desa Trans Pirnak
Marenu dikategorikan persediaan pangan rumah tangga tidak cukup karena belum
mampu mempertahankan pangannya selama 240 hari dalam setiap tahunnya.
Uraian 2009 2010 2011 2012
Luas panen (Ha) 17.649 23.381 14.185 17.677
Produksi (Ton) 85.769 104.755 66.287 89.830
Produkttivtas (Ton/Ha)
2.2 Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat
gizi. Status gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Status gizi tidak seimbang dapat diprestasikan dalam bentuk gizi kurang dari yang
dibutuhkan. Sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang
dibutuhkan. Sehingga status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).
Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh
berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makanan tidak
seimbang baik jumlah, dan gizinya, disamping itu asupan zat gizi tidak dapat
dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan
akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak
tersediaanya pangan rumah tangga, besarnya pengeluaaran non pangan seperti
rokok akan berdampak pada kesehatan keluarga terutama anak balita. Semua
keadaan ini erat kaitannya dengan rendahnya pendidikan, pendapatan, dan
kemiskinan.
Keadaan diatas menunjukkan bahwa ditingkat rumah tangga ketersediaan
pangan masih lemah. Penyebab utama lemahnya ketersediaan pangan adalah
kemiskinan yang bukan hanya keluarga tidak mampu membeli pangan, untuk
mencukupi kebutuhan minimum mereka, tetapi juga rendahnya pengetahuan
mengenai pangan yang ikut menyumbang terhadap status gizi seseorang.
Kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua fenomena yang
saling terkait, bahkan dapat dipandang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam
11
sebaliknya, oleh karena itu kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua
hal yang tak terpisahkan karena saling satu sama lain saling interaksi.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita 2.3.1. Penyebab Langsung
Penyebab lansung yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1) Konsumsi Makanan
Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung
terhadap keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan
masalah gizi.
2) Kondisi Fisik
Balita yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang
buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena
pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.
2.3.2 Penyebab tidak langsung
1. Tingkat Pendapatan
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang
yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan
yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi
ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan.
Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua
pertiganya (Suhardjo, 1996).
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan perilaku
masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani.
Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat
hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin
tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota
keluarga (Soekirman, 2000).
3. Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan
zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat-zat gizi.
Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan
13
2.4 Rokok
Rokok adalah Silinder kertas yang berukuran 70-120 mm dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun yang dicacah, yang dihasilkan dari tanaman
Nicotina tabakum, Nicotina Restika dan spesies lainnya. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lain ( Jaya, 2009).
2.4.1 Keluarga Perokok
Keluarga perokok adalah sebuah keluarga dimana satu atau lebih
anggotanya merokok baik perempuan maupun laki-laki. Merokok saat ini sudah
menjadi kebiasaan sebagian besar orang dewasa, kebanyakan dari mereka yaitu
laki-laki. Sebagai kepala keluarga sering sekali mereka tidak menyadari bahwa
rokok yang mereka hisap tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri namun juga
berdampak buruk bagi anggota keluarganya yang lain, khususnya anggota
keluarga yang merupakan kelompok rawan seperti balita. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi keluarga perokok antara lain:
1. Perilaku merokok
Perilaku merokok dalam keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak
balita yang tinggal serumah. Konsumsi energi anak yang rumahnya ada orang
merokok lebih rendah daripada yang rumahnya tidak ada perokok. Sebagai
akibatnya, status gizi anak tersebut lebih rendah (Damayanti, 2009). Perilaku
kepala rumah tangga atau suami perokok, akan berdampak pada kebutuhan
pangan keluarga, dimana uang yang seharusnya dipergunakan untuk makan
2. Tingkat Pendapatan
Penggunaan rokok dapat meningkatkan kemiskinan melalui kerentanan
timbulnya risiko karena sumber pendapatan keluarga miskin yang terbatas justru
dibelanjakan untuk rokok, yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok
lainnya, seperti makanan pokok, pendidikan anak, biaya kesehatan dan upaya
meningkatkan gizi anak-anak dan keluarga (Irawan, 2009).
Pendapatan yang terpakai dan jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk
membeli makanan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan
makanan. Tingkat pendapatan masyarakat yang ada di padang lawas barasal dari
hasil pertanian, dan sebagian dari hasilnya akan dijual untuk memenuhi
kebutuhan yang lain. Pendapatan Padang Lawas masih banyak ditemukan di
bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Padang Lawas Rp1.605.000 dalam
setiap bulan.
3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.
Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota
keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga.
Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran keluarga berarti
semakin banyak anggota keluarga yang pada akhirnya akan semakin berat beban
keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Jumlah anggota keluarga juga dapat mempengaruhi pembagian makanan
15
dihubungkan dengan status gizi yang terjalin antara anggota keluarga daripada
kebutuhan gizinya. Anggota keluarga pria yang lebih tua (ayah) mendapatkan
jumlah dan mutu susunan makanan yang lebih baik daripada anak kecil dan
perempuan. Pembagian makanan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan gizi
dalam tubuh. Untuk anak balita, meskipun jumlah makanannya lebih sedikit,
namun membutuhkan kandungan gizi yang lebih dalam makanan. Jumlah rata-rata
keluarga perokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu berjumlah 4 orang anak.
4.Tingkat Pendidikan
Menurut Todaro (2000), alasan pokok mengenai pengaruh dari pendidikan
formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara
pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diperolehnya. Maka hal
tersebut akan mendorong terjadinya rendahnya pendapatan yang akan
menimbulkan jurang kemiskinan.
5.Tingkat Pekerjaan
Tabel 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
No Bidang Perkerjaan 2009 2010 2011
1 Pertanian,Peternakan dan Perikanan 54.696 54.716 71.343
2 Industri 1920 1.99 3.551
6 Keuangan,Asuransi dan Usaha Persewaan Bagunan
peningkatan. Meningkatnya mata pencaharian sebagai petani, khususnya
pertanian tanaman keras, yakni sawit seiring dengan boomingnya harga sawit,
sehingga banyak petani yang ramai-ramai menanam sawit. Banyak lahan tanaman
pangan yang berubah menjadi tanaman sawit.
2.4. 2 Kerugian Ekonomi Akibat Rokok
Selain berdampak buruk terhadap kesehatan, kebiasaan merokok akan
membawa dampak kerugian ekonomi yang cukup besar bagi keluarga dan
masyarakat. Pengeluaran untuk konsumsi rokok (tembakau) ditingkat rumah
tangga melebihi pengeluaran untuk menyediakan makanan, pendidikan dan
kesehatan.
Menurut (WHO, 2005) 80% perokok di dunia berdomisili di negara-negara
berkembang. Di indonesia terdapat 50 juta orang yang membelanjakan uangnya
secara rutin untuk membeli rokok. Berbagai penelitan telah membuktikan bahwa
kebiasaan merokok akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang
banyak terdapat di negara-negara berkembang. Sedangkan menurunnya
kemampuan ekonomi akan berakibat lebih lanjut pada menurunnya kemampuan
menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh
pelayanan kesehatan.
Keluarga miskin Padang Lawas mempunyai kebiasaan yang tinggi
terhadap rokok, bukan hanya berdampak kesehatan namun ekonomi keluarga
yang terus berkurang. Dimana penghasilan keluarga untuk makanan berkurang
17
2.4.3 Dampak Rokok Terhadap Kesehatan
Dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai „Silent Killer‟
karena timbul secara perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan
tidak nampak secara nyata. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor
resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya antar lain: kanker,
gangguan kardiovaskuler, (misal: Stroke, Jantung, Impotensi), serta gangguan
kehamilan dan janin.
Tingkat kematian bayi dan balita dari keluarga yang ayahnya merokok
jauh lebih besar dibandingkan keluarga dengan ayah yang tidak merokok baik
diperkotaan maupun dipedesaan. Angka kematian bayi diperkotaan sebanyak 6,3
% ayah merokok, 5,3% ayah tidak merokok, sedangkan angka kematian balita
sebanyak 8,1% ayah merokok, 6,6% ayah tidak merokok dan dipedesaan angka
kematian bayi 9,2% ayah merokok, 6,4% ayah tidak merokok, angka kematian
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Karakteristik keluarga perokok dapat dilihat dari tingkat pendidikan,
tingkat pekerjaan, suku, jumlah anggota keluarga, penghasilan, pengeluaran,
penggolongan perokok, pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan dan
pengeluaran rokok, dimana penghasilan yang rendah, dan besarnya pengeluaran
19
ketersediaan pangan keluarga, kemampuan masyarakat dalam memperoleh
pangan baik dari produksi sendiri, maupun kemampuan daya beli pangan yang
cukup pada keluarga. Sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi keluarga
terutama anak balita, yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
Penelitian ini merupakan penelitian survei, bersifat deskriptif, penelitian
deskriptif yang menggunakan rancangan penelitian sekat silang (cross sectional),
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi
balita pada keluarga perokok di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara
Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara
Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi yaitu
Desa Trans Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kecamatan Padang Lawas
adalah banyaknya keluarga miskin yang merokok dan memiliki balita.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari – Agustus 2015
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah keluarga perokok yang memiliki balita di
Desa Trans Pirnak Marenu kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang
21
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekstlusi,
sampel yang di teliti adalah keluarga perokok yang mempunyai anak balita umur
12-59 bulan. Penentuan besar sampel menggunakan rumus ( Murti, B. 2006) :
n =
n =
n =
n = 51.96
n = 52
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar sampel yang akan diteliti
Z 1 –α / 2 = Tingkat kemaknaan ( Z = 1, 96, α = 0,05 )
p = Proporsi keluarga yang mempunyai anak balita ( 0,5 )
q = 1-P ( 1- 0,5 = 0,5 )
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan
kuesioner (Simarmata, 2009, dan Kurniasih, 2008), yang sebelumnya sudah di uji
validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kevalidan dan kendala data yang
diperoleh, kepada responden atau sampel penelitian dan wawancara langsung
dengan responden serta observasi langsung pada objek penelitian, hasil
wawancara dan hasil observasi yang diperoleh, dicatat pada lembar kuesioner dan
lembar observasi penelitian yang telah dipersiapkan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data Status Anak Balita dari Puskesmas di Desa Trans
Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.
3.5 Defenisi Operasional
1. Ketersediaan pangan rumah tangga adalah keadaan rumah tangga dalam 12
bulan terakhir dan jumlah pangan yang tersedia dalam rumah tangga untuk
dikonsumsi keluarga dalam sehari-hari.
2. Status Gizi Balita adalah gambaran atau kondisi status gizi balita dilihat
berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB.
3. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh
orangtua
4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas orangtua balita sehari-hari
5. Suku adalah golongan sosial berkaitan dengan asal usul dan tempat asal
23
6. Jumlah keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi beban
tanggung jawab orangtua.
7. Penghasilan adalah segala bentuk pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan
tetap maupun tambahan (dalam rupiah).
8. Pengeluaran adalah Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh anggota
rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan, non pangan dan rokok.
9. Penggolongan perokok adalah jumlah rokok yang dihisab oleh kepala
keluarga ( ayah) dalam sehari-hari.
10. .Pengeluaran Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk
konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.
11. Pengeluaran Non Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan bukan
untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.
12. Pengeluaran Rokok adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk konsumsi
rokok kepala rumah tangga (ayah).
3.6 Metode Pengukuran
1. Ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap
pertanyaan dari kuesioner yang disusun (Bickel et al., 2000, dalam tobing, 2010),
dengan kategori sebagai berikut:
Terjamin : 0-2 dari 18 pertanyaan dijawab dengan
sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap
bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap
Rawan kelaparan tingkat ringan : 3-5 dari 18 pertanyaan dijawab dengan
sering/kadang-kadang, ya dan hampir
setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak
setiap bulan.
Rawan Kelaparan tingkat sedang: 6-8 dari 18 pertanyaan dijawab dengan
sering/kadang-kadang, ya dan hampir
setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak
setiap bulan.
Rawan Kelaparan tingkat berat : Lebih dari 9 dari 18 pertanyaan dijawab
dengan : dengan sering/kadang-kadang, ya
dan hampir setiap bulan /beberapa bulan
tetapi tidak setiap bulan.
2. Status gizi balita
Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri BB/U, TB/U
dan BB/TB dengan menggunakan standart Kemenkes RI. 2010.
a. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/U, 0- 60 Bulan
a. Gizi Buruk :
b. Gizi Kurang :
c. Gizi Baik :
25
b. Kategori status gizi berdasarkan indeks TB/U, 0-60 Bulan
a. Sangat Pendek :
b. Pendek :
c. Normal :
d. Tinggi :
c. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB, 0-60 Bulan·
a. Sangat Kurus :
b. Kurus :
c. Normal :
d. Gemuk :
3. Pendidikan orangtua dapat dikelompokkan menjadi :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi.
4. Pekerjaan orangtua dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pengawai Negeri
b. Pedagang
c. Petani
5. Suku orangtua dapat dikelompokkan menjadi :
a. Jawa
b. Mandailing
c. Melayu
d. Karo
6. Menurut (Papalia olds dan feldman, 2009), Jumlah keluarga dapat
dikelompokkan menjadi : 3 kelompok
a. Keluarga kecil : 4 orang
b. Keluarga sedang : 5 - 6 orang
c. Keluarga besar : 7 orang
7. Penghasilan rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.
a. <Rp 1.605.000 maka dikatakan pendapatan rendah b. Rp 1.605.000 dikatakan pendapatannya tinggi
8. Pengeluaran rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.
27
9. Penggolongan Perokok
Menurut Sitepoe, 2000 dalam Alamsyah, 2007 membagi perokok atas empat
bagian:
a. Perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok
antara 1-10 batang perhari,
b. Perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok
antara 11-20 batang perhari,
c. Perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih
dari 20 batang perhari, dan
d. Perokok yang mengisap rokok dalam-dalam.
10. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari
pengeluaran pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu
a. < Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran rendah
b. Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi
11. Pengeluaran non pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari
pengeluaran non pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu
a. < Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran rendah
b. Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi
12. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari
pengeluaran rokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu
a. < Rp 430.000 maka dikatakan pengeluaran rendah
3.7 Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk
mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan
data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.
Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing
kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau database komputerisasi. Analisis ini untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabulasi
silang, dan tabel distribusi frekuensi.
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Desa Trans Pirnak Marenu merupakan salah satu desa dari 290 desa yang
ada di Kabupaten Padang Lawas dengan luas wilayah ± 900 km2. Desa Trans
Pirnak Marenu memiliki batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Aek Bonban
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Hutan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Barumun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Gulangan
4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.
Desa Trans Pirnak Marenu terdiri dari 280 KK, dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.319 jiwa yang terdiri dari 665 jiwa penduduk laki-laki dan 654 jiwa
penduduk perempuan.
Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
4.3 Karakteristik Keluarga Perokok
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada keluarga yang berjumlah 52
keluarga perokok. Adapun karakteristik keluarga meliputi data balita (umur dan
jenis kelamin), data orang tua balita (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
suku), jumlah anggota keluarga dan penghasilan keluarga.
4.3.1 Anak Balita
31
4.3.2 Orang Tua Balita
Dari hasil penelitian dapat dilihat orang tua balita yang meliputi pendidikan,
pekerjaan, suku.
Tabel 4.3 Distribusi karakteristik orang tua balita ( Pendidikan, Pekerjaan, dan Suku) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan orang tua yang paling
banyak pada tingkat SMA yaitu sebanyak 22 orang (42,3%) dan 21 orang
(40,0%), pekerjaan orang tua yang paling banyak pada kelompok petani sebanyak
43 orang (82,7%) dan 40 orang (76,9%), dan suku orang tua lebih banyak suku
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik orang tua balita ( Jumlah keluarga, Penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga, Penggolongan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
No. Karakteristik orang tua balita
n %
1. Jumlah Anggota Keluarga
4 24 46,2
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah anggota
keluarga 5 – 8 orang yaitu 29 orang (55,8%), penghasilan keluarga sebagian
besar berjumlah < Rp 1.605.000,00 yaitu 38 keluarga (73,1%), dan penggolongan
perokok yang lebih banyak yaitu perokok berat sebanyak 26 orang (50,0%).
4.4 Ketersediaan Pangan
Dari hasil penelitian dapat dilihat ketersediaan pangan yang ada di Desa
Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
33
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ketersedian pangannya berada
pada tingkat rawan sebanyak (78,9%), dimana kelaparan ringan sebanyak 11
keluarga (21,2%), tingkat kelaparan sedang sebanyak 17 orang (32,7%), dann
tingkat kelaparan berat sebanyak 13 orang (25,0%).
Tabel 4.6 Distribusi ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat sebagian besar tingkat pendidikan ibu
berada pada kelompok SMA yaitu 21 orang (40,4%) dengan ketersediaan pangan
berada pada kelaparan sebanyak (85,4%), kelaparan tingkat ringan sebanyak
8orang (38,1%), kelaparan tingkat sedang 7 orang (33,3%), dan kelaparan tingkat
Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ayah
berada pada kelompok petani yaitu 43 orang (82,7%) dengan ketersediaan pangan
berada pada kelaparan sebanyak (82,7%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 14
orang (32,6%), 12 orang (27,9%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (23,3%)
kelaparan tingkat ringan dan 7 orang (16,3%) ketersediaan pangan terjamin.
Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ibu
berada pada kelompok petani yaitu 40 orang (76,9%) dengan ketersediaan pangan
35
orang (37,5%), 12 orang (30,0%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (25,0%)
kelaparan tingkat ringan dan 3 orang (7,5%) ketersediaan pangan terjamin.
Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
No. Penghasilan
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat sebagian besar tingkat penghasilan
keluarga berada pada kelompok < Rp 1.605.000 yaitu 38 orang (73,1%) dengan
ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (94,7%), kelaparan tingkat
sedang sebanyak 16 orang (42,1%), 13 orang (34,2%) kelaparan tingkat berat, 7
orang (18,4%) kelaparan tingkat ringan dan 2 orang (5,3%) ketersediaan pangan
terjamin.
Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran rokok
berada pada kelompok < Rp 430.000 yaitu 29 orang (55,7%) dengan
ringan sebanyak 7 orang (24,1%), dan kelaparan tingkat sedang sebanyak 6 orang
(20,7%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 8 orang (27,6%).
Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran pangan
berada pada kelompok < Rp 500.000 yaitu 36 orang (69,2%) dengan
ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (91,6%), kelaparan tingkat
ringan sebanyak 8 orang (22,2%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 13 orang
(36,1%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 12 orang (33,3%).
Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran non pangan
berada pada kelompok Rp 225.000 yaitu 28 orang (53,8%) dengan ketersediaan
pangan berada pada kelaparan sebanyak (71,4%), kelaparan tingkat ringan
37
dan kelaparan tingkat berat sebanyak 2 orang (7,1%).
Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat sebagian besar jumlah keluarga berada
pada kelompok 5-6 orang yaitu 25 orang (48,0%) dengan ketersediaan pangan
berada pada kelaparan sebanyak (88,0%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 6
orang (24,0%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 9 orang (36,0%), dan kelaparan
tingkat berat sebanyak 7 orang (28,0%).
Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat sebagian besar penggolongan perokok
berada pada kelompok perokok berat yaitu 26 orang (50,0%) dengan
ketersediaan pangann berada pada kelaparan sebanyak (80,8%), kelaparan tingkat
(42,3%), kelaparan tingkat berat sebanyak 6 orang (23,1%).
4.5 Status Gizi Balita
Ada 3 indikator penelitian status gizi balita berdasarkan indeks BB/U,
TB/U, BB/TB dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Balita Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB), di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumu Kabupaten Padang Lawas
No. Status Gizi Balita (BB/U) n %
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi anak
balita (BB/U) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (51,9%), tetapi
masih ditemukan kategori buruk sebanyak 4 orang (7,7%). Status gizi anak balita
(TB/U) berada pada kategori sangat pendek dan pendek yaitu sebanyak (65,4%).
Status gizi anak balita (TB/BB) berada pada kategori sangat kurus dan kurus
39
Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan
berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan
status gizi kurang sebanyak 10 orang (58,8%), status gizi baik sebanyak 6 orang
(35,3%), dan status gizi buruk sebanyak 1 orang (5,9%).
Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek NabaraBarumun Kabupaten Padang Lawas
No. Ketersediaan Pangan
Status Gizi Balita (TB/U) Jumlah Sangat
Pendek
Pendek Normal Tinggi
n % n % n % n % n %
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan
berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan
sebanyak 4 orang (23,5%).
Tabel 4.18 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas
No. Ketersediaan Pangan
Status Gizi Balita (BB/TB) Jumlah Sangat
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan
berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan
status gizi kurus sebanyak 6 orang (35,3%), status gizi normal sebanyak 5 orang
(29,4%), status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang (23,5%), dan status gizi gemuk
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan
pendidikan ibu pada umumnya berada pada tingkat SMA sebanyak 21 orang
(40,0%), dengan tingkat kelaparan sebanyak (85,4%) kelaparan tingkat ringan,
kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan ibu semakin rendah maka kelaparan pangan semakin
tinggi, tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi akan memudahkan ibu atau
keluarga untuk menyerap informasi dan mengimplemasikannya dalam periaku
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Namun
pendidikan ibu didukung oleh pengetahuhan gizi ibu yang kurang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Herman (1990), yang menyatakan bahwa
pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
konsumsi pangan. Ibu yang baik pengetahuan gizinya akan dapat
memperhitungkan kebutuhan gizi anak balitanya agar dapat tumbuh kembang
secara optimal, selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan berpengaruh
terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
sesuatu hal, maka akan lebih cenderung mengambil keputusan yang tepat berkait
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan
Memilih jenis dan jumlah yang akan dikonsumsi untuk anggota rumah tangga,
semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ketahanan pangan rumah tangga dapat
dicapai. Senada dengan hasil penelitian Hidayati (2011) yang menyatakan bahwa
pengetahuan gizi ibu rumah tangga berpenggaruh nyata terhadap tingkat
ketersediaan pangan keluarga.
Pengelolaan pangan rumah tangga pada umumnya adalah ibu. Alderman &
Gracia (1994) dalam Antang (2002), menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu
berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan kepala
keluarga turut mempengaruhi juga, akan tetapi tidak sebesar pengaruh tingkat
pendidikan ibu.
Menurut Tanziha (2005), tingkat pendidikan yang tinggi juga berhubungan
dengan pendapatan. Rumah tangga dengan ibu berpendidikan tinggi biasanya
mempunyai lebih banyak uang yang dapat digunakan untuk pembelian pangan.
Penelitian lainnya mengenai ketersediaan pangan yang dilakukan Khomsan
menemukan bahwa indikator ketahanan pangan di jawa adalah konsumsi beras,
tempe, tahu serta pendidikan ayah dan ibu. Khomsan juga menyatakan bahwa
semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu maka pendapatan keluarga juga semakin
tinggi sehingga mereka memiliki daya beli pangan yang lebih besar (Khomsan,
1999 dalam Maisaroh, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan orang
tua pada umumnya berada pada kelompok petani sebanyak 43 orang (82,7%) dengan kelaparan
sebanyak ( 60,5% ), dan pekerjaan ibu sebanyak 40 orang (76,9%) dengan tingkat ketersediaan
pangan berada pada kelaparan sebanyak (92,5%) kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat