• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Swelling Indeks Terhadap Tegangan Putus Benang Karet (Resistant At Breaks) C-42 Sw Ends 40

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Swelling Indeks Terhadap Tegangan Putus Benang Karet (Resistant At Breaks) C-42 Sw Ends 40"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli madya

SOFIA NST 052409029

PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

2008

(2)

KARYA ILMIAH

SOFIA NST 052409029

PROGRAM DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2008

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SWELLING INDEKS TERHADAP TEGANGAN PUTUS BENANG KARET ( RESISTANT AT BREAKS ) C- 42 SW ENDS 40

Kategori : KARYA ILMIAH Nama : SOFIA NST Nomor induk mahasiswa : 052409029

Program Studi : DIPLOMA -3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juli 2008 Komisi Pembimbing :

Diketahui/Disetujui

Departemen Kimis FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

DR.RUMONDANG BULAN.MS Drs.THAMRIN,MSc

NIP. 131 459 466 131 684 894

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH SWELLING INDEKS TERHADAP TEGANGAN PUTUS BENANG KARET (RESISTANT AT BREAKS) C- 42 SW ENDS 40

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2008

SOFIAH NST 052409029

(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa tiada henti melimpahkan kasih sayang dan segala kemurahan-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Swelling Indeks Terhadap Tegangan Putus Benang Karet (Resiatant at Breaks) C- 42 SW Ends 40” akhirnya dapat penulis selesaikan.

Karya ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,tiada kata yang lebih patut untuk penulis sampaikan kecuali kecuali ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1) Keluarga tercinta, Ayahanda Salman Nasution dan Ibunda tercinta Nurhaida yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang dan memberikan motivasi atau semangat baik dari segi moral dan material. Kepada saudara-saudara penulis: Kak Irma dani Nasution,Bang Safran effendi Nasution,Kak Efrida yanti Nasution,Bang Ilham Habibi Nasution,Zakiah Nasution, Khoirul Sholeh Nasution,Mhd.Rahmad Sukron Nasution dan Mhd.Rahmad Sukri Nasution yang selalu membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

2) Bapak Drs.Thamrin selaku dosen pembimbing, dengan ikhlas dan sabar telah meluangkan sebagian waktunya,dan berkenan memberikan bimbingan dan dorongan serta petunjuk selama penulisan karya ilmiah ini.

3) Ibu DR.Rumondang Bulan.MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

4) Bapak Erwin Lubis, ST, dan Bapak Alamsyah selaku pembimbing lapangan yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

5) Dosen-dosen yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 6) Kawan-kawan yang memberikan dukungan Meli Ana Rahmi, Dewi sartika, Kak

Zakiah lsnaini, Ferawati, Linda Romaito, Deri wahyuni, Ariyanti sartika, Kak Rona, Mahyarni, Imelda Arisandi, Mena, Kak Anni, Jurriah, Halima febrianty, Lia, Ana, Helmina dan kawan-kawan lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. 7) Bang Firdaus Husin Dly, Irsan sholeh Lbs, Abd.Rahman Dly, Adi Putra Hsb,

Candra Muda, Roni, Efrin, Bibi, Tamimi, Rudi, Putra,Riko,Alul.

8) Teman-teman seperjuangan Herty Dita Utami Nasution, Mawaddah, Dastika, Irma Julianti, Meli annum dan lain-lain. Semua hari yang pernah kami jalani bersama adalah hari-hari terindah yang selalu penulis kenang.

9) Teman-teman stambuk 2005 yang telah memberikan suasana kuliah yang penuh ketenangan selama penulis mengikuti perkulliahan.

10)Yang tercinta dan tersayang yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini, baik dalam bentuk Moral maupun Material.

(6)

11)Semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Seperti yang sering dikatakan orang,”Tak ada seorang pun yang sempurna”, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini dapat sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Medan, Mei 2008 Penulis,

( Sofia Nst )

(7)

ABSTRAK

Swelling indeks mempengaruhi salah satu parameter fisik benang karet yaitu terhadap tegangan putus (resistant at breaks). Jika swelling indeks benang karet rendah resistant at breaks rendah maka benang karet yang dihasilkan akan mengalami kerusakan yaitu benang karet akan mudah putus. Sebaliknya jika swelling indeks tinggi resistant at breaks tinggi maka benang karet yang dihasilkan mudah kendur dan mudah putus. Nilai swelling indeks terhadap tegangan putus benang karet C- 42 SW ENDS 40 yang baik adalah 2,02 – 2,13 dan resistant at breaks adalah 3089 – 3457.

(8)

THE EFFECT OF COMPOUND SWELLING INDEX TO RESISTANT AT BREAK IN RUBBER THREAD C- 42 SW ENDS 40.

ABSTRACT

Swelling index influences one of rubber thread physical parameter namely

resistant at break. If swelling index of rubber is low so resistant at break is low which

effect rubber thread which is produced become easy broken. On other hand, if swelling

index is very high so resistant at break is high which effect rubber thread is produced

become easy slack. Swelling index which good to rubber tread C-42 SW ENDS 40

are2,02 – 2,13 and the resistant at break are 3089 – 3457.

(9)

DAFTAR ISI

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks ... 12

2.6 Pembuatan lateks pusingan ... 12

2.6.1 Pengaturan kerja mesin sentrifuge ... 14

2.7 Kekuatan yang dapat diregangakan ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 19

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil penentuan Swelling lndeks ... 28

Tabel 2 Hasil penentuan resistant at break ... 29

Tabel 3 Penentuan Swelling lndeks dan tegangan putus benang karet (resistant at breaks) ... 30

Tabel 4 Hasil penentuan metode least square ... 31

Tabel 5 Data hasil persamaan garis regresi ... 32

Tabel 6 Parameter sifat – sifat fisik benang karet ... 33

(11)

ABSTRAK

Swelling indeks mempengaruhi salah satu parameter fisik benang karet yaitu terhadap tegangan putus (resistant at breaks). Jika swelling indeks benang karet rendah resistant at breaks rendah maka benang karet yang dihasilkan akan mengalami kerusakan yaitu benang karet akan mudah putus. Sebaliknya jika swelling indeks tinggi resistant at breaks tinggi maka benang karet yang dihasilkan mudah kendur dan mudah putus. Nilai swelling indeks terhadap tegangan putus benang karet C- 42 SW ENDS 40 yang baik adalah 2,02 – 2,13 dan resistant at breaks adalah 3089 – 3457.

(12)

THE EFFECT OF COMPOUND SWELLING INDEX TO RESISTANT AT BREAK IN RUBBER THREAD C- 42 SW ENDS 40.

ABSTRACT

Swelling index influences one of rubber thread physical parameter namely

resistant at break. If swelling index of rubber is low so resistant at break is low which

effect rubber thread which is produced become easy broken. On other hand, if swelling

index is very high so resistant at break is high which effect rubber thread is produced

become easy slack. Swelling index which good to rubber tread C-42 SW ENDS 40

are2,02 – 2,13 and the resistant at break are 3089 – 3457.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

l.l Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi lndonesia. Di Indonesia merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian Negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan,Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas Negara-Negara lain dan Negara asal tanaman karet sendiri di daratan Amerika Selatan.

Benang karet merupakan karet yang berbentuk benang,lentur jika di tarik dan memiliki ketahanan yang tinggi. Benang karet ini nantinya yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam industri tekstil yang menghasilkan produk -produk seperti: pakaian olah raga, pakaian, rok dan lain-lain. Dengan semakin berkembangnya teknologi dibidang perkaretan menjadikan industri karet dunia semakin berkembangnya teknologi dibidang perkaretan menjadikan industri karet dunia semakin berkembang. Banyak industri yang menggunakan bahan baku karet, salah satunya adalah industri hilir yang menghasilkan benang karet.

(14)

Pabrik benang karet telah menetapkan beberapa kendali mutu untuk menghasilkan benang karet yang berkualitas. Salah satu kendali mutu kompon pada tiap tahanan proses benang karet adalah swelling indeks. Nilai swelling indeks ini mempengaruhi salah satu parameter fisik benang karet yang dihasilkan yaitu resistant at breaks(ketahanan putus).

Salah satu proses yang penting dalam pembuatan benang karet adalah maturasi (pemeraman). Maturasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui umur suatu compound. Pada proses maturasi ini dilakukan penambahan bahan kimia antara lain seperti : ZnO (zinc oxide) sebagai activator dan ZDBC (zinc dibuthyl dithio carbamat) sebagai bahan pencepat (accelerator), kemudian dilakukan pemanasan pada suhu dan waktu tertentu.

Untuk menghasilkan benang karet dengan mutu tinggi dan mampu bersaing di pasaran selama proses pembuatan benang karet selalu memperhatikan factor seperti TSC (total solid content), MST (mechanical stability time), VTA (volatile fatty acid), dan swelling indeks dan bahan pendukung lainnya.

Melihat analisa dan uraian diatas maka penulis tertarik dan ingin mnembahas masalah tersebut dengan judul yaitu :

”Pengaruh Swelling Indeks Terhadap tengangan Putus Benang Karet (Resistant

at Breaks) Count 42 sw ends 40”

(15)

1.2 Permasalahan

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam pembahasan ini adalah : Bagai mana pengaruh swelling indeks terhadap tegangan putus benang karet (resistant at breaks) Count 42 SW ENDS 40.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui nilai swelling indeks terhadap tegangan putus benang karet (resistant at breaks) count 42 SW ENDS 40.

1.4 Manfaat

Untuk memberikan informasi pengaruh swelling indeks terhadap tegangan putus benang karet (resistant at breaks) Count 42 SW ENDS 40.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karet Alam

Karet sudah lama sekali digunakan orang, penggunaannya meningkat sejak Googyear pertama kali memvulkanisasinya pada tahun 1839 dengan cara memanaskan campuran karet dan belerang. Havea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang paling berhasil, produksinya sangat berfluktuasi.

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan – bahan yang bersifat elastis (rabberiness). Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang renda. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun karet tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degreaser), pelarut, pelumas sintetis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karena alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban pesawat terbang, ban truk dan ban –

(17)

ban kendaraan) dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi.

2.2. Lateks Pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau Creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau Centrifuged lateks.

Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(Tim Penulis PS,1999)

(18)

No Standar Mutu Lateks Pekat

Jumlah padatan (total solids) minimum

Kadar karet kering (kkk) minimum

Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum

Kadar amoniak (berdasarkan jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum

Viskositsas maksimum pada suhu 25o

Endapan (sludge) dari berat basah maksimum

Kadar koagulum dari jumlah padatan,maksimum

Bilangan KOH (Kalium hidroksida) maksimum

(19)

10

11

12

13

Persentase kadar tembaga darijumlah padatan maksimum Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum Warna

Bau setelah dinetralkan dengan asam borax Sumber : Thio Goan Loo,1980.

2.3. Penggumpalan Lateks

Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Selain dari terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai dipabrik untuk diolah.

Untuk menghindarkan terjadinya terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya kotoran kedalam lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum penyadapan dimulai.

(20)

dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambat berhenti (late drops) dapat dilakukan penggumpalan kedua.

Dalam keadaan tertentu, pada saat penggumpalan lateks biasanya juga menggunakan obat anti koagulasi (antikoagulan) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya. Antikoagulan memerlukan larutan obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan.

Bahan kimia yang digunakan sebagaiak anti koagulan adalah larutan soda (Na2CO3), amoniak (NH3) dan Natrium – sulfite (Na2SO3

Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena pnetralan muatan partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung membentuk gumpalan. Penggumpalan karet didalam lateks kebun (pH ± 6,8) dapat dilakukan dengan ). 5 10 cc larutan soda 10 % atau 5 – 10 cc larutan amoniak 2 – 2,5 % atau 5 10 cc larutan Natrium -sulfite 10 %.

Penyadapan dilakukan untuk :

(21)

penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan nol.

Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun segar adalah pada pH 4,5 – 4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat atau asetat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulphate atau nitratpat merusak mutu karet yang digumpalkan.

Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alcohol juga dapat menggumpal partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alcohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggumpalan alcohol sebagai penggumpal lateks secara komersil jarang digunakan.

Penambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan partikel karet (negatife), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak, mengakibatkan karet menjadi menggumpal. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet.

Proses penggumpalan karet didalam lateks juga dapat terjadi secara alamiah akibat kegiatan mikroba. Karbohidrat dan protein lateks menjadi sumber

(22)

(asam formiat, asetat, dan propionate). Semakin tinggi konsentrasi asam-asam tersebut pH lateks akan semakin menurun dan setelah tercapai pH titik isoelektrik karet akan menggumpal.

2.3.1 Pengaruh Komponen Bukan Karet (non – rubber)

Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein, lipida, karbohidrat serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet.

Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet (memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat (accelelator) dalam pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau koagulum) dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein dan lipida harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipida terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian sewaktu pengolahan.

(Setyamidjaja,S.1989)

(23)

2.4 Penerimaan lateks

Setiap satuan bobot karet kering,atau diberikan suatu premi tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh diatas ketetapan yang sudah ditentukan, maka sudah seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah harian, pengawasan atas tiap penyadap seseorang, baik pemeriksaan atas produksi maupun kadar karet dari lateks hasil sadapannya.

a) Bobot atau isi lateks

Caranya adalah : Penentuan hasil penyadapan atas dasar volume, dapat juga ditetapkan beratnya. Untuk hasil lateks ditimbang sehingga diketahui bobotnya .

b) Kadar karet kering (KKK)

Koagulasi berlangsung dengan cepat, lembaran dikeringkan dengan menggunakan sehelai kain. Setelah ditimbang akan diketahui berat basahnya. Dengan menggunakan “angka faktor pengeringan “.

c) Pengangkutan lateks

Dalam ppengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan keadaan

(24)

untuk mencegah terjadinya prakoagulasi di dalam tangki.

2.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas lateks

Lateks sebagai bahan baku hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah :

a)Faktor di kebun (jenis klon,system sadap, kebersihan pohon, dan lain- lain

b)Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil)

c)Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

d)Pengankutan (goncangan,keadaan tangki,jarak,jangka waktu). e)Kualitas air dalam pengolahan.

f) Bahan-bahan kimia yang digunakan. g)Komposisi lateks.

Dari bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-0 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinese. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1 – 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.

(Spillane,J.J,1989)

(25)

2.6 Pembuatan Lateks Pusingan

Lateks pekat (concentrated lateks) merupakan jenis bahan olah yang memiliki tingkat komersial tinggi yang cukup terjamin, karena posisinya yang khas untuk pembuatan barang-barang tertentu seperti : sarung tangan, lem karet, selang trans parant, karet busa dan barang jadi lateks lainnya. Sistem umum pemekatan lateks secara sentrifugasi putaran tinggi (9000 – 1200 rpm), menyebabkan biaya investasi dan operasional/perawatan relatife mahal dan peralatan masih diimpor. Modifikasi system pemekatan sentrifugasi menjadi putaran rendah (2000 – 3000 rpm) diharapkan mampu menyederhanakan peralatan peralatan, untuk meningkatkan efesiensi pengolahan lateks pada industri perkebunan serta diaplikasikan sebagai unit produksi lateks pekat. Untuk menambahkan bahan pendadih CMC sebanyak 0,05 sampai 0,2 % ke dalm lateks, memeramnya selama 2 -3 hari, selanjutnya lateks disentrifugasi pada 1500 – 2500 rpm, di hasilkan lateks dadih secara kontinu. Pada pemeraman selama 3 hari CMC 0,1 % dan sentrifugasi 2500 rpm dihasilkan lateks dadih dengan mutu yang setara dengan lateks dadih yang dibuat secara konversional selama 14 hari.

Mesin “centrifuge” untuk pengolahan lateks pekat yang umum digunakan adalah merk alva de laval,westpalia atau titania. Cara kerja proses pemekatan mesin – mesin tersebut adalah sama, akan tetapi kapasitas pengolahan masing – masing jenis dan merk berbeda – beda yaitu berkisar 250 – 500 liter lateks kebun setiap jam.

(26)

Proses pemekatan lateks kebun dengan cara pemusingan berlangsung

Lateks kebun dipusing pada kecepatan 5000 – 7000 rpm (putaran permenit) sehingga menimbulkan gaya centrifugal partikel karet yang cukup besar mengakibatkan kecepatan gerak partikel karet keatas (V) menjadi lebih besar, sedangkan serum tertinggal dibagian bawah. Gaya sentrifugal pada satu partikel karet pada saat dipusing adalah :

(27)

2.6.1 Pengaturan kerja mesin sentrifuge

Mesin sentrifuge dihidupkan dan “bowl” akan berputar. Kecepatan putaran “bowl” diatur hingga konstan pada putaran 7000 rpm. Bahan olah lateks kebun dari bak sedimentasi dialirkan secara teratur kedalam mesin centrifuge dari bagian atas dan lateks kebun tersebut akan terdistribusi diantara piringan – piringan pemisah, sehingga partikel – partikel karet yang mempunyai rapat jenis lebih kecil (0,94) akan terlempar lebih dekat kepusat putaran sehingga keluar dari lobang pengeluaran lateks pekat yang terdapat dibagian atas mesin centrifuge, sedangkan serum yang mempunyai rapat jenis lebih besar (1,02) akan terlempar lebih jauh dan akan keluar dari lobang pengeluaran serum yang terdapat dibagian bawah.

Efisiensi pengolahan akan menurun bila kecepatan alir bahan olah dinaikkan karena DRC (Dry Rubber Content) skim semakin besar. Pada kecepatan alir bahan olah yang tetap, DRC lateks pekat akan semakin besar bila jarak serum skrup ke pusat putaran semakin dekat. Sehingga dengan mengatur jarak serum skrup, DRC lateks pekat yang dihasilkan dapt diatur sesuai dengan yang diinginkan. Pada umumnya lateks pekat yang dihasilkan dengan proses pemusingan mempunyai DRC 60-61%.

Lateks kebun yang efesien diolah menjadi lateks pekat dengan proses pemusingan adalah yang mempunyai DRC sekitar 30 – 40 %. Oleh karena itu DRC lateks kebun setibanya di pabrik disyaratkan minimum 28 %.

(28)

Semakin lama waktu pengoperasian/kerja mesin centrifuge, DRC lateks pekat yang dihasilkan akan semakin menurun. Pada umumnya “bowl” mesin centrifuge dicuci/dibersihkan setiap 3 jam pemakaian.

Selama proses pengolahan (pemusingan), putaran mesin dan kecepatan aliran bahan olah lateks kebun selalu diatur konstan agar lateks pekat yang dihasilkan mempunyai mutu yang seragam, terutama DRC – nya,apabila terjadi perubahan kecepatan putaran bowl secara menyolok, mesin centrifuge harus segera distop dan diperiksa, kemungkinan ada bagian – bagian yang sudah rusak dan harus diperbaiki atau diganti.

(Ompungsunggu,1987)

2.7. Kekuatan Yang Dapat Diregangkan

Kekuatan yang dapat diregangkan biasanya dapat dijumpai seperti diatas kekuatan unit lapangan/areal dari bagian persilangan yang mutlak. Yang mana dalam kekuatan itu memerlukan pematahan test dan bahan – bahan percobaan. Kondisi yang digunakan seperti stress yang disubstansikan dalam bentuk dalam persilangan yang berlebihan. Apabila nilai maksimum yang menyebabkan persentase ketahan yang berlebihan akan mengalami ketahanan putus. Dari bagian perpanjangan yang mutlak. Nilai dari yang dapat diregangkan tersebut (kekuatan/lapangan yunit) memerlukan lapisan yang dipotong dari kondisi yang

(29)

tidak diterapkan untuk sebuah pemberian ketahanan (katakana 100 atau 300 atau 500 %) merupakan pengeluaran dari modulus atau lebih kuat (terpercaya) “kekuatan yang dapat diregangkan menjadi sebuah pemberian kekuatan”.

Hukum Hooke merupakan pendalaman dari baja, yang mana dalam penggunaan prakteknya hanya pertukaran elastis dari suatu bentuk yang pada dasarnya menghasilkan point (angka). Bagaimanapun juga dalam depormasi karet, kita harus membedakan antara :

a) Deformasi yang tidak elastis b) Deformasi sebuah plastik dan

c) Hasil dan penyambungan dari deformasi

Modulus E untuk baja selalu memberikan/penjelasan hasil kesimpulan untuk 100 % dari penyambungan imajinasi yang elastis. Dalam prakteknya, jumlahnya hanya 0,1 % dan modulus baja yang bergerak cepat semata - mata penyambungan yang elastis dapat digolongkan kedalam determinasi plastik dan baja, Modulus E adalah 2.000.000 kg/cm2

Modulus karet tidak rasio dalam regangan yang digunakan dalam membangun. Itu merupakan tanda-tanda penghubung dari sebuah point (angka) belaka, atas regangan yang bebas dan tikungan yang digunakan sebagai persamaan mengalami kekuatan begitupun dalam dalam melakukan

ie. Pengurangan regangan, menggunakan penyambungan 100 %. Bagaimanapun juga, modulus karet adalah sebuah yang tidak konstan, seperti dalam masalah baja.

(30)

kenyataannya sebagai pendiri sendiri,kondisi dari suatu test percobaan bahan karet dibawah pertukaran/pergantian bentuk yang diregangkan membangun material – material kekuatan yang tinggi tidak diterima oleh yang lain.

Mesin karet yang dapat diregangkan dapat digunakan untuk bermacam-macam test seperti :

a) Untuk determinasi dari ketahanan putus dari kekuatan yang dapat diregangkan

b) Determinasi dari penerimaan nilai pemanjangan/pemuluran kekuatan disinilah diketahui nilai “Modulus”.

(Loganathan,1998)

(31)

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Metodologi

Pengambilan sample dilakukan secara acak pada tangki kompon aktif atau tangki pendingin menggunakan suatu wadah setelah terjadi pemeraman 6 – 8 jam dan diambil melalui lubang plug pada tangki aktif tersebut, dan kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui swelling lndeksnya terhadap tegangan putus benang karet di laboratorium quality control di PT. Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa-Medan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat – Alat

a. Dilaboratorium Kimia - Gelas beaker 600 ml - Plat stainless

- Kipas angin

- Cetakan diameter lubang 38 mm - Martil

(32)

- Gunting

- Alat dynamometer - Loops machine - Neraca Analitis - Kertas grafik - Kalkulator - Pena rotring - Meteran

- Alat potong benang special/cutting apparatus

3.2.2. Bahan – Bahan - Kompon aktif - Cyclohekxana - Metanol

- Kalsium nitrat isopropyl alcohol 5 % - Tepung talcum

3.3. PROSEDUR

3.3.1. Penentuan nilai swelling indeks terhadap tegangan putus benang

karet di laboratorium kimia.

Adapun prosedur kerjanya sebagai berikut :

1. Plat stainless dicelupkan kedalam kalsium nitrat isopropil alcohol 5 %, dikeringkan menggunakan kipas angin selama 2 -3 menit.

(33)

2. Sampel diambil sebanyak 500 ml dengan menggunakan gelas beaker 600 ml

3. Plat stainless yang sudah dikeringkan dicelupkan separuh bagian kedalam sampel kompon dan dikeringkan selama 3 – 5 menit.

4. Plat stainless dicelupkan kembali kedalam kedalam kalsium nitrat isopropil alcohol 5 %, diangkat dan dilanjutkan terus pencelupan kedalam methanol dan dikeringkan selama 30 menit.

5. Pinggiran plat digunting dan dikeluarkan lembaran kompon yang telah kering sambil diolesi tepung talcum, kemudian lembaran kompon itu dilapisi dengan kertas karton, selanjutnya dicetak dengan alat pelubang berdiameter 38 mm.

6. Sampel tersebut direndam kedalam sikloheksana selama 25 menit. Perendaman dilakukan didalam wadah transparan agar dapat dilakukan pembacaan pengembangannya selama 25 menit diatas kertas grafik.

3.3.2 Penentuan tegangan putus benang karet (Resistant At Breaks) di

Laboratorium fisika.

Adapun prosedur kerjanya adalah sebagai berikut :

Diambil sampel benang karet sebanyak yang diperlukan untuk loops yang sesuai dengan standart loops yang diinginkan. Loops adalah jumlah gulungan benang karet yang sudah ditentukan berdasarkan perbedaan count benang karet.

(34)

Kemudian potong dan cabut gulungan sampel tersebut dan letakkan pada alat

Uji dynamometer yang telah disetting.

Setting alat Dynamometer adalah sebagai berikut :

a. Ukur kecepatan motor Dynamometer dengan kecepatan 550 mm/menit.

b. Pasang kertas grafik pada posisi yang telah ditentukan

c. Pasang pena dan pastikan pena tersebut berfungsi dengan baik

2. Ditekan tombol Down alat dynamometer hingga benang putus dan pastikan pena pencatat grafik berfungsi dengan baik.

3. Setelah benang putus, ditekan tombol stop

4. Tutup pena pencatat grafik sebelum menekan tombol Up

5. Ditekan tombol Up dan secara otomatis alat dynamometer akan berhenti 6. Dibaca hasil pengujian tegangan putus benang karet (resistant at breaks)

pada kertas grafik

7. Dihitung tegangan putus dengan rumus sebagai berikut :

Resistant at break = ( / 2

Dimana, Total section = 2 x section x jumlah loops

Section adalah berat satu helai benang karet dengan panjang 1 meter.

(35)

3.4 Perhitungan

a. Untuk menentukan nilai swelling lndeks count 42 Sw menggunakan rumus :

b. Untuk menentukan tegangan putus benang karet ( resistant at breaks ) menggunakan rumus:

Resistant at Breaks =

Section

(36)

a =

(37)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Data dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat dilihat di bagian lampiran.

4.2 Pembahasan

Swelling indeks mempengaruhi parameter fisik benang karet yang dihasilkan yaitu tegangan putus benang karet (Resistant At Breaks). Jika swelling indeks yang dihasilkan rendah maka resistant at breaks tinggi, maka benang karet yang dihasilkan akan mengalami kerusakan yaitu benang karet akan mudah putus. Maka perlu dilakukan pengkoreksian dengan menurunkan kecepatan roller di bak asam sampai di curring belt.

Dan sebaliknya jika swelling indeks compound yang dihasilkan tinggi (>2,13) maka resistant at breaks rendah sehingga benang karet yang dihasilkan akan mudah kendur dan mudah putus. Maka perlu pengkoreksian dengan menaikkan kecepatan roller di bak asam sampai curring belt.

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Jika swelling indeks rendah maka resistant at breaks tinggi,sehingga benang karet yang dihasilkan akan mudah putus. Swelling indeks yang baik pada benang karet count 42 SW ENDS 40 adalah 2,02 – 2,13 dan resistant at breaks adalah 3089 – 3457.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pemeriksaan swelling indeks di setiap tahap proses pembuatan benang karet dilakukan dalam jangka waktu yang tetap dan konstan agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

2. Pembacaan grafik harus teliti agar didapat tegangan putus benang karet (resistant at breaks) yang sesuai dan hendaknya dilakukan pengukuran resistant at breaks sebanyak tiga kali agar tidak terjadi kesalahan.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Loganathan, K.S. 1998. Rubber Engineering. New Delhi: Indian Rubber Institute.Mc Graw Hill Publishing.

Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sei Putih: Balai Penelitian Perkebunan.

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Hevea. Sei Putih: Balai Penelitian Perkebunan.

Setyamidjaja, S. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Yogyakarta: Penerbit Kanisius..

Tim Penulis PS. 1999. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Cetakan Ke-6. Jakarta: Penebar Swadaya.

(40)

Hasil Penentuan Swelling Indeks

Count No Compound Mo(mm) M(mm)

Swelling

lndeks

42 1412 38 79,04 2,08

42 1413 38 76,76 2,02

42 1414 38 80,94 2,13

42 1415 38 78,66 2,07

42 1711 38 80,18 2,11

42 1712 38 80,18 2,11

(41)

Tabel 2

Hasil Penentuan Tegangan Putus Benang Karet (Resistant At Breaks) Count 42 SW

No

Compount

Section

(gr)

Total

Section (gr)

Pembacaan

Grafik ( mm2

Resistant at

Breaks (gr/mm )

2

)

1412 0,2759 8,8288 29000 3284

1413 0,2832 9,0624 28000 3089

1414 0,2712 8,6784 30000 3457

1415 0,2832 9,0624 30000 3310

1711 0,2750 8,8 29500 3352

1712 0,2780 8,896 29600 3327

(42)

Tabel 3

Hasil penentuan Swelling Indeks dan Resistant at Breaks

No Compound Swelling Indeks Resistant at Breaks

1412 2,08 3284

1413 2,02 3089

1414 2,13 3457

1415 2,07 3310

1711 2,11 3352

1712 2,11 3327

Catatan :

- No Compound : Tipe Compond atau nomor Compond yang di produksi menjadi benang karet setiap harinya. - Section : berat satu helai benang karet dengan panjang 1

meter.

- Total Section : jumlah section x jumlah loops x 2 - Mo : sebelum mengalami pengembangan - M : setelah mengalami pengembangan

- Swelling indeks : besar pengembangan compound benang karet - Resistant at breaks : tegangan putus benang karet

(43)

Tabel 4

Penentuan Metode Least Square

X Y X2 XY

2,08 3284 4,3264 6830,72

2,02 3089 4,0804 6239,78

2,13 3457 4,5369 7363,41

2,07 3310 4,2849 6851,7

2,11 3352 4,4521 7072,72

2,11 3327 4,4521 7019,97

X =12,52

Y =19819

X2 =26,1328

XY=41378,3

Keterangan :

X = Swelling Indeks Y = Resistant at Breaks

(44)

Tabel 5

Data Hasil Persamaan Garis Regresi

No X (Swelling Indeks) Y ( Resistant at Breaks )

1 2,08 3283,64

2 2,02 3107,88

3 2,13 3430,11

4 2,07 3254,35

5 2,11 3371,52

6 2,11 3371,52

(45)

Tabel 6

Parameter Sifat-sifat Fisik Benang karet di Laboratorium Fisika

No

Parameter Fisika Untuk Count 42 SW ENDS 40

Standar

1 Fillament Waight ( mg ) 26,7 – 28,7

2 Exact Count 42 ± 35%

3 Sapara Bility (g) 80 -120

4 Resistant at Breaks (g/mm2) Min. 3000 5 Elongation at Breaks ( % ) Min. 650 6 Grean Modulus CA 500% ( g/mm2 ) 750 – 1300

7 Schwartz Value ( VRS ) 123 – 164

8 Schwartz Hysteresis ratio (RIS) 1,00 – 1,85

9 Temp 500C Vulcanization test (0C) - 4 to -6

10 Retention at 145 0C test ( %) Min. 50 11 Permanent set at 80% E.B ( %) 2- 8 12 Talcum Content ( % ) Max. 3,5 %

13 Moisture Content ( % ) 3 – 9,5

14 Water Extrct ( % ) 0,70 – 0,90

15 Density 0,900 – 1,100

(46)

Grafik Swelling Indeks Vs Resistant at Break

2900

3000

3100

3200

3300

3400

3500

2,02

2,04

2,06

2,08

2,10

2,12

Swelling Indeks

R

es

is

ta

n

t a

t Br

ea

k

Gambar

Tabel 1
Grafik ( mm2
Tabel 3
Tabel 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya pesuaka belum tentu pengungsi, karena status pesuaka akan berubah menjadi pengungsi apabila persyaratan yang diatur dalam Pasal 1 (A) dari Konvensi

Melalui program bimbingan fisik yang dilakukan untuk mendukung perkembangan fisik (biologis) warga binaan, sehingga remaja tuna rungu wicara memiliki perkembangan fisik

Penyimpangan yang tidak menguntungkan ( Unfavourable variance ) Untuk mellihat bagaimana fungsi pengawasan yang terjadi pada anggaran Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Hendrie merasa bahwa ia dan istrinya sudah bisa lebih terbuka. Keduanya selalu meluangkan waktu sebelum tidur untuk berbicara dan mereview kejadian yang terjadi 1 harian

Serangan arthritis akut terjadi bila kristal asam urat dibebaskan di cairan sinovia yang diprovokasi oleh perubahan asam urat dalam serum.. Kata kunci: asam urat,

Sedangkan untuk VIM dan VMA besarnya rongga yang terjadi lebih besar pada perendaman air laut di bandingkan air hujan, dengan kata lain bahwa keseluruhan pengujian

AVROS adalah sebuah perkumpulan perusahaan perkebunan yang berbasis di Sumatera Utara untuk menyalurkan aspirasi perusahaan yang berkaitan dengan buruh dan melakukan

Universitas Sumatera Utara... Universitas