• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Hasil Hutan Rakyat

Hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan oleh responden umumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Setiap produk hutan rakyat yang dihasilkan akan dijual ke pasar maupun kepada pengumpul yang datang ke desa tersebut. Untuk setiap hasil penjualan produk hutan tersebut digunakan untuk membutuhi kebutuhan dalam rumah tangga dan memberikan tambahan pendapatan bagi setiap rumah tangga. Adapun produk hasil hutan rakyat yang dimanfaatkan para responden di desa Sampean dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jenis-jenis Hasil Hutan Rakyat yang Dimanfaatkan Responden

No Produk Hasil Hutan Responden yang Memanfaatkan (orang) Persentase Responden yang Memanfaatkan (%) 1 Getah kemenyan 30 100 2 Kayu pinus 19 40 3 Kayu manis 12 23,33 4 Kayu bakar 7 63,33

Produk hutan rakyat yang dimanfaatkan oleh responden di Desa Sampean: a. Getah kemenyan (Styrax benzoin)

Kemenyan atau disebut juga haminzon (bahasa setempat) merupakan salah satu komoditi yang paling banyak dimanfaatkan oleh responden di Desa Sampean. Tanaman kemenyan yang sudah produktif dapat dikerjakan setelah berumur 7-10 tahun. Adapun produk yang dapat dihasilkan dari tanaman kemenyan ini adalah getah. Sebelum getah itu dihasilkan para responden terlebih dahulu melakukan beberapa langkah-langkah dalam pengelolaan tanaman kemenyan ini.

Berikut kegiatan dalam pengelolaan tanaman kemenyan sampai masa panen tiba:

1. Kegiatan pembersihan lahan

Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam pengelolaan tanaman kemenyan meliputi kegiatan membersihkan daerah sekitar batang tanaman dari tumbuhan pengganggu dengan menggunakan parang. Setelah kegiatan pembersihan selesai selanjutnya dilakukan pengambilan getah luar (tahir) menggunakan agat parsitahir (bahasa setempat) dan kemudian getah ditampung ke dalam keranjang (bakul). Selanjutnya dilakukan kembali pembersihan batang kemenyan menggunakan alat yang dinamakan guris. Tujuannya supaya permukaan kulit batang bersih dari serangga maupun tumbuhan yang menempel pada batang. Berikut ini gambar kegiatan pembersihan lahan kemenyan:

Gambar 4. Pembersihan lahan kemenyan 2. Kegiatan pengambilan getah luar (tahir)

Setelah batang tanaman kemenyan sudah bersih langkah selanjutnya adalah melakukan perlukaan pada bagian permukaan batang (kulit) dengan menusukkan alat agat panuktuk (bahasa setempat) dan sambil memukul-mukul permukaan kulit yang dilukai. Tujuan dilakukannya perlakuan ini adalah supaya bagian yang dilukai tersebut nantinya akan menghasilkan getah. Setelah semua perlakuan selesai dilakukan maka tanaman kemenyan biarkan selama 3-4 bulan

supaya getah keluar. Kegiatan perlakuan ini membutuhkan waktu yang cukup lama yakni sekitar 40-50 hari per hektar per orang dalam pengerjaannya. Dimana setiap responden hanya dapat melakukan perlakuan tanaman kemenyan sebanyak 10-12 batang per hari. Berikut ini gambar pengambilan getah kemenyan:

Gambar 5. Pengambilan getah kemenyan 3. Kegiatan pemanenan

Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir dalam pengelolaan tanaman kemenyan. Setelah tanaman dibiarkan selama 3-4 bulan, maka sudah tiba waktunya bagi responden untuk memanen getah kemenyan. Getah yang akan dihasilkan yaitu getah kasar atau sering disebut getah nauli (bahasa setempat). Tidak semuanya perlakuan yang diberikan itu akan menghasilkan getah, ini dikarenakan serangga maupun hama lainnya akan menempel dan masuk ke dalam batang kemenyan tersebut.

Kegiatan pemanenan ini sendiri membutuhkan waktu sekitar 20-25 hari per hektar per orang. Dimana dalam kegiatan pemanenan ini responden hanya dapat memanen getah kemenyan sebanyak 3 kg per hari. Adapun produk yang dihasilkan dari tanaman kemenyan ini adalah getah yang terdiri dari 2 jenis, yakni getah kasar (getah nauli) dan getah luar (getah tahir). Getah kasar (getah nauli)

memiliki nilai jual Rp 90.000,- per kg dan getah luar (getah tahir) memiliki nilai Rp 50.000,- per kg.

Adapun setelah semua kegiatan diatas selesai dilakukan sampai tahap pemanenan. Pemeliharaan juga perlu dilakukan secara rutin supaya batang tanaman kemenyan bebas dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihan tanaman kemenyan secara berkala. Adapun serangan yang terdapat pada tanaman kemenyan ini ialah benalu (sarindan), lumut, penggerek batang dan semut (serangga).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden atau 100% dari jumlah keseluruhan responden yang memanfaatkan tanaman kemenyan. Berdasarkan wawancara yang saya lakukan terhadap responden, kemenyan merupakan salah satu sumber penghidupan bagi kebutuhan hidup rumah tangga. Berikut ini adalah gambar getah yang dihasilkan tanaman kemenyan:

Gambar 6. Getah kasar kemenyan Gambar 7. Getah luar kemenyan b. Kayu pinus (Pinus merkusii)

Pinus atau dikenal tusam (bahasa setempat) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang dimanfaatkan responden. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dimana produk yang dihasilkan berupa kayu. Produk yang dihasilkan

berupa kayu dapat dipergunakan sebagia bahan bangunan dan dijual kepada kepada pengusaha kayu.

Tanaman pinus ini memiliki jarak tanam tidak teratur. Dalam pengelolaan dan pemeliharaan tanaman ini tidak ada perlakuan khusus. Tanaman ini dapat dipanen ketika berumur 15-20 tahun, dimana tanaman tersebut telah memiliki nilai jual. Untuk penjualan dari produk yang dihasilkan tanaman ini memiliki nilai

jual tersendiri, dimana untuk produk hasil kayu dapat dijual seharga Rp 300.000,-/m3.

c. Kayu manis (Cinnamomum sp.)

Tanaman kayu manis merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang dimanfaatkan oleh responden. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan sama halnya dengan pinus dimana produk yang dihasilkan berupa kayu dan kulit. Produk kayu yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk bahan bangunan dan produk kulit bisa dijadikan bumbu masakan. Produk yang dihasilkan selanjutnya dijual oleh responden kepada pengusaha kayu dan pengumpul.

Tanaman kayu manis ini memiliki jarak tanam tidak teratur dan pengelolaan serta pemeliharaan tanaman ini tidak ada perlakuan khusus. Tanaman ini dapat dipanen saat berumur 20 tahun, dimana tanaman tersebut telah memiliki nilai jual. Untuk penjualan produk yang dihasilkan tanaman ini, baik kayu dan kulit memiliki nilai jual masing-masing. Untuk produk hasil kayu dapat dijual seharga Rp 1.500.000,-/m3 dan kulit seharga Rp 6.000,-/kg. Berikut ini gambar produk tanaman kayu manis:

Gambar 8. Kulit manis dikeringkan Gambar 9. Kulit manis siap dipasarkan

Gambar 10. Kayu manis olahan d. Kayu bakar

Kebutuhan kayu bakar di Desa Sampean tergolong besar, hampir seluruh petani memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga sebagian kecil responden yang memanfaatkan kayu bakar untuk dijual. Harga jual kayu bakar per ikatnya seharga Rp 3.000,- dimana responden menjual kayu bakarnya dengan cara pesanan.

Kayu bakar diperoleh dari tumbuhan yang tidak produktif, baik tanaman kemenyan maupun pohon-pohon lain yang ada dihutan tersebut. Tanaman kemenyan dan pohon yang tidak produktif kemudian ditebang dan selanjutnya dimanfaatkan menjadi kayu bakar. Dalam waktu seminggu responden dapat menghasilkan kayu bakar sebanyak 50 ikat dan setiap ikatnya kayu bakar berjumlah 6 potong kayu dengan panjang 60 cm. Kayu bakar selanjutnya di jemur

untuk dikeringkan sebelum dijual kepada pengumpul yang telah memesan kayu bakar tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya pemanfaatan kayu bakar dipengaruhi oleh ketersedian kayu pada areal hutan rakyat, dimana tanaman yang tidak produktif lagi akan ditebang dan diolah menjadi kayu bakar untuk dijual dan hasil penjualan tersebut menjadi pendatapan tambahan bagi mereka. Berikut ini gambar kayu bakar yang telah siap untuk dijual.

Gambar 11. Kayu bakar yang siap untuk dijual

Nilai Ekonomi Hasil Hutan

Nilai ekonomi merupakan nilai suatu barang atau jasa jika di ukur dengan uang. Nilai ekonomi hasil hutan dapat juga diartikan sebagai nilai atau harga hasil hutan yang dimanfaatkan yang dapat ditukarkan dengan uang. Ichwandi (1996) menyatakan bahwa penilaian ekonomi sumberdaya hutan adalah suatu metode atau teknik untuk mengestimasi nilai uang dari barang atau jasa yang diberikan oleh suatu kawasan hutan.

Nilai ekonomi hasil hutan diperoleh dari pengambilan per jenis per tahun dari seluruh jenis produk hasil hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

ekonomi pemanfaatan hasil hutan rakyat oleh responden Desa Sampean sebesar Rp 351.608.816,-. Nilai ini diperoleh dari hasil-hasil yang dimanfaatkan seperti

getah kemenyan, kayu dan kulit manis, kayu pinus, serta kayu bakar.

Jenis hasil hutan rakyat yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan petani adalah getah kemenyan sebesar Rp 329.065.000,- dengan persentase 93,59 %. Hal ini dikarenakan jumlah produk yang dihasilkan per hektare luas lahan cukup besar. Hasil hutan rakyat lainnya memiliki nilai kontribusi terhadap pendapatan petani seperti kayu manis sebesar Rp 5.406.000,- dengan persentase 1,54 %, kayu bakar sebesar Rp 6.480.000,- dengan persentase 1,84 %, dan kayu pinus sebesar Rp 10.657.813,- dengan persentase 3,03 %.

Tabel 2. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Responden No Jenis Hasil Hutan Persentase Nilai

Ekonomi (%) Jumlah (Rp)/tahun

1 Getah kemenyan 93,59 329.065.000

2 Kayu pinus 3,03 10.657.813

3 Kayu bakar 1,84 6.480.000

4 Kayu manis 1,54 5.406.000

Besar dan kecilnya nilai ekonomi hasil hutan sangat bergantung kepada jumlah produk yang dihasilkan, frekuensi pengambilan dan harga dari masing-masing satuan produk jenis hasil hutan. Persentase nilai ekonomi hasil hutan yang dimanfaatkan responden dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Gambar 12. Persentase Nilai Ekonomi Hasil Hutan Rakyat

Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan terhadap Pendapatan Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden Desa Sampean sangat menggantungkan hidupnya terhadap keberadaan hutan. Nugraha dan Nurtijo (2005) menyatakan bahwa hutan merupakan sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat desa hutan yang ditunjukkan dari ketergantungannya dalam hal pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, lapangan pekerjaan maupun ketersediaan pangan. Dengan demikian hutan merupakan bagian hidup yang tidak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka.

Pendapatan dari hasil hutan tertinggi diperolah dari pemanfaatan getah kemenyan sebesar Rp 329.065.000,- per tahun atau 93,59 % dari total pendapatan pemanfaatan hasil hutan rakyat. Sedangkan pendapatan dari hasil hutan terendah

diperoleh dari pemanfatan kayu manis sebesar Rp 5.406.000,- per tahun atau 1.54 % dari total pemanfaatan hasil hutan rakyat. Untuk pendapatan total seluruh

responden Desa Sampean sebesar Rp 738.008.816,- per tahunnya. Pendapatan ini

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Getah kemenyan Kayu/kulit manis

Kayu bakar Kayu pinus

Dokumen terkait