• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sistem Pemeliharaan Ternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Sistem Perkandangan

Kandang merupakan tempat ternak babi dipelihara, tempat bernaung, tidur, makan dan lainnya. Jenis dan bahan dasar pembuat kandang babi di daerah penelitian sangat beragam jenis. Beberapa peternak memang ada yang membuat kandang dengan sebaik mungkin, dengna menggunakan bahan dinding batu bata dan semen, serta atap seng yang baik. Ada juga beberapa peternak yang menggunakan dinding kayu dan atap seng. Bahan ini tentunya tidak bertahan lama. Bahkan ada beberapa peternak yang menggunakan bahan kayu bekas sebagai dinding kandang dan sama sekali kurang layak untuk menjadi kandang yang baik. Akan tetapi semua peternak menggunakan semen sebagai lantai dasar kandang. Walaupun demikian, hampir setiap enam bulan sekali para peternak memperbaiki lantai kandang ( Mendempul) yang rusak akibat cakaran kuku ternak.

Letak kandang juga tidak semua menghadap ke arah timur. Kandang yang baik harus menghadap k earah timur, agar memperoleh sinar matahari yang cukup dipagi hari.

Bibit

Pada umumnya peternak didaerah penelitian memperoleh bibit dari anakan induk babi milik mereka sendiri. Akan tetapi ada juga beberapa [eternak yang membeli anak babi, jika pada siklus sebelumnya terjadi kegagalan produksi anak babi. Jenis peternakan di daerah ini secara umum dapat dikatakan sebagai

peternak campuran. Ada peternak yang menggemukan babi (fattening) yang berasal dari bibit sendiri maupun dari bibit babi yang dibeli. Ada peternak yang memang hanya memproduksi anakan saja, dan langsung dijual. Pada umumnya mengusahakan kedua-duanya, dan pada umumnya bersifat tergantung pada permintaan.

Pemberian pakan

Jenis pakan yang diberikan pada ternak babi didaerah penelitian ini sangat bervariasi, karena setiap peternak memiliki asumsi sendiri dalam mengusahakan yang terbaik bagi ternaknya. Akan tetapi pada umumnya peternak didaerah ini menggunakan nasi sisa sebagai bahan pakan utama. Kemudian ditambahkan kopekan sayur yang dicincang, ampas tahu dan kelapa, dedak, dan mie sisa.

Tidak semua peternak memasak pakan ternaknya. Karena menurut peternak tersebut, nasi sisa tersebut sudah masak dan tidak perlu dimasak lagi, ssekalipun ditambahkan dengan bahan pakan lainnya. Garam sangat berperan penting dalam komposisi pakan ternak babi didaerah penelitian. Sehingga pemakaian garam di daerah pernelitian mencapai satu sak setiap minggunya.

Pemberian pakan secara umum diberikan dengan frekuensi dua kali dalam sehari,yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 pagi dan pukul 17.00 - 17.30 sore. Disamping itu ada beberapa peternak memberikan pakan ternak sebanyak tiga kali dalam sehari dari yan biasanya, yaitu pada pukul 13.00 - 14.00. Pemberian Air Minum

Air minum untuk ternak babi selalu disediakan dalam kandang, yang dilakukan ditempat air minum. Pemberian air minum ini biasanya diberikan saat pagi dan sore hari, pada saat pemberian pakan.

Kebersihan Ternak Babi dan Kandang

Pembersihan kandang dan ternak dilakukan pagi dan sore hari, sebelum pemberian pakan ternak. Pembersihan ternak dilakukan dengan menyiram ternak babi dengan air, sambil hewan ternak digosok dengan alat pengosok. Setelah itu baru kandang dibersihkan dengan cara disiram sambil lantai digosok dengan sapu lidi. Sebelum disiram, kotoran ternak yang ada dikandang diangkat terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam bak penampungan atau parit pembuangan.

Kebersihan kandang di daerah penelitan sebenarnya cukup bagus. Hanya saja aliran air pembuangan yang tidak lancar, sehingga terdapat genangan disekitar rumah warga yang tentunya dapat menimbulkan penyakit.

Pemberian Obat-obatan

Pemberian oabt-obatan bagi hewan ternak didaerah penelitian ini sebenarnya sangat jarang. Kecuali jika terjadi musim penyakit ternak, seperti yang terjadi pada bulan Maret hingga Mei 2008 lalu, dimana banyak hewan ternak yang terserang penyakit dan mati, sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Hal ini terjadi, karena menurut para peternak, di daerah penelitian ini sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah melalui Dinas Peternakan, baik umtuk memberikan suntikan dan obat-obatan, maupun penyuluhan dan pendampingan kepada para peternak.

Penggunaan Tenaga Kerja

Seluruh peternak didaerah ini mengusahakan ternaknya sendiri. Hal ini berarti tenaga kerja yang dipakai dalam usah ini adalah tenga kerja dalam keluarga. Hampir seluruh kegiatan usaha ternak dilakukan sendiri oleh anggota keluarga, baik pria, wanita dan anak-anak, kecuali dalam hal pembuatan kandang,

yang pada umumnya menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga, yaitu Tukang. Pembagian kerja dalam usaha ternak babi didaerah penelitian berdasarkan kesepakatan anggota keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.

Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ( Syamsi, 1989)

Dalam melaksanakan usaha ternak babi sebagai usaha ternak sampingan, para pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: ketersediaan waktu, pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan suka beternak.

Tabel 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.

Alasan Jumlah Responden

(orang)

Persentase (%)

Waktu 1 12.5

Waktu dan Pendapatan 3 37.5

Waktu dan Suka Beternak 1 12.5

Waktu, Pendapatan dan Suka Beternak 3 37.5

Total 8 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 15

a. Ketersediaan waktu

Dari 8 responden penelitian yang merupakan pegawai dengan usaha ternak babi sebagai usaha sampingan, seluruhnya menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam usaha ternak babi relatif kecil yakni sekitar 3 jam setiap hari

dengan perincian 1 1/2 jam di pagi hari yaitu antara jam 06.00-7.30 pagi dan sore harinya 11/2 jam yaitu antara jam 17.00-18.30 WIB. Faktor keputusan ini merupakan faktor keputusan berdasarkan rasional. Akan tetapi hanya satu responden yang hanya memeberikan alasan waktu, sisanya merupakan kombinasi antarra waktu dengan pendapatan sebanyak 3 orang, waktu dengan suka beternak satu orang, dankombinasi dari ketiganya sebanyak tiga responden.

b. Pendapatan yang diperoleh lebih besar

Menurut informasi yang diperoleh dari lapangan, dari delapan responden terdapat enam responden menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak babi lebih besar dari pendapatan usaha sampingan lainnya. Pada umumnya usaha ternak babi dijadikan sebagai tabungan jangka pendek dalam memenuhi biaya pendidikan anggota keluarga. Faktor keputusan ini merupakan faktor keputusan berdasarkan fakta

c. Suka beternak

Dari total responden terdapat empat orang yang menyatakan mereka memilih usaha ternak babi sebagai usaha sampingan dengan alasan bahwa neereka memiliki kemampuan dan bakat dalam beternak khususnya beternak babi. Sehingga faktor keputusan ini dapat digolongkan sebagai faktor pengambilan keputusan berdasarkan intuisi.

Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Pendapatan bersih merupakan pengurangan seluruh penerimaan terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan. Rataan pendapatan bersih dari usaha ternak babi ini dapat dilihat dari Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Strata Pendapatan Bersih (Rp/Siklus) Nilai TKDK (Rp/Siklus) Pendapatan Keluarga/Peternak (Rp/Siklus) PNS 6.588.312,79 942.187,5 7.530.500,29 NON PNS 2.367.676,50 1.652.968,75 4.020.645,25 Rataan 4.477.994,65 1.297.578,12 5.775.572,77

Sumber: Data diolah dari Lampiran 11

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga usaha ternak babi yang dilakukan oleh PNS sebesar Rp. 7.530.500,29/siklus produksi. Sementara pendapatan usaha ternak babi yang dilakukan keluarga peternak murni sebesar Rp 4.020.645,25./siklus produksi, dan rata-rata pendapatan usaha ternak babi peternak responden adalah Rp 5.775.572,77/ siklus produksi.

Jika dirata-ratakan, pendapatan bersih peternak responden untuk setiap tahunnya adalah sebesar Rp 8.955.989,29. Untuk melihat besar tidaknya pendapatan usaha ini, dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat suku bunga deposito bank melalui perhitungan Return On Invesment atau ROI, yaitu untuk melihat persentase perbandingan pendapatan dengan biaya produksi selama satu tahun atau dua siklus produksi.

Persentase nilai ROI dari usaha ini adalah sebagai berikut:

Dimana Pendapatan bersih usaha ternak babi selama setahun adalah Rp 8.955.989,29 dan Total Biaya produksi adalah Rp 15.081.635,7.

Pendapatan Bersih

Modal (Biaya Produksi) x 100% ROI =

Maka:

ROI = 59,38 %

Sementara bunga deposito bank dalam satu tahun berada pada tingkat 16 % per tahunnya. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pendapatan usaha ternak babi didaerah penelitian lebih besar dari bunga deposito.

Maka terima H1 dan tolak H0 , yaitu Return On Investment (ROI) > tingkat suku bunga deposito.

Melalui analisis ini dapat dilihat bahwa usaha ternak babi ini sangat baik dikembangkan secara ekonomis karena memberikan pendapatan yang cukup besar.

Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni

Perbedaan pekerjaan utama dan lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi pola pikir, wawasan. Ketersediaan waktu dan cara mengelola suatu usaha. Untuk itu dapat dilihat berdasarkan hasil pengolahan uji beda secara statistik antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh PNS dan peternak murni. Berikut dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni

Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni

Sampel Jumlah Sampel (Orang) Pendapatan Usaha Ternak Babi (Rp/6 Bulan)

t-hitung t-tabel Keterangan

N1 8 7.530.500,29 1.731 1,94 t-hitung < t-tabel, maka H0

diterima dan H1 ditolak

N2 8 4.020.645,25 1.731 1,94

Sumber Diolah dari Lampiran 17

N1 = Peternak PNS N2 = Peternak NON PNS

Dari Tabel 15 Independent responden T-test dapat dilihat nilai dilihat bahwa nilai t-hitung adalah 1,731 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,94 pada taraf kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika t-hitung < maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usaha ternak babi PNS dengan peternak murni (NON PNS).

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Babi terhadap total pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga merupakan hasil yang diterima oleh peternak babi dari usaha ternak babi, luar usaha ternak dan gaji pegawai pada keluarga PNS. Rataan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16. Kontribusi Usaha Ternak Babi terhadap Total Pendapatan Keluarga

Sumber Pendapatan Rataan (Rp) Persentase (%) Pendapatan Gaji/Pensiunan PNS 14.362.500 60,94

Pendapatan Usaha Ternak Babi 7.530.500,29 31,95 Pendapatan diluar Gaji & Ternak

Babi 1.675.000 7,1

Total Pendapatan Keluarga 23.568.000,3 100 Sumber: Data diolah dari Lampiran 13

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan usaha ternak babi memberikan kontribusi sebesar 31, 95 % dari total pendapatan keluarga pegawai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan UTB < 33,3 % maka terima H0, dan tolak H1 yaitu besar persentase kontribusi pendapatan usaha ternak babi lebih kecil dari 33,33%, akan tetapi pendapatan usaha ternak babi ini tidak lebih besar dari pendapatan gaji dalam total pendapatan keluarga di Tegal Sari Mandala II.

Hal ini disebabkan karena usaha ternak babi ini diusahakan sebagai usaha sampingan, yang menambah pendapatan total keluaarga. Akan tetapi keterbatasan kontirbusi pendapatan usaha ternak babi ini sebenarnya disebabkan oleh skla usaha dan ketersediaan lahan yang ada. Sehingga para peternak ini mengalami kesulitan untuk memperbesar skala usaha.

Besar pendapatan usaha ternak babi yang masih kurang memuaskan di daerah penelitian ini juga disebabkan oleh rendahnya harga jual yang diterima oleh peternak dibandingakan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat dari pendekatan per satuan kilogramnya. Dimana peternak menerima harga jual ternak mereka rata – rata sebesar Rp 14.000 per kilogramnya, sementara total

biaya per kilogramnya sebesar Rp 9562.36, maka peternak mendapatkan laba sebesar Rp 4437,64 per kilogram daginganya.

Meskipun usaha ini belum mampu memberikan kontribusi sepertiga dari pendapatan total keluarga, pendapatan usaha ternak babi ini tetap memberikan kontribusi yang lebih besar daripada usaha sampingan lainnya terhadap total pendapatan keluarga. Dapat dilihat bahwa usaha sampingan diluar usaha ternak babi hanya memberikan rata-rata kontribusi sebesar 7,1 %. Untuk itu keberadaan ternak babi yang sebenarnya sangat menguntungkan ini seharusnya tidak menjadi permasalahan besar dan menahun di Kota Medan, akan tetapi perlu dicari suatu cara alternatif yang tidak merugikan pihak manapun. Sehingga sangat diperlukan kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga sosial ekonomi masyarakat.

Sebenarnya permasalahan lingkungan dapat diatasi bersama antara peternak, masyarakat dan pemerintah. Kotoran ternak sebenarnya sangat berpotensi sebagai pupuk kandang. Sehingga permasalahan kotoran dapat diubah menjadi bahan yang berpotensi.

Disamping itu perlu suatu rancangan kandang yang sehat dan mudah dalam pembersihannya, serta adanya saluran air sisa pembersihan kandang dan hewan ternak. Sehingga nantinya tidak ada lagi genangan air disekitar lingkungan warga yang menyebabkan bau tidak sedap dan menjadi endapan penyakit.

Selain itu besarnya permintaan daging babi dan luasnya pasar ekspor yang ssiap menampung produksi daging babi ini, maka usaha ini perlu diberikan perhatian lebih dalam usaha peningkatan perkenomian masyarakat yang pada akhirnya turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hubungan besar gaji dengan besar skala usaha ternak babi

Pendapatan gaji dapat dijadikan sebagai modal utama dalam mengusahakan ternak babi. Untuk itu dapat dilihat apakah ada hubungan yang signifikan antara besarnya gaji dengan jumlah ternak yang menjadi ukuran skala usaha ternak babi tersebut.

Secara umum skala usaha ternak babi dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki. Yaitu

1. Skala kecil dengan jumkah ternak antara 1-15 ekor 2. Skala sedang dengan jumlah ternak antra 16-30 ekor 3. Skala besar dengan jumlah ternak diatas 30 ekor

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha, diperoleh nilai r = 0,495. Angka tersebut menunjukkan korelasi yang cukup kuat, karena terletak antara 0,401-0,600. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.

Nilai t-hitung yang diperoleh dari korelasi tersebut adalah 1,395 dimana nilai ini lebih kecil dari t-tabel=1,94. Oleh karena t-hitung < t-tabel maka keputusan pengujian adalah nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan.

Berdasarkan hasil korelasi dapat dilihat angka probabilitas atau tingkat signifikan yang diperoleh adalah 0,212, dimana nilai ini lebih besar daripada 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi pada taraf kepercayaan 95%.

Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan anatar pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi di daerah penelitian, atau terima H0 dan tolak H1.

Besar tidaknya skala usaha ternak babi dilapangan, ternyata tidak berhubungan dengan modal yang diperoleh dari gaji pegawai, akan tetapi lebih kepada manajemen dan cara perawatan ternak babi tersebut. Semakin baik para peternak tersebut memelihara ternaknya, maka produksi dan penerimaan yang diperoleh akan lebih besar, sehingga dapat membantu mengebangkan skala usahanya.

Dokumen terkait