KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI
(Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)
SKRIPSI Oleh:
ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO 040304047
SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP
PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI
(Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)
SKRIPSI Oleh:
ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO 040304047
SEP/AGRIBISNIS
Usulan Penelitian Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh Komisi pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Hiras M.L.Tobing) (Ir. Thomson Sebayang, MT)
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO (040304047), dengan judul penelitian “KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI”
Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof.Ir. Hiras ML.Tobing Phd, dan Bapak Ir. Thomson Sebayang. MT.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?
4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan.
5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan kelurahan dengan jumlah peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Penentuan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Dan penentuan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, analisis pendapatan dan membandingakan analisis ROI pendapatan dengan tingakt suku bunga deposito bank, analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test), analisis persentase perbandingan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan keluarga,dan analisis korelasi sederhana.
Dari hasil penelitian diperoleh:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan Suka beternak.
2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi. Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment 59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya. 3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi
oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).
usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya. Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji
RIWAYAT HIDUP
ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO, lahir di Payakumbuh 25 Mei 1985. Anak Pertama dari tujuh bersaudara dari Bapak M.S Siboro dan Ibu R br Nadeak.
Pendidikan yang telah ditempuh Penulis adalah :
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Katolik SANTA THERESIA,
Air Molek dan tamat tahun 1997.
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta
Katolik SANTA THERESIA, Air Molek, dan tamat tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Seminari Menengah Umum CHRISTUS SACERDOS
Pematangsiantar, tahun 2003 pindah ke Sekolah Menengah Umum Swasta RK
BINTANG TIMUR, Pematangsiantar dan tamat tahun 2004.
4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Bulan Juni–Juli 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan
Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.
6. Bulan September 2008 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Tegal Sari
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
berkat dan karunia–Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Adapun judul penelitian ini adalah ”KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI (Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Ir. Hiras M.L Tobing, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, Bapak Ir.Thomson Sebayang.
MT, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, Ketua Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan,
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi Penulis.
2. Semua Responden yang telah memberikan informasi dan keterangan dan
membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis.
3. Teristimewa kepada Keluarga Penulis buat Bapak ( M.S. Siboro) dan Mama
tercinta dan keluarga, Keluarga besar Bapak (Siboro) dan mama (Nadeak),
juga kepada abangnda Joe, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan
semangat, materi dan doa yang diberi pada Penulis sampai saat ini.
4. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya (Dina A.S.L. Tobing, Erina
Christiani, Sarah M. De Fretes, Hanna M. Aritonang dan Wilson Chandra)
terimakasih untuk persahabatan selama ini dan untuk dukungan doanya,
kepada Terima kasih juga kepada Tika, Lidia, Epo, C8, Vidia Cs dan teman–
teman Departemen SEP 04 lainnya.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini ke depannya.
Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2009
RINGKASAN
ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO (040304047), dengan judul penelitian “KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI”
Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof.Ir. Hiras ML.Tobing Phd, dan Bapak Ir. Thomson Sebayang. MT.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?
4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan.
5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan kelurahan dengan jumlah peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Penentuan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Dan penentuan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, analisis pendapatan dan membandingakan analisis ROI pendapatan dengan tingakt suku bunga deposito bank, analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test), analisis persentase perbandingan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan keluarga,dan analisis korelasi sederhana.
Dari hasil penelitian diperoleh:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan Suka beternak.
2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi. Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment 59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya. 3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi
oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).
usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya. Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan
manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan
kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan
makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Peternakan juga merupakan salah satu
sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.
Keseriusan pemerintah dalam sektor peternakan di Sumatera Utara salah
satunya melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 288/KPTS/OT.210/4/2002
Tentang Organisasi Dan Tatakerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi Dan
Kerbau. Keputusan ini merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 313/Kpts/Org/5/1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan
Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Keputusan ini tetap menegaskan adanya
sentralisasi peternakan babi dan kerbau yang intensif di Propinsi Sumatera Utara
yang dipusatkan di Siborong-borong. Perubahan Keputusan pada dasarnya hanya
meningkatkan struktural dan kinerja dari dinas peternakan dan instansi yang
berkaitan akan peningkatan produksi babi dan kerbau.
Perkembangan peternakan di Sumatera Utara dapat dilihat dari data jumlah
Tabel 1. Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor)
N0 JENIS TERNAK
Tahun
2002 2003 2004 2005 2006
1 Sapi perah 6.510 6.575 6.777 6.521 6.256
2 Sapi Potong 248.375 248.673 248.971 250.465 251.488 3 Kerbau 260.044 261.734 243.435 259.672 261.794
4 Kuda 5.655 5.668 5.681 4.379 4.053
5 Kambing 707.965 712.566 717.196 640.500 643.860 6 Domba 215.217 232.391 250.935 271.314 275.844
7 Babi 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790
8 Ayam Beras 22.222.545 23.118.780 23.122.148 21.280.380 20.153.175 9 Ayam petelur 14.128.403 1.436.402 13.826.970 6.190.175 7065566 10 Ayam pedaging 38.806.173 492.184.25 38.645.260 35.568.236 34.030.041 11 Itik 2.250.717 2.264.221 2.277.806 1.994.803 2.204.287
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007
Secara umum ternak dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu ternak besar,
ternak kecil, dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi perah, kerbau, kuda, dan
Sapi. Ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam
buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Sebagai salah satu jenis ternak
kecil, babi merupakan komoditi yang memiliki populasi tertinggi di Sumatera
Utara. Penyebaran populasi ternak babi untuk setiap Kabupatan/Kota di Propinsi
Tabel 2. Populasi Ternak Babi Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2006 (ekor)
N0 KABUPATEN/KOTA Tahun
2002 2003 2004 2005 2006
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007
Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan kesadaran
masyarakat dalam pemenuhan gizi, ternyata telah meningkatkan permintaan akan
daging. Ada beberapa alternatif daging yang dapat memenuhi kebutuhan akan
protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging masyrakat
Tabel 3. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 (Kg/KPT/Thn)
No Daging Tahun
2002 2003 2004 2005 2006
1 Sapi 0.58 0.58 0.58 0.81 0.82
2 Kerbau 0.59 0.6 0.56 0.56 0.57
3 Kuda 0 0 0.06 0.1 0.01
4 Kambing 0.21 0.21 0.17 0.23 0.19
5 Domba 0.06 0.06 0.06 0.06 0.09
6 Babi 1.56 1.6 2.31 2.05 2.2
7 Ayam Beras 2.1 2.11 2.15 1.97 1.78
8 Ayam petelur 0.72 0.71 0.69 0.3 0.21
9 Ayam pedaging 3.06 3.11 3.71 0.45 3.17
10 Itik 0.1 0.1 0.1 0.08 0.07
Jumlah 8.97 9.06 10.39 9.52 9.11
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007
Daging babi merupakan jenis daging dengan jumlah konsumsi terbesar
yang melebihi 1,5 Kg per Kapita per tahunnya. Secara umum konsumsi untuk
semua jenis daging di propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat.
Peningkatan permintaan ini ternyata juga dapat diikuti oleh peningkatan jumlah
produksi daging dari setiap jenis daging. Sehingga secara umum Sumatera Utara
tidak pernah kekurangan daging. Keadaan ini menyebabkan angka impor daging
sangat kecil, kecuali daging sapi. Menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera
Utara kita masih harus mengimpor daging sapi dari Australia sekitar 7790 ekor
setiap tahunnya.
Disamping usaha ternak keluarga seperti pada umumnya, di Sumatera
Utara juga terdapat beberapa perusahaan ternak yang dapat diskalakan sebagai
Tabel 4. Perusahaan Ternak di Sumatera Utara
No Nama Perusahaan Komoditi Lokasi Kegiatan
1 PT. ALGERINDO
NUSANTARA
Babi Simalungun Produsen
2 PT. MABARINDO Babi Deli
4 PT. CHARON POKPHAN Babi P.siantar Produsen
5 PT. LEMBU JANTAN
ANDALAS
Sapi Pedaging Langkat Importir
6 PT. ELDIRAFAUNA Sapi Pedaging Asahan Importir
7 PD. RUMAH POTONG
HEWAN
Sapi Pedaging Medan Importir
8 PT. PRIMA INDOJAYA
MANDIRI
Sapi Pedaging Karo Importir
9 PT. SAGO NAULI Sapi Pedaging Medan Importir
10 UD. HANIF Kambing Asahan Produsen
11 CV. CIPTA MANDIRI Kambing Asahan Produsen
12 PT. EKSPRAVET NASUBA Ayam
Medan Produsen
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007
Besarnya permintaan akan daging babi disamping sebagai pemenuhan
permintaan konsumsi rumah tangga, tetapi juga dikarenakan keberadaan daging
babi yang sangat penting dalam upacara tradisi maupun pesta masyarakat batak,
yang merupakan etnis mayoritas di Kota Medan.
Menurut data jumlah produksi daging babi di Sumatera Utara setiap
Tabel 5. Jumlah Produksi Daging Babi Di Sumatera Utara 2002-2006
24.741.23 24.939.04 25.926.65 23.855.31 21.955.31
8 A.Ras. Petelur
8.437.83 8.439.09 8.270.31 3.676.96 2.586.74
9 A.Ras. Pedaging
36.089.74 45.581.34 44.687.58 41.778.09 39.054.85
10 Itik 1.146.39 1.172.17 1.198.52 1.038.89 912.21 Jumlah 105.773.93 123.186.34 124.569.17 115.533.13 112.279.87
Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah produksi
pada tahun 2005. Hal ini merupakan akibat dari serangan virus flu burung yang
juga berdampak sangat besar pada peternakan babi. Akan tetapi telah kembali
naik dengan drastis kembali ke jumlah semula yaitu mencapai lebih dari 27 juta
ekor.
Peningkatan permintaan daging babi ternyata tidak hanya berasal dari
dalam propinsi Sumatera Utara saja. Menurut data di Dinas Peternakan Sumatera
Utara Permintaan ekspor daging babi keluar propinsi juga cukup besar. Tujuan
Tabel 6. Jumlah ekspor ternak dari Sumatera Utara 2002-2006 ( ekor)
Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007
Pemenuhan konsumsi daging babi dalam negeri tidak banyak bermasalah,
bahkan mencapai titik jenuh. Salah satu indikasinya adalah harga daging babi
yang banyak bergerak dari tahun ke tahun dan lebih murah dari harga daging non
unggas lainnya (Yusdja dan Ilham, 2006).
Untuk pergerakan harga komoditi hasil ternak di Sumatera Utara selama
tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Harga Rata-rata Hasil Ternak Di Sumatera utara Tahun 2005-2007 (dalam Rupiah)
Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007
Penambahan jumlah penduduk kota Medan yang mengakibatkan
permintaan kebutuhan akan daging khususnya daging babi, telah menjadi peluang
yang dibidik oleh banyak wirausahawan, khususnya para pegawai baik pegawai
Negri Sipil, BUMN, BUMD dan perusahaan-perusahan swasta yang pada
Ketidakpuasan akan pendapatan yang diterima dari gaji setiap bulannya,
telah mendorong banyak pegawai untuk mencari usaha tambahan, atau sampingan
yang dapat menambah sumber pendapatan keluarga. Salah satu bentuk dari mata
pencaharian sampingan tersebut adalah dengan membuka usaha ternak, antara lain
ternak babi, yang memanfaatkan pekarangan belakang rumah.
Kecamatan Medan Denai yang merupakan kawasan pemukiman padat,
mayoritas dihuni oleh penduduk dengan mata pencaharian utama sebagai
pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil, BUMN, BUMD maupun perusahaan
swasta. Untuk menambah sumber pendapatan tambahan, banyak penduduk yang
membuka usaha ternak babi.
Kawasan Medan Denai, yang di kenal dengan kawasan Mandala, berada
dikawasan pemukiman padat dan keberadaan usaha ternak babi ini banyak
ditentang oleh warga lain karena selain menimbulkan polusi udara dari bau
kotoran ternak babi ini.
Dalam beberapa media, keberadaan ternak babi di kecamatan Medan
Denai sangat ditentang, bahkan menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera
Utara, bahwa ada pelarangan pemeliharaan ternak berkaki empat di Kota Medan.
Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor : 8 Tahun 2004 Tentang Perizinan Usaha Pertanian Dan
Peternakan, termasuk proses perizinan usaha ternak babi di kota Medan.
Salah satu sifat manusia yang dinamis adalah selalu merasa tidak pernah
puas dan mencari bentuk-bentuk pemenuhan kebutuhan. Pendapatan yang
swasta selalu dirasa tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, terutama jika besarnya gaji tersebut hanya sebatas upah minimum rata-rata.
Disamping terdesak keinginan untuk memperoleh lebih baik dari saat ini,
pola pikir dan semangat kewirausahaan juga menjadi salah satu faktor pendorong
bagi banyak pegawai untuk mencari alternatif usaha sampingan sebagai sumber
penghasilan tambahan bagi pendapatan total keluarga. Salah satunya adalah
mengusahakan ternak babi di sekitar pekarangan belakang rumah.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi
masalah, yaitu :
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam
memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah
penelitian?
2. Berapa besar pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian?
3. Apakah terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang
diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?
4. Berapa persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dalam total
pendapatan keluarga didaerah penelitan?
5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji
dengan besarnya skala usaha ternak babi?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha
ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian.
2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang
diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?
4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi
dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total
pendapatan keluarga didaerah penelitan.
5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan
gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dalam peneelitian ini adalah:
1. Bahan pertimbangan bagi instansi- instansi atau pihak-pihak terkait lainnya di
dalam membuat kebijaksanaan, terutama pengembangan dan peningkatan
usaha ternak babi.
2. Sebagai referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku
petani yang mengusahakan. Perilaku tersebut tergantung dari banyak faktor,
diantaranya: watak, suku, dan kebangsaan dari petani itu sendiri, tingkat
kebudayaan bangsa dan masyarakatnya, dan juga dari kebijaksanaan pemerintah
(Tohir, 1991).
Posisi ternak dalam budidaya terdiri atas tiga manfaat utama, yakni
sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas dan ternak penghasil produk.
Ternak sebagai sumberdaya dapat diibaratkan setara dengan sumberdaya alam
seperti seperti lahan dan air merupakan sumber turunan produksi
(Yusdja dan Ilham, 2006).
Ternak sebagai komoditas, adalah sekelompok ternak yang dihasilkan dari
turunan ternak sumberdaya melalui suatu perkawinan tertentu atau kelompok
ternak yang telah terpilih melalui satu jalur perkawinan tertentu atau seleksi
genetis tertentu berdasarkan ciri-ciri karakteristik yang diunggulkan. Ternak
komoditas berfungsi menghasilkan bakalan unggul. Contoh kelompok ini adalah
ayam ras GPS ( Grant Parents Stock) (Yusdja dan Ilham, 2006).
Ternak sebagai penghasil produk adalah kelompok ternak yang berfungsi
menghasilkan daging, susu, telur secara efisien. Contoh kelompok ini adalah sapi
bakalan impor, ayam ras pedaging, ayam petelur dan lain-lain
Tujuan utama dari usaha ternak ialah untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Pada pokoknya usaha
ternak bisa digolongkan menjadi dua:
1) Hasil pokok.
a. Berupa bahan makanan seperti : daging, susu, telur
b. Berupa tenaga, seperti tenaga kerbau dalam membajak
2) Hasil ikutan (by product)
Pada umumnya, dari usaha ternak, kecuali memberikan hasil utama,
juga msih banyak hasil sampingan yang bisa dimanfaatkan, antara lain;
a. Pupuk, dari hewan ternak menyusui dan unggas dapat diperoleh
kotorannya yang sangat besar manfaatnya bagi usaha pertanian
b. Kulit untuk sepatu, tas, alat musik dan wayang
c. Tanduk, dipergunakan untuk tangkai kipas, tangkai wayang, sisir,
kancing baju, dll
d. Tulang, dipergunakan sebagai tepung tulang yang dapat digunakan
sebagai pakan ayam dan babi
e. Darah, sebagai tepung darah yang berguna sebagai pakan ayam dan
babi (AAK, 1986).
Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan
manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan
kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan
makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Fungsi protein dalam tubuh manusia
adalah sebagai zat pembangunan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tenaga (energi). Protein yang dibutuhkan dapat berasal dari hewan yang disebut
protein hewani. Kebutuhan protein hewani dapat berupa daging, telur, dan ikan.
(Http:bainfokomsumut.com, 2002).
Ternak babi merupakan kelompok ternak pemakan butir-butiran dan
hijauan, termasuk hewan profolik karena cepat sekali berkembang. Ternak ini
secara komersil banyak diusahakan di Sumatera utara, Jawa Tengah, dan beberapa
provinsi lain. Sangat disayangkan data statistik babi tidak membedakan jenis babi
lokal dan babi hybrid (Yusdja dan Ilham, 2006).
Babi merupakan ternak yang mempunyai daya pertumbuhan dan
perkembangan yang relatif pesat, selain itu babi merupakan sumber daging yang
sangat efisien sehingga arti ekonominya sebagai ternak potong sangat tinggi.
Potensi ternak babi di Sumatera Utara pada tahun 2001 sebanyak 847.375 ekor,
sementara populasi yang terdapat di provinsi tersebut hanya 807.375 ekor, dilihat
dari data tersebut maka masih terbuka peluang investasi untuk budidaya ternak
babi di provinsi itu sebanyak 40.000 ekor. Oleh karena itu banyak penduduk
Sumatera Utara yang berternak babi baik secara intensif maupun semi intensif
sebagai usaha dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (:///Http:/Jurnal Veteriner
(VeterinaryJournal).html, 2005).
Varietas babi yang diketahui sebanyak 312 tetapi hanya 87 yang resmi
diakui sebagai bangsa babi (recognized breeds) dan yang 255 lagi belum
dianggap sebagai yang resmi. Tiap varietas maupun bangsa babi ini memiliki
ciri-ciri khas dan beberapa diantaranya masih menempati geografis tertentu
Babi merupakan ternak omnifora yang dalam beberapa hal berkompetisi
dengan manusia terhadap makananya tetapi juga merupakan terrnak yang sangat
baik memanfaatkan hasil sampingan dan sisa dapur
(Williamson dan Payne, 1993).
Pemeliharaan babi memerlukan biaya yang cukup besar terutama dalam
hal pemberian makanan. Biaya ongkos makan menduduki tempat tertinggi dari
ongkos produksi total yang kadang- kadang mencapai 80%. Hal ini disebabkan
oleh babi tumbuh begitu cepat sehingga keperluan akan makanan sangat tinggi.
Misalnya saja untuk kategori anak lahir sampai dipasarkan, pada waktu babi lahir
beratnya 1,4 kg (berat lahir 1,0 – 1,5 kg) dan mencapai 163 kg setelah 18 bulan
(Williamson dan Payne, 1993).
Pada dasarnya ada tiga kategori usaha ternak babi, 1) dari anak lahir
sampai dipasarkan; 2) menggemukkan; 3) dari anak sampai disapih, tetapi ada
juga yagn mengkombinasikan dari ketiga kegiatan tersebut ( Sihombing, 1997)
Masyarakat yang menjadikan ternak babi sebagai usaha sambilan,
sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Sumber
perolehan pakan ternak babi sebagian besar masih diperoleh dengan mencari atau
hasil budidaya sendiri. Pada usaha ternak babi skala menengah ke atas sudah
menggunakan pakan komersil
(Http/: www. Peternakan Babi Hasil Html, Jakarta.2005)
Ternak babi merupakan salah satu sumber daging dan untuk pemenuhan
gizi yang sangat efisien di antara tenak-ternak yagn lain, sehingga arti ekonomi
sebagai ternak potong cukup tinggi:
2. Ternak babi sangat peridi (Prolific), satu kali beranak dapat melahirkan 6-12
ekor, dan satu ekor babi dapat beranak dua kali dalam setahun
3. Persentasi karkas babi cukup tinggi, dapat mencapai 65-80 %, sementara
domba dan kambing 45-50 %, dan kerbau 38 %
4. Kandungan lemak daging babi cukup tinggi, dengan demikian kadar
energinya juga lebih tinggi
5. Ternak babi sangat efisien dalam mengubah sisa makanan, serta hasil ikutan
pertanian, pabrik dan lain sebagainya
6. Ternak babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian alat-alat
perlengkapan kandang.
(AAK, 1981).
Laju perkembangan dan sukses atau gagalnya usaha peternakan babi
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat dinamis. Dari hasil pengamatan
ditentukan aspek penentu yaitu:
- Tipe dan pola usaha
- Skala usaha
- Kondisi dan kemampuan sumber daya produksi
- Tipe, ukuran, dan kondisi perkembangan serta fasilitasnya
- Keadaan pasar dan transportasi
- Besar modal, kecepatan perputaran modal, dan tingkat pembeliannya
- Stabibilisasi permintaan, selera dan preferensi masyarakat akan tipe
produk yang dihasilkan dan kondisi ekonomi
- Macam dan jumlah makanan yang tersedia
- Efisiensi ternak dalam mengubah makanan menjadi produk daging
(Aritonang, 1997).
Indonesia memiliki wilayah-wilayah luas dan sesuai bagi perkembangan
ternak dalam bentuk usaha komersil skala menengah dan besar terutama untuk
ekspor. Indonesia mempunyai peluang besar untuk memenuhi ekspor daging babi,
apalagi hubungan-hubungan perdagangan internasional telah dibina. Salah satu
strategi merebut pasar adalah membangun peternakan babi pada kawasan khusus
bekerjasama dengan para pedagang babi di Singapura. Kerjasama ini dalam
bentuk kemitraan telah dilakukan di Sumatera Utara dan Kepulauan Riau
(Yusdja dan Ilham, 2006).
Landasan Teori
Keputusan akhir akan beternak babi harus diambil berdasar kriteria
kelayakan ekonomis, kecuali kalau sumber pembiayaan bukan dasar keputusan si
perencana, dikehendaki atau tidak. Bila seseorang mengingini usaha ternak
babinya berjalan sebagai suatu bisnis sejak awal harus ditangani secermat
mungkin (Sihombing ,1997).
Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3)
pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
( Syamsi, 1989)
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menajdi dua yakni: Biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap adalah biaya yang
diperoleh sedikit atau banyak. Besarnya biaya tetap tidak tergantung oleh
besarnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan tergantung besar
kecilnya produksi yang diinginkan (Soekartawi, 1995).
Analisis pendapatan berfungsi unttuk mengukur apakah kegiatan usaha
pada saat itu berhasil atau tidak, komponen pendapatan mana yang merupakan
penentu dan apakah masih dapat ditingkatkan dan sebagainya. Suatu usaha
dikatakan berhasil kalau situasi pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk
memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan
rinci mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu
tertentu (Aritonang, 1993).
Pendapatan rumah tangga merupakan hasil usaha bersama dari semua
anggota rumah tangga yang mampu bekerja dan digunakan untuk semua anggota
rumah tangga sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang ada, dengan pengeluaran
tertinggi ada pada pola makanan (Soekartawi, dkk 1984).
Kerangka Pemikiran
Pendapatan gaji para pegawai setiap bulannya hampir dapat dikatakan
sama untuk setiap bulannya. Sementara pengeluaran keluarga semakin hari
semakin bertambah. Untuk itu banyak dari para pegawai mencari alternatif usaha
sampingan sebagai sumber penambah pendapatan keluarga.
Salah satu alternatif usaha sampingan tersebut adalah mengusahakan
ternak babi. Usaha ternak babi yang diusahakan bermula hanya sebagai usaha
sampingan yang akan menambah kontribusi pendapatan total keluarga. Akan
dimana para pengusahanya yang merupakan pegawai memberikan perhatian
penuh, dan ternyata juga mampu memberikan kontribusi pendapatan yang lebih
besar dari pendapatan dari gaji bulanan.
Disamping usaha ternak babi, para pegawai juga banyak yang
mengusahakan usaha sampingan lainnya, yang juga menambah kontribusi
pendapatan total keluarga.
Selain pegawai yang mengusahakan ternak babi sebagai usaha sampingan,
perlu juga dilihat pendapatan usaha ternak babi yang diusahkan oleh peternak
murni, yang bukan pegawai. Hal ini diperlukan untuk membandingakn tingakt
pendapatan kedua usaha ternak.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor keputusan para pegawai untuk
membuka usaha ternak babi sebagai usaha sampingan.
Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
: Menyatakan hubungan USAHA NON TERNAK BABI DAN NON GAJI
USAHA TERNAK BABI
GAJI BULANAN
JUMLAH PRODUKSI
PENERIMAAN
PENDAPATA N FAKTOR –
FAKTOR
PENDAPATAN TOTAL KELUARGA
Hipotesis Penelitian
1. Pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian besar.
2. Terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan
oleh pegawai dan bukan pegawai.
3. Besar persentase (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi lebih besar
daripada pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total
pendapatan keluarga didaerah penelitan.
4. Ada hubungan yang signifikan antara besarnya gaji dengan besarnya skala
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Lokasi Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan.
Adapun alasan pemilihan daerah tersebut karena Tegal Sari Mandala II
Kecamatan Medan Denai, Kota Medan merupakan kelurahan dengan jumlah
peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Mata pencaharian utama
keluarga di kelurahan ini sangat beragam dan banyak yang mengusahakan ternak
babi sebagai mata pencaharian tambahan.
Ada empat kelurahan di kecamatan Medan Denai yang menjadi titik
peternakan babi. Keempatnya adalah Tegal Sari Mandala II, Tegal Sari Mandala
III, Binjai, dan Denai. Kelurahan Tegal Sari Mandala II merupakan kawasan
peternak terbanyak.
Metode Penentuan Responden
Populasi penelitan ini adalah semua rumah tangga dengan kepala keluarga
yang bekerja sebagai pegawai negeri yang mengusahakan ternak babi sebagai
mata pencaharian tambahan dan peternak murni di kelurahan Tegal Sari Mandala
II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Menurut data, ada sekitar 1.788 KK
yang memelihara ternak babi di Kecamatan Medan Denai, dan peternak babi
dengan mata pencaharian utama sebagai pegawai negeri ada sebanyak 8 KK.
Penarikan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Sementara penarikan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan
responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang mendukung penelitian dan
lembaga-lembaga instansi pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian dianalisis
dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.
Untuk menguji hipotesis 1, digunakan perhitungan sebagai berikut:
Dimana :
Pd= Pendapatan bersih usahatani
TR= Total Penerimaan
TC= Total Biaya
Dimana :
TC = Total Biaya
FC = Biaya Tetap
VC= Biaya Tidak Tetap
Pd = TR-TC
Dimana :
TR= Total Penerimaan
P = harga persatuan ( Rp/Kg)
Q = Jumlah Produksi (Kg)
(Soekartawi, 1995).
Untuk melihat besar tidaknya pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian
dapat dibandingkan dengan tingkat suku bunga setahun melalui analisis Return
On Investment (ROI).
Return of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian usaha. komponen pada analisis ini adalh
pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal atau biaya produksi. Rumus
yang digunakan adalah:
Kriteria uji:
- Jika ROI > tingkat suku bunga yang berlaku, maka pendapatan usaha
ternak babi besar.
- Jika ROI < tingkat suku bunga yang berlaku, maka pendapatan usaha
ternak babi tidak besar.
(Sunarjono, 2000).
Untuk menguji hipotesis 2 yaitu perbedaan pendapatan usaha ternak babi antara usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni dilakukan
analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha TR= P.Q
Pendapatan Bersih Modal (Biaya Produksi)
ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test). Dengan kriteria Uji:
Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak;
Jika t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak
Untuk menguji hipotesis 3 , digunakan perhitungan sebagai berikut:
Pendapatan Total Keluarga = Pendapatan UTB + Pendapatan Gaji + Pendapatan Non UTB.
Kontribusi Pendapatan UTB = Pendapatan dari usaha ternak babi x 100 %
Total Pendapatan Keluarga
Dengan kriteria uji :
Jika % pendapatan UTB > 33,33 %, maka terima H1 ; tolak H0
Untuk Menguji hipotesis 4, digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu analisis yang menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan antara dua
variable, dengan rumus:
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi dan batasan operasioanl digunakan untuk menjelaskan dan
menghindari kesalahpahaman dalam melakukan penelitian.
Definisi
1. Usaha ternak babi adalah suatu unit kegiatan memelihara babi untuk
memperoleh suatu permintaan yakni, anakan, indukan, pejantan, dan
perkawinan pejantan
2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternak selama proses
produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.
3. Produk merupakan semua hasil usaha ternak yang dikonsumsi, dalam hal
ini produk yang dimaskud adalah daging babi.
4. Total pendapatan keluarga adalah total jumlah dari gaji bulanan pegawai,
pendapatan usaha ternak babi, dan pendapatan usaha non ternak babi
5. Usaha sampingan adalah suatu unit usaha yang dikelola setelah adanya
suatu mata pencaharian pertama, dan merupakan unit kegiatan penambah
pendapatan keluarga.
6. Pendapatan usaha ternak non babi adalah usaha sampingan yang
menambah pendapatan keluarga selain gaji bulanan dan ternak babi.
7. Peridi (Prolific) adalah tingkat frekuensi perkembangbiakan ternak babi.
Batasan operasional
1. Daerah penelitian adalah Perumnas Mandala Kecamatan Medan Denai
Kota Medan.
3. Responden penelitian adalah para pegawai negeri yang mengusahakan
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa
Kelurahan Tegal Sari Mandala II terletak di Kecamatan Denai, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 87 ha dan jumlah penduduk
sebanyak 36.484 jiwa.
Batas wilayah kelurahan Tegal Sari Mandala II adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Bantan
Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Sebelah Timur : Kelurahan Percut
Sebelah Barat : Kelurahan Tegal Sari I
Keadaan Penduduk
a. Penduduk menurut kelompok usia
Penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II berjumlah 36.484 jiwa dan
jumlah rumah tangga 2594 kepala rumah tangga, lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2007
Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
0-4 4.090 11
Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007
Tabel 8 diatas menunjukkan jumlah penduduk kelurahan Tegal Sari Mandala
II yang paling besar terdapat pada kelompok umur 15-54 yaitu sebanyak 21.973
jiwa ( 60,22 %). Jika usia 15 – 54 tahun dianggap sebagai usia produktif, maka
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kelurahan Tegal Sari
Mandala II sangat cukup.
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II sangat
bervariasi jenisnya, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta,
peternak, buruh, pengemudi Becak, tukang batu, pedagang, supir dan sebagainya.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kelurahan
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2007
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1
Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007
Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah
sebagai karyawan/buruh swasta yaitu sebesar 3.915 orang (37,28%), pedagang
2.824 orang (17,37%) dan peternak sendiri pada posisi terbesar ketiga yaitu 1.140
orang ( 10,85%) pegawai negeri 726 orang (6,91%)
c. Penggunaan Tanah
Luas dan penggunaan tanah di Kelurahan Tegal Sari Mandala II dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Luas dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Tahun 2006
Prasarana umum lainnya
59
Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007
Dari Tabel diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah
untuk pemukiman seluas 59 Ha (75,6%), dan kelurahan ini merupakan kawasan
pemukiman padat dan kumuh, sedangkan perkantoran sebesar 9 ha (11,53%),
Sarana dan prasarana di Kelurahan Tegal Sari Mandala IIdapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tegal Sari Mandala II , Tahun 2006
No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Sekolah
2 Fasilitas Kesehatan
a. Rumah Sakit -
3 Tempat Peribadatan
a. Mesjid 9
b. Gereja Protestan 23
c. Gereja Katolik 2
Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin lengkap sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju
pembangunan. Dari data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di
Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini sangat sederhana, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan. Jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan dan
Karakteristik Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah peternak babi, yang memiliki
perkerjaan utama sebagai Pegawai Negeri dan peternak murni. Karakteristik
responden yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman beternak.
Tabel 12. Karakteristik Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2008
No Karakteristik Peternak Responden
6 Jumlah penerimaan Per siklus Usaha Ternak Babi
Rp 6.830.000 -
26.408.000
12.018.812, 5
7 Total Biaya Produksi Per Siklus Produksi
Rp 2.429.248,33 -
9.729.313
5.273.005,47
Sumber: Data Diolah ( Lampiran 1, lampiran 8, dan lampiran 9)
Umur sering kali menjadi salah satu hambatan bagi seseorang untuk dapat
melaksanakan tugas maupun kewajibannya dengan baik. Begitu juga halnya
dengan peternak yang selalu bekerja tanpa memperdulikan panas dan hujan. Umur
biasanya berpengaruh terhadap kesehatan yang secara tidak langsung
memepergaruhi produktivitas kerjanya. Apalagi pekerjaan tersebut membutuhkan
banyak tenaga dan perhatian yang cukup intensif sehingga hasil yang diinginkan
dapat tercapai.
Dari tabel 12 diatas dapat dilihat range umur konsumen yang terbesar
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak babi didaerah ini secara umum
berada pada umur yang produktif.
Tingkat pendidikan formal peternak yang cukup memadai juga akan
memperlihatkan tingkat pengetahuan dan wawasan memadai dan pada akhirnya
akan membantu peternak dalam menganalisa dan menerpakan apa yang akan
diusahakan oleh peternak dalam usaha ternaknya.
Dari tabel 12 diatas dapat dilihat tingkat pendidikan responden yang
berada pada range 0-15 tahun. Hal ini menunjukkan ada beberapa responden yang
tidak tamat SD dan SLTP, responden ini merupakan janda dari pensiunan PNS
yang mengusahakan ternak babi, akan tetapi masih menerima tunjangan gaji
pensiun, dan telah memulai usaha ternak babinya ketika suami masih ada.
Pengalaman beternak merupakan hal yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan keterampilan beternak, karena dari lama beternak dapat
diketahui sejauh mana peternak itu mengerti tentang wawasannya terhadap usaha
ternak tersebut yang dapat dilihat dari tingkat penguasaan peternak terhadap
teknik-teknik beternak dan pola pikir peternak. Atau dapat dikatakan bahwa
peternak tersebut semakin mampu mengelola usaha ternaknya dengan lebih baik
dan mampu memgatasi masalah dan kendala yang dihadapi dalm usaha ternaknya.
Jumlah tanggungan peternak di kelurahan Tegal Sari Mandala II rata-rata
4,5 jiwa. Secara umum, jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian ini,
dapat dikatakan cukup besar. Hal ini disebabkan oleh faktor sosial budaya, karena
beberapa keluarga ada yang masih menampung kerabat dan ditanggung hidupnya
Total penerimaan per siklus produksi (6 bulan) dari usaha ternak babi
peternak responden adalah berkisar Rp 6.830.000- Rp 26.408.000 dengan rataan
sebesar Rp 12.018.812, 5. Berdasarkan rataan tersebut dapat diketahui bahwa total
penerimaan peternak responden per siklus produksi masih tergolong rendah (
Lihat keterangan di bawah ini tetnang kriteria penerimaan).
Kriteria total penerimaan per siklus produksi dari usaha ternak babi adalah
ssebagai berikut:
Interval = = = Rp Rp 6.526.000
- Rendah : Rp 6.830.000 - Rp 13.356.000
- Sedang : Rp >13.356.000 – Rp 19.882.000
- Tinggi :Rp > 19.882.000 – Rp 26.4408.000
Total Biaya Produksi per siklus produksi adalah berkisar Rp 3.972.332.33
– Rp 12.729.313, dengan rataan Rp 7.540.817, 8/ siklus produksi. Berdasarkan
rataan tersebut dapat diketahui bahwa total biaya produksi peternak responden per
siklus produksi tergolong sedang ( Lihat keterangan dibawah ini tentang Kriteria
biaya produksi). Besar kecilnya biaya produksi ini tentunya akan mempengaruhi
besarnya pendapatan usaha ternak babi.
Kriteria total biaya produksi per siklus produksi adalah:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sistem Pemeliharaan Ternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II
Sistem Perkandangan
Kandang merupakan tempat ternak babi dipelihara, tempat bernaung, tidur,
makan dan lainnya. Jenis dan bahan dasar pembuat kandang babi di daerah
penelitian sangat beragam jenis. Beberapa peternak memang ada yang membuat
kandang dengan sebaik mungkin, dengna menggunakan bahan dinding batu bata
dan semen, serta atap seng yang baik. Ada juga beberapa peternak yang
menggunakan dinding kayu dan atap seng. Bahan ini tentunya tidak bertahan
lama. Bahkan ada beberapa peternak yang menggunakan bahan kayu bekas
sebagai dinding kandang dan sama sekali kurang layak untuk menjadi kandang
yang baik. Akan tetapi semua peternak menggunakan semen sebagai lantai dasar
kandang. Walaupun demikian, hampir setiap enam bulan sekali para peternak
memperbaiki lantai kandang ( Mendempul) yang rusak akibat cakaran kuku
ternak.
Letak kandang juga tidak semua menghadap ke arah timur. Kandang yang
baik harus menghadap k earah timur, agar memperoleh sinar matahari yang cukup
dipagi hari.
Bibit
Pada umumnya peternak didaerah penelitian memperoleh bibit dari anakan
induk babi milik mereka sendiri. Akan tetapi ada juga beberapa [eternak yang
membeli anak babi, jika pada siklus sebelumnya terjadi kegagalan produksi anak
peternak campuran. Ada peternak yang menggemukan babi (fattening) yang
berasal dari bibit sendiri maupun dari bibit babi yang dibeli. Ada peternak yang
memang hanya memproduksi anakan saja, dan langsung dijual. Pada umumnya
mengusahakan kedua-duanya, dan pada umumnya bersifat tergantung pada
permintaan.
Pemberian pakan
Jenis pakan yang diberikan pada ternak babi didaerah penelitian ini sangat
bervariasi, karena setiap peternak memiliki asumsi sendiri dalam mengusahakan
yang terbaik bagi ternaknya. Akan tetapi pada umumnya peternak didaerah ini
menggunakan nasi sisa sebagai bahan pakan utama. Kemudian ditambahkan
kopekan sayur yang dicincang, ampas tahu dan kelapa, dedak, dan mie sisa.
Tidak semua peternak memasak pakan ternaknya. Karena menurut peternak
tersebut, nasi sisa tersebut sudah masak dan tidak perlu dimasak lagi, ssekalipun
ditambahkan dengan bahan pakan lainnya. Garam sangat berperan penting dalam
komposisi pakan ternak babi didaerah penelitian. Sehingga pemakaian garam di
daerah pernelitian mencapai satu sak setiap minggunya.
Pemberian pakan secara umum diberikan dengan frekuensi dua kali dalam
sehari,yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 pagi dan pukul 17.00 -
17.30 sore. Disamping itu ada beberapa peternak memberikan pakan ternak
sebanyak tiga kali dalam sehari dari yan biasanya, yaitu pada pukul 13.00 - 14.00.
Pemberian Air Minum
Air minum untuk ternak babi selalu disediakan dalam kandang, yang
dilakukan ditempat air minum. Pemberian air minum ini biasanya diberikan saat
Kebersihan Ternak Babi dan Kandang
Pembersihan kandang dan ternak dilakukan pagi dan sore hari, sebelum
pemberian pakan ternak. Pembersihan ternak dilakukan dengan menyiram ternak
babi dengan air, sambil hewan ternak digosok dengan alat pengosok. Setelah itu
baru kandang dibersihkan dengan cara disiram sambil lantai digosok dengan sapu
lidi. Sebelum disiram, kotoran ternak yang ada dikandang diangkat terlebih
dahulu, lalu dimasukkan kedalam bak penampungan atau parit pembuangan.
Kebersihan kandang di daerah penelitan sebenarnya cukup bagus. Hanya saja
aliran air pembuangan yang tidak lancar, sehingga terdapat genangan disekitar
rumah warga yang tentunya dapat menimbulkan penyakit.
Pemberian Obat-obatan
Pemberian oabt-obatan bagi hewan ternak didaerah penelitian ini sebenarnya
sangat jarang. Kecuali jika terjadi musim penyakit ternak, seperti yang terjadi
pada bulan Maret hingga Mei 2008 lalu, dimana banyak hewan ternak yang
terserang penyakit dan mati, sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Hal ini terjadi, karena menurut para peternak, di daerah penelitian ini sama sekali
tidak ada perhatian dari pemerintah melalui Dinas Peternakan, baik umtuk
memberikan suntikan dan obat-obatan, maupun penyuluhan dan pendampingan
kepada para peternak.
Penggunaan Tenaga Kerja
Seluruh peternak didaerah ini mengusahakan ternaknya sendiri. Hal ini
berarti tenaga kerja yang dipakai dalam usah ini adalah tenga kerja dalam
keluarga. Hampir seluruh kegiatan usaha ternak dilakukan sendiri oleh anggota
yang pada umumnya menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga, yaitu Tukang.
Pembagian kerja dalam usaha ternak babi didaerah penelitian berdasarkan
kesepakatan anggota keluarga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.
Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3)
pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
( Syamsi, 1989)
Dalam melaksanakan usaha ternak babi sebagai usaha ternak sampingan, para
pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: ketersediaan waktu, pendapatan
yang diperoleh lebih besar, dan suka beternak.
Tabel 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.
Alasan Jumlah Responden
(orang)
Waktu, Pendapatan dan Suka Beternak 3 37.5
Total 8 100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 15
a. Ketersediaan waktu
Dari 8 responden penelitian yang merupakan pegawai dengan usaha ternak
babi sebagai usaha sampingan, seluruhnya menyatakan bahwa waktu yang
dengan perincian 1 1/2 jam di pagi hari yaitu antara jam 06.00-7.30 pagi dan sore
harinya 11/2 jam yaitu antara jam 17.00-18.30 WIB. Faktor keputusan ini
merupakan faktor keputusan berdasarkan rasional. Akan tetapi hanya satu
responden yang hanya memeberikan alasan waktu, sisanya merupakan kombinasi
antarra waktu dengan pendapatan sebanyak 3 orang, waktu dengan suka beternak
satu orang, dankombinasi dari ketiganya sebanyak tiga responden.
b. Pendapatan yang diperoleh lebih besar
Menurut informasi yang diperoleh dari lapangan, dari delapan responden
terdapat enam responden menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari
usaha ternak babi lebih besar dari pendapatan usaha sampingan lainnya. Pada
umumnya usaha ternak babi dijadikan sebagai tabungan jangka pendek dalam
memenuhi biaya pendidikan anggota keluarga. Faktor keputusan ini merupakan
faktor keputusan berdasarkan fakta
c. Suka beternak
Dari total responden terdapat empat orang yang menyatakan mereka
memilih usaha ternak babi sebagai usaha sampingan dengan alasan bahwa neereka
memiliki kemampuan dan bakat dalam beternak khususnya beternak babi.
Sehingga faktor keputusan ini dapat digolongkan sebagai faktor pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi.
Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II
Pendapatan bersih merupakan pengurangan seluruh penerimaan terhadap
total biaya produksi yang dikeluarkan. Rataan pendapatan bersih dari usaha ternak
Tabel 14. Rata-rata Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II
Strata Pendapatan Bersih (Rp/Siklus)
PNS 6.588.312,79 942.187,5 7.530.500,29
NON
PNS 2.367.676,50 1.652.968,75 4.020.645,25
Rataan 4.477.994,65 1.297.578,12 5.775.572,77
Sumber: Data diolah dari Lampiran 11
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga usaha ternak babi
yang dilakukan oleh PNS sebesar Rp. 7.530.500,29/siklus produksi. Sementara
pendapatan usaha ternak babi yang dilakukan keluarga peternak murni sebesar Rp
4.020.645,25./siklus produksi, dan rata-rata pendapatan usaha ternak babi
peternak responden adalah Rp 5.775.572,77/ siklus produksi.
Jika dirata-ratakan, pendapatan bersih peternak responden untuk setiap
tahunnya adalah sebesar Rp 8.955.989,29. Untuk melihat besar tidaknya
pendapatan usaha ini, dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat suku
bunga deposito bank melalui perhitungan Return On Invesment atau ROI, yaitu
untuk melihat persentase perbandingan pendapatan dengan biaya produksi selama
satu tahun atau dua siklus produksi.
Persentase nilai ROI dari usaha ini adalah sebagai berikut:
Dimana Pendapatan bersih usaha ternak babi selama setahun adalah Rp
8.955.989,29 dan Total Biaya produksi adalah Rp 15.081.635,7. Pendapatan Bersih
Maka:
ROI = 59,38 %
Sementara bunga deposito bank dalam satu tahun berada pada tingkat 16 % per
tahunnya. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pendapatan usaha ternak babi
didaerah penelitian lebih besar dari bunga deposito.
Maka terima H1 dan tolak H0 , yaitu Return On Investment (ROI) > tingkat suku
bunga deposito.
Melalui analisis ini dapat dilihat bahwa usaha ternak babi ini sangat baik
dikembangkan secara ekonomis karena memberikan pendapatan yang cukup
besar.
Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni
Perbedaan pekerjaan utama dan lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi
pola pikir, wawasan. Ketersediaan waktu dan cara mengelola suatu usaha. Untuk
itu dapat dilihat berdasarkan hasil pengolahan uji beda secara statistik antara
pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh PNS dan peternak murni.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha
Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni
Sampel Jumlah Sampel
t-hitung t-tabel Keterangan
N1 8 7.530.500,29 1.731 1,94 t-hitung <
t-tabel, maka H0
diterima dan H1
ditolak
N2 8 4.020.645,25 1.731 1,94
Sumber Diolah dari Lampiran 17
N1 = Peternak PNS
N2 = Peternak NON PNS
Dari Tabel 15 Independent responden T-test dapat dilihat nilai dilihat bahwa nilai t-hitung adalah 1,731 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,94
pada taraf kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika t-hitung < maka
H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usaha ternak babi PNS
dengan peternak murni (NON PNS).
Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Babi terhadap total pendapatan Keluarga
Total pendapatan keluarga merupakan hasil yang diterima oleh peternak babi
dari usaha ternak babi, luar usaha ternak dan gaji pegawai pada keluarga PNS.
Rataan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan
Tabel 16. Kontribusi Usaha Ternak Babi terhadap Total Pendapatan Keluarga
Sumber Pendapatan Rataan (Rp) Persentase (%) Pendapatan Gaji/Pensiunan PNS 14.362.500 60,94
Pendapatan Usaha Ternak Babi 7.530.500,29 31,95
Pendapatan diluar Gaji & Ternak
Babi 1.675.000 7,1
Total Pendapatan Keluarga 23.568.000,3 100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 13
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan usaha ternak babi
memberikan kontribusi sebesar 31, 95 % dari total pendapatan keluarga pegawai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan UTB < 33,3 % maka terima
H0, dan tolak H1 yaitu besar persentase kontribusi pendapatan usaha ternak babi
lebih kecil dari 33,33%, akan tetapi pendapatan usaha ternak babi ini tidak lebih
besar dari pendapatan gaji dalam total pendapatan keluarga di Tegal Sari
Mandala II.
Hal ini disebabkan karena usaha ternak babi ini diusahakan sebagai usaha
sampingan, yang menambah pendapatan total keluaarga. Akan tetapi keterbatasan
kontirbusi pendapatan usaha ternak babi ini sebenarnya disebabkan oleh skla
usaha dan ketersediaan lahan yang ada. Sehingga para peternak ini mengalami
kesulitan untuk memperbesar skala usaha.
Besar pendapatan usaha ternak babi yang masih kurang memuaskan di
daerah penelitian ini juga disebabkan oleh rendahnya harga jual yang diterima
oleh peternak dibandingakan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dapat
dilihat dari pendekatan per satuan kilogramnya. Dimana peternak menerima harga
biaya per kilogramnya sebesar Rp 9562.36, maka peternak mendapatkan laba
sebesar Rp 4437,64 per kilogram daginganya.
Meskipun usaha ini belum mampu memberikan kontribusi sepertiga dari
pendapatan total keluarga, pendapatan usaha ternak babi ini tetap memberikan
kontribusi yang lebih besar daripada usaha sampingan lainnya terhadap total
pendapatan keluarga. Dapat dilihat bahwa usaha sampingan diluar usaha ternak
babi hanya memberikan rata-rata kontribusi sebesar 7,1 %. Untuk itu keberadaan
ternak babi yang sebenarnya sangat menguntungkan ini seharusnya tidak menjadi
permasalahan besar dan menahun di Kota Medan, akan tetapi perlu dicari suatu
cara alternatif yang tidak merugikan pihak manapun. Sehingga sangat diperlukan
kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga sosial ekonomi
masyarakat.
Sebenarnya permasalahan lingkungan dapat diatasi bersama antara peternak,
masyarakat dan pemerintah. Kotoran ternak sebenarnya sangat berpotensi sebagai
pupuk kandang. Sehingga permasalahan kotoran dapat diubah menjadi bahan
yang berpotensi.
Disamping itu perlu suatu rancangan kandang yang sehat dan mudah dalam
pembersihannya, serta adanya saluran air sisa pembersihan kandang dan hewan
ternak. Sehingga nantinya tidak ada lagi genangan air disekitar lingkungan warga
yang menyebabkan bau tidak sedap dan menjadi endapan penyakit.
Selain itu besarnya permintaan daging babi dan luasnya pasar ekspor yang
ssiap menampung produksi daging babi ini, maka usaha ini perlu diberikan
perhatian lebih dalam usaha peningkatan perkenomian masyarakat yang pada
Hubungan besar gaji dengan besar skala usaha ternak babi
Pendapatan gaji dapat dijadikan sebagai modal utama dalam mengusahakan
ternak babi. Untuk itu dapat dilihat apakah ada hubungan yang signifikan antara
besarnya gaji dengan jumlah ternak yang menjadi ukuran skala usaha ternak babi
tersebut.
Secara umum skala usaha ternak babi dapat digolongkan menjadi tiga bagian
besar berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki. Yaitu
1. Skala kecil dengan jumkah ternak antara 1-15 ekor
2. Skala sedang dengan jumlah ternak antra 16-30 ekor
3. Skala besar dengan jumlah ternak diatas 30 ekor
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara pendapatan gaji dengan besarnya
skala usaha, diperoleh nilai r = 0,495. Angka tersebut menunjukkan korelasi yang
cukup kuat, karena terletak antara 0,401-0,600. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara pendapatan gaji dengan
besarnya skala usaha ternak babi.
Nilai t-hitung yang diperoleh dari korelasi tersebut adalah 1,395 dimana nilai
ini lebih kecil dari t-tabel=1,94. Oleh karena t-hitung < t-tabel maka keputusan
pengujian adalah nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan.
Berdasarkan hasil korelasi dapat dilihat angka probabilitas atau tingkat
signifikan yang diperoleh adalah 0,212, dimana nilai ini lebih besar daripada 0,05.
Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan gaji dengan
Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
anatar pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi di daerah
penelitian, atau terima H0 dan tolak H1.
Besar tidaknya skala usaha ternak babi dilapangan, ternyata tidak
berhubungan dengan modal yang diperoleh dari gaji pegawai, akan tetapi lebih
kepada manajemen dan cara perawatan ternak babi tersebut. Semakin baik para
peternak tersebut memelihara ternaknya, maka produksi dan penerimaan yang
diperoleh akan lebih besar, sehingga dapat membantu mengebangkan skala
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih
usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian
adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan
Suka beternak.
2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi.
Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank
selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment
59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya.
3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi
oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).
4. Pendapatan usaha ternak babi memberikan kontribusi sebesar 31,95% dari
total pendapatan keluarga pegawai. Jumlah ini lebih kecil dari 33,33%,
sehingga pendapatan gaji tetap lebih besar yaitu 60,94% dan pendapatan usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan
Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha
ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya.
Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik.
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji
Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah:
a. Kepada Peternak Babi
Dalam melaksanakan usaha ternaknya diharapkan para peternak dapat juga
memperhatikan sanitasi lingkungan dan kebersihan kandang. Sehingga
tidak mengganggu penduduk sekitar.
b. Kepada Pemerintah
1. Diharapkan kehadiran Dinas Peternakan dalam mengawasi dan
memberikan suntikan kepada hewan ternak yang sakit.
2. Pemerintah diharapkan memperhatikan kawasan Kelurahan Tegal Sari
Mandala II. Seperti kelancaran parit, ketersediaan tempat sampah, dan
penyuluhan kesehatan.
3. Adanya peran pemerintah dalam peningkatan kegiatan penyuluhan di
bidang peternakan dan kebersihan lingkungan.
c. Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya dapat meneliti secara statistik, bagaimana
pengaruh faktor-faktor keputusan dalam berusaha ternak babi di daerah