• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Babi Terhadap Pendapatan Total Keluarga Pegawai Dan Peternak Murni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Babi Terhadap Pendapatan Total Keluarga Pegawai Dan Peternak Murni"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI

(Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)

SKRIPSI Oleh:

ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO 040304047

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP

PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI

(Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)

SKRIPSI Oleh:

ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO 040304047

SEP/AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh Komisi pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Hiras M.L.Tobing) (Ir. Thomson Sebayang, MT)

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAN

ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO (040304047), dengan judul penelitian “KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI”

Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof.Ir. Hiras ML.Tobing Phd, dan Bapak Ir. Thomson Sebayang. MT.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?

4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan.

5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan kelurahan dengan jumlah peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Penentuan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Dan penentuan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, analisis pendapatan dan membandingakan analisis ROI pendapatan dengan tingakt suku bunga deposito bank, analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test), analisis persentase perbandingan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan keluarga,dan analisis korelasi sederhana.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan Suka beternak.

2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi. Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment 59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya. 3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi

oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).

(4)

usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya. Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji

(5)

RIWAYAT HIDUP

ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO, lahir di Payakumbuh 25 Mei 1985. Anak Pertama dari tujuh bersaudara dari Bapak M.S Siboro dan Ibu R br Nadeak.

Pendidikan yang telah ditempuh Penulis adalah :

1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Katolik SANTA THERESIA,

Air Molek dan tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta

Katolik SANTA THERESIA, Air Molek, dan tamat tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Seminari Menengah Umum CHRISTUS SACERDOS

Pematangsiantar, tahun 2003 pindah ke Sekolah Menengah Umum Swasta RK

BINTANG TIMUR, Pematangsiantar dan tamat tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni–Juli 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan

Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun.

6. Bulan September 2008 melakukan penelitian skripsi di Kelurahan Tegal Sari

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas

berkat dan karunia–Nya yang memberikan kesempatan dan kekuatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah ”KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI (Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Prof. Ir. Hiras M.L Tobing, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, Bapak Ir.Thomson Sebayang.

MT, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini, Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, Ketua Departemen

Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan,

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Staff Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan yang turut berperan dalam studi Penulis.

2. Semua Responden yang telah memberikan informasi dan keterangan dan

membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis.

3. Teristimewa kepada Keluarga Penulis buat Bapak ( M.S. Siboro) dan Mama

(7)

tercinta dan keluarga, Keluarga besar Bapak (Siboro) dan mama (Nadeak),

juga kepada abangnda Joe, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan

semangat, materi dan doa yang diberi pada Penulis sampai saat ini.

4. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya (Dina A.S.L. Tobing, Erina

Christiani, Sarah M. De Fretes, Hanna M. Aritonang dan Wilson Chandra)

terimakasih untuk persahabatan selama ini dan untuk dukungan doanya,

kepada Terima kasih juga kepada Tika, Lidia, Epo, C8, Vidia Cs dan teman–

teman Departemen SEP 04 lainnya.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini ke depannya.

Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2009

(8)

RINGKASAN

ERFANUS WANRA DEMITRA SIBORO (040304047), dengan judul penelitian “KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TERNAK BABI TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEGAWAI DAN PETERNAK MURNI”

Studi Kasus: Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof.Ir. Hiras ML.Tobing Phd, dan Bapak Ir. Thomson Sebayang. MT.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?

4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total pendapatan keluarga didaerah penelitan.

5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kotamadya Medan dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan kelurahan dengan jumlah peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Penentuan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Dan penentuan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, analisis pendapatan dan membandingakan analisis ROI pendapatan dengan tingakt suku bunga deposito bank, analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test), analisis persentase perbandingan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan keluarga,dan analisis korelasi sederhana.

Dari hasil penelitian diperoleh:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan Suka beternak.

2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi. Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment 59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya. 3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi

oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).

(9)

usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya. Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik. 5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan

manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan

kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan

makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Peternakan juga merupakan salah satu

sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

Keseriusan pemerintah dalam sektor peternakan di Sumatera Utara salah

satunya melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 288/KPTS/OT.210/4/2002

Tentang Organisasi Dan Tatakerja Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi Dan

Kerbau. Keputusan ini merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Pertanian

Nomor 313/Kpts/Org/5/1978 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pembibitan

Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Keputusan ini tetap menegaskan adanya

sentralisasi peternakan babi dan kerbau yang intensif di Propinsi Sumatera Utara

yang dipusatkan di Siborong-borong. Perubahan Keputusan pada dasarnya hanya

meningkatkan struktural dan kinerja dari dinas peternakan dan instansi yang

berkaitan akan peningkatan produksi babi dan kerbau.

Perkembangan peternakan di Sumatera Utara dapat dilihat dari data jumlah

(11)

Tabel 1. Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor)

N0 JENIS TERNAK

Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1 Sapi perah 6.510 6.575 6.777 6.521 6.256

2 Sapi Potong 248.375 248.673 248.971 250.465 251.488 3 Kerbau 260.044 261.734 243.435 259.672 261.794

4 Kuda 5.655 5.668 5.681 4.379 4.053

5 Kambing 707.965 712.566 717.196 640.500 643.860 6 Domba 215.217 232.391 250.935 271.314 275.844

7 Babi 828.043 849.924 870.980 809.705 822.790

8 Ayam Beras 22.222.545 23.118.780 23.122.148 21.280.380 20.153.175 9 Ayam petelur 14.128.403 1.436.402 13.826.970 6.190.175 7065566 10 Ayam pedaging 38.806.173 492.184.25 38.645.260 35.568.236 34.030.041 11 Itik 2.250.717 2.264.221 2.277.806 1.994.803 2.204.287

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007

Secara umum ternak dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu ternak besar,

ternak kecil, dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi perah, kerbau, kuda, dan

Sapi. Ternak kecil terdiri dari kambing, domba dan babi. Unggas terdiri dari ayam

buras, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Sebagai salah satu jenis ternak

kecil, babi merupakan komoditi yang memiliki populasi tertinggi di Sumatera

Utara. Penyebaran populasi ternak babi untuk setiap Kabupatan/Kota di Propinsi

(12)

Tabel 2. Populasi Ternak Babi Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2006 (ekor)

N0 KABUPATEN/KOTA Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007

Pemenuhan kebutuhan protein hewani yang tinggi dan kesadaran

masyarakat dalam pemenuhan gizi, ternyata telah meningkatkan permintaan akan

daging. Ada beberapa alternatif daging yang dapat memenuhi kebutuhan akan

protein hewani. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi daging masyrakat

(13)

Tabel 3. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 (Kg/KPT/Thn)

No Daging Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1 Sapi 0.58 0.58 0.58 0.81 0.82

2 Kerbau 0.59 0.6 0.56 0.56 0.57

3 Kuda 0 0 0.06 0.1 0.01

4 Kambing 0.21 0.21 0.17 0.23 0.19

5 Domba 0.06 0.06 0.06 0.06 0.09

6 Babi 1.56 1.6 2.31 2.05 2.2

7 Ayam Beras 2.1 2.11 2.15 1.97 1.78

8 Ayam petelur 0.72 0.71 0.69 0.3 0.21

9 Ayam pedaging 3.06 3.11 3.71 0.45 3.17

10 Itik 0.1 0.1 0.1 0.08 0.07

Jumlah 8.97 9.06 10.39 9.52 9.11

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007

Daging babi merupakan jenis daging dengan jumlah konsumsi terbesar

yang melebihi 1,5 Kg per Kapita per tahunnya. Secara umum konsumsi untuk

semua jenis daging di propinsi Sumatera Utara setiap tahunnya meningkat.

Peningkatan permintaan ini ternyata juga dapat diikuti oleh peningkatan jumlah

produksi daging dari setiap jenis daging. Sehingga secara umum Sumatera Utara

tidak pernah kekurangan daging. Keadaan ini menyebabkan angka impor daging

sangat kecil, kecuali daging sapi. Menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera

Utara kita masih harus mengimpor daging sapi dari Australia sekitar 7790 ekor

setiap tahunnya.

Disamping usaha ternak keluarga seperti pada umumnya, di Sumatera

Utara juga terdapat beberapa perusahaan ternak yang dapat diskalakan sebagai

(14)

Tabel 4. Perusahaan Ternak di Sumatera Utara

No Nama Perusahaan Komoditi Lokasi Kegiatan

1 PT. ALGERINDO

NUSANTARA

Babi Simalungun Produsen

2 PT. MABARINDO Babi Deli

4 PT. CHARON POKPHAN Babi P.siantar Produsen

5 PT. LEMBU JANTAN

ANDALAS

Sapi Pedaging Langkat Importir

6 PT. ELDIRAFAUNA Sapi Pedaging Asahan Importir

7 PD. RUMAH POTONG

HEWAN

Sapi Pedaging Medan Importir

8 PT. PRIMA INDOJAYA

MANDIRI

Sapi Pedaging Karo Importir

9 PT. SAGO NAULI Sapi Pedaging Medan Importir

10 UD. HANIF Kambing Asahan Produsen

11 CV. CIPTA MANDIRI Kambing Asahan Produsen

12 PT. EKSPRAVET NASUBA Ayam

Medan Produsen

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, Statistik Peternakan 2007

Besarnya permintaan akan daging babi disamping sebagai pemenuhan

permintaan konsumsi rumah tangga, tetapi juga dikarenakan keberadaan daging

babi yang sangat penting dalam upacara tradisi maupun pesta masyarakat batak,

yang merupakan etnis mayoritas di Kota Medan.

Menurut data jumlah produksi daging babi di Sumatera Utara setiap

(15)

Tabel 5. Jumlah Produksi Daging Babi Di Sumatera Utara 2002-2006

24.741.23 24.939.04 25.926.65 23.855.31 21.955.31

8 A.Ras. Petelur

8.437.83 8.439.09 8.270.31 3.676.96 2.586.74

9 A.Ras. Pedaging

36.089.74 45.581.34 44.687.58 41.778.09 39.054.85

10 Itik 1.146.39 1.172.17 1.198.52 1.038.89 912.21 Jumlah 105.773.93 123.186.34 124.569.17 115.533.13 112.279.87

Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah produksi

pada tahun 2005. Hal ini merupakan akibat dari serangan virus flu burung yang

juga berdampak sangat besar pada peternakan babi. Akan tetapi telah kembali

naik dengan drastis kembali ke jumlah semula yaitu mencapai lebih dari 27 juta

ekor.

Peningkatan permintaan daging babi ternyata tidak hanya berasal dari

dalam propinsi Sumatera Utara saja. Menurut data di Dinas Peternakan Sumatera

Utara Permintaan ekspor daging babi keluar propinsi juga cukup besar. Tujuan

(16)

Tabel 6. Jumlah ekspor ternak dari Sumatera Utara 2002-2006 ( ekor)

Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007

Pemenuhan konsumsi daging babi dalam negeri tidak banyak bermasalah,

bahkan mencapai titik jenuh. Salah satu indikasinya adalah harga daging babi

yang banyak bergerak dari tahun ke tahun dan lebih murah dari harga daging non

unggas lainnya (Yusdja dan Ilham, 2006).

Untuk pergerakan harga komoditi hasil ternak di Sumatera Utara selama

tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Harga Rata-rata Hasil Ternak Di Sumatera utara Tahun 2005-2007 (dalam Rupiah)

Sumber : Dinas Peternakan, Statistik Peternakan 2007

Penambahan jumlah penduduk kota Medan yang mengakibatkan

permintaan kebutuhan akan daging khususnya daging babi, telah menjadi peluang

yang dibidik oleh banyak wirausahawan, khususnya para pegawai baik pegawai

Negri Sipil, BUMN, BUMD dan perusahaan-perusahan swasta yang pada

(17)

Ketidakpuasan akan pendapatan yang diterima dari gaji setiap bulannya,

telah mendorong banyak pegawai untuk mencari usaha tambahan, atau sampingan

yang dapat menambah sumber pendapatan keluarga. Salah satu bentuk dari mata

pencaharian sampingan tersebut adalah dengan membuka usaha ternak, antara lain

ternak babi, yang memanfaatkan pekarangan belakang rumah.

Kecamatan Medan Denai yang merupakan kawasan pemukiman padat,

mayoritas dihuni oleh penduduk dengan mata pencaharian utama sebagai

pegawai, baik Pegawai Negeri Sipil, BUMN, BUMD maupun perusahaan

swasta. Untuk menambah sumber pendapatan tambahan, banyak penduduk yang

membuka usaha ternak babi.

Kawasan Medan Denai, yang di kenal dengan kawasan Mandala, berada

dikawasan pemukiman padat dan keberadaan usaha ternak babi ini banyak

ditentang oleh warga lain karena selain menimbulkan polusi udara dari bau

kotoran ternak babi ini.

Dalam beberapa media, keberadaan ternak babi di kecamatan Medan

Denai sangat ditentang, bahkan menurut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera

Utara, bahwa ada pelarangan pemeliharaan ternak berkaki empat di Kota Medan.

Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor : 8 Tahun 2004 Tentang Perizinan Usaha Pertanian Dan

Peternakan, termasuk proses perizinan usaha ternak babi di kota Medan.

Salah satu sifat manusia yang dinamis adalah selalu merasa tidak pernah

puas dan mencari bentuk-bentuk pemenuhan kebutuhan. Pendapatan yang

(18)

swasta selalu dirasa tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, terutama jika besarnya gaji tersebut hanya sebatas upah minimum rata-rata.

Disamping terdesak keinginan untuk memperoleh lebih baik dari saat ini,

pola pikir dan semangat kewirausahaan juga menjadi salah satu faktor pendorong

bagi banyak pegawai untuk mencari alternatif usaha sampingan sebagai sumber

penghasilan tambahan bagi pendapatan total keluarga. Salah satunya adalah

mengusahakan ternak babi di sekitar pekarangan belakang rumah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi

masalah, yaitu :

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam

memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah

penelitian?

2. Berapa besar pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian?

3. Apakah terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang

diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?

4. Berapa persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi dalam total

pendapatan keluarga didaerah penelitan?

5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji

dengan besarnya skala usaha ternak babi?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan

(19)

1. Untuk mengetahui faktor-faktor keputusan pegawai dalam memilih usaha

ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian.

2. Untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha ternak babi di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang

diusahakan oleh pegawai dan bukan pegawai?

4. Untuk mengetahui persen (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi

dibandingkan pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total

pendapatan keluarga didaerah penelitan.

5. Untuk mengetahui hubungan yang signigfikan antara besarnya pendapatan

gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam peneelitian ini adalah:

1. Bahan pertimbangan bagi instansi- instansi atau pihak-pihak terkait lainnya di

dalam membuat kebijaksanaan, terutama pengembangan dan peningkatan

usaha ternak babi.

2. Sebagai referensi atau sumber informasi bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku

petani yang mengusahakan. Perilaku tersebut tergantung dari banyak faktor,

diantaranya: watak, suku, dan kebangsaan dari petani itu sendiri, tingkat

kebudayaan bangsa dan masyarakatnya, dan juga dari kebijaksanaan pemerintah

(Tohir, 1991).

Posisi ternak dalam budidaya terdiri atas tiga manfaat utama, yakni

sebagai sumberdaya, ternak sebagai komoditas dan ternak penghasil produk.

Ternak sebagai sumberdaya dapat diibaratkan setara dengan sumberdaya alam

seperti seperti lahan dan air merupakan sumber turunan produksi

(Yusdja dan Ilham, 2006).

Ternak sebagai komoditas, adalah sekelompok ternak yang dihasilkan dari

turunan ternak sumberdaya melalui suatu perkawinan tertentu atau kelompok

ternak yang telah terpilih melalui satu jalur perkawinan tertentu atau seleksi

genetis tertentu berdasarkan ciri-ciri karakteristik yang diunggulkan. Ternak

komoditas berfungsi menghasilkan bakalan unggul. Contoh kelompok ini adalah

ayam ras GPS ( Grant Parents Stock) (Yusdja dan Ilham, 2006).

Ternak sebagai penghasil produk adalah kelompok ternak yang berfungsi

menghasilkan daging, susu, telur secara efisien. Contoh kelompok ini adalah sapi

bakalan impor, ayam ras pedaging, ayam petelur dan lain-lain

(21)

Tujuan utama dari usaha ternak ialah untuk mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Pada pokoknya usaha

ternak bisa digolongkan menjadi dua:

1) Hasil pokok.

a. Berupa bahan makanan seperti : daging, susu, telur

b. Berupa tenaga, seperti tenaga kerbau dalam membajak

2) Hasil ikutan (by product)

Pada umumnya, dari usaha ternak, kecuali memberikan hasil utama,

juga msih banyak hasil sampingan yang bisa dimanfaatkan, antara lain;

a. Pupuk, dari hewan ternak menyusui dan unggas dapat diperoleh

kotorannya yang sangat besar manfaatnya bagi usaha pertanian

b. Kulit untuk sepatu, tas, alat musik dan wayang

c. Tanduk, dipergunakan untuk tangkai kipas, tangkai wayang, sisir,

kancing baju, dll

d. Tulang, dipergunakan sebagai tepung tulang yang dapat digunakan

sebagai pakan ayam dan babi

e. Darah, sebagai tepung darah yang berguna sebagai pakan ayam dan

babi (AAK, 1986).

Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan

manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan

kebutuhan protein dalam tubuh sangat tergantung dari susunan komposisi bahan

makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Fungsi protein dalam tubuh manusia

adalah sebagai zat pembangunan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan

(22)

tenaga (energi). Protein yang dibutuhkan dapat berasal dari hewan yang disebut

protein hewani. Kebutuhan protein hewani dapat berupa daging, telur, dan ikan.

(Http:bainfokomsumut.com, 2002).

Ternak babi merupakan kelompok ternak pemakan butir-butiran dan

hijauan, termasuk hewan profolik karena cepat sekali berkembang. Ternak ini

secara komersil banyak diusahakan di Sumatera utara, Jawa Tengah, dan beberapa

provinsi lain. Sangat disayangkan data statistik babi tidak membedakan jenis babi

lokal dan babi hybrid (Yusdja dan Ilham, 2006).

Babi merupakan ternak yang mempunyai daya pertumbuhan dan

perkembangan yang relatif pesat, selain itu babi merupakan sumber daging yang

sangat efisien sehingga arti ekonominya sebagai ternak potong sangat tinggi.

Potensi ternak babi di Sumatera Utara pada tahun 2001 sebanyak 847.375 ekor,

sementara populasi yang terdapat di provinsi tersebut hanya 807.375 ekor, dilihat

dari data tersebut maka masih terbuka peluang investasi untuk budidaya ternak

babi di provinsi itu sebanyak 40.000 ekor. Oleh karena itu banyak penduduk

Sumatera Utara yang berternak babi baik secara intensif maupun semi intensif

sebagai usaha dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (:///Http:/Jurnal Veteriner

(VeterinaryJournal).html, 2005).

Varietas babi yang diketahui sebanyak 312 tetapi hanya 87 yang resmi

diakui sebagai bangsa babi (recognized breeds) dan yang 255 lagi belum

dianggap sebagai yang resmi. Tiap varietas maupun bangsa babi ini memiliki

ciri-ciri khas dan beberapa diantaranya masih menempati geografis tertentu

(23)

Babi merupakan ternak omnifora yang dalam beberapa hal berkompetisi

dengan manusia terhadap makananya tetapi juga merupakan terrnak yang sangat

baik memanfaatkan hasil sampingan dan sisa dapur

(Williamson dan Payne, 1993).

Pemeliharaan babi memerlukan biaya yang cukup besar terutama dalam

hal pemberian makanan. Biaya ongkos makan menduduki tempat tertinggi dari

ongkos produksi total yang kadang- kadang mencapai 80%. Hal ini disebabkan

oleh babi tumbuh begitu cepat sehingga keperluan akan makanan sangat tinggi.

Misalnya saja untuk kategori anak lahir sampai dipasarkan, pada waktu babi lahir

beratnya 1,4 kg (berat lahir 1,0 – 1,5 kg) dan mencapai 163 kg setelah 18 bulan

(Williamson dan Payne, 1993).

Pada dasarnya ada tiga kategori usaha ternak babi, 1) dari anak lahir

sampai dipasarkan; 2) menggemukkan; 3) dari anak sampai disapih, tetapi ada

juga yagn mengkombinasikan dari ketiga kegiatan tersebut ( Sihombing, 1997)

Masyarakat yang menjadikan ternak babi sebagai usaha sambilan,

sebagian besar masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Sumber

perolehan pakan ternak babi sebagian besar masih diperoleh dengan mencari atau

hasil budidaya sendiri. Pada usaha ternak babi skala menengah ke atas sudah

menggunakan pakan komersil

(Http/: www. Peternakan Babi Hasil Html, Jakarta.2005)

Ternak babi merupakan salah satu sumber daging dan untuk pemenuhan

gizi yang sangat efisien di antara tenak-ternak yagn lain, sehingga arti ekonomi

sebagai ternak potong cukup tinggi:

(24)

2. Ternak babi sangat peridi (Prolific), satu kali beranak dapat melahirkan 6-12

ekor, dan satu ekor babi dapat beranak dua kali dalam setahun

3. Persentasi karkas babi cukup tinggi, dapat mencapai 65-80 %, sementara

domba dan kambing 45-50 %, dan kerbau 38 %

4. Kandungan lemak daging babi cukup tinggi, dengan demikian kadar

energinya juga lebih tinggi

5. Ternak babi sangat efisien dalam mengubah sisa makanan, serta hasil ikutan

pertanian, pabrik dan lain sebagainya

6. Ternak babi mudah beradaptasi terhadap sistem pemakaian alat-alat

perlengkapan kandang.

(AAK, 1981).

Laju perkembangan dan sukses atau gagalnya usaha peternakan babi

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat dinamis. Dari hasil pengamatan

ditentukan aspek penentu yaitu:

- Tipe dan pola usaha

- Skala usaha

- Kondisi dan kemampuan sumber daya produksi

- Tipe, ukuran, dan kondisi perkembangan serta fasilitasnya

- Keadaan pasar dan transportasi

- Besar modal, kecepatan perputaran modal, dan tingkat pembeliannya

- Stabibilisasi permintaan, selera dan preferensi masyarakat akan tipe

produk yang dihasilkan dan kondisi ekonomi

- Macam dan jumlah makanan yang tersedia

(25)

- Efisiensi ternak dalam mengubah makanan menjadi produk daging

(Aritonang, 1997).

Indonesia memiliki wilayah-wilayah luas dan sesuai bagi perkembangan

ternak dalam bentuk usaha komersil skala menengah dan besar terutama untuk

ekspor. Indonesia mempunyai peluang besar untuk memenuhi ekspor daging babi,

apalagi hubungan-hubungan perdagangan internasional telah dibina. Salah satu

strategi merebut pasar adalah membangun peternakan babi pada kawasan khusus

bekerjasama dengan para pedagang babi di Singapura. Kerjasama ini dalam

bentuk kemitraan telah dilakukan di Sumatera Utara dan Kepulauan Riau

(Yusdja dan Ilham, 2006).

Landasan Teori

Keputusan akhir akan beternak babi harus diambil berdasar kriteria

kelayakan ekonomis, kecuali kalau sumber pembiayaan bukan dasar keputusan si

perencana, dikehendaki atau tidak. Bila seseorang mengingini usaha ternak

babinya berjalan sebagai suatu bisnis sejak awal harus ditangani secermat

mungkin (Sihombing ,1997).

Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan

keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3)

pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan

berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

( Syamsi, 1989)

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menajdi dua yakni: Biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap adalah biaya yang

(26)

diperoleh sedikit atau banyak. Besarnya biaya tetap tidak tergantung oleh

besarnya jumlah produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya yang

besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan tergantung besar

kecilnya produksi yang diinginkan (Soekartawi, 1995).

Analisis pendapatan berfungsi unttuk mengukur apakah kegiatan usaha

pada saat itu berhasil atau tidak, komponen pendapatan mana yang merupakan

penentu dan apakah masih dapat ditingkatkan dan sebagainya. Suatu usaha

dikatakan berhasil kalau situasi pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk

memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan

rinci mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu

tertentu (Aritonang, 1993).

Pendapatan rumah tangga merupakan hasil usaha bersama dari semua

anggota rumah tangga yang mampu bekerja dan digunakan untuk semua anggota

rumah tangga sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang ada, dengan pengeluaran

tertinggi ada pada pola makanan (Soekartawi, dkk 1984).

Kerangka Pemikiran

Pendapatan gaji para pegawai setiap bulannya hampir dapat dikatakan

sama untuk setiap bulannya. Sementara pengeluaran keluarga semakin hari

semakin bertambah. Untuk itu banyak dari para pegawai mencari alternatif usaha

sampingan sebagai sumber penambah pendapatan keluarga.

Salah satu alternatif usaha sampingan tersebut adalah mengusahakan

ternak babi. Usaha ternak babi yang diusahakan bermula hanya sebagai usaha

sampingan yang akan menambah kontribusi pendapatan total keluarga. Akan

(27)

dimana para pengusahanya yang merupakan pegawai memberikan perhatian

penuh, dan ternyata juga mampu memberikan kontribusi pendapatan yang lebih

besar dari pendapatan dari gaji bulanan.

Disamping usaha ternak babi, para pegawai juga banyak yang

mengusahakan usaha sampingan lainnya, yang juga menambah kontribusi

pendapatan total keluarga.

Selain pegawai yang mengusahakan ternak babi sebagai usaha sampingan,

perlu juga dilihat pendapatan usaha ternak babi yang diusahkan oleh peternak

murni, yang bukan pegawai. Hal ini diperlukan untuk membandingakn tingakt

pendapatan kedua usaha ternak.

Ada beberapa hal yang menjadi faktor keputusan para pegawai untuk

membuka usaha ternak babi sebagai usaha sampingan.

Secara skematis kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai

(28)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

: Menyatakan hubungan USAHA NON TERNAK BABI DAN NON GAJI

USAHA TERNAK BABI

GAJI BULANAN

JUMLAH PRODUKSI

PENERIMAAN

PENDAPATA N FAKTOR –

FAKTOR

PENDAPATAN TOTAL KELUARGA

(29)

Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian besar.

2. Terdapat perbedaan antara pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan

oleh pegawai dan bukan pegawai.

3. Besar persentase (%) kontribusi pendapatan usaha ternak babi lebih besar

daripada pendapatan gaji dan usaha non ternak babi dalam total

pendapatan keluarga didaerah penelitan.

4. Ada hubungan yang signifikan antara besarnya gaji dengan besarnya skala

(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Adapun alasan pemilihan daerah tersebut karena Tegal Sari Mandala II

Kecamatan Medan Denai, Kota Medan merupakan kelurahan dengan jumlah

peternak babi yang terbesar di kecamatan tersebut. Mata pencaharian utama

keluarga di kelurahan ini sangat beragam dan banyak yang mengusahakan ternak

babi sebagai mata pencaharian tambahan.

Ada empat kelurahan di kecamatan Medan Denai yang menjadi titik

peternakan babi. Keempatnya adalah Tegal Sari Mandala II, Tegal Sari Mandala

III, Binjai, dan Denai. Kelurahan Tegal Sari Mandala II merupakan kawasan

peternak terbanyak.

Metode Penentuan Responden

Populasi penelitan ini adalah semua rumah tangga dengan kepala keluarga

yang bekerja sebagai pegawai negeri yang mengusahakan ternak babi sebagai

mata pencaharian tambahan dan peternak murni di kelurahan Tegal Sari Mandala

II, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Menurut data, ada sekitar 1.788 KK

yang memelihara ternak babi di Kecamatan Medan Denai, dan peternak babi

dengan mata pencaharian utama sebagai pegawai negeri ada sebanyak 8 KK.

Penarikan responden untuk peternak yang PNS dilakukan secara sensus. Sementara penarikan responden untuk peternak murni dilakukan secara acak

(31)

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang mendukung penelitian dan

lembaga-lembaga instansi pemerintah dan lembaga-lembaga yang terkait dengan

penelitian ini.

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi kemudian dianalisis

dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.

Untuk menguji hipotesis 1, digunakan perhitungan sebagai berikut:

Dimana :

Pd= Pendapatan bersih usahatani

TR= Total Penerimaan

TC= Total Biaya

Dimana :

TC = Total Biaya

FC = Biaya Tetap

VC= Biaya Tidak Tetap

Pd = TR-TC

(32)

Dimana :

TR= Total Penerimaan

P = harga persatuan ( Rp/Kg)

Q = Jumlah Produksi (Kg)

(Soekartawi, 1995).

Untuk melihat besar tidaknya pendapatan usaha ternak babi di daerah penelitian

dapat dibandingkan dengan tingkat suku bunga setahun melalui analisis Return

On Investment (ROI).

Return of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian usaha. komponen pada analisis ini adalh

pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal atau biaya produksi. Rumus

yang digunakan adalah:

Kriteria uji:

- Jika ROI > tingkat suku bunga yang berlaku, maka pendapatan usaha

ternak babi besar.

- Jika ROI < tingkat suku bunga yang berlaku, maka pendapatan usaha

ternak babi tidak besar.

(Sunarjono, 2000).

Untuk menguji hipotesis 2 yaitu perbedaan pendapatan usaha ternak babi antara usaha ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni dilakukan

analisis statistik dengan uji beda rata-rata atau t-hitung dengan uji 2 arah usaha TR= P.Q

Pendapatan Bersih Modal (Biaya Produksi)

(33)

ternak babi yang diusahakan pegawai dan peternak murni (Independent Sample T-Test). Dengan kriteria Uji:

Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak;

Jika t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak

Untuk menguji hipotesis 3 , digunakan perhitungan sebagai berikut:

Pendapatan Total Keluarga = Pendapatan UTB + Pendapatan Gaji + Pendapatan Non UTB.

Kontribusi Pendapatan UTB = Pendapatan dari usaha ternak babi x 100 %

Total Pendapatan Keluarga

Dengan kriteria uji :

Jika % pendapatan UTB > 33,33 %, maka terima H1 ; tolak H0

Untuk Menguji hipotesis 4, digunakan analisis korelasi sederhana, yaitu analisis yang menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan antara dua

variable, dengan rumus:

(34)

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasioanl digunakan untuk menjelaskan dan

menghindari kesalahpahaman dalam melakukan penelitian.

Definisi

1. Usaha ternak babi adalah suatu unit kegiatan memelihara babi untuk

memperoleh suatu permintaan yakni, anakan, indukan, pejantan, dan

perkawinan pejantan

2. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternak selama proses

produksi berlangsung sampai siap untuk dipasarkan.

3. Produk merupakan semua hasil usaha ternak yang dikonsumsi, dalam hal

ini produk yang dimaskud adalah daging babi.

4. Total pendapatan keluarga adalah total jumlah dari gaji bulanan pegawai,

pendapatan usaha ternak babi, dan pendapatan usaha non ternak babi

5. Usaha sampingan adalah suatu unit usaha yang dikelola setelah adanya

suatu mata pencaharian pertama, dan merupakan unit kegiatan penambah

pendapatan keluarga.

6. Pendapatan usaha ternak non babi adalah usaha sampingan yang

menambah pendapatan keluarga selain gaji bulanan dan ternak babi.

7. Peridi (Prolific) adalah tingkat frekuensi perkembangbiakan ternak babi.

Batasan operasional

1. Daerah penelitian adalah Perumnas Mandala Kecamatan Medan Denai

Kota Medan.

(35)

3. Responden penelitian adalah para pegawai negeri yang mengusahakan

(36)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa

Kelurahan Tegal Sari Mandala II terletak di Kecamatan Denai, Kota Medan,

Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 87 ha dan jumlah penduduk

sebanyak 36.484 jiwa.

Batas wilayah kelurahan Tegal Sari Mandala II adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Bantan

Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Sari Mandala III

Sebelah Timur : Kelurahan Percut

Sebelah Barat : Kelurahan Tegal Sari I

Keadaan Penduduk

a. Penduduk menurut kelompok usia

Penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II berjumlah 36.484 jiwa dan

jumlah rumah tangga 2594 kepala rumah tangga, lebih jelasnya dapat dilihat pada

(37)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2007

Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-4 4.090 11

Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007

Tabel 8 diatas menunjukkan jumlah penduduk kelurahan Tegal Sari Mandala

II yang paling besar terdapat pada kelompok umur 15-54 yaitu sebanyak 21.973

jiwa ( 60,22 %). Jika usia 15 – 54 tahun dianggap sebagai usia produktif, maka

dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kelurahan Tegal Sari

Mandala II sangat cukup.

b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II sangat

bervariasi jenisnya, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta,

peternak, buruh, pengemudi Becak, tukang batu, pedagang, supir dan sebagainya.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kelurahan

(38)

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2007

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007

Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah

sebagai karyawan/buruh swasta yaitu sebesar 3.915 orang (37,28%), pedagang

2.824 orang (17,37%) dan peternak sendiri pada posisi terbesar ketiga yaitu 1.140

orang ( 10,85%) pegawai negeri 726 orang (6,91%)

c. Penggunaan Tanah

Luas dan penggunaan tanah di Kelurahan Tegal Sari Mandala II dapat

dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Luas dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Tahun 2006

Prasarana umum lainnya

59

Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II, 2007

Dari Tabel diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah

untuk pemukiman seluas 59 Ha (75,6%), dan kelurahan ini merupakan kawasan

pemukiman padat dan kumuh, sedangkan perkantoran sebesar 9 ha (11,53%),

(39)

Sarana dan prasarana di Kelurahan Tegal Sari Mandala IIdapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tegal Sari Mandala II , Tahun 2006

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sekolah

2 Fasilitas Kesehatan

a. Rumah Sakit -

3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid 9

b. Gereja Protestan 23

c. Gereja Katolik 2

Sumber: Kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin lengkap sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju

pembangunan. Dari data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di

Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini sangat sederhana, khususnya sarana dan

prasarana kesehatan. Jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan dan

(40)

Karakteristik Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah peternak babi, yang memiliki

perkerjaan utama sebagai Pegawai Negeri dan peternak murni. Karakteristik

responden yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari

umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman beternak.

Tabel 12. Karakteristik Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2008

No Karakteristik Peternak Responden

6 Jumlah penerimaan Per siklus Usaha Ternak Babi

Rp 6.830.000 -

26.408.000

12.018.812, 5

7 Total Biaya Produksi Per Siklus Produksi

Rp 2.429.248,33 -

9.729.313

5.273.005,47

Sumber: Data Diolah ( Lampiran 1, lampiran 8, dan lampiran 9)

Umur sering kali menjadi salah satu hambatan bagi seseorang untuk dapat

melaksanakan tugas maupun kewajibannya dengan baik. Begitu juga halnya

dengan peternak yang selalu bekerja tanpa memperdulikan panas dan hujan. Umur

biasanya berpengaruh terhadap kesehatan yang secara tidak langsung

memepergaruhi produktivitas kerjanya. Apalagi pekerjaan tersebut membutuhkan

banyak tenaga dan perhatian yang cukup intensif sehingga hasil yang diinginkan

dapat tercapai.

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat range umur konsumen yang terbesar

(41)

tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak babi didaerah ini secara umum

berada pada umur yang produktif.

Tingkat pendidikan formal peternak yang cukup memadai juga akan

memperlihatkan tingkat pengetahuan dan wawasan memadai dan pada akhirnya

akan membantu peternak dalam menganalisa dan menerpakan apa yang akan

diusahakan oleh peternak dalam usaha ternaknya.

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat tingkat pendidikan responden yang

berada pada range 0-15 tahun. Hal ini menunjukkan ada beberapa responden yang

tidak tamat SD dan SLTP, responden ini merupakan janda dari pensiunan PNS

yang mengusahakan ternak babi, akan tetapi masih menerima tunjangan gaji

pensiun, dan telah memulai usaha ternak babinya ketika suami masih ada.

Pengalaman beternak merupakan hal yang dapat mempengaruhi

pengetahuan dan keterampilan beternak, karena dari lama beternak dapat

diketahui sejauh mana peternak itu mengerti tentang wawasannya terhadap usaha

ternak tersebut yang dapat dilihat dari tingkat penguasaan peternak terhadap

teknik-teknik beternak dan pola pikir peternak. Atau dapat dikatakan bahwa

peternak tersebut semakin mampu mengelola usaha ternaknya dengan lebih baik

dan mampu memgatasi masalah dan kendala yang dihadapi dalm usaha ternaknya.

Jumlah tanggungan peternak di kelurahan Tegal Sari Mandala II rata-rata

4,5 jiwa. Secara umum, jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian ini,

dapat dikatakan cukup besar. Hal ini disebabkan oleh faktor sosial budaya, karena

beberapa keluarga ada yang masih menampung kerabat dan ditanggung hidupnya

(42)

Total penerimaan per siklus produksi (6 bulan) dari usaha ternak babi

peternak responden adalah berkisar Rp 6.830.000- Rp 26.408.000 dengan rataan

sebesar Rp 12.018.812, 5. Berdasarkan rataan tersebut dapat diketahui bahwa total

penerimaan peternak responden per siklus produksi masih tergolong rendah (

Lihat keterangan di bawah ini tetnang kriteria penerimaan).

Kriteria total penerimaan per siklus produksi dari usaha ternak babi adalah

ssebagai berikut:

Interval = = = Rp Rp 6.526.000

- Rendah : Rp 6.830.000 - Rp 13.356.000

- Sedang : Rp >13.356.000 – Rp 19.882.000

- Tinggi :Rp > 19.882.000 – Rp 26.4408.000

Total Biaya Produksi per siklus produksi adalah berkisar Rp 3.972.332.33

– Rp 12.729.313, dengan rataan Rp 7.540.817, 8/ siklus produksi. Berdasarkan

rataan tersebut dapat diketahui bahwa total biaya produksi peternak responden per

siklus produksi tergolong sedang ( Lihat keterangan dibawah ini tentang Kriteria

biaya produksi). Besar kecilnya biaya produksi ini tentunya akan mempengaruhi

besarnya pendapatan usaha ternak babi.

Kriteria total biaya produksi per siklus produksi adalah:

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sistem Pemeliharaan Ternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Sistem Perkandangan

Kandang merupakan tempat ternak babi dipelihara, tempat bernaung, tidur,

makan dan lainnya. Jenis dan bahan dasar pembuat kandang babi di daerah

penelitian sangat beragam jenis. Beberapa peternak memang ada yang membuat

kandang dengan sebaik mungkin, dengna menggunakan bahan dinding batu bata

dan semen, serta atap seng yang baik. Ada juga beberapa peternak yang

menggunakan dinding kayu dan atap seng. Bahan ini tentunya tidak bertahan

lama. Bahkan ada beberapa peternak yang menggunakan bahan kayu bekas

sebagai dinding kandang dan sama sekali kurang layak untuk menjadi kandang

yang baik. Akan tetapi semua peternak menggunakan semen sebagai lantai dasar

kandang. Walaupun demikian, hampir setiap enam bulan sekali para peternak

memperbaiki lantai kandang ( Mendempul) yang rusak akibat cakaran kuku

ternak.

Letak kandang juga tidak semua menghadap ke arah timur. Kandang yang

baik harus menghadap k earah timur, agar memperoleh sinar matahari yang cukup

dipagi hari.

Bibit

Pada umumnya peternak didaerah penelitian memperoleh bibit dari anakan

induk babi milik mereka sendiri. Akan tetapi ada juga beberapa [eternak yang

membeli anak babi, jika pada siklus sebelumnya terjadi kegagalan produksi anak

(44)

peternak campuran. Ada peternak yang menggemukan babi (fattening) yang

berasal dari bibit sendiri maupun dari bibit babi yang dibeli. Ada peternak yang

memang hanya memproduksi anakan saja, dan langsung dijual. Pada umumnya

mengusahakan kedua-duanya, dan pada umumnya bersifat tergantung pada

permintaan.

Pemberian pakan

Jenis pakan yang diberikan pada ternak babi didaerah penelitian ini sangat

bervariasi, karena setiap peternak memiliki asumsi sendiri dalam mengusahakan

yang terbaik bagi ternaknya. Akan tetapi pada umumnya peternak didaerah ini

menggunakan nasi sisa sebagai bahan pakan utama. Kemudian ditambahkan

kopekan sayur yang dicincang, ampas tahu dan kelapa, dedak, dan mie sisa.

Tidak semua peternak memasak pakan ternaknya. Karena menurut peternak

tersebut, nasi sisa tersebut sudah masak dan tidak perlu dimasak lagi, ssekalipun

ditambahkan dengan bahan pakan lainnya. Garam sangat berperan penting dalam

komposisi pakan ternak babi didaerah penelitian. Sehingga pemakaian garam di

daerah pernelitian mencapai satu sak setiap minggunya.

Pemberian pakan secara umum diberikan dengan frekuensi dua kali dalam

sehari,yaitu pada pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 pagi dan pukul 17.00 -

17.30 sore. Disamping itu ada beberapa peternak memberikan pakan ternak

sebanyak tiga kali dalam sehari dari yan biasanya, yaitu pada pukul 13.00 - 14.00.

Pemberian Air Minum

Air minum untuk ternak babi selalu disediakan dalam kandang, yang

dilakukan ditempat air minum. Pemberian air minum ini biasanya diberikan saat

(45)

Kebersihan Ternak Babi dan Kandang

Pembersihan kandang dan ternak dilakukan pagi dan sore hari, sebelum

pemberian pakan ternak. Pembersihan ternak dilakukan dengan menyiram ternak

babi dengan air, sambil hewan ternak digosok dengan alat pengosok. Setelah itu

baru kandang dibersihkan dengan cara disiram sambil lantai digosok dengan sapu

lidi. Sebelum disiram, kotoran ternak yang ada dikandang diangkat terlebih

dahulu, lalu dimasukkan kedalam bak penampungan atau parit pembuangan.

Kebersihan kandang di daerah penelitan sebenarnya cukup bagus. Hanya saja

aliran air pembuangan yang tidak lancar, sehingga terdapat genangan disekitar

rumah warga yang tentunya dapat menimbulkan penyakit.

Pemberian Obat-obatan

Pemberian oabt-obatan bagi hewan ternak didaerah penelitian ini sebenarnya

sangat jarang. Kecuali jika terjadi musim penyakit ternak, seperti yang terjadi

pada bulan Maret hingga Mei 2008 lalu, dimana banyak hewan ternak yang

terserang penyakit dan mati, sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Hal ini terjadi, karena menurut para peternak, di daerah penelitian ini sama sekali

tidak ada perhatian dari pemerintah melalui Dinas Peternakan, baik umtuk

memberikan suntikan dan obat-obatan, maupun penyuluhan dan pendampingan

kepada para peternak.

Penggunaan Tenaga Kerja

Seluruh peternak didaerah ini mengusahakan ternaknya sendiri. Hal ini

berarti tenaga kerja yang dipakai dalam usah ini adalah tenga kerja dalam

keluarga. Hampir seluruh kegiatan usaha ternak dilakukan sendiri oleh anggota

(46)

yang pada umumnya menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga, yaitu Tukang.

Pembagian kerja dalam usaha ternak babi didaerah penelitian berdasarkan

kesepakatan anggota keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.

Dasar umum dalam pengambilan keputusan yaitu (1) pengambilan

keputusan berdasarkan intuisi, (2) pengambilan keputusan rasional, (3)

pengambilan keputusan berdasarkan fakta, (4) pengambilan keputusan

berdasarkan pengalaman, dan (5) pengambilan keputusan berdasarkan wewenang

( Syamsi, 1989)

Dalam melaksanakan usaha ternak babi sebagai usaha ternak sampingan, para

pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni: ketersediaan waktu, pendapatan

yang diperoleh lebih besar, dan suka beternak.

Tabel 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan.

Alasan Jumlah Responden

(orang)

Waktu, Pendapatan dan Suka Beternak 3 37.5

Total 8 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 15

a. Ketersediaan waktu

Dari 8 responden penelitian yang merupakan pegawai dengan usaha ternak

babi sebagai usaha sampingan, seluruhnya menyatakan bahwa waktu yang

(47)

dengan perincian 1 1/2 jam di pagi hari yaitu antara jam 06.00-7.30 pagi dan sore

harinya 11/2 jam yaitu antara jam 17.00-18.30 WIB. Faktor keputusan ini

merupakan faktor keputusan berdasarkan rasional. Akan tetapi hanya satu

responden yang hanya memeberikan alasan waktu, sisanya merupakan kombinasi

antarra waktu dengan pendapatan sebanyak 3 orang, waktu dengan suka beternak

satu orang, dankombinasi dari ketiganya sebanyak tiga responden.

b. Pendapatan yang diperoleh lebih besar

Menurut informasi yang diperoleh dari lapangan, dari delapan responden

terdapat enam responden menyatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari

usaha ternak babi lebih besar dari pendapatan usaha sampingan lainnya. Pada

umumnya usaha ternak babi dijadikan sebagai tabungan jangka pendek dalam

memenuhi biaya pendidikan anggota keluarga. Faktor keputusan ini merupakan

faktor keputusan berdasarkan fakta

c. Suka beternak

Dari total responden terdapat empat orang yang menyatakan mereka

memilih usaha ternak babi sebagai usaha sampingan dengan alasan bahwa neereka

memiliki kemampuan dan bakat dalam beternak khususnya beternak babi.

Sehingga faktor keputusan ini dapat digolongkan sebagai faktor pengambilan

keputusan berdasarkan intuisi.

Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Pendapatan bersih merupakan pengurangan seluruh penerimaan terhadap

total biaya produksi yang dikeluarkan. Rataan pendapatan bersih dari usaha ternak

(48)

Tabel 14. Rata-rata Besar Pendapatan Keluarga Peternak Babi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Strata Pendapatan Bersih (Rp/Siklus)

PNS 6.588.312,79 942.187,5 7.530.500,29

NON

PNS 2.367.676,50 1.652.968,75 4.020.645,25

Rataan 4.477.994,65 1.297.578,12 5.775.572,77

Sumber: Data diolah dari Lampiran 11

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga usaha ternak babi

yang dilakukan oleh PNS sebesar Rp. 7.530.500,29/siklus produksi. Sementara

pendapatan usaha ternak babi yang dilakukan keluarga peternak murni sebesar Rp

4.020.645,25./siklus produksi, dan rata-rata pendapatan usaha ternak babi

peternak responden adalah Rp 5.775.572,77/ siklus produksi.

Jika dirata-ratakan, pendapatan bersih peternak responden untuk setiap

tahunnya adalah sebesar Rp 8.955.989,29. Untuk melihat besar tidaknya

pendapatan usaha ini, dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat suku

bunga deposito bank melalui perhitungan Return On Invesment atau ROI, yaitu

untuk melihat persentase perbandingan pendapatan dengan biaya produksi selama

satu tahun atau dua siklus produksi.

Persentase nilai ROI dari usaha ini adalah sebagai berikut:

Dimana Pendapatan bersih usaha ternak babi selama setahun adalah Rp

8.955.989,29 dan Total Biaya produksi adalah Rp 15.081.635,7. Pendapatan Bersih

(49)

Maka:

ROI = 59,38 %

Sementara bunga deposito bank dalam satu tahun berada pada tingkat 16 % per

tahunnya. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pendapatan usaha ternak babi

didaerah penelitian lebih besar dari bunga deposito.

Maka terima H1 dan tolak H0 , yaitu Return On Investment (ROI) > tingkat suku

bunga deposito.

Melalui analisis ini dapat dilihat bahwa usaha ternak babi ini sangat baik

dikembangkan secara ekonomis karena memberikan pendapatan yang cukup

besar.

Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni

Perbedaan pekerjaan utama dan lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi

pola pikir, wawasan. Ketersediaan waktu dan cara mengelola suatu usaha. Untuk

itu dapat dilihat berdasarkan hasil pengolahan uji beda secara statistik antara

pendapatan usaha ternak babi yang diusahakan oleh PNS dan peternak murni.

Berikut dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha

(50)

Tabel 15. Hasil Uji T Perbedaan Pendapatan Usaha Ternak Babi Antara Peternak PNS Dengan Peternak Murni

Sampel Jumlah Sampel

t-hitung t-tabel Keterangan

N1 8 7.530.500,29 1.731 1,94 t-hitung <

t-tabel, maka H0

diterima dan H1

ditolak

N2 8 4.020.645,25 1.731 1,94

Sumber Diolah dari Lampiran 17

N1 = Peternak PNS

N2 = Peternak NON PNS

Dari Tabel 15 Independent responden T-test dapat dilihat nilai dilihat bahwa nilai t-hitung adalah 1,731 dimana nilai ini lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,94

pada taraf kepercayaan 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa jika t-hitung < maka

H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usaha ternak babi PNS

dengan peternak murni (NON PNS).

Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Babi terhadap total pendapatan Keluarga

Total pendapatan keluarga merupakan hasil yang diterima oleh peternak babi

dari usaha ternak babi, luar usaha ternak dan gaji pegawai pada keluarga PNS.

Rataan kontribusi pendapatan usaha ternak babi terhadap total pendapatan

(51)

Tabel 16. Kontribusi Usaha Ternak Babi terhadap Total Pendapatan Keluarga

Sumber Pendapatan Rataan (Rp) Persentase (%) Pendapatan Gaji/Pensiunan PNS 14.362.500 60,94

Pendapatan Usaha Ternak Babi 7.530.500,29 31,95

Pendapatan diluar Gaji & Ternak

Babi 1.675.000 7,1

Total Pendapatan Keluarga 23.568.000,3 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 13

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan usaha ternak babi

memberikan kontribusi sebesar 31, 95 % dari total pendapatan keluarga pegawai.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan UTB < 33,3 % maka terima

H0, dan tolak H1 yaitu besar persentase kontribusi pendapatan usaha ternak babi

lebih kecil dari 33,33%, akan tetapi pendapatan usaha ternak babi ini tidak lebih

besar dari pendapatan gaji dalam total pendapatan keluarga di Tegal Sari

Mandala II.

Hal ini disebabkan karena usaha ternak babi ini diusahakan sebagai usaha

sampingan, yang menambah pendapatan total keluaarga. Akan tetapi keterbatasan

kontirbusi pendapatan usaha ternak babi ini sebenarnya disebabkan oleh skla

usaha dan ketersediaan lahan yang ada. Sehingga para peternak ini mengalami

kesulitan untuk memperbesar skala usaha.

Besar pendapatan usaha ternak babi yang masih kurang memuaskan di

daerah penelitian ini juga disebabkan oleh rendahnya harga jual yang diterima

oleh peternak dibandingakan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dapat

dilihat dari pendekatan per satuan kilogramnya. Dimana peternak menerima harga

(52)

biaya per kilogramnya sebesar Rp 9562.36, maka peternak mendapatkan laba

sebesar Rp 4437,64 per kilogram daginganya.

Meskipun usaha ini belum mampu memberikan kontribusi sepertiga dari

pendapatan total keluarga, pendapatan usaha ternak babi ini tetap memberikan

kontribusi yang lebih besar daripada usaha sampingan lainnya terhadap total

pendapatan keluarga. Dapat dilihat bahwa usaha sampingan diluar usaha ternak

babi hanya memberikan rata-rata kontribusi sebesar 7,1 %. Untuk itu keberadaan

ternak babi yang sebenarnya sangat menguntungkan ini seharusnya tidak menjadi

permasalahan besar dan menahun di Kota Medan, akan tetapi perlu dicari suatu

cara alternatif yang tidak merugikan pihak manapun. Sehingga sangat diperlukan

kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga sosial ekonomi

masyarakat.

Sebenarnya permasalahan lingkungan dapat diatasi bersama antara peternak,

masyarakat dan pemerintah. Kotoran ternak sebenarnya sangat berpotensi sebagai

pupuk kandang. Sehingga permasalahan kotoran dapat diubah menjadi bahan

yang berpotensi.

Disamping itu perlu suatu rancangan kandang yang sehat dan mudah dalam

pembersihannya, serta adanya saluran air sisa pembersihan kandang dan hewan

ternak. Sehingga nantinya tidak ada lagi genangan air disekitar lingkungan warga

yang menyebabkan bau tidak sedap dan menjadi endapan penyakit.

Selain itu besarnya permintaan daging babi dan luasnya pasar ekspor yang

ssiap menampung produksi daging babi ini, maka usaha ini perlu diberikan

perhatian lebih dalam usaha peningkatan perkenomian masyarakat yang pada

(53)

Hubungan besar gaji dengan besar skala usaha ternak babi

Pendapatan gaji dapat dijadikan sebagai modal utama dalam mengusahakan

ternak babi. Untuk itu dapat dilihat apakah ada hubungan yang signifikan antara

besarnya gaji dengan jumlah ternak yang menjadi ukuran skala usaha ternak babi

tersebut.

Secara umum skala usaha ternak babi dapat digolongkan menjadi tiga bagian

besar berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki. Yaitu

1. Skala kecil dengan jumkah ternak antara 1-15 ekor

2. Skala sedang dengan jumlah ternak antra 16-30 ekor

3. Skala besar dengan jumlah ternak diatas 30 ekor

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara pendapatan gaji dengan besarnya

skala usaha, diperoleh nilai r = 0,495. Angka tersebut menunjukkan korelasi yang

cukup kuat, karena terletak antara 0,401-0,600. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara pendapatan gaji dengan

besarnya skala usaha ternak babi.

Nilai t-hitung yang diperoleh dari korelasi tersebut adalah 1,395 dimana nilai

ini lebih kecil dari t-tabel=1,94. Oleh karena t-hitung < t-tabel maka keputusan

pengujian adalah nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan.

Berdasarkan hasil korelasi dapat dilihat angka probabilitas atau tingkat

signifikan yang diperoleh adalah 0,212, dimana nilai ini lebih besar daripada 0,05.

Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan gaji dengan

(54)

Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

anatar pendapatan gaji dengan besarnya skala usaha ternak babi di daerah

penelitian, atau terima H0 dan tolak H1.

Besar tidaknya skala usaha ternak babi dilapangan, ternyata tidak

berhubungan dengan modal yang diperoleh dari gaji pegawai, akan tetapi lebih

kepada manajemen dan cara perawatan ternak babi tersebut. Semakin baik para

peternak tersebut memelihara ternaknya, maka produksi dan penerimaan yang

diperoleh akan lebih besar, sehingga dapat membantu mengebangkan skala

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pegawai dalam memilih

usaha ternak babi sebagai mata pencaharian sampingan didaerah penelitian

adalah Ketersediaan waktu, Pendapatan yang diperoleh lebih besar, dan

Suka beternak.

2. Besar pendapatan usaha ternak babi 4.477.994,65 /siklus produksi.

Pendapatan ini lebih besar, jika dibandingkan dengan bunga deposito bank

selama satu tahun melalui perolehan persentase Return On Investment

59,38 % , sementara bunga deposito bank sebesar 16 % per tahunnya.

3. Tidak Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan Usaha ternak babi

oleh PNS dengan petenak murni (NON PNS).

4. Pendapatan usaha ternak babi memberikan kontribusi sebesar 31,95% dari

total pendapatan keluarga pegawai. Jumlah ini lebih kecil dari 33,33%,

sehingga pendapatan gaji tetap lebih besar yaitu 60,94% dan pendapatan usaha sampingan lainnya hanya 7,1%. Akan tetapi meskipun pendapatan

Usaha ternak babi lebih kecil dari pendapatan gaji, pendapatan usaha

ternak babi ini jauh lebih besar dari pada pendapatan sampingan lainnya.

Sehingga usaha ini tetap perlu ditingkatkan dan dikelola dengan baik.

5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya pendapatan gaji

(56)

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah:

a. Kepada Peternak Babi

Dalam melaksanakan usaha ternaknya diharapkan para peternak dapat juga

memperhatikan sanitasi lingkungan dan kebersihan kandang. Sehingga

tidak mengganggu penduduk sekitar.

b. Kepada Pemerintah

1. Diharapkan kehadiran Dinas Peternakan dalam mengawasi dan

memberikan suntikan kepada hewan ternak yang sakit.

2. Pemerintah diharapkan memperhatikan kawasan Kelurahan Tegal Sari

Mandala II. Seperti kelancaran parit, ketersediaan tempat sampah, dan

penyuluhan kesehatan.

3. Adanya peran pemerintah dalam peningkatan kegiatan penyuluhan di

bidang peternakan dan kebersihan lingkungan.

c. Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya dapat meneliti secara statistik, bagaimana

pengaruh faktor-faktor keputusan dalam berusaha ternak babi di daerah

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak di Sumatera Utara (dalam ekor)
Tabel 2. Populasi Ternak Babi  Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2006 (ekor)
Tabel 3. Konsumsi Daging Perkapita Sumatera Utara 2002-2006 (Kg/KPT/Thn)
Tabel 4. Perusahaan Ternak di Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM SISTEM ..... DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM

Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materiil maupun nonmaterial yang diperolehnya sebagai

Terdapat hubungan bermakna antara jumlah EB lebih dari 4 per 100 leukosit dengan nilai Apgar menit pertama yang rendah, adanya mekonium pada air ketuban, dan perawatan intensif

Berdasarkan analisa pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio prevalensi variabel kadar albumin darah adalah 1,3, sedangkan rentang kepercayaannya adalah 1,09 s/d 1,7 (melebihi

Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud kefatisan dalam wacana konsultatif pembimbingan skripsi Pada Program studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata

Dari Gambar 12 membuktikan bahwa logika fuzzy yang dibangun untuk sistem pengendalian elemen pemanas pemanggang kopi, sudah dapat dikatakan sesuai dengan keahlian

Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif dan menyenangkan untuk proses belajar-mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi (kehadiran, agenda

Universitas Kristen Maranatha menciptakan Citra Merek, dan tingkat keaslian cerita yang rendah (fiksi) jauh lebih baik dari tingkat keaslian yang tinggi (nyata)