ix
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Situasi di dalam dunia usaha sekarang ini sudah semakin kompetitif, terutama pada strategi pemasaran yang diakukan pelaku bisnis. Hal tersebut
dapat dengan mudah dijumpai dimana saja. Semua perusahaan berlomba - lomba ingin menjadi pemimpin pasar dengan menggunakan berbagai strategi
pemasaran untuk mencapai tujuan mereka. Dan layanan iklan melalui televisi menjadi angka tertinggi sebagai sarana media pemasaran yang paling efektif bagi pemasar dan perusahaan yang didorong dengan tingginya angka
menonton siaran televisi di indonesia. Hal tersebut menjadi wadah para pemasar untuk mengenalkan produk yang akan mereka pasarkan. Hal ini
dapat dilihat dengan banyaknya iklan di dalam suatu program acara yang ditayangkan pada salah satu stasiun televisi. Ditengah banyaknya varian
produk yang ditawarkan oleh berbagai macam produsen dengan jenis dan kualitas standar produk yang serupa, televisi melalui layanan iklan sebagai salah satu media sarana muncul menjadi pembeda antara produk yang satu
dengan yang lainnya. Mereka selaku pemasar melakukan upaya agar konsumen tertarik akan produk yang ditawarkan dengan membuat citra pada
produk mereka sebagai pembeda antara produk mereka dengan produk pesaing. Seiring dengan waktu, iklan menjadi sarana pembeda. Hal ini sangat efektif bagi produsen dikarenakan rendah nya tingkat konsumen
menggunakan suatu produk berdasarkan kandungan yang diterakan pada kemasan produk dibanding dengan iklan yang secara instan memberikan
x
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
The situation in today's business world is increasingly competitive, especially in the marketing strategy waged businesses. It can be easily found
anywhere. All companies race - the race wants to become a market leader by using various marketing strategies that they do to achieve their goals. And
services through television advertising became the highest rate as a means of marketing is the most effective medium for marketers and companies are driven by the high rate of watching television in Indonesia. It is a container of
marketers to introduce their products to be marketed to consumers. This can be seen by the number of advertisements in a program that aired on a
television station. Amid the many variants of the products offered by various manufacturers with the type and quality standards similar products, through
television advertising services as one of the media appear to be a means of distinguishing between products with one another. They are as marketers make efforts so that consumers are interested in the products it offers to
create their brand image as the difference between their products with competitors' products are like. Over time, ads become very visible means of
distinguishing compared to what is contained in the product packaging due to low levels of consumer use of a product based on the content of which is attached to the packaging of products compared with that ad instantly
providing product knowledge with a good structure and good story.
Kata Kunci : Brand Story, Brand Image, layanan iklan, perspektif struktur
xi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii
SURAT PERNYATAAN MENGADAKAN PENELITIAN TIDAK
MENGGUNAKAN PERUAHAAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 9
1.3.1 Maksud Penelitian 9
1.3.2 Tujuan Penelitian 9
1.4 Kegunaan Penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
xii
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1 Merek 11
Fungsi Merek 22
Manfaat Merek 24
2.1.2 Asosiasi Merek 31
2.1.2.1 Definisi Asosiasi Merek 31
2.1.2.2 Nilai dan Manfaat Asosiasi Merek 34
2.1.3 Citra Merek 37
2.1.3.1 Definisi Citra Merek 37
2.1.3.2 Manfaat Citra Merek 42
2.1.4 Perspektif Struktur Cerita 43
2.1.5 Perilaku Konsumen 48
2.1.6 Perspektif Struktur Cerita dengan Citra Merek 54
2.2 Rerangka Teoritis 55
2.3 Rerangka Pemikiran 56
2.4 Pengembangan Hipotesis 57
2.5 Model Penelitian 57
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 58
3.2 Definisi Operasional Variabel 59
3.3 Teknik dan Ukuran Sampel 60
xiii
Universitas Kristen Maranatha
3.5 Teknik Pengumpulan Data 61
3.6 Metode Analisis Data 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 63
4.1.1 Analisis Karakteristik Responden (JK) 63
4.2 Pengujian Reliabilitas 64
4.3 Pengujian Validitas 65
4.4 Normalitas 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN 69
5.2 SARAN 71
xiv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBARGAMBAR 2.1 Model Prilaku Pembelian 46
GAMBAR 2.2 Rerangka Teoritis 53
GAMBAR 2.3 KERANGKA PEMIKIRAN 54
GAMBAR 2.4 MODEL PENELITIAN 55
xv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABELTABEL 2.1 Definisi Merek 16
TABEL 2.2 Fungsi Potensial Merek 22
TABEL 2.3 Manfaat Merek 23
TABEL 2.4 Analisis Karakteristik Responden Berdasarkan (JK) 61
TABEL 2.5 Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian 62
TABEL 2.6 Hasil Uji Validitas 64
TABEL 2.7 Uji Normalitas 65
xvi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRANLAMPIRAN A ”kuisioner penelitian” 75
LAMPIRAN B ”Hasil Coding Responden” 78
LAMPIRAN C ”Hasil Uji SPSS” 82
LAMPIRAN JURNAL 86
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kegiatan bisnis sehari – hari terdapat hubungan yang saling membutuhkan antara produsen selaku pelaku usaha dengan konsumen
selaku pemakai barang maupun jasa. Kepentingan produsen ialah untuk memperoleh laba dari transaksi jual beli dengan konsumen, sedangkan
kepentingan konsummen ialah untuk memperoleh kepuasan melalui pemenuhan kebutuhannya terhadap produk tertentu. Namun dari sisi produsen seringkali ditemukan strategi – strategi pemasaran yang
cenderung sama antara satu produsen dengan produsen yang lain untuk berlomba – lomba mendekatkan merek mereka dengan konsumen
sehingga mempengaruhi nilai suatu merek tersebut didalam benak konsumen.
Agar konsumen puas terhadap suatu produk yang akan dipilih untuk
dikonsumsi, maka selaku produsen harus bisa memikirkan bagaimana hal tersebut bisa terjadi, sehingga produsen sering kali kita temukan
menggunakan berbagai macam strategi untuk dapat mempengaruhi dan mengubah persepsi (mengarahkan) suatu produk di benak konsumen dengan persepsi yang diinginkan (dicapai) produsen sehingga produk
2
Universitas Kristen Maranatha
Banyak produk yang mudah ditemukan dan memiliki kualitas yang sangat baik bahkan menyamai dan juga melebihi kualitas produk yangdibuat oleh produsen besar dipasar. Namun dengan semakin ketatnya persaingan bisnis yang terjadi akhir – akhir ini, produsen harus dapat menciptakan (menghasilkan) produk yang dekat dengan pribadi
konsumen yang mengisyaratkan bahwa produk tersebut memuaskan pengguna (konsumen) dan juga produk tersebut menggambarkan jati
dirinya sehingga memunculkan tingkat kepercayaan diri saat menggunakan (mengkonsumsi) produk tersebut, dan menjadikan
konsumen loyal terhadap perusahaan sehingga perusahaan tetap menjadi pemimpin pasar. Untuk itu, perusahaan tidak hanya harus menciptakan produk yang berkualitas serta inovatif, tetapi juga harus
membuat cerita merek yang baik.
Menggunakan cerita untuk menyampaikan ide dan konsep suatu
produk kepada pelanggan dapat menjadi alat komunikasi pemasaran
yang efektif untuk menjelaskan fungsi dan karakteristiknya yang
membantu memahami sebuah merek (Escalas 2004b). Ini bisa
mendapatkan perhatian konsumen dengan menghubungkan produk fisik terhadap perasaan dan emosi, dan lebih meningkatkan identitas merek
perusahaan sebagai citra merek, karena produk tidak hanya memiliki fungsi utilitarian, tetapi juga menanggung makna sosial dan simbol – simbol yang membantu konsumen untuk mengkomunikasikan siapa
3
Universitas Kristen Maranatha
Dengan membuat cerita merek yang baik, perusahaan dapat menimbulkan keyakinan sehingga audiens percaya, dan menerima danselanjutnya memperkuat identitas merek (Loebbert 2005). Hal ini juga dapat meningkatkan citra merek, karena ketika pelanggan menciptakan makna bagi merek dengan naratif, merek tersebut akan menjadi lebih
bernilai dan berharga dan terhubung dengan diri mereka (Escalas 2004b).
Dalam prakteknya, cerita telah banyak digunakan dalam pemasaran untuk berbagai sasaran termasuk produk/jasa komersial, destinasi pariwisata, dan orang – orang. Banyak merek – merek terkenal
menggunakan cerita untuk menciptakan citra yang menguntungkan, dan kepercayaan di benak konsumen.
Ketika koper louis vuitton ditemukan dilaut dalam bersama titanic, kondisi
koper tersebut ditemukan dalam keadaan kering.
Pocari sweat, oleh Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd, diproduksi karena
pernah menyelamatkan hidup salah satu pemilik perusahaan.
menggunakan sebuah cerita seperti ini sangat penting untuk membantu
membangun citra yang kuat sehingga memunculkan hubungan emosional yang kuat.
Setiap individu mencoba belajar untuk memahami dan melihat dunia
4
Universitas Kristen Maranatha
memahami pengalaman hidup mereka dan pada dasarnya memahami apa yang ada disekitarnya dengan cara narasi. Individu belajar mengenaisejarah, budaya, dan diri mereka sendiri melalui sebuah cerita dan kembali menceritakanya saat bertumbuh dewasa. Cerita yang ada dalam kehidupan masyarakat berkontribusi terhadap pemahaman mereka
tentang bagaimana hal – hal bekerja didunia ini.
Cerita juga dikenal sebagai narasi (shankar et al 2001:, Sterm 1998a).
semua ini hampir mustahil untuk merujuk pada kehidupan kita tanpa adanya cerita (Gergen 1988) karna itu semua membantu kita untuk memahami dunia secara teratur dalam berbagai format tertulis, lisan, dan
representasi visual (Padgett dan Allen 1997). Orang – orang cenderung menggunakan narasi sebagai alat berfikir untuk menyederhanakan
representasi dari dunia dan untuk membantu memecahkan masalah (Herman 2003). Cerita dan Narasi sebagian besar digunakan untuk berkomunikasi dan membangun hubungan dengan orang – orang, karena
memiliki kekuatan untuk mengundang penonton untuk membayangkan (menciptakan persepsi). Oleh karena itu, hal ini terus digunakan untuk
mempengaruhi orang untuk mengubah perspektif, identifikasi, dan penilaian mereka (Loebbert 2005). Individu membuat cerita untuk
5
Universitas Kristen Maranatha
membantu orang untuk menafsirkan dan menciptakan makna bagi dunia di sekitar mereka (Bruner 1986).Kondisi ekonomi baru – baru ini ”nilai dolar yang mencapai pada nilai Rp.12.000,- hingga kenaikan bahan bakar yang berdapak pada seluruh kegiatan ekonomi” memaksa orang untuk memotong pengeluaran,
sehingga keluarga cenderung konservatif pada konsumsi dan mencoba menggunakan uang dengan bijaksana (Yeung dan Hofferth 1998).
Mereka membutuhkan bimbingan tidak hanya secara financial , namun juga secara emosional ketika membuat keputusan pembelian. Sebuah merek yang berhubungan dengan kualitas, keberlanjutan, keandalan, dan
sejarah mungkin membuat keluarga menganggap mereka layak dibeli dan merasa nyaman untuk menggunakan produk tersebut. Dengan
persaingan intensif dan kendala pada pengeluaran, cara efektik untuk membedakan produk dengan pesaing menjadi tugas yang lebih menantang bagi pemasar, dan memanfaatkan kekuatan cerita dapat
menjadi cara yang efektif untuk membangun merek dan berkomunikasi dengan pasar.
Bahkan praktisi pemasaran telah mulai menggunakan cerita untuk berkomunikasi dengan konsumen dan mendorong hubungan emosional mereka dengan merek dan produk. Para peneliti prilaku konsumen dan
periklanan juga mencoba untuk memahami reaksi konsumen terhadap iklan dalam pengalaman membeli (Stern, 1994, 1998a, b). Menggunakan
6
Universitas Kristen Maranatha
mungkin dianggap sebagai komunikasi pemasaran yang efektif untuk karakteristik cerita dan fungsi yang membantu untuk memahami merek(Escalas 2004b).
Banyak merek yang berhasil berkomunikasi dengan konsumen melalui cerita merek. Brand Story memainkan peranan penting dalam
membantu konsumen memahami merek. Studi ini meneliti hubungan antara cerita yang terdapat dalam suatu merek (Brand Story) melalui
narator yang didalamnya terdapat tingkat keaslian cerita (authentic), dan alur (plot) pada cerita tersebut terhadap persepsi konsumen pada citra merek (Brand Image). desain eksperimental digunakan untuk menguji
efek dari komponen yang disebutkan di atas pada citra merek yang dirasakan. Temuan (riset terdahulu) menyarankan bahwa cerita merek
dengan keaslian tinggi, plot yang jelas, dan diberitahu oleh narator orang pertama cenderung dirasakan dengan brand image yang lebih positif dari satu dengan keaslian rendah, plot jelas dan diberitahu oleh narator
non-orang pertama.
Perusahaan harus memiliki struktur cerita merek untuk menjadi
pertimbangan dalam rangka menciptakan cerita merek yang baik (Mckee 1997). Seperti yang diusulkan (Stern 1998a), kisah, saat menceritakan, orang yang menyampaikan (narasi dan narator) dan retorika merupakan
komponen penting dari sebuah cerita yang dapat lebih membantu mengeksplorasi struktur cerita dan bagaimana sehingga dapat berkaitan
7
Universitas Kristen Maranatha
mengeksplorasi bagaimana cara untuk membuat ”cerita suatu merek
yang baik” yang akan meningkatkan citra merek dan memperkuat
hubungan merek dengan pelanggan. Meskipun struktur berpotensial berperan penting dalam membangun sebuah cerita yang baik. Penelitian
yang terbatas sudah secara langsung ditemukan ”bagaimana desain
sebuah cerita merek dapat mempengaruhi citra merek yang dirasakan”.
Penelitian sebelumnya difokuskan pada pentingnya cerita merek ketika
membangun sebuah merek diberbagai konteks (e.g., Brown et al. 2003; Thompson et al. 2006; Papadatos 2006).
Banyaknya para pemasar dan pelaku bisnis yang berlomba – lomba
membuat suatu merek dagang untuk dekat dengan konsumen dan menggambarkan jati dirinya hingga lekat dalam benak konsumen melalui
sebuah rangkaian cerita (iklan) yang dimana iklan tersebut ialah bagian dari jalan atau alur cerita yang disusun dengan baik agar menarik konsumen akan produk dagang tersebut untuk menjadi pembeda dengan
merek dagang lain yang sejenis yang dimiliki pesaing. Itu semua memberikan bukti bahwa sangat pentingnya membangun sebuah cerita
pada suatu merek untuk memposisikan produknya pada tempat khusus yang jauh lebih baik didalam benak konsumen. Selain memiliki posisi
8
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Cerita Pada Suatu Merek BerdasarkanNarator Terhadap Citra Merek Yang Dirasakan”
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH (PERUMUSAN MASALAH)
Dari uraian diatas, terlihat bahwa struktur cerita yang baik memiliki pengaruh terhadap citra merek pada benak konsumen. Maka Perusahaan
perlu memperhatikan jalan cerita pada iklan yang akan menjadi salah satu strategi pemasaran untuk menciptakan Citra Merek pada konsumen
:
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan diatas, maka munculah pertanyaan yang menjadi masalah dalalm penelitian
yang menarik untuk dikaji. Adapun masalahnya yaitu:
Apakah struktur “cerita merek” (pada tingkat keaslian kisah)
mempengaruhi cara konsumen merasakan Citra Merek?
1.3 MAKSUD dan TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui seberapa penting struktur cerita didalam suatu iklan mempengaruhi
9
Universitas Kristen Maranatha
skripsi, guna memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Maranatha.1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk menguji dan menganalisis perbedaan Citra Merek (Brand Image) berdasarkan tingkat keaslian cerita (Authenticity) didalam
susunan cerita merek (struktur cerita) pada layanan iklan.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna Bagi:
1. Akademisi,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pengaruh susunan narrator pada struktur cerita yang baik terhadap brand image. Juga pengembangan ilmu ekonomi dibidang kewirausahawan khususnya pada bidang pemasaran, dan mampu
memperluas teori dan penelitian mengenai citra sebuah merek.
2. Bagi Praktisi Bisnis,
diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk praktek didalam lapangan sebagai pengujian seberapa besar pengaruh Brand Story (narrator dan struktur cerita yang baik) mempengaruhi Citra Merek dalam
10
Universitas Kristen Maranatha
3. Bagi PerusahaanMenyusun bagaimana cara membuat susunan cerita yang baik bagi
perusahaan agar timbul kepercayaan diri dan tumbuh citra yang baik bagi merek usaha di benak konsumen.
4. Bagi Pihak Lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi gambaran, pemikiran, dan referensi tentang pengaruh Perawi (Narator) melalui susunan
67
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Oleh karena nilai probabiitas (signifikansi) dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah 0.558 > 0.05,
maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan kedua varian sama (varian kelompok responden wanita dan pria adalah sama) yang artinya
dalam tingkat kepintaran keduanya tidak jauh berbeda dikarenakan seluruh responden ialah mahasiswa/i S1 universitas kristen maranatha.
Oleh karena P value (0.00<0.05) maka H0 ditolak, artinya bahwa ”terdapat perbedaan berdasarkan tingkat keaslian kisah terhadap
brand image”
Dari penelitian ini, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu berdasarkan analisis data profil responden maka dapat disimpulkan
bahwa banyaknya jumlah kuisioner yang dapat diolah adalah sebanyak 100 responden. Ada 18 kuisioner yang tidak bisa dipergunakan dalam pengolahan data dikarenakan tidak seluruh item
pada kuisioner di isi dengan lengkap oleh responden.
Dari 100 responden, terbagi menjadi dua kelompok responden
68
Universitas Kristen Maranatha
yang rendah sebanyak 42 responden yang di isi oleh 27 responden pria dan 15 sisanya di isi oleh responden wanita. Dan respondenkelompok ke dua yang mengisi kuisioner dengan authentic yang tinggi atau tingkat keaslian cerita yang tinggi sebanyak 58 responden, diantaranya 46 responden pria dan sebanyak 12 responden wanita.
Seluruh responden ialah mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Kristen Maranatha Bandung. Dari 100 responden yang telah mengisi
kuisioner mayoritas berjenis kelamin pria sebanyak 73 responden atau dipersentasekan sebesar 73%. Hal ini disebabkan karena pada saat
melakukan penyebaran kuisioner untuk meminta waktu dan mengelompokan agar kuisioner pertama dengan authentic yang tinggi dengan kuisioner kedua dengan authentic yang rendah tidak di isi oleh
responden yang sama dan responden yang didapat ialah pria yang jauh lebih banyak. Angka pada perbedaan jenis kelamin responden tidaklah begitu mempengaruhi hasil dari penelitiaan, karena
keseluruhan responden sudah mengetahui atau memiliki pengetahuan layanan iklan yang sama berdasarkan penjelasan yang diberikan
sebelum melakukan pengisian kuisioner.
Pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat perbedaan citra merek (Brand Image) berdasarkan Cerita Merek pada Struktur
Cerita melalui tingkat keaslian cerita yang tinggi (nyata) dan tingkat keaslian cerita yang rendah (fiksi) atau dibuat buat. Hal ini berarti
69
Universitas Kristen Maranatha
menciptakan Citra Merek, dan tingkat keaslian cerita yang rendah (fiksi) jauh lebih baik dari tingkat keaslian yang tinggi (nyata) padastruktur cerita merek berdasarkan tingkat keaslian cerita. Tingkat keaslian cerita mempengaruhi citra merek, dan pengaruh tingkat keaslian cerita yang rendah sebesar 80,76% berdasarkan rata rata
total (mean) olah data dari spss yang didapat sebesar 4,0238 dimana 5 ialah 100% berdasarkan penilaian 1-5 pada setiap item pernyataan,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebanyak 19,24% yaitu diantaranya narator, plot, dan retorika. Dan pada tingkat keaslian
cerita yang tinggi sebesar 47,988% berdasarkan hasil olah data yang didapat rata rata total sebesar 2.3994 dimana 5 ialah 100%.
Hal ini menunjukan bahwa tingkat keaslian cerita yang rendah (fiksi)
memiliki perbedaan yang cukup besar dibandingkan dengan tingkat keaslian cerita yang tinggi (nyata) yang mempengaruhi Brand Image
pada layanan iklan berdasarkan struktur cerita.
5.2 SARAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan yang ada, penulis memberikan beberapa saran yang dapat menjadikan bahan
pertimbangan dan masukan, diantaranya, yaitu:
70
Universitas Kristen Maranatha
2. Membuat struktur cerita yang baik dengan memperhatikan susunan plot, narator, retorika, dan tingkat keaslian cerita baik fiksiatau nyata.
3. Membuat iklan yang memuaskan konsumen untuk melihatnya juga
memenuhi kebutuhan dan menggambarkan karakternya.
4. Menciptakan iklan yang menarik agar konsumen memiliki niat untuk ingin memcoba (mengkonsumsi) produk tersebut dengan
melebih lebihkan cerita yang dimasukan pada iklan tersebut
5. Membuat iklan dimana cerita didalam iklan tersebut
menggambarkan kedekatan dengan kehidupan pasar yang ingin dituju (target pasar) atau disebut trend yang sedang terjadi.
6. Untuk penelitian selanjutnya lebih baik apabila mengikut sertakan
faktor faktor lain seperti narator, retorika, dan plot yang ada didalam struktur cerita. Karena faktor – faktor tersebut dapat dipakai sebagai acuan untuk mengukur Brand Image pada
keseluruhan, tidak hanya terpaku pada tingkat keaslian cerita yang
71
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Wen-yeh Huang , Brand Story and Perceived Brand Image: Evidence from Taiwan 2010
Boje and tyler, story and narrative noticing: work a holism autoethnographies 2009
AI & Soc, The narrative aspect of scenario building - How story telling may give people a memory of the future 2005
Ratri, hubungan antara citra merek operator selluler dengan loyalitas merek 2007
Aaker, D. A. (1996). Building strong brand. New York: The Free Press
Beverland, M. (2005). Brand management and the challenge of authenticity. Journal of Product and Brand Management, 14(7), 460–461
Escalas, J. E. (1998). Advertising narratives: What are they and how do they work? In B. B. Stern (Ed.), Representing consumers:
Voices, views and visions (pp. 267–289). London & New York: Routledge
Escalas, J. E. (2004b). Narrative processing: Building consumer connections to brands. Journal of Consumer Psychology, 14, 168–180
Herman, D. (2003). Stories as a tool for thinking. In D. Herman (Ed.), Narrative theory and the cognitive sciences (pp. 163–192).
72
Universitas Kristen Maranatha
Green, M. C., & Brock, T. C. (2000). The role of transportation in thepersuasiveness of public narratives. Journal of Personality and Social Psychology, 79(5), 701–721
Herman, D. (2003). Stories as a tool for thinking. In D. Herman (Ed.), Narrative theory and the cognitive sciences (pp. 163–192)
Lai, P. T. (2005). The influence of content and structure of brand stories with different product type on advertising effectiveness
Loebbert, M. (2005). Storymanagement: Der narrative ansatz fu¨r management und beratung (H. J. Wu, Trans.).
McKee, R. (1997). Story: Substance, structure, style, and the principles of screenwriting
Polkinghorne, D. E. (1991). Narrative and self-concept. Journal of Narrative and Life History, 1(2/3), 363–367
Schank, R. C., & Abelson, R. P. (1995). Knowledge and memory: The real story
Simmons, A. (2001). The story factor: Inspiration, influence and persuasion through the art of storytelling
Stern, B. B. (1991). Who talks advertising? Literary theory and narrative point of view
Stern, B. B. (1994). Classical and vignette television advertising dramas: Structural models, formal analysis, and consumer