• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802010067 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802010067 Full text"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN

LEISURE INVOLVEMENT

PADA REMAJA PECINTA

KOREAN WAVE

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

OLEH

MALINDAARMANUGRAHENI 802010067

TUGASAKHIR

Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Mememenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERBEDAAN LEISURE INVOLVEMENT PADA REMAJA PECINTA KOREAN WAVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Malinda Arma Nugraheni

Jusuf Tjahjo P.

Progam Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

ABSTRAK

Korean Wave menjadi salah satu contoh fenomena global. Korean Wave atau Hallyu adalah kata yang diberikan untuk penyebaran kultur pop Korea diseluruh dunia, seperti di Indonesia, yang telah menghipnotis ribuan orang terutama remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Leisure Involvement pada remaja laki-laki dan perempuan. Leisure Involvement

adalah tingkat motivasi, arousal, atau ketertarikan terhadap sebuah aktivitas rekreasi atau suatu produk, dalam hal ini selebriti dijadikan sebagai objek Leisure Involvement bagi para penggemarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan subjek 31 untuk laki-laki dan 31 untuk perempuan. Hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan dengan skor hasil uji t -5.891 dengan signifikansi 0,000 ( p < 0,05). Skor per aspek menjelaskan bahwa skor perempuan lebih tinggi daripada laki-laki terutama pada aspek Attraction dengan skor 4,339. Pada aspek Centrally dan Self-Expression, kedua grup memiliki urutan yang sama meski skor subjek perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki dengan skor 3,605 untuk Centrally dan 3,694 untuk Self-Expression.

Keyword : Leisure Involvement, Remaja, KoreanWave, Hallyu

(9)

ABSTRACT

Korean Wave fever became one of globalization phenomenon. Korean Wave or hallyu was

the term given for the spread of Korean Pop culture globally over the world, such as in

Indonesia, which has been hypnotized thousand of humans especially teenager. The purpose

of this study was to know about Leisure Involvement in boys and girls. Leisure Involvement is

state of motivation, arousal or interest toward a recreational activity or associated product,

in this study celebrity is become an object of Leisure Involvement for their fans. This research

was a quantitative study with 31 subject for boys and 31 girls. Result of this study said that

there’s difference between girls and boys with score of Independent t-Test -5.891 with

significance 0,000 ( p < 0,05). Score per aspect explain that score for girls is higher than

boys particularly Attraction aspect with 4,339. For other aspect Centrally and

Self-Expression both have same level even score for girl higher than boys with 3,605 for Centrally

and 3,694 for Self-Expression.

Keyword : Leisure Involvement, Teenagers, Korean Wave, Hallyu

(10)

PENDAHULUAN

Saat ini Korea Selatan berhasil menyebarkan produk budayanya ke dunia internasional dalam kurun waktu yang singkat. Berbagai produk budaya seperti musik, film, drama,

fashion, gaya hidup dan produk-produk lainnya berhasil masuk ke berbagai belahan dunia dan mewarnai kehidupan masyarakatnya. Meningkatnya popularitas budaya Korea atau

Korean Hallyu di dunia internasional banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat di banyak belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Fenomena ‘Korean Wave’ atau ’Hallyu’ yang saat ini sedang melanda Indonesia banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawula muda atau remaja. (Wijayanti dalam Pertiwi, 2013).

Budaya Korea yang berkembang begitu pesatnya dan diterima oleh penjuru dunia menghasilkan sebuah fenomena yang disebut “Korean Hallyu” atau “Korean Wave”.

Dipertengahan tahun 1999, kata “Hallyu” diperkenalkan oleh media masa China untuk

pertama kalinya dan telah digunakan untuk mengindikasikan pertambahan ketertarikan pada kultur populer Korea di beberapa negara Asia (Lee and Scott, 2008). Menurut Jang & Paik (dalam Pertiwi, 2013), Korean Wave merupakan gelombang kebudayaan Korea yang merupakan gabungan dari tradisional kebudayaan Korea dan budaya barat, dalam bahasa Korea disebut “Hallyu”. Korean Wave berkisar dari drama televisi, film, musik populer (K-Pop), tarian, video game, makanan, fashion, pariwisata, dan bahasa (Hangul). Fenomena ini diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap produk Korea Selatan, seperti misalnya masakan, barang elektronik, musik dan film. Di Indonesia saat ini, fenomena gelombang Korea melanda generasi muda Indonesia yang umumnya menyenangi drama dan musik Korea (Nastiti, 2010).

(11)

Korea lainnya, seperti bahasa percakapan yang sederhana (seperti terima kasih, halo, dan lain-lain), makanan-makanan khas Korea, baju tradisional Korea, acara kebudayaan di Korea. Ketertarikan terhadap budaya pop Korea yang begitu besar telah menjadikan para penggemarnya tidak hanya menikmati produk-produk budaya Korea, seperti lagu, film, dan drama, tetapi juga menginginkan informasi lengkap seputar kegiatan artis dan segala macam aspek kehidupan artis tersebut. Hal tersebut juga menunjukkan fenomena nyata bahwa budaya pop Korea telah menciptakan suatu komunitas tertentu bagi para penggemarnya (Nastiti, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan YS pada tanggal 10 Juli 2014 mengatakan bahwa subjek sudah menyukai hal-hal yang berbau Korea sejak awal 2010. Meski subjek tidak memiliki pernak-pernik tokoh idolanya, tapi subjek memiliki dan mengetahui hampir semua hal yang berbau dengan idol disana. Subjek juga mengoleksi banyak video baik Music Video, acara Variety dan Reality Show Korea Selatan, konser idol, drama, film, lagu-lagu lama sampai yang terbaru dan juga gambar-gambar idol Korea Selatan di laptopnya. Subjek mengaku menyukai hal-hal berbau K-Pop (Korean Pop) karena subjek menyukai tarian dan K-Pop memiliki genre-nya musik performance yang membuat subjek suka, selain itu juga karena musik mereka beda dari yang lain dan enak didengar, secara objektif mereka tampan dan cantik sehingga enak dilihat dan tidak membosankan, dan juga mereka punya kualitas yang bagus dari segi menyanyi, dance, dan lain-lain.

(12)

suatu produk budaya dimana pencarian itu adalah sebuah tindakan bebas yang melibatkan intelektual dan emosinya. Manusia memiliki hasrat untuk mencari dan memaknai budaya dalam rangka membentuk identitas dirinya dan penggemar adalah orang-orang yang menarik suatu produk budaya agar bisa dimilikinya lalu menggabungkannya pada kehidupan mereka.

Bagi kebanyakan orang, fandom Kpop dikenal dengan stereotip yang melekat dengan diri fans atau penggemarnya. Fans Kpop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang utuk membeli merchandise idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun. Stereotip tersebut salah satunya dapat dilihat di dunia maya. Mereka secara terang-terangan dapat menyatakan rasa cinta kepada idola dengan menggunakan fungsi mention pada Twitter dan ditujukan langsung ke akun Twitter sang idola. Melalui dunia maya, mereka dapat dengan bebas mengungkapkan dan mencurahkan isi hati mereka kepada sesama fans K-pop dengan posting pada blog maupun forum (Nastiti, 2010).

Fans Kpop juga dikenal selalu loyal terhadap idolanya. Mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli segala macam pernak-pernik tentang idolanya. Mereka juga tidak sayang untuk mengeluarkan kocek yang besar untuk membeli hingga sepuluh CD album, saat idolanya merilis album baru, agar idola mereka dapat memenangkan penghargaan di berbagai ajang penghargaan musik. Merchandise sendiri terkadang memiliki harga yang tidak masuk akal bagi kebanyakan orang, terutama di luar

(13)

Seungri Big Bang pernah dihadiahi 8 ribu USD atau sekitar Rp 80 juta. Sementara Leuteuk Super Junior pernah diberi microphone dari emas pada tahun 2010 lalu. Aktor yang baru selesai wajib militer, Hyun Bin, pernah mendapat hadiah seharga 32 ribu USD atau sekitar Rp 320 juta berupa alat pencukur kumis. Alat ini bukan alat biasa, karena dihiasi 150 butir berlian (Tartila, -).

Beberapa fans yang sangat fanatik (dalam bahasa Korea disebut ‘Sasaeng Fans’) bahkan melakukan hal yang lebih ekstrim seperti mengikuti idola mereka 24 jam selama 7 hari, bahkan beberapa putus sekolah. Biasanya mereka mengikuti mereka saat makan, konser, syuting, bahkan masuk kedalam asrama dimana mereka tinggal. Beberapa artis bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menghindari fans fanatik ini.

Sedangkan Abercrombie dan Longhurst (dalam Lee & Scott, 2008) menjelaskan bahwa penggemar dari media masa merupakan orang-orang yang melekat dengan beberapa program atau artis dalam konteks penggunaan media masa secara aktif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterlibatan selebriti yang kuat dalam kehidupan penggemar. Havitz dan Dimanche (dalam Lee & Scott, 2008) turut menambahkan bahwa konsep Leisure Involvement

merupakan tingkat motivasi, arousal, atau ketertarikan terhadap sebuah aktivitas rekreasi atau suatu produk, dengan kata lain bahwa seorang selebriti dapat turut menjadi objek dari Leisure Involvement bagi penggemarnya, dalam hal ini selebriti Korean Wave (Hallyu Stars). Penggemar selebriti tidak hanya mencurahkan waktu dan uang mereka untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan selebriti yang mereka sukai (seperti menonton film atau program TV dengan selebriti yang mereka sukai ada didalamnya, atau membeli produk yang juga dipakai oleh selebriti.), tapi juga secara emosional terikat dengan selebriti itu.

Penelitian empirik sebelumnya sudah mengindikasikan bahwa leisure involvement dan

(14)

korelasi positif yang signifikan terhadap kebahagiaan (Reich & Zautra dalam Chen et al., 2013). Penelitan yang diteliti Chen, Cheng dan Lin (2013) menjelaskan bahwa hubungan antara Leisure Involvement dan Leisure Benefits mencapai nilai signifikan. Semakin besar

Leisure Involvement maka semakin tinggi pula Leisure Benefits; keduanya berbagi hubungan yang positif. Hasil analisa korelasi mengindikasikan bahwa faktor Leisure Involvement yaitu

Attraction secara positif berhubungan dengan faktor Leisure Benefits yaitu psychology benefits (keuntungan yang diterima dalam psikologis seseorang) dan faktor kebahagiaanyaitu

the interpersonal communication. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Lu & Argyle; Tinsley & Tinsley; Fun; Kujala et al., ; Currier dalam Chen et al., 2013) yang menyatakan bahwa Leisure Involvement memiliki efek positif termasuk relaksasi, stres, kecemasan, kepercayaan diri, hubungan interpersonal yang baik dan pencapaian diri.

Dalam penelitian Soojin Lee dan David Scoot menggunakan skala Leisure Involvement

untuk menghitung Celebrity Fan Involvement. Hasil penelitian mengatakan bahwa adanya hubungan positif antara Celebrity Involvement dengan destination familiarity dan visitation intentions. Banyak hubungan yang positif antara Celebrity Involvement dengan beberapa

perception destination, seperti intention to visit, familiarity. Ada pula efek tidak langsung dari Celebrity Involvement dengan affective image, cognitive image, dan intention to visit.

Satu hal yang nyata dan menarik dalam masyarakat adalah leisure involvement laki-laki dan perempuan berbeda (Gentry & Doering, Gurber, Bishop & Witt, Ragheb dalam White & Gruber, 1985). Perbedaan gender ini mungkin dihubungkan dengan kepribadian (Kleiber & Hemmer dalam White & Gruber, 1985). Secara umum, studi tentang pola leisure-need

(15)

menerima sedikit perhatian (Wiley et al., 2000). Dalam penelitian yang dilakukan Wiley, Shaw, dan Havitz (2000) yang menguji perbedaan Leisure Involvement laki-laki dan perempuan dalam bidang olahraga. Ditemukan hasil bahwa perempuan memiliki skor

attraction yang tinggi, pemain skaters wanita menunjukkan tingginya skor self-expression, dan pemain hokey wanita memiliki skor tinggi dalam attraction dalam semua bidang olahraga. Hal ini menyatakan bahwa Leisure Involvement dipengaruhi oleh ideologi sosial tentang kelayakan gender dalam beraktivitas, sebaik ketertarikan individu dan pilihannya.

Gruber (1980) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki Leisure Involvement yang sama, yang membedakan adalah aktivitas yang tercantum dalam penelitiannya. Laki-laki memilih aktivitas yang lebih maskulin dan perempuan memilih aktivitas yang lebih feminim.

Fakta adanya perbedaan laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan berbagai hal sosial dan mengidentifikasi kebutuhan memiliki implikasi yang penting tergantung dari jenis aktivitas dan pengalaman yang laki-laki atau perempuan cari dalam hidup mereka (White & Gruber, 1985). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan Leisure Involvement pada laki-laki dan perempuan pecinta Korean Wave dimana saat ini sedang maraknya fenomena mengenarik Korean Wave.

Leisure Involvement

(16)

McIntyre and Pigram (dalam Lee & Scott, 2008) mengembangkan Involvement Profile (IP) milik Laurent and Kepferer (1985) untuk membuat tiga dimensi Leisure Involvement, yaitu sebagai berikut :

1. Ketertarikan (Attraction) yaitu merasa penting atau tertarik dalam sebuah aktivitas atau sebuah produk dan nilai kesenangan atau nilai hedonic yang diperoleh dari partisipan (Lee and Scott, 2008). Attraction adalah komponen dari involvement yang mengukur seberapa penting dan menyenangkannya suatu aktivitas rekreasi (Tsai, 2014).

2. Centrality meliputi konteks sosial, seperti teman dan keluarga yang berpartisipasi dalam aktivitas itu, dan peranan pokok dari aktivitas dalam konteks kehidupan individu (Lee and Scott, 2008). Centrality merupakan komponen yang mengukur pilihan gaya hidup yang mengikat mereka dengan suatu aktivitas (Tsai, 2014).

3. Ekspresi-diri (Self-Expression) diartikan sebagai gambaran diri atau kesan yang ingin ditunjukkan oleh individu pada orang lain dengan kata lain mengekspresikan gambaran hasrat mereka (Kyle et al., 2004). Self-Expression sama seperti tanda atau simbol atau gambaran diri bahwa orang ingin menyampaikan kepada yang lain melalui partisipasi mereka dalam suatu kegiatanatau produk yang mereka gunakan (Chen et al., 2013).

METODE

Partisipan

(17)

sejumlah responden yang kemudian mereka mengajak teman yang memiliki kriteria tersebut untuk dijadikan sampel.

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala (kuisioner) yang diberikan langsung kepada partisipan, yaitu skala leisure involvement dengan jumlah pernyataan sebanyak 14 pernyataan.

Skala leisure involvement dengan tiga dimensi dari McIntyre and Pigram (1992 dalam Kyle et al., 2004) digunakan untuk mengukur keterlibatan penggemar Korean Wave dalam penelitian ini, yaitu Attraction (Saya tertarik dengan hal yang berhubungan dengan Korean Wave), Self-Expression (Kegiatan yang berhubungan dengan Korean Wave menunjukkan banyak hal tentang siapa saya), Centrality (Korean Wave memiliki peranan penting dalam hidup saya). Skala ini menggunakan 5-point Likert-type scale (1= strongly disagree to 5= strongly agree).

HASIL

Uji Reliabilitas

(18)

Uji Normalitas

Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov. Dari hasil uji yang menggunakan Kolmogorof smirnov pada laki-laki diketahui dari nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.106 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukan bahwa distribusi pada partisipan pria adalah normal.

Selanjutnya hasil uji normalitas pada wanita memiliki nilai statistik sebesar 0.114 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa distribusi pada partisipan wanita adalah normal.

Tabel 1 Uji Normalitas Tests of Normality

sex

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Leisure

Involvement

laki-laki .106 31 .200* .952 31 .177

perempuan .114 31 .200* .986 31 .942

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Homogenitas

(19)

Tabel 2

Variabel leisure involvement memiliki skala yang berisi 14 aitem dengan nilai berjenjang antara nilai 1 hingga nilai 5.

Tabel 3

Kategori Skor Skala Leisure Involvement

No Interval Kategori Frekuensi

(20)

Hasil dari data yang diperoleh rata untuk laki-laki adalah 39,58. Sedangkan rata-rata yang diperoleh untuk perempuan adalah 55,22. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki rata-rata leisure involvement yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Jika dilihat dari kategori tinggi, perempuan memiliki nilai presentase sebanyak 51,6 % lebih tinggi dari pada laki-laki yang hanya memiliki nilai 29,03 %.

Mean dan Standar Deviasi tertulis dalam tabel 5, laki-laki dan perempuan memiliki skor tertinggi pada aspek Attraction

(Ketertarikan) dengan skor laki-laki 3,269 dan perempuan dengan skor 4,339. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki ketertarikan yang tinggi pada Korean Wave. Aspek Self-Expression berada pada urutan kedua setelah Attraction

(21)

Centrally memiliki skor 2,315 pada laki-laki dan 3,605 pada perempuan. Meskipun memiliki urutan yang sama, skor pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam semua aspek. Std. Error Difference 2.656 2.656 95% Confidence Interval of

the Difference

Lower -20.957 -20.994 Upper -10.333 -10.296

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan Leisure Involvement pada remaja pecinta

Korean Wave, maka digunakanlah rumus Independent Sample Test. Nilai t-test sebesar -5.891 dengan signifikansi 0,000 ( p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan Leisure Involvement

pada remaja pecinta Korean Wave.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan leisure involvement pada Remaja Pecinta Korean Wave didapatkan hasil perhitungan Independent Sample Test sebesar -5.891 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, maka hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan leisure involvement

(22)

Jika dilihat dari penggolongan kategori Leisure Involvement berdasarkan jenis kelamin, pada laki-laki memiliki tingkat Leisure Involvement dengan rata-rata 39,58 sedangkan perempuan memiliki rata-rata 55,23. Hal ini bisa terjadi karena banyak laki-laki yang hanya menyukai beberapa atau salah satu kegiatan atau produk yang berhubungan dengan Korean Wave/K-POP. Berdasarkan asumsi umum yang dikumpulkan oleh peneliti menyatakan bahwa laki-laki yang menyukai Korean Wave di cap miring oleh lingkungan atau teman-temannya sehingga banyak laki-laki yang menyukai Korean Wave lebih memilih untuk tidak menunjukkan kesukaannya. Berbeda dengan perempuan yang lebih terbuka apabila dirinya menyukai hal-hal yang berhubungan dengan Korean Wave.

Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian dalam White & Gruber (1985) yang menyatakan bahwa Stereotype umum tentang sex-role dan penelitian telah mendukung asumsi bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang jelas tentang kebutuhan masing-masing. Masyarakat umum memiliki stereotype pada laki-laki dan perempuan yang sampai saat ini masih kuat, seperti laki-laki yang dianggap kuat, tidak sensitif, logis, rasional, dan lain-lain, sedangkan perempuan dianggap kekanakan, sensitif, tidak stabil, tidak rasional dan lain-lain (http://www.psychalive.org/sexual-stereotyping/).

Terdapat anggapan di lingkungan bahwa laki-laki yang menyukai hal-hal yang berbau Korea dianggap tidak biasa, oleh karena itu banyak laki-laki yang tidak menunjukkan ketertarikan mereka terhadap Korean Wave meskipun sebenarnya mereka memiliki ketertarikan tersebut. Terdapat identitas gender atau gender identity yang menunjukkan image laki-laki dan perempuan meliputi feminin, maskulin, undifferentiated dan

(23)

dengan identitas gender kelompok penggemarnya (Nastiti, 2010). Hal ini yang membuat laki-laki yang menyukai hal berbau Korean Wave dianggap memiliki image feminin.

.Perbedaan yang terlihat juga dari kesukaan mereka pada Korean Wave, mayoritas laki-laki menyukai musik dan drama saja sedangkan pada perempuan mayoritas menyukai banyak hal yang berhubungan dengan Korean Wave seperti musik, tarian, film, drama, dll.

(24)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang leisure involvement pada remaja laki-laki dan perempuan, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan leisure involvement

pada remaja pecinta Korean Wave.

SARAN

1. Tidak banyak penelitian tentang Leisure Involvement terutama di Indonesia. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti Leisure Involvement dengan sampel dan bidang yang lebih bervariasi lagi agar banyak orang memahami tentang arti

Leisure Involvement.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Chen, C.C., Cheng, C.H., & Lin, S.Y. (2013). The Relationship among Leisure Involvement, Leisure Benefits, and Happiness of Elementary School Teacher in Tainan Country. International Research in Education, 1 (1), 1-23.

Fontenelle, S. M., Zinkhan, G. M. (1993). Gender Differences in the Perception of Leisure: a Conceptual Model. Advances in Consumer Research, 20, 534-540.

http://www.psychalive.org/sexual-stereotyping/

Huang, Y. T. (2013). A Study on the Relationships between Leisure Activity Involvement, Well-Being, the Benefits of Serious Leisure Activity, and Sports Volunteer Self-Actualization in the Changhua National Games. The Journal of Human Resource and Adult Learning, 9(1), 12-25.

Kyle, G., Graefe, A., & Manning, R. (2004). Satisfaction Derived through Leisure Involvement and Setting Attachment. Research of Leisure, 28(3-4), 277-306.

Lee, S., & Scott, D. (2008). Celebrity Fan Involvement and Destination Perceptions. Annals of Tourism Research, 35 (3), 809-832.

Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan Fanatisme pada Remaja. Jurnal Komunikasi.1-23.

Pertiwi, S. A. (2013). Konformitas dan FanatismePada Remaja Korean Wave (Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda.

Jurnal Psikologi, 1 (2), 157-166.

Puspitasari, W., & Hermawan, Y. (2013). Gaya Hidup Penggemar K-Pop (Budaya Korea) dalam Mengekspresikan Kehidupannya Studi Kasus K-Pop Lovers di Surakarta. Jurnal Sosiologi-Antropologi, 1-10.

Sarwono, S. W. (1997). Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Tsai, S. M. (2014). A Study of Leisure Motivation, Leisure Involvement, Leisure Benefits and Well-being for Taiwanese Female University Teachers Travelling in Asia. Storage Management Solutions, Issue 1, 1-21.

White, Jacquelyn, W., & Gruber, Kenneth, J. (1985). Gender differences in leisure-need activity patterns. Sex Roles, 12 (11-12), 1173-1186.

Gambar

Tabel 1 Uji Normalitas
Kategori Skor Skala Tabel 3 Leisure Involvement
Mean dan Standar Deviasi Tabel 4 Leisure Involvement
Uji T Tabel 6 Leisure Involvement

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran diberikan pada Gambar 4.23, untuk karakteristik filter yang didapatkan tidak terlalu jauh berbeda dengan filter yang pertama karena dibuat

Sistem pakar adalah cabang dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), yaitu dengan menyimpan kepakaran dari pakar manusia ke dalam komputer dan meyimpan basis pengetahuan

bahwa dalam rangka mendukung percepatan realisasi investasi kepada perusahaan yang telah mendapatkan Izin Investasi/Izin Prinsip Penanaman Modal yang berlokasi di

Pas iku Muntiyadi lagi kelonan nang kamar ambek bojone, arek loro iku kuaget onok wong sangar mlebu nang omahe.. Durung sempet mbengok, napi iku mau wis nyancang Muntiyadi

Perbedaannya yaitu jika penelitian yang dilakukan oleh Sudarmojo lebih menekankan pada peran orangtua dalam pemilihan tayangan TV untuk meningkatkan penalaran anak sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta merumuskan alternatif

Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru jalur umum dilakukan oleh calon peserta secara langsung pada loket Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Muhammadiyah Mataram, dan

Seperti dalam menerapkan keterampilan variasi suara, guru belum sepenuhnya melakukan variasi suara pada saat menjelaskan materi essensial, guru belum sepenuhnya