• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Simpan

Umur simpan merupakan kemampuan pepaya mempertahankan masa simpan dari hari setelah panen (HSP) sampai siap dikonsumsi. Pengamatan umur simpan dengan melihat perubahan skala warna kulit dari berwarna hijau (skala 1) sampai berwarna kuning penuh (skala 6). Skala warna kulit dapat dilihat pada (Gambar 3). Perubahan warna kulit pepaya Sukma selama penyimpanan menunjukkan tanda kematangan pepaya. Menurut Pantastico (1989) sintesis karotenoid pada tahap pematangan akhir menyebabkan hilangnya klorofil atau warna hijau pada kulit buah.

11

Gambar 3 Indeks kematangan pascapanen buah pepaya Sukma dengan skor warna: 1:Hijau, 2:Hijau dengan sedikit kuning, 3: Hijau kekuningan, 4:Kuning lebih banyak dari pada hijau, 5: Kuning dengan ujung sedikit hijau, 6:Kuning penuh.

Hasil penelitian menunjukkan pepaya Sukma di Pasir kuda pada ketinggian 261 m dpl dapat dipanen setelah mencapai satuan panas 1.967,03 sampai 2.269,80 °C hari dengan suhu dasar 15 °C. Pepaya Sukma dengan umur panen tua 150 HSA (2.269,80 °C hari) memiliki umur simpan yang paling singkat sebesar 9,00 HSP dibandingkan dengan umur panen muda 130 HSA (1.967,03 °C hari) memiliki umur simpan yang paling lama sebesar 12,70 HSP. Berdasarkan umur simpan yang dicapai, umur panen 130 dan 135 HSA merupakan umur panen terbaik pepaya Sukma untuk pemasaran jarak jauh dengan waktu pemasaran 12 HSP (Tabel 1).

Tabel 1. Satuan panas, umur simpan dan laju respirasi buah pepaya Sukma Umur panen (HSA) Satuan panas (°C hari) a Umur Simpan (HSP) a Laju Respirasi (ml CO2/kg/jam) 130 1.967,03 12,70a 104,14 135 2.036,23 10,60ab 101,40 140 2.101,90 10,50ab 93,67 145 2.201,00 9,90ab 96,54 150 2.269,80 9,00b 120,16

Keterangan: aAngka-angka pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; HSA = Hari setelah antesis, HSP=Hari setelah panen. Umur panen tua memiliki akumulasi satuan panas yang lebih tinggi dibandingkan umur panen muda. Akumulasi satuan panas yang tinggi diduga mempercepat kematangan, sehingga umur simpan menjadi lebih singkat. Menurut Pantastico (1989) jumlah satuan panas menunjukkan kebutuhan suhu setiap hari untuk pertumbuhan tanaman. Pemanenan dapat dilakukan pada setiap daerah pertanaman apabila jumlah total derajat-hari atau satuan panasnya sudah tercapai. Suhu merupakan kondisi iklim yang mempengaruhi umur simpan dan kualitas buah. Hasil penelitian Sugito (2014) menunjukkan semakin tua umur panen pepaya Callina, maka semakin tinggi satuan panas yang diperoleh, sehingga mempengaruhi umur simpan. Pepaya Callina yang dipanen tua 140 HSA (2.437,67 °C hari) lebih cepat mencapai kematangan sehingga memiliki umur

12

simpan yang lebih singkat sebesar 4,61 HSP dibandingkan umur panen muda 120 HSA (2.107,67 °C hari) dengan umur simpan paling lama sebesar 9,83 HSP. Hasil penelitian Taris et al. (2014) juga menunjukkan bahwa umur panen pepaya Callina mempengaruhi satuan panas dan umur simpan. Pepaya Callina dengan umur panen tua 130 HSA (2.241,75 oC hari) memiliki daya simpan yang paling singkat sebesar 4,08 HSP dibandingkan umur panen muda 115 HSA (2.010,06 oC hari) memiliki umur simpan paling lama sebesar 7,92 HSP.

Laju Respirasi

Laju respirasi tertinggi pepaya Sukma terdapat pada umur panen tua 150 HSA (2.269,80 °C hari) sebesar 120,16 ml CO2/kg/jam dengan umur simpan 9,00 HSP dan laju respirasi terendah pada umur panen 140 HSA (1.967,03 °C hari) sebesar 93,67 ml CO2/kg/jam dengan umur simpan 10,50 HSP. Satuan panas mempengaruhi jumlah laju respirasi, semakin tinggi satuan panas semakin cepat repirasi sehingga umur simpan menjadi lebih singkat. Respirasi akan meningkat pada puncak klimaterik, kemudian perlahan menurun seiring pematangan buah. Puncak klimaterik umur panen pepaya Sukma berbeda-beda pada grafik laju respirasi. Umur panen 130 dan 135 HSA mencapai puncak respirasi paling lama pada hari ke 8 HSP. Umur panen 145 dan 150 HSA mencapai puncak respirasi paling singkat yaitu pada hari ke 5 HSP. Umur panen tua lebih cepat melakukan respirasi dibandingkan dengan pepaya umur panen muda yang menyebabkan umur simpannya lebih pendek. Rata-rata laju respirasi diambil sampai 9 HSP (Gambar 4).

Gambar 4. Laju respirasi buah pepaya Sukma selama penyimpanan

Laju respirasi yang meningkat sampai 13 HSP diduga karena kerusakan buah pepaya selama pengangkutan, sehingga menyebabkan serangan cendawan (Gambar 5). Menurut Pantastico (1989) laju respirasi dipengaruhi oleh faktor internal buah seperti tingkat perkembangan buah, susunan kimiawi jaringan, pelapis alami dan ukuran produk. Pengaruh faktor eksternal yang mempengaruhi jumlah laju respirasi seperti suhu, etilen, O2 yang tersedia, zat pengatur tumbuh, kerusakan buah dan kadar CO2. Menurut Basulto et al. (2009) pada hari ke 8 HSP merupakan puncak respirasi tertinggi yang kemudian menurun sampai 13 HSP pada pepaya Maradol.

13

Gambar 5. Serangan cendawan pada buah pepaya Sukma saat penyimpanan Penelitian Taris et al. (2014) menunjukkan pepaya Callina selama penyimpanan mengalami memar saat transportasi ke laboratorium yang menyebabkan serangan cendawan, sehingga mempengaruhi laju respirasi. Hasil penelitian Mudiksari (2015) pelapisan lilin dan kitosan pada pepaya Callina dapat menghambat respirasi buah dan meningkatkan daya simpan.

Mutu Fisik

Pepaya yang telah mencapai skala warna 6 (kuning penuh) dapat ditentukan sebagai kriteria siap konsumsi yang telah sempurna proses pematangannya. Kualitas fisik pepaya seperti susut bobot, kelunakan daging, kekerasan kulit dan bagian buah yang dapat dimakan. Visual atau penampilan buah merupakan kriteria pascapanen yang penting (Tabel 2).

Tabel 2. Kualitas fisik buah pepaya Sukma pada skala warna 6 Umur panen (HSA)a Bobot awal (kg) Bobot akhir (kg) Susut bobot (%) Kelunakan daging (mm/g/detik) Kelunakan kulit (mm/g/detik) Bagian yang dapat dimakan (%) 130 1,36 1,24 4,88 0,24 0,12 72,63 135 1,39 1,27 5,13 0,29 0,15 76,37 140 1,28 1,11 8,48 0,27 0,11 72,30 145 1,48 1,36 5,10 0,28 0,12 73,88 150 1,44 1,34 5,06 0,30 0,17 70,13

Keterangan: HSA = Hari setelah antesis, HSP=Hari setelah panen.

Umur panen tidak mempengaruhi kualitas fisik pepaya Sukma seperti susut bobot, kelunakan daging, kekerasan kulit dan bagian buah yang dapat dimakan pada tingkat kematangan yang sama antar umur panen. Hasil penelitian Taris et al. (2014) menunjukkan kualitas fisik pepaya Callina tidak dipengaruhi umur panen (115, 120, 125 dan 130 HSA). Penelitian Sugito (2014) menunjukkan umur panen 120 sampai 140 HSA tidak mempengaruhi kualitas fisik pepaya Callina tetapi mempengaruhi kelunakan daging dan kekerasan kulit buah.

Umur panen tidak mempengaruhi bobot awal dan akhir pengamatan. Susut bobot pepaya Sukma tidak dipengaruhi umur panen sebesar 4,88 sampai 5,06%. Keragaman bobot pepaya Sukma saat panen juga diduga mempengaruhi susut bobot tidak berbeda antar umur panen. Bobot buah pepaya Sukma yang beragam

14

saat penelitian diduga karena curah hujan yang tinggi sebesar 467 mm. Hasil penelitian Fardilawati (2008) menunjukkan bobot buah pepaya Sukma beragam saat panen karena curah hujan yang tinggi sebesar 475 mm. Penelitian Sugito (2014) menunjukkan susut bobot pepaya Callina tidak dipengaruhi umur panen dari 120 sampai 140 HSA sebesar 9,53 sampai 5,55%. Penelitian Taris et al. (2014) juga menunjukkan umur panen 115 sampai 130 HSA tidak mempengaruhi susut bobot pepaya Callina sebesar 4,72 sampai 3,03%.

Kelunakan daging dan kulit pepaya Sukma tidak dipengaruhi oleh umur panen dari 130 sampai 150 HSA. Nilai kelunakan kulit sebesar 0,12 sampai 0,17 mm/g/detik dan nilai kelunakan daging sebesar 0,24 sampai 0,30 mm/g/detik. Pengamatan pascapanen pada tingkat kematangan yang sama diduga mempengaruhi kelunakan kulit dan daging buah tidak berbeda antar umur panen. Menurut Suketi et al. (2010b) buah yang dipanen pada jumlah hari setelah antesis berbeda, ada yang menunjukkan keragaan warna kulit buah yang sama dan diduga mempunyai tingkat kematangan buah yang sama pula, sehingga menyebabkan kekerasan kulit buah tidak berbeda. Hasil penelitian Taris et al. (2014) menunjukkan pepaya Callina dengan umur panen yang berbeda 115 sampai 130 HSA tidak mempengaruhi kelunakan kulit sebesar 0,12 sampai 0,13 mm/g/detik dan kelunakan daging sebesar 0,36 sampai 0,38 mm/g/detik. Hasil penelitian Sugito (2014) menunjukkan pepaya Callina dengan umur panen berbeda 120 sampai 140 HSA mempengaruhi kelunakan kulit sebesar 0,11 sampai 0,19 mm/g/detik dan kelunakan daging sebesar 0,21 sampai 0,31 mm/g/detik. Kelunakan kulit dan daging pepaya yang berbeda antar pepaya Callina dan Sukma tersebut diduga karena perbedaan varietas, waktu, tempat penelitian dan kondisi prapanen. Menurut Workneh et al. (2012) kelunakan buah pepaya dipengaruhi faktor prapanen seperti varietas, iklim, jenis tanah, irigasi dan pemupukan. Pemupukan unsur Ca yang tinggi dapat menghambat laju respirasi, etilen, pematangan, susut bobot dan meningkatkan kekerasan buah.

Umur panen pepaya Sukma dari 130 sampai 150 HSA tidak mempengaruhi bagian buah yang dapat dimakan (edible portion). Hasil pengukuran edible portion yang rendah pada umur panen 150 HSA sebesar 70,13% diduga karena serangan cendawan sehingga bagian buah yang dapat dikonsumsi lebih sedikit. Umur panen 135 HSA memiliki edible portion tertinggi sebesar 76,37% yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Bobot buah pepaya Sukma saat panen berkisar antara 1,28 sampai 1,48 kg. Bobot saat panen juga diduga mempengaruhi hasil pengukuran edible portion. Hasil penelitian Fardilawati (2008) menunjukkan pepaya Sukma memiliki edible portion yang tinggi sebesar 77,89 sampai 79,01% dengan bobot saat panen berkisar 1,65 sampai 1,94 kg.

Mutu Kimia

Mutu kimia sangat mempengaruhi kualitas pepaya. Kualitas pepaya yang baik mempengaruhi harga jual buah di Pasar. Perubahan komposisi kimia terjadi seiring dengan pematangan buah. Mutu kimia mempengaruhi kualitas rasa, aroma dan kandungan gizi buah. Hasil pengukuran mutu kimia dilakukan pada pepaya Sukma yang sudah mencapai skala warna 6 atau kuning penuh (Tabel 3).

15

Tabel 3. Kualitas kimia buah pepaya Sukma pada skala warna 6

Keterangan: aAngka-angka pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; HSA:Hari Setelah Antesis.

Umur panen (130 sampai 150 HSA) mempengaruhi padatan terlarut total tetapi tidak mempengaruhi asam tertitrasi total, rasio PTT/ATT dan kandungan vitamin C pada tingkat kematangan yang sama. Hasil penelitian Taris et al. (2014) menunjukkan pepaya Callina dengan umur panen (115, 120, 125 dan 130 HSA) mempengaruhi padatan terlarut total dan kandungan vitamin C. Penelitian Sugito (2014) menunjukkan umur panen 120 sampai 140 HSA tidak mempengaruhi kualitas kimia pepaya Callina, tetapi mempengaruhi padatan terlarut total dan kandungan vitamin C.

Hasil penelitian menunjukkan pepaya Sukma dengan umur panen tua 150 HSA memiliki padatan terlarut total paling tinggi sebesar 11,88 0brix. Kondisi tersebut menunjukkan semakin tua umur panen maka semakin tinggi akumulasi satuan panas yang diperoleh, sehingga diduga meningkatkan kemanisan buah. Menurut Pantastico (1989) suhu mempengaruhi hasil asimililat fotosintesis yang diperoleh tanaman. Satuan panas yang tinggi mempengaruhi proses kematangan, respirasi dan perombakan pati menjadi gula lebih cepat, sehingga buah yang dipanen tua memiliki umur simpan pendek dengan kemanisan yang tinggi. Hasil penelitian Sugito (2014) pada pepaya Callina menunjukkan umur panen mempengaruhi akumulasi satuan panas yang diperoleh, sehingga mempengaruhi kemanisan. Umur panen tua 140 HSA dengan akumulasi satuan panas terbesar 2. 241,75 oC hari memiliki padatan terlarut total tertinggi yaitu 10.96 0brix. Hasil penelitian Taris et al. (2014) juga menunjukkkan semakin tua umur panen pepaya Callina maka semakin tinggi padatan terlarut total yang diperoleh. Umur panen tua 130 HSA dengan akumulasi satuan panas terbesar 2.437,67 °C hari memiliki padatan terlarut total yang semakin meningkat sebesar 12,62 0brix.

Umur panen 130 sampai 150 HSA tidak mempengaruhi asam tertitrasi total pepaya Sukma sebesar 0,08 sampai 0,11%. Kondisi tersebut diduga karena pengukuran dilakukan saat tingkat kematangan yang sama. Faktor prapanen seperti curah hujan dan suhu (Lampiran 1) saat penelitian diduga mempengaruhi asam tertitrasi total. Faktor pascapanen seperti serangan cendawan diduga juga mempengaruhi peningkatan asam tertitrasi total selama penyimpanan. Menurut Pantastico (1989) asam-asam organik terdapat dalam proses laju respirasi dari oksidasi gula menjadi asam organik. Asam organik meningkat seiring dengan pematangan buah lalu menurun untuk mengurangi rasa sepat atau fenolik. Lama penyimpanan saat pascapanen juga mempengaruhi tingkat asam tertitrasi total. Penelitian Sugito (2014) pada pepaya Callina menunjukkan bahwa asam tertitrasi total tidak dipengaruhi umur panen dari 120 sampai 140 HSA sebesar 2,32 sampai

Umur panen (HSA) Padatan terlarut total (0brix) a Asam tertitrasi total (%) Rasio PTT/ATT Kandungan vitamin C (mg/100 g) 130 9,9c 0,08 128,73 148,19 135 10,53abc 0,12 109,26 155,11 140 10,07bc 0,09 120,00 172,60 145 11,50ab 0,10 129,38 142,61 150 11,88a 0,11 117,51 168,49

16

2,86 mg. Penelitian Taris et al. (2014) juga menunjukkan pepaya Callina dengan umur panen yang berbeda 115 sampai 135 tidak mempengaruhi asam tertitrasi total sebesar 8,27 sampai 9,96 mg pada tingkat kematangan yang sama.

Hasil penelitian pepaya Sukma menunjukkan rasio PTT/ATT tidak dipengaruhi umur panen. Rasio PTT/ATT pepaya Sukma sebesar 128,73 sampai 117,51. Hasil penelitian menunjukkan nilai ATT pepaya Sukma berbanding lurus dengan nilai PTT yang diperolehnya. Hasil pengukuran PTT pepaya Sukma meningkat bersamaan dengan ATT sampai 12,70 HSP. Hasil penelitian Suketi et al. (2006) menunjukkan bahwa rasio perbandingan PPT/ATT pepaya Arum tidak dipengaruhi oleh umur panen sebesar 143,00 sampai 128,89. Hasil penelitian Sugito (2014) menunjukkan pepaya Callina memiliki nilai ATT yang meningkat bersamaan dengan nilai PTT dan tidak dipengaruhi umur panen sebesar 3,63 sampai 3,83.

Umur panen 130 sampai 150 HSA tidak mempengaruhi kandungan vitamin C. Kandungan vitamin C pepaya Sukma sebesar 148,19 sampai 168,49 mg/100 g. Hasil pengukuran vitamin C pepaya Sukma yang tinggi diduga karena penggunaan iodine cair dengan normalitas 0,1 N yang diencerkan lagi menjadi 0,01 N, sehingga mempengaruhi hasil akhir pengukuran vitamin C. Hal lain yang diduga mempengaruhi kandungan vitamin C seperti varietas, waktu, tempat penelitian, rata-rata curah hujan dan suhu yang berbeda. Penelitian pepaya Sukma di Pasir Kuda pada bulan Maret sampai Juli 2015 memiliki curah hujan yang tinggi sebesar 426,6 mm dan suhu 25,3 oC. Menurut Lee dan Kader (2000) kandungan vitamin C dipengaruhi oleh prapanen seperti perbedaan genotipe, kondisi iklim seperti curah hujan, suhu, cara bercocok tanam, pemupukan, kematangan, cara panen dan prosedur penanganan pascapanen. Penelitian Sugito (2014) pada pepaya Callina di Leuwisadeng pada bulan April sampai September 2014 dengan curah hujan 298,9 mm dan suhu 24,6 oC, memiliki vitamin C sebesar 40,05 sampai 56,01 mg/100 g. Penelitian Taris et al. (2014) pada pepaya Callina di Tajur pada bulan Maret sampai Juni 2014 dengan curah hujan 280,6 mm dan suhu 23,7 oC (Lampiran 1) memiliki vitamin C sebesar 40,68 sampai 55,07 mg/100 g. Menurut Taris et al. (2014) perbedaan waktu, tempat penelitian dan kondisi iklim ini menunjukkan waktu pertumbuhan buah pepaya yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan perbedaan komposisi kimia buah.

KESIMPULAN

Umur panen 130 sampai 150 HSA tidak mempengaruhi kriteria mutu fisik dan kimia buah pepaya Sukma pada kematangan pascapanen yang sama berdasarkan satuan panas yang berbeda. Mutu kimia yang dipengaruhi umur panen adalah kandungan padatan terlarut total (PTT), semakin tua umur panen maka semakin tinggi tingkat kemanisan atau padatan terlarut total buah. Umur simpan terlama buah pepaya pada umur panen 130 HSA (1.967,03 °C hari) dengan umur simpan 12,70 HSP. Umur panen 150 HSA (2.269,80 °C hari) memiliki umur simpan tersingkat 9,00 HSP. Pepaya Sukma mulai dapat dipanen

17

saat jumlah satuan panas sekitar 1.967,03 °C hari pada ketinggian 261 m dpl. Umur panen 135 HSA (2.036,23 °C hari) merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang daya simpan dengan umur simpan 10,60 HSP yang memiliki kualitas fisik dan kimia yang baik.

Dokumen terkait