• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Percobaan Pendahuluan

Rata-rata jumlah ngengat S.exigua yang tertangkap per hari disajikan pada Tabel 2, yaitu sebanyak 23,11 ekor. Berdasarkan hal tersebut, maka perlakuan jumlah tangkapan ngengat tertinggi ditetapkan sebanyak 20 ekor/ hari. Secara lengkap macam perlakuan yang diuji disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2. Jumlah ngengat S. exigua yang tertangkap per hari pada penelitian pendahuluan

No. Tanggal Rata-rata jumlah ngengat S. exigua yang tertangkap per hari (ekor)

1 11 April 2012 19,30 2 12 April 2012 20,50 3 13 April 2012 18,50 4 14 April 2012 40,50 5 15 April 2012 17,50 6 16 April 2012 15,50 7 17 April 2012 30,00 Jumlah 161,80 Rata-rata 23,11

Hasil Percobaan Utama

Populasi kelompok telur S. exigua

Ngengat S. exigua meletakkan telurnya dalam kelompok pada daun bawang merah. Menurut Rauf (1999) telur S. exigua diletakkan dalam bentuk kelompok yang terdiri atas 20 – 100 butir. Lama stadium telur di dataran rendah dan medium berlangsung selama 2 hari sedangkan di dataran tinggi 3 hari. Pada penelitian ini, kelompok telur S. exigua mulai terpantau pada umur 5 hari setelah tanam (HST) dan hasil pengamatannya disajikan pada Tabel 3. Pada awal pengamatan populasi kelompok telur S. exigua tidak merata. Baru pada umur 15 hari setelah tanam (HST) kelompok telur S. exigua merata di semua petak perlakuan dan setelah itu populasi kelompok telur terus menurun. Menurut Rauf (1999) puncak populasi kelompok telur S. exigua terjadi pada umur 15 dan 37 HST. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada rentang waktu 15 sampai 37 HST kemungkinan untuk menemukan kelompok

telur S.exigua sangat sulit. Hal ini dibuktikan pada percobaan ini, pada umur 15 sampai 37 HST tidak dijumpai populasi kelompok telur yang mencapai ambang pengendalian. Populasi kelompok telur S. exigua pada percobaan ini yang terpantau mencapai ambang pengendalian (0,1 paket telur/ tanaman contoh) terjadi pada umur 5 sampai 12 HST, yaitu pada petak perlakuan B, C, dan E masing-masing sebanyak 1 kali, G sebanyak 2 kali dan F sebanyak 3 kali. Menurut Kalshoven (1981), S. exigua digolongkan ke dalam kelompok hama semusim dan biasanya ledakannya berlangsung singkat.

Tabel 3. Populasi kelompok telur S. exigua pada tanaman bawang merah

Jumlah kelompok telur S.exigua menurut umur tanaman (HST Perlakuan

5 8 12 15 19 22 26

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

> 0 ekor per hari 0,07 bc 0,00 a 0,07 ab 0.07 a 0,03 a 0,03 a 0,00 B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 5 ekor per hari 0,10 abc 0,07 a 0,07 ab 0,07 a 0,03 a 0,00 a 0,00 C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥10 ekor per hari 0,03 bc 0,17 a 0,00 b 0,03 a 0,03 a 0,00 a 0,00 D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 15 ekor per hari 0,07 bc 0,03 a 0,33 a 0,03 a 0,00 a 0,00 a 0,00 E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 20 ekor per hari 0,00 d 0,10 a 0,07 ab 0,07 a 0,00 a 0,00 a 0,00 F. Kelompok telur 0,1 per tanaman

contoh 0,17 a 0,13 a 0,30 ab 0,03 a 0,00 a 0,00 a 0,00 G. Kerusakan tanaman 5%

0,13 ab 0,10 a 0,03 ab 0,07 a 0,03 a 0,00 a 0,00 H. Disemprot dengan insektisida 2 kali

per minggu 0,00 c 0,03 a 0,00 b 0,07 a 0,00 a 0,03 a 0,00 I. Kontrol (tanpa insektisida) 0,00 c 0,07 a 0,07 ab 0,03 a 0,00 a 0,00 a 0,00

LSD 5% 0,06 0,17 0,19 0,08 0,04 0,03 -

CV (%). 4,89 8,19 13,90 6,47 3,06 2,14 -

Jumlah kelompok telur S.exigua menurut umur tanaman (HST) Perlakuan

29 33 36 40 43 47 50

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

> 0 ekor per hari 0,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 5 ekor per hari 0,07 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥10 ekor per hari 0,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 15 ekor per hari 0,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 20 ekor per hari 0,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 F. Kelompok telur 0,1 per tanaman

contoh 0,00 a 0,00 b 0,03 a 0,00 0,00 0,00 0,00 G. Kerusakan tanaman 5%

0,00 a 0,00 b 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00 H. Disemprot dengan insektisida 2 kali

I. Kontrol (tanpa insektisida) 0,03 a 0,07 a 0,00 b 0,00 0,00 0,00 0,00

LSD 5% 0,05 0,04 0,02 - - - -

CV (%). 3,93 3,50 1,62 - - - -

HST = Hari setelah tanam

Angka rata-rata perlakuan pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata menurut uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%

Ciri lain ledakan hama pada tanaman semusim adalah migrasi hama ke dalam pertanaman (French 1969). Pada tanaman bawang merah kejadian ini ditandai dengan pada saat-saat tertentu kelompok telur S. exigua sangat mudah dijumpai di lapangan, sedangkan pada saat lainnya sangat sulit ditemukan (Rauf 1999). Namun, serangan S. exigua pada tanaman bawang merah masih tetap berlangsung sepanjang umur tanaman tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa populasi kelompok telur tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya indikator penetapan ambang pengendalian

S. exigua pada tanaman bawang merah di sepanjang umur tanaman tersebut. Selain itu pengamatan kelompok telur S. exigua setelah tanaman bawang merah berumur lebih dari 15 HST harus dilakukan dengan sangat teliti. Hal ini disebabkan, jumlah daun mulai bertambah sehingga tanaman mulai rimbun dan jika pengamatan kurang teliti keberadaan kelompok telur tersebut akan sulit dijumpai.

Kerusakan tanaman oleh S. exigua

Hasil pengamatan terhadap kerusakan tanaman bawang merah oleh serangan hama S. exigua disajikan pada Tabel 4. Kerusakan tanaman ditandai dengan timbulnya bercak-bercak putih transparan pada daun bawang merah. Hal ini disebabkan larva S.exigua memakan daging daun dari dalam rongga daun dan meninggalkan epidermis dan pada serangan berat seluruh daun dimakan. Menurut Rauf (1999) puncak serangan hama S. exigua pada tanaman bawang merah terjadi pada umur 27 HST, dan setelah itu intensitas serangannya menurun.

Pada percobaan ini, kerusakan tanaman oleh serangan S. exigua mulai terpantau pada umur 12 HST. Selama percobaan berlangsung, kerusakan tanaman yang mencapai ambang pengendalian (kerusakan tanaman 5%) terjadi pada semua petak perlakuan. Namun, intensitas terjadinya kerusakan

tanaman yang mencapai ambang pengendalian pada tiap petak perlakuan berbeda. Hal ini disebabkan pada tiap petak perlakuan tersebut telah mendapatkan tindakan pengendalian sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan.

Tabel 4. Kerusakan tanaman bawang merah oleh S. exigua

Kerusakan tanaman bawang merah (%) oleh S.exigua menurut umur tanaman (HST)

Perlakuan

5 8 12 15 19 22 26

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

> 0 ekor per hari 0,00 0,00 0,35 ab 1,28 b 1,86 ab 1,77 d 3,14 b B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 5 ekor per hari 0,00 0,00 0,51 ab 1,61 ab 1,79 ab 3,24 cd 1,36 b C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥10 ekor per hari 0,00 0,00 1,25 a 5,21 a 4,90 ab 11,30 abc 10,35 ab D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 15 ekor per hari 0,00 0,00 0,85 ab 1,34 ab 6,08 a 19,50 a 33,68 a E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 20 ekor per hari 0,00 0,00 0,24 b 3,26 ab 4,21 ab bcd 7,42 14,09 ab F. Kelompok telur 0,1 per tanaman

contoh 0,00 0,00 0,22 b 3,20 ab 6,21 a bcd 7,64 33,83 a G. Kerusakan tanaman 5%

0,00 0,00 0,73 ab 2,22 ab 10,15 a 11,34 abc 4,46 b H. Disemprot dengan insektisida 2 kali

per minggu 0,00 0,00 0,13 b 0,82 b 0,45 b 1,28 d 2,16 b I. Kontrol (tanpa insektisida) 0,00 0,00 0,65 ab 1,11 b 10,48 a 14,85 ab 33,89 a

LSD 5% - - 1,00 3,35 8,51 8,67 27,20

CV (%). - - 18,62 19,92 19,31 15,50 19,13

Kerusakan tanaman bawang merah (%) oleh S.exigua menurut umur tanaman (HST)

Perlakuan

29 33 36 40 43 47 50

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

> 0 ekor per hari 1,89 c 1,65 cd 0,47 c 0,71 cd 1,57 cd 3,87 c 8,39 ab B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 5 ekor per hari 1,98 c 1,98 cd 1,79 bc 0,84 cd 1,21 d 6,00 bc 7,43 ab C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥10 ekor per hari 8,42 bc 3,96 cd 1,62 bc abcd 2,25 2,99 bcd 4,60 bc 5,46 b D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 15 ekor per hari 22,73 ab 11,10 abc 9,14 ab 4,66 ab 5,56 bc 12,77 ab 8,58 ab E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak

≥ 20 ekor per hari 22,27 ab 8,99 bcd 9,55 ab 3,97 abc 6,57 b 8,20 bc 6,45 ab F. Kelompok telur 0,1 per tanaman

contoh 27,73 ab 22,40 a 11,64 a 5,19 ab 14,61 a 11,31 ab 9,06 ab G. Kerusakan tanaman 5%

12,55 bc 9,35 abc 2,80 bc 1,67 bcd 2,52 bcd 10,45 abc 10,74 a H. Disemprot dengan insektisida 2 kali

per minggu 0,12 c 0,69 d 1,68 bc 0,10 d 3,44 bcd 5,95 bc 9,41 ab I. Kontrol (tanpa insektisida) 35,90 a 19,36 ab 12,46 a 6,41 a 11,64 a 19,84 a 4,72 b

LSD 5% 23,18 13,97 8,16 3,76 4,10 6,54 5,01

 HST = Hari setelah tanam

 Angka rata-rata perlakuan pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata menurut uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%

Pada perlakuan G (ambang pengendalian kerusakan tanaman 5%) terjadi sebanyak 7 kali kerusakan tanaman oleh serangan S. exigua yang mencapai ambang pengendalian, sedangkan pada perlakuan F (0,1 kelompok telur/ tanaman contoh) terjadi sebanyak 10 kali kerusakan tanaman yang mencapai ambang pengendalian. Padahal, jika berdasarkan populasi kelompok telur (Tabel 3), pada perlakuan F hanya perlu dilakukan tindakan pengendalian sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 5, 8, dan 12 HST, sedangkan jika berdasarkan kerusakan tanaman, pada perlakuan F diperlukan 10 kali tindakan pengendalian, yaitu pada umur 19, 22, 26, 29, 33, 36, 40, 43, 47, dan 50 HST. Hal ini membuktikan bahwa ambang pengendalian S. exigua berdasarkan kerusakan tanaman lebih teliti dibandingkan dengan penetapan ambang pengendalian berdasarkan kelompok telur.

Menurut Moekasan dan Sastrosiswojo (1992) dengan menerapkan ambang pengendalian berdasarkan kerusakan tanaman 5%, penggunaan insektisida dapat ditekan > 62% dengan hasil panen setara dengan penyemprotan sistem kalender 2 kali/ minggu. Namun demikian, ambang pengendalian tersebut membutuhkan ketelitian, kecermatan menghitung, tenaga dan waktu yang cukup untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat. Hal ini sulit diterapkan oleh petani.

Populasi imago S. exigua

Populasi imago (ngengat) S. exigua hasil tangkapan Feromon Exi disajikan pada Gambar 1. Ngengat S. exigua mulai tertangkap pada umur 5 HST dan mencapai puncaknya umur 47 HST, dengan kepadatan populasi 29,45 ekor per perangkap per hari. Berdasarkan hasil tangkapan tersebut, maka perlakuan ambang pengendalian yang berdasarkan hasil tangkapan ngengat S.exigua, yaitu petak A, B, C, D, dan E selama percobaan berlangsung (54 hari) masing-masing mencapai ambang pengendalian sebanyak 14, 11, 9, 6, dan 2 kali. Artinya pada perlakuan tersebut dilakukan tindakan pengendalian S. exigua masing-masing sebanyak 14, 11, 9, 6, dan 2 kali.

Jika dibandingkan dengan penerapan ambang pengendalian berdasarkan populasi kelompok telur S. exigua (perlakuan F, pada Tabel 3), maka jumlah tindakan pengendalian yang setara atau mendekati jumlah tindakan pengendalian pada perlakuan F (3 kali tindakan pengendalian) adalah perlakuan E (hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 20 ekor/ hari), yaitu sebanyak 2 kali pada umur 33 dan 47 HST . Namun demikian, kerusakan tanaman yang mencapai ambang pengendalian pada perlakuan E mencapai sebanyak 8 kali (Tabel 4). Dengan demikian, pada perlakuan E terdapat sebanyak 6 kali kejadian mencapai ambang pengendalian yang tidak dilakukan tindakan pengendalian S. exigua.

Gambar/ Figure 1. Populasi imago S. exigua pada tanaman bawang merah/ Imago of S. exigua

Gambar/ Figure 2. Perangkap feromonoid seks/ Sex pheromone trap; : (a & b) perangkap/ trap; (c) imago S.exigua/ imago of S.exigua; (d) kapsul feromonoid seks/ capsule of

sex pheromone

Jika dibandingkan dengan penerapan ambang pengendalian S. exigua berdasarkan kerusakan tanaman (perlakuan G, Tabel 4), maka jumlah tindakan pengendalian S. exigua yang setara atau mendekati perlakuan tersebut (6 kali/ musim tanam) adalah perlakuan D (hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 15 ekor/ hari), yaitu sebanyak 6 kali/ musim (Tabel 4). Penerapan ambang pengendalian berdasarkan hasil tangkapan populasi ngengat S.

exigua dengan menggunakan Feromon Exi lebih mudah dan praktis jika dibandingkan dengan penerapan ambang pengendalian berdasarkan populasi kelompok telur atau kerusakan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Permana dan Rostaman (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan feromon lebih mudah dan aman bagi pemakai dan lingkungan.

Organisme Pengganggu Tumbuhan lain yang menyerang

Selama percobaan berlangsung ditemukan OPT lain yang menyerang tanaman bawang merah, yaitu hama trips dan lalat pengorok daun serta serangan penyakit trotol dan embun tepung. Serangan hama trips dan lalat pengorok daun hanya terpantau satu kali, yaitu pada umur 8 HST dan intensitas serangannya di bawah 2 % sehingga dianggap tidak mengganggu jalannya percobaan. Namun, pada percobaan ini dijumpai serangan penyakit

trotol yang disebabkan oleh cendawan Alternaria porri dan penyakit embun tepung yang disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor. Kehadiran kedua penyakit ini mulai terpantau pada umur 8 HST sampai akhir percobaan. Untuk mengatasi serangan penyakit tersebut pertanaman bawang merah disemprot dengan fungisida Klorotalonil, Difenokonazol, Mefenoksam + Mankozeb secara bergantian dengan frekuensi 2 kali/ minggu.

Jumlah penyemprotan insektisida untuk mengendalikan S.exigua per musim

Salah satu tujuan menerapkan ambang pengendalian ialah untuk menekan penggunaan pestisida. Pada percobaan ini dengan menerapkan ambang pengendalian S. exigua berdasarkan populasi kelompok telur, kerusakan tanaman, atau populasi ngengat hasil tangkapan Feromon Exi penggunaan insektisida dapat ditekan jika dibandingkan dengan penggunaan insektisida 2 kali/ minggu (Tabel 5).

Pada Tabel 5 terlihat bahwa pengurangan penggunaan insektisida tertinggi terdapat pada perlakuan E (≥ 20 ekor ngengat

S.exigua/perangkap/hari), yaitu sebesar 85,71%, sedangkan yang terendah pengurangannya terdapat pada perlakuan B (≥ 5 ekor ngengat/perangkap/hari), yaitu sebesar 21,43%. Pada perlakuan ambang pengendalian berdasarkan populasi kelompok telur (0,1/ tanaman contoh) dan kerusakan tanaman 5%, masing-masing dapat menghemat penggunaan insektisida sebesar 78,57% dan 57,14%. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Moekasan et al. (2004; 2012) dan Suhardi et al. (1994) yang menyatakan bahwa penerapan ambang pengendalian tersebut dapat menekan penggunaan insektisida > 50%.

Tabel 5. Jumlah dan biaya penyemprotan insektisida untuk mengendalikan hama S.exigua pada

tanaman bawang merah

Perlakuan Jumlah penyemprotan insektisida per musim tanam Biaya insektisida (Rp./ 30 m2) Perbedaan dengan perlakuan H (%)

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak > 0 ekor per

hari 14 40.520 0

B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 5 ekor per

C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak≥10 ekor per

hari 9 26.049 35,71

D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 15 ekor per

hari 6 17.366 57,14

E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 20 ekor per

hari 2 5.789 85,71

F. Kelompok telur 0,1 per tanaman contoh 3 8.683 78,57

G. Kerusakan tanaman 5% 6 17.366 57,14

H. Disemprot dengan insektisida 2 kali per minggu 14 40.520 0

I. Kontrol (tanpa insektisida) 0 0 100,00

Hasil panen bawang merah

Hasil panen bawang merah disajikan pada Tabel 6. Bobot bawang merah pada saat panen (bobot basah) maupun setelah penjemuran selama 7 hari (bobot kering) pada perlakuan A (> 0 ngengat/ perangkap/hari), B (≥ 5 ngengat/ perangkap/hari), C (≥ 10 ngengat/ perangkap/hari) dan H (disemprot insektisida secara rutin 2 x/ minggu) tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata, tetapi berbeda nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan D (≥ 15 ngengat/ perangkap/hari), E (≥ 20 ngengat/ perangkap/hari), F (0,1 kelompok telur/ tanaman), G (kerusakan tanaman 5%) dan I (kontrol).

Tabel 6. Hasil panen bawang merah

Bobot

Umbi segar Umbi kering

Perlakuan

kg/ 30 m2 ton/ha kg/ 30 m2 ton/ha

A. Hasil tangkapan ngengat sebanyak > 0 ekor per hari 71,50 a 23,83 40,50 a 13,50 B. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 5 ekor per hari 71,33 a 23,77 40,20 a 13,40 C. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥10 ekor per hari 70,70 a 23,56 40,37 a 13,46 D. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 15 ekor per hari 36,27 c 12,09 22,97 c 7,66 E. Hasil tangkapan ngengat sebanyak ≥ 20 ekor per hari 23,60 e 7,86 13,27 e 4,42 F. Kelompok telur 0,1 per tanaman contoh 31,97 d 10,66 15,67 d 5,22 G. Kerusakan tanaman 5% 62,83 b 20,94 38,67 b 12,89 H. Disemprot dengan insektisida 2 kali per minggu 69,83 a 23,28 40,17 a 13,39 I. Kontrol (tanpa insektisida) 15,87 f 5,29 9,67 f 3,22

LSD 5% 2,06 - 1,46 -

CV (%). 2,36 - 2,90 -

 Angka rata-rata perlakuan pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata menurut uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%/ Average at the same column followed by the same letters were not significantly different at 5% level according to LSD

Hasil panen pada perlakuan ambang pengendalian yang setara dengan hasil panen pada perlakuan yang disemprot insektisida secara rutin terdapat pada perlakuan A, B, dan C. Dari ketiga macam perlakuan tersebut (A, B, dan C), perlakuan C adalah perlakuan yang dapat menghemat penggunaan insektisida tertinggi, yaitu sebesar 35,71% dibandingkan dengan perlakuan B sebesar 21,43% dan A = 0%. Sedangkan pada perlakuan F (kelompok telur 0,1 / tanaman) dan G (kerusakan tanaman 5%), hasil panen bawang merah (bobot basah dan kering) lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan H yang disempeot rutin dengan insektisida 2 kali/ minggu. Berdasarkan uraian tersebut, ditetapkan bahwa ambang pengendalian berdasarkan hasil tangkapan ngengat S.exigua dengan menggunakan Feromon Exi sebesar > 10 ekor/ perangkap/ hari inilah yang paling menguntungkan karena selain menekan penggunaan insektisida sebesar 35,71%, hasil panenpun (13,46 ton/ha) setara dengan hasil panen bawang merah pada perlakuan penyemprotan insektisida dengan sistem kalender 2 kali/ minggu.

Analisis anggaran parsial

Menurut Adiyoga (1984; 1985a; 1985b; 1987) analisis anggaran parsial dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan finansial suatu teknologi baru untuk direkomendasikan sebagai pengganti teknologi lama atau teknologi yang sedang berjalan (existing technology). Dalam analisis anggaran parsial, dihitung besarnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerimaan (revenue), biaya berubah (variable cost), dan pendapatan bersih (net income) sebagai akibat dari penggantian teknologi.

Pada percobaan ini analisis anggaran parsial dilakukan untuk perlakuan C (≥ 10 ekor ngengat/ perangkap/ hari) dan dibandingkan dengan perlakuan H (penyemprotan insektisida secara rutin 2 kali/ minggu). Biaya berubah dengan adanya penggantian teknologi pada percobaan ini adalah biaya pengamatan ngengat S. exigua, biaya pembelian Feromon Exi, biaya upah penyemprotan insektisida, biaya pembelian insektisida, dan biaya bunga bank (Tabel 7). Dengan penerapan ambang pengendalian berdasarkan tangkapan populasi ngengat S.exigua dengan menggunakan Feromon Exi, ada penambahan biaya berubah pada perlakuan penerapan ambang

Rp. 425.000,-. Namun, penambahan biaya tersebut masih jauh lebih kecil jika dibandingkan pengurangan biaya pengendalian pada perlakuan tersebut secara keseluruhan, yaitu sebesar Rp. 5.748.667,-/ ha yang terdiri atas selisih biaya upah penyemprotan insektisida sebesar Rp. 1.350.000,-/ha; biaya pembelian insektisida sebesar Rp. 4.823.667,-/ha; dan bunga bank/ modal sebesar Rp. 288.008,-/ha.

Suatu teknologi baru akan direkomendasikan untuk menggantikan teknologi lama apabila teknologi baru tersebut dapat meningkatkan pendapatan bersih atau memberikan tingkat pengembalian (rate of return) > 1 (Adiyoga et al. 1999; Adiyoga & Soetiarso 1999; Soetiarso et al. 1999; Soetiarso et al 2006; Basuki 2009). Pada percobaan ini, penerapan ambang pengendalian S. exigua menggunakan Feromon Exi dibanding penerapan pengendalian S.exigua sistem kalender, dapat meningkatkan pendapatan kotor sebesar Rp. 6.456.675,-/ha dan mengurangi biaya berubah sebesar Rp. 6.036.675,-/ha. Dengan demikian, penerapan ambang pengendalian S.exigua menggunakan Feromon Exi secara ekonomi berpotensi untuk diadopsi karena dapat mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan bersih jika dibandingkan dengan pengendalian S.exigua sistem kalender dengan melakukan penyemprotan insektisida 2 kali/ minggu.

Tabel 7. Perubahan penerimaan dan biaya berubah akibat perubahan dari teknologi penyemprotan insektisida dengan sistem kalender ke penerapan ambang pengendalian (Rp./ha) Perubahan teknologi Uraian Disemprot insektisida 2 x/minggu Penerapan ambang pengendalian Perubahan I. Hasil panen     Bobot (kg/ha) 13.390 13.460 70     Harga (Rp./kg) 6.000 6.000 -

    Total penerimaan (Rp./ha)  80.340.000 80.760.000 420.000

Biaya berubah per hektar (Rp./ha) -

2.1. Tenaga kerja (Rp./ha) -

    Pengamatan populasi imago S.exigua - 300.000 300.000

    Feromon Exi - 125.000 125.000

    Penyemprotan insektisida 3.780.000 2.430.000 - 1.350.000

2.2. Bahan -     Insektisida untuk untuk pengendalian S.exigua 13.506.667 8.683.000 - 4.823.667

Subtotal biaya bahan 13.506.667 8.683.000 - 4.823.667

Subtotal biaya bahan + upah 17.286.667 11.538.000 - 5.748.667

Bunga modal (1,67%/ bulan untuk 3 bulan) 866.062 578.054 - 288.008

Total biaya berubah (Rp./ha) 18.152.729 12.116.054 - 6.036.675

Pendapatan kotor (Rp./ha) 62.187.271 68.643.946 6.456.675

Dokumen terkait