• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Suku dinas kesehatan Jakarta Utara

Suku Dinas Kesehatan didirikan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom menunjukkan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah sehingga sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan.

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dilaksanakan pada seksi sumber daya kesehatan karena pelaksanaan teknis kebijakan tentang kefarmasian terpusat pada subseksi farmasi, makanan dan minuman (farmakmin) yang berada di bawah seksi tersebut. Subseksi farmakmin secara umum bertanggungjawab mengurus perizinan, melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) serta menyediakan obat buffer yang disimpan di gudang. Perizinan yang dilaksanakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara meliputi perizinan sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, industri kecil obat tradisional, sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dan cabang/sub penyalur alat kesehatan serta tenaga kerja. Perizinan surat izin praktek atau kerja apoteker dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota sejak diberlakukannya permenkes No. 889/Menkes/Per/V/2011 pada tanggal 1 Juni 2011. Selain itu, surat izin kerja asisten apoteker (SIKAA) berubah penamaannya menjadi Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK).

Pelayanan perizinan dilaksanakan melalui sistem satu pintu dimulai dari front line officer (FLO) di pelayanan prima dan pelaksanaan perizinan selanjutnya dilaksanakan oleh petugas sudinkes di bidang farmakmin. Setiap perizinan yang

Universitas Indonesia masuk di monitoring pelaksanaannya. Melalui sistem manajemen mutu, setiap pelaksanaan didokumentasikan dengan rapi. Perizinan yang melalui beberapa tahap pelaksanaan dicatat alur proses yang telah dilalui, tanggal pelaksanaan dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan untuk mencegah keterlambatan proses perizinan dan menjaga kualitas pelayanan di Sudin Kesehatan Jakarta utara.

Alur proses perizinan dimulai dengan pemohon izin menyerahkan berkas permohonan yang sudah lengkap kepada FLO (Front Line Officer) di Pelayanan Prima. FLO akan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas serta mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap, kekurangan akan diberitahukan kepada pemohon dan berkas akan langsung dikembalikan. Check list hasil pemeriksaan berkas disimpan oleh FLO. Jika berkas permohonan lengkap dan benar, FLO akan membuat tanda terima (rangkap 2, asli untuk pemohon dan fotokopi untuk arsip), mencatat pada buku register, dan menginput data pemohon melalui software. Selanjutnya, berkas permohonan akan diserahkan ke Bagian Tata Usaha (TU). Oleh bagian TU, berkas akan dicatat dan diberi penomoran pada buku agenda masuk. Data akan diteruskan ke seksi melalui software dan berkas akan diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan (yaitu Koordinator Farmakmin) dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) menerima berkas permohonan dari TU dan mencatatnya pada register seksi. Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan akan melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berkas permohonan dan surat penolakan akan diserahkan kembali ke FLO. Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat perjanjian waktu pemeriksaan lapangan.

Seksi SDK membuat Surat Tugas yang ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dan mempersiapkan Berkas Pemeriksaan Lapangan. Setelah pemeriksaan lapangan dilaksanakan, BAP lapangan akan dikaji dan hasil pemeriksaan lapangan dilaporkan ke Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan atau Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bila memenuhi persyaratan di lapangan, pembuatan Surat Izin/SK/Sertifikat akan dilakukan. Bila

Universitas Indonesia tidak memenuhi persyaratan di lapangan, surat penolakan izin berserta alasannya akan dibuat dan ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Surat penolakan dan berkas permohonan diserahkan kembali ke FLO untuk dikembalikan ke pemohon. Selanjutnya dilakukan pemberian nomor Surat Izin/Sertifikat Sarana dan Nomor Agenda Surat Keluar TU untuk Surat Izin/Sertifikat Sarana serta Nomor SK untuk SK izin sarana. Surat Izin/SK/Sertifikat akan dicetak dan ditempelkan foto lalu diteruskan ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk ditandatangani. Selanjutnya, Surat Izin/SK/Sertifikat akan digandakan dan dibubuhkan stempel Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Sebagai arsip, foto ditempelkan di buku register perizinan dan fotokopi Surat Izin/SK/Sertifikat didokumentasikan pada berkas permohonan.

Seksi SDK menyerahkan Surat Izin/SK/Sertifikat asli ke FLO dengan berita acara serah terima dan menginformasikan kepada pemohon untuk mengambil Surat Izin/SK/Sertifikat tersebut. FLO mengisi blangko retribusi pembayaran dan menyerahkannya ke pemohon untuk segera membayar ke Kas Daerah. FLO akan memberikan Surat Izin/SK/Sertifikat asli kepada pemohon dengan menerima surat tanda terima dan Surat Ketetapan Restribusi Daerah (SKRD) dari pemohon. Untuk bukti, SKRD warna putih dipegang pemohon dan yang berwarna merah disimpan FLO sebagai arsip. Selajutnya, pemohon menandatangani buku register FLO sebagai bukti Surat Izin/SK/Sertifikat telah diambil. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dan selesai dalam waktu tidak lebih dari 16 hari kerja.

Pada saat pemeriksaan lapangan apotek, dilakukan pemeriksaan meliputi bangunan, perlengkapan apotek, dan personalia (terutama Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian). Pada saat pemeriksaan juga dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan, dan pentingnya kehadiran Apoteker di apotek, serta keharusan apotek untuk membeli obat pada Pedagang Besar Farmasi.

Untuk penanggung jawab toko obat dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan daftar obat yang dapat dijual di toko obat hanya obat bebas dan obat bebas terbatas. Toko Obat tidak boleh melayani resep atau memberikan obat

Universitas Indonesia yang termasuk dalam daftar obat keras maupun DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek).

Berbeda dengan perizinan tenaga kerja kefarmasian, pengeluaran izin bagi sarana kesehatan kefarmasian dilakukan setelah pemeriksaan fisik terhadap sarana tersebut. Khusus IKOT, perizinannya terdiri dari 2 jenis yaitu izin prinsip dan izin usaha sedangkan izin edar produk menjadi wewenang BPOM. Pada IKOT, dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan untuk pengolahan serta pengemasan produk, peralatan laboratorium, peralatan pengendalian pencemaran sarana produksi, serta sumber daya/energi yang digunakan.

Fungsi farmakmin lainnya adalah sebagai penyedia obat buffer puskesmas dan untuk bakti sosial atau jika ada Kejadian Luar Biasa (KLB). Pengadaan obat ini dilakukan setiap tahun dengan menghitung anggaran, jumlah dan jenis obat yang diperlukan berdasarkan kebutuhan obat tahun sebelumnya dan disesuaikan dengan pola penyakit di Jakarta Utara. Setelah perencanaan disetujui, farmakmin melakukan pengadaan obat. Pengadaan obat dilakukan dengan cara lelang oleh tim lelang. Obat diperiksa oleh tim pemeriksa untuk dan diterima oleh tim penerima yang terdiri dari petugas sudinkes farmakmin di instalasi farmasi sudin.

Sejak 2 tahun terakhir, farmakmin tidak melaksanakan pengadaan buffer obat karena bidang pengendalian masalah kesehatan ikut mengadakan pengadaan obat, dan terdapat permintaan obat paten dalam proses lelang. Binwasdal juga menjadi bagian kegiatan farmakmin. Binwasdal pada sarana pelayanan kesehatan dan produk IRT disesuaikan dengan anggaran yang ada. Binwasdal dilakukan secara acak pada saryankes yang belum dilakukan berdasarkan data tahun lalu. Saat pelaksanaan binwasdal ditemukan banyak pelanggaran di sarana kesehatan. Pelanggaran tersebut diantaranya merupakan temuan langsung sudin saat peninjauan langsung ke lapangan ataupun temuan Balai POM. Temuan dari balai POM ditindaklanjuti oleh sudinkes dengan memeriksa sarana kesehatan tersebut. Pelanggaran yang sering terjadi di apotek yakni tidak ada asisten apoteker ataupun apoteker, tidak rapinya administrasi, penjualan obat tanpa resep dokter dan lain-lain.

Penertiban toko obat oleh sudinkes dilakukan setahun sekali dengan mengecek ketersediaan obat bebas dan obat bebas terbatas, serta kemungkinan

Universitas Indonesia dijualnya obat keras. Pengawasan juga dilakukan terhadap industri pangan rumah tangga. Jika diketahui terjadi pelanggaran atau penyimpangan, Koordinator Farmakmin dapat memberikan peringatan dan pembinaan agar sarana tersebut dapat memperbaiki kesalahannya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui apakah perbaikan telah dilakukan atau belum. Jika suatu sarana tidak juga memperbaiki kesalahannya atau tetap melanggar peraturan, Koordinator Farmakmin berwenang untuk mencabut izin sarana tersebut.

Selain sarana kesehatan, sudinkes juga melaksanakan pengawasan terhadap produk IRT. Tahun 2012 lalu menjelang natal dan idul fitri, sudinkes melakukan binwasdal terhadap produk parsel dan IRT di pasar swalayan dan pasar tradisional yang kadaluwarsa ataupun tanpa no.izin edar. Setiap pelaksanaan binwasdal dibuat berita acara dan dilanjutkan dengan pembinaan terhadap saryankes yang melakukan pelanggaran sedangkan produk dan obat yang tidak layak serta terkait dengan pelanggaran diamankan oleh BPOM.

51 Universitas Indonesia

Dokumen terkait