• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Selaawi mempunyai curah hujan yang tinggi yaitu 2.224 mm/tahun dan suhu rata-rata 19,90C serta kelembaban sebesar 83,8% . Distribusi rata-rata curah hujan bulanan dan kelembaban (2005-2009) secara ricnci dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Distribusi curah hujan ( ), kelembaban ( ), suhu bulanan ( ) tahun 2005-2009.

Jenis pohon yang mendominasi di kebun petani yaitu mindi (M. azedarach L.) (43,37%), sengon (Paraserianthes falcataria) (23,20%), pohon afrika (Maesopsis eminii) (15,35%), manglid (Manglieta glauca) (9,83%), ekaliptus (Eucalyptus spp.), (4,68%), jabon (Anthocephalus cadamba) (1,62%) dan jenis pohon lain seperti mahoni (Swietenia mahagoni), tissuk (Hibiscus cannabinus), suren (Toona sureni), puspa (Schima wallichii), pala (Myristica fragrans) dan rasamala (Altingia excelsa) (1,96 %). Jenis tanaman bukan kayu yang dimiliki masyarakat yang berkontribusi terhadap pendapatan petani antara lain aren (Arenga pinnata), kapulaga (Amomum compactum,), kopi (Coffea arabica), teh (Camellia sinensis). Jumlah jenis pohon (%) di Desa Selaawi secara rinci disajukan pada Gambar 6.

Tegakan mindi pada umumnya ditanam pada jarak 3 m x 3 m dan pohon lain ditanam di antara larikan pohon mindi tersebut. Sumber bibit biasanya didapatkan dengan cara dibeli atau barter dengan penjual bibit. Pembenihan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 50 100 150 200 250 300 350 400

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOP DES

% RH ⁰C T C H (m m /t h ) Bulan

mindi sangat sulit dilakukan, hingga saat ini hanya beberapa orang saja yang dapat melakukannya.

Sub Penelitian I. Hubungan Faktor Tempat Tumbuh

Gambaran kondisi tempat tumbuh dan produktivitas tegakan secara lengkap disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kondisi tempat tumbuh dan produktivitas tegakan

Lokasi Tegakan Pinus

(reference)

Tegakan mindi tua (mindi+afrika+

alpukat+teh)

Tegakan mindi muda (mindi+kapulaga +kopi) (p<0,05) Letak Geografis Latitude S: 07018’08,3” E: 107030’17,7” S: 07018’46,0” E: 107028’41,0” S : 07018’53,2” E : 107029’19,4” Altitude (mdpl) 1158 925 862 Kelerengan (%) 103 63 19,1 Sifat Tanah C-org (%) 1,55±0,17a (R) 1,35±0,08 a(R) 2,01±2,01b(T) 0,003 N-Total (%) 0,13±0,015 a(R) 0,11±0,005 a(R) 0,15±0,005 b(T) 0,018 P tersedia (ppm) 6,97±1,22 a(R) 5,77±1,15 a(R) 8,17±1,65a(R) 0,178 K (me/100 g) 0,83±0,1 a(T) 0,85±0,04 a(T) 0,72±0,035 a(T) 0,113 KTK (me/100 g) 22,01±4,07 a(T) 20,37±1,96a(S) 32,81±5,5 b(T) 0,020 Pasir (%) 20,93±2,84a 24,63±1,33b 16,13±2,02b 0,008 Debu (%) 30,10±1,8a 31,60±1,4a 30,10±1,0a 0,406 Liat (%) 48,97±1,4a 43,77±2,4b 53,77±2,9c 0,006 Porositas (%) 68,27±1,49 a(T) 67,02±12,6 a(T) 57,16±1,81a(T) 0,217 Permeabilitas (%) 1,53±1,94 a(AL) 5,85±3,74a(S) 0,61±0,61a(SL) 0,085 pH 5,40±0,1 a(M) 5,07±0,05b(M) 4,66±0,2c(M) 0,002 Kondisi Tegakan Umur (tahun) 20 14 3 Kerapatan (pohon/ha) 110±88a 300±121a 1066±258b 0,001 LBDS (m2/ha) 9,47±8,60a 17,61±5,38a 13,05±1,04a 0,309 Volume (m3/ha) 122,54±97,67a 187,80±61,18a 82,49±10,68a 0,230 Indeks keanekaragaman (H’) 0(R) 1,5(S) 1,78(S)

Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan (p<0,05). Kriteria penilaian sifat-sifat kimia dan fisika tanah: R= rendah, S= sedang, T=tinggi, M= masam, AL= agak lambat, SL= sangat lambat (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

0 10 20 30 40 50 Mindi Sengon Afrika Manglid Ekaliptus Jabon Jenis kayu lain

Pertambahan umur tanaman menyebabkan produktivitas tegakan semakin meningkat. Volume pohon tertinggi berada pada plot tegakan mindi tua yaitu sebesar (187,8 m3/ha), tegakan pinus sebesar (122,54 m3/ha) dan mindi muda sebesar (82,49 m3/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari kapasitas tukar kation (KTK), KTK tertinggi adalah pada tegakan mindi muda yaitu sebesar (32,81 me/100 g), tegakan pinus (22,01 me/100 g), dan kemudian KTK terendah adalah pada hutan mindi tua sebesar (20,37 me/100 g). KTK pada mindi muda mempunyai nilai yang lebih besar dibanding dua tegakan lainnya hal ini karena pada tegakan mindi muda kegiatan pemupukan serta pengolahan tanah masih dilakukan secara intensif.

Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa KTK menunjukkan kemampuan menyerap dan mempertukarkan kation-kation dengan akar tanaman. KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa KTK merupakan banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat diserap oleh tanah persatuan berat tanah (biasanya per 100 g). KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara yang lebih baik daripada KTK rendah. Hubungan faktor tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 7.

Angka 1,2 dan 3 pada Gambar 6 merupakan plot tegakan pinus (reference), angka 4,5 dan 6 merupakan plot tegakan mindi tua, sedangkan 7,8 dan 9 merupakan tegakan mindi muda. Masing-masing tegakan mempunyai kelompok tersendiri, hal ini menandakan bahwa adanya perbedaan kondisi tempat tumbuh antar tegakan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kimia tanah lebih banyak mempengaruhi produktivitas tegakan. Hal ini disebabkan karena tanaman mindi merupakan jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing species). Menurut Wasis (2006) tanaman cepat tumbuh memerlukan banyak unsur hara dalam pertumbuhannya sehingga menyebabkan unsur hara tanah banyak terkuras.

Perbedaan umur, kerapatan dan faktor tempat tumbuh sangat mempengaruhi produktivitas tegakan mindi. Produktivitas tegakan mindi yang dilihat dari volume lebih banyak dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah. Berdasarkan Gambar di atas, bahwa sifat fisik yang berkorelasi positif antara lain adalah kandungan debu, permeabilitas tanah, pasir dan porositas tanah. Sifat kimia tanah yang berkorelasi positif dengan produktivitas antara lain: KTK, N, P, dan C. Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa unsur C, N, P dan K merupakan unsur hara makro yang sangat esensial bagi tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal.

Gambar 7 Biplot kondisi tempat tumbuh tegakan mindi. 4 6 5 1 3 2 9 8 7

Sub Penelitian II. Pengetahuan Lokal Silvikultur

Nimmo (2007) menjelaskan bahwa pengakuan tentang pentingnya Local Ecologigal Knowledge (LEK) dalam pengembangan sejalan dengan pertumbuhan ketidakpastian sistem pertanian modern, bisa atau akan memberikan jalan keluar dari kemiskinan meluas dialami di beberapa negara. Penelitian mengenai pengetahuan lokal juga dilakukan oleh Sitompul (2011) pada agroforestri kemenyan Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya lokal masyarakat dalam budidaya kemenyan secara finansial layak diusahakan. Di samping itu, hutan kemenyan juga mempunyai fungsi ekologi bagi masyarakat sekitar.

Penelitian yang dilakukan Cao (1997) tentang manajemen silvikultur petani lokal di Sichuan dalam hal pemilihan jenis tanaman petani sangat hati-hati untuk menghindari kerugian. Pemilihan jenis tanaman untuk penghasil kayu lebih diutamakan daripada tanaman penghasil buah. Demikian halnya dengan Desa Selaawi pemilihan kayu mindi merupakan keputusan petani dalam mempertahankan pertanian mereka.

Desa Selaawi mempunyai pengetahuan lokal dalam mengelola agroforestri mindi.Kegiatan yang dilakukan petani dalam mengelola lahan saat ini terdiri dari: (a) perbanyakan tanaman, (b) pengolahan tanah dan sistem drainase, (c) penanaman dan pergiliran tanaman, (d) pemeliharaan tanaman (4) pengendalian hama dan penyakit dan (e) pemanenan kayu.

Perbanyakan Tanaman

a. Pengetahuan lokal perbanyakan tanaman

Kegiatan perbanyakan tanaman terdiri dari: (1) pemilihan pohon induk, (2) pemanenan buah, (3) ekstraksi buah, (4) perbanyakan tanaman generatif dan vegetatif. Pengetahuan ekologi lokal tentang perbanyakan tanaman dapat dilihat pada Gambar 8.

1. Pemilihan pohon induk

Pohon induk yang dipilih adalah pohon induk yang mempunyai ciri berbatang lurus, diameter 40 sampai dengan 60 cm. Tinggi pohon 17 sampai dengan 25 meter. Umur pohon mencapai 15 sampai 20 tahun. Tanaman sehat tidak terkena hama dan penyakit. Pohon induk yang ada di Desa Selaawi sekitar 150 pohon yang tersebar di kebun petani. Buah matang secara fisiologis pada akhir Agustus sampai September setiap tahunnya.

Gambar 8 LEK perbanyakan tanaman. 2. Pemanenan buah

Pemanenan buah biasanya dilakukan pada bulan Agustus setiap tahunnya. Ciri buah yang matang secara fisiologis yaitu buah dengan warna kekuningan.

Pemilihan pohon induk Pemilihan pohon sehat Pemilihan diameter besar Pemilihan pohon lurus Pemanenan pohon induk Pembungkusan buah Ekstraksi buah Penjemuran buah Pemecahan endocarp Produksi benih Kualitas benih Kualitas semai Kualitas bibit Perbanyakan mindi Perendaman biji Seleksi kualitas benih Persiapan media tanam

Penelitian penentuan kriteria masak fisiologis buah mindi yang dilakukan oleh Suita dan Nurhasby (2008) menyatakan bahwa daya kecambah benih yang tinggi diperoleh dari buah yang berwarna hijau kekuningan (34,5%) dan kuning (35%). Biasanya pada masa berbuah, pohon mindi mulai menggugurkan daun sampai semua buah jatuh dari pohon. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memanjat pohon. Sebelum pohon induk dipanjat di sekitar bawah tegakan terlebih dahulu dibersihkan, hal ini bertujuan agar buah yang jatuh mudah untuk dikumpulkan. Satu pohon induk biasanya menghasilkan satu sampai dua karung buah. Biasanya satu orang pemanjat pohon induk hanya mampu menghasilkan 2 karung buah (karung beras ukuran 30 kg).

3. Ekstraksi buah

Cangkang mindi sangat keras sehingga dalam membelah biji biasanya menggunakan golok. Ada dua cara yang dilakukan dalam mengambil biji dari cangkang buah mindi, yang pertama adalah dengan memotong langsung secara melintang kemudian biji yang sudah terlihat lengket di cangkang dicabut dengan menggunakan pinset. Cara yang kedua adalah dengan proses ekstraksi terlebih dahulu. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan palu atau golok. Proses ekstraksi dilakukan dengan menghilangkan daging buah dengan cara diiris melintang. Setelah daging buah lepas, kemudian akan didapatkan cangkang mindi. Setelah itu dilakukan penjemuran rutin selama 3 hari. Setelah 3 hari cangkang mindi mulai retak, dari sela retakan tersebut dicongkel menggunakan bantuan golok dan pisau congkel. Teknik pemecahan dengan menggunakan golok ini harus berhati-hati disebabkan karena benih mindi sangat lembek dan mudah rusak.

Menurut petani, cara pengambilan biji mindi yang baik adalah dengan cara yang kedua. Alasannya adalah biji tidak banyak yang mengalami kerusakan atau cacat dibandingkan dengan dibelah langsung. Biji yang cacat terkena pisau tidak bisa digunakan sebagai benih dalam persemaian karena kalau benih cacat tersebut ditanam akan mengalami kematian pada fase persemaian. Dalam kegiatan pengeluaran biji dari buah satu orang petani hanya mampu mengumpulkan satu gelas dalam sehari. Satu gelas setara dengan 200 gram.

Pemilihan benih berupa biji yang baik dilakukan dengan perendaman biji tersebut di dalam air. Biji yang berkualitas baik akan tenggelam dan berwarna hitam. Biji tersebut kemudian dikeringkan selama satu sampai tiga hari dan siap untuk disemaikan. Biji mindi yang sudah dikeluarkan dari cangkangnya hanya bertahan selama 3 bulan. Setelah 3 bulan biasanya benih mindi sudah tidak baik lagi. Semakin lama benih disimpan persen tumbuh di persemaian semakin menurun.

4. Perbanyakan tanaman generatif dan vegetatif

Sebelum tahun 2007 bibit mindi didapatkan dari cabutan alam yang tumbuh di bawah tegakan mindi tua. Teknik lain adalah dengan cara dibakar, teknik ini digunakan untuk memudahkan pemecahan kulit mindi sebelum disemaikan. Teknik dengan cara dibakar kurang efektif dan persen perkecambahannya sangat rendah.

Teknik persemaian mindi sebenarnya tidak begitu sulit, namun kesulitan terbesar dalam hal mengeluarkan biji dari cangkang. Hal ini yang menyebabkan tidak banyak petani yang mau melakukan persemaian mindi.

Persiapan bedeng dan media semai dapat dilakukan setelah benih terkumpul. Bedeng semai dibuat dengan ukuran 50 cm x 20 m. Media semai terdiri dari tanah yang dicampur dengan sekam padi dengan perbandingan 1:1. Sekam padi bertujuan untuk menggemburkan tanah, sehingga dalam pencabutan semai tidak mengalami kesulitan. Setelah itu, benih ditabur sampai merata lalu ditutup dengan campuran tanah dan sekam padi. Selanjutnya bedeng semai disemprot dengan menggunakan pestisida kimia untuk melindungi semai dari serangan hama. Terakhir bedeng semai ditutup dengan plastik sampai 10 hari. Biasanya proses penyapihan berlangsung selama 2,5 bulan (10 liter benih yang disemai). Buharman et al. 2002 menyatakan bahwa media semai untuk mindi menggunakan campuran tanah, pasir, kompos (7:2:1).

Menurut Hani (2009) kualitas bibit di persemaian dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas bibit antara lain kualitas media tumbuh serta intensitas cahaya yang diterima. Masing-masing jenis tanaman memerlukan jenis media dan perlakuan

yang berbeda sepeti misalnya meranti memerlukan medium tumbuh berupa topsoil yang mengandung mikoriza.

Perbanyakan secara vegetatif juga dilakukan, namun persen tumbuhnya sangat rendah. Teknik yang dilakukan dalam melakukan perbanyakan vegetatif adalah dengan cara stek. Persen tumbuhnya sangat rendah hanya sekitar 25%. Bahan stek biasanya diambil dari bibit yang tingginya 30 cm. Pucuk yang distek langsung ditanam di polybag dan ditutup dengan atap daun. Pemeliharaan dilakukan hingga stek mindi mengeluarkan tunas sampai bibit hasil stek dapat ditanam di lapangan.

Pengolahan Tanah

Desa Selaawi memiliki kelerengan di atas 15 %, jika tidak dikelola dengan kondisi biofisik setempat sangat rentan terhadap longsor. Masyarakat mengelola lahan dengan membuat teras searah garis kontur. Pada awal pengelolaan tanah dilakukan pembuatan teras, kemudian dilakukan penggemburan agar tanah menjadi longgar dengan tujuan unsur hara dan air terserap optimal. Pembuatan teras bertujuan untuk menahan tanah agar tidak terjadi longsor serta menahan unsur hara tanah pada saat musim hujan agar tidak tercuci. Tanah yang diolah dengan baik akan meningkatkan porositas tanah. Porositas tanah yang tinggi menurut Hardjowigeno (2007) banyaknya pori-pori tanah yang ditandai dengan bahan organik dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Diagram pengetahuan lokal pengelolaan tanah dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 LEK pengolahan tanah.

Pembersihan lahan dilakukan pada saat musim kemarau, biasanya dilakukan pada bulan Juli. Rumput yang dipotong kemudian ditimbun di tanah dengan tujuan sebagai pupuk kompos. Pembakaran pada saat pembukaan lahan tidak dilakukan. Setelah pengolahan tanah dilakukan biasanya ditanami dengan tanaman semusim.

Penanaman dan Pergiliran Tanaman

Petani Selaawi dalam melakukan penanaman pada saat musim penghujan yaitu pada saat bulan Oktober setiap tahunnya. Penanaman mindi di Desa Selaawi dalam jumlah besar dilakukan mulai tahun 2007. Sejak 2007 hingga sekarang jumlah mindi yang telah tertanam sebanyak 65.000 bibit. Jumlah tersebut meperlihatkan bahwa ketertarikan masyarakat terhadap kayu mindi sangat tinggi. Sebelumnya, sengon menjadi kayu andalan petani. Namun karena banyaknya serangan hama dan penyakit pada sengon seperti kanker batang menyebabkan

Pengelolaan teras Kesuburan lahan Konservasi air Konservasi nutrisi Konservasi tanah Pembersihan lahan Pengolahan tanah Porositas tanah Produksi hasil

pemilihan jenis bergeser. Kayu afrika dan tissuk tumbuh secara alami di kebun petani, lalu kemudian dilakukan pemeliharaan hingga menghasilkan kayu yang dapat diproduksi. Pengetahuan lokal tentang penanaman dan pergiliran tanaman dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 LEK penanaman dan pergiliran tanaman.

Ada beberapa tahapan penanaman:

1. Mindi usia 1 sampai 3 tahun: di bawah tegakan ditanami dengan palawija. Hal ini disebabkan tanaman semusim masih mendapatkan sinar matahari penuh.

2. Mindi usia 3 tahun: di bawah tegakan ditanami dengan tanaman kopi dan kapolaga. Pada usia 3 tahun penutupan tajuk sudah mulai rapat. Oleh karena itu dibutuhkan kombinasi jenis tanaman tepat.

Jarak tanam umumnya 3 m x 3 m. Penanaman yang dilakukan cukup rapat hal ini bertujuan agar pohon tidak roboh oleh terpaan angin. Disamping itu hasil kayunya lurus dan tinggi bebas cabang. Tanaman tepi yang digunakan biasanya aren (Arenga pinnata) dan serai (Cymbopogen nardus). Penanaman serai dilakukan untuk mengusir hama dan penyakit serta berfungsi sebagai penguat tanah agar tidak terjadi erosi pada saat hujan turun. Menurut Balitbang Kehutanan

Pengaturan kombinasi tatanaman Penanaman pada musim hujan Pengaturan jarak tanam Cahaya masuk Tanaman semusin Lahan optimal Pertumbuhan meningkat Kesesuaian jenis Ruang tumbuh

Jakarta (2001) mindi dapat ditanam dengan ukuran 2 m x 2 m atau 2 m x 3 m, tetapi di Paraguay mindi ditanam dengan jarak 4 m x 4 m untuk produksi kayu. Pohon mindi di Thailand ditumpangsarikan dengan tanaman ketela pohon, jagung, shorgum, kopi, jambu mete, pisang, nenas dan lainnya.

Salah satu kelebihan mindi di lapangan, pohon mindi jarang diserang oleh hama karena daunnya yang berbau khas. Selain itu, mindi yang sudah ditebang biasanya akan tumbuh lagi terubusan. Adanya terubusan tersebut, menyebabkan penebangan kayu mindi dapat dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali.

Sumber bibit mindi biasanya didapatkan dengan cara membeli atau barter. Pembenihan mindi sangat sulit dilakukan, hanya beberapa orang saja yang dapat melakukan persemaian sendiri. Sebelum tahun 2007 sumber bahan tanaman diperoleh dari anakan alam yang berada di bawah pohon mindi tua dan teknik yang lain adalah pembenihan mindi dengan cara dibakar baru kemudian disemaikan. Pembenihan mindi dengan cara dibakar kurang efektif dan persen perkecambahan sangat rendah.

Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman terdiri dari: (1) pemupukan, (2) penyiraman, (3) pergiliran tanaman, (4) pengendalian hama dan penyakit. Local Ecological Knowledge disajikan pada Gambar 11.

a. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk organik maupun kimia. Pupuk organik yang digunakan berasal dari kotoran ayam dan kotoran sapi. Pupuk kimia yang digunakan urea dan TSP. Pemupukan dilakukan pada saat musim hujan, hal ini bertujuan agar pupuk dapat meresap ke dalam pori-pori tanah. Biasanya pemupukan tanaman mindi dilakukan 3 bulan sekali selama 1 tahun. Setelah pohon mindi berumur satu tahun pemupukan tidak perlu lagi dilakukan. Satu pohon mindi biasanya dipupuk sebanyak 2 kg kotoran hewan per batang di awal penanaman.

b. Penyiraman

Kegiatan penyiraman hanya dilakukan pada tanaman semusim sedangkan pada tanaman berkayu tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman tanaman semusim dilakukan pada sore hari pada saat musim kemarau.

Gambar 11 LEK pemeliharaan tanaman.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan pohon dari gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan setiap empat bulan sekali. Sisa hasil penyiangan kemudian ditimbun dalam tanah yang bertujuan agar sampah terdekomposisi di dalam tanah. Penyiangan dilakukan pada musim kemarau.

d. Pemangkasan

Pemangkasan secara umum tidak dilakukan di Desa Selaawi karena biasanya tanaman mindi mempunyai sistem prunning sendiri. Biasanya cabang-cabang tua tanaman mindi akan jatuh sendiri sehingga tidak diperlukan pemangkasan. Pada pohon sengon, jika dilakukan pemangkasan justru akan mengakibatkan luka yang mudah terserang hama dan penyakit.

Penyiraman tanaman Pemupukan dengan kompos Pembersihan gulma Pemupukan saat musim Air tersedia Lahan subur Dekomposisi Penyerapan nutrisi Porositas tanah Pertumbuhan meningkat Mikroorganisme meningkat

e. Pengendalian hama dan penyakit

Mindi merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena mempunyai bau yang khas sehingga tidak disukai oleh hama. Penelitian Chiffelle et al. (2009) menunjukkan bahwa mindi mempunyai zat polyphenol (diantaranya flavonoid, katekin dan kaempherols) yang dapat dijadikan bahan insektisida nabati. Pengujian dilakukan pada D. melanogaster, angka kematian mencapai 90% (125.000 mg kg-1) dengan daun muda dan 73,3% (10.700 mg kg-1) dengan buah hijau. Serangan hama pada tanaman semusim seperti jahe (jahe mengalami kebusukan disebabkan oleh ulat yang menyerang bagian umbi). Tingkat serangan biasanya sampai 30%. Hama yang terdapat pada tanaman berkayu yang paling banyak adalah menyerang tanaman sengon. Hama yang biasa menyerang pohon sengon adalah hama penggerek batang dan penyakit kanker batang yang disebabkan oleh jamur. Biasanya tanaman umur satu tahun sudah mulai diserang sehingga apabila penanganannya lambat akan berakibat pada kematian tanaman. Serangan hama pada tanaman semusim misalnya patek atau hama buah pada tanaman cabe. Hama menyerang buah cabe akan menimbulkan warna bintik hitam sehingga buah tidak dapat diproduksi lagi.

Pemanenan Kayu

Kayu mindi dapat dipanen pada usia 5 tahun, demikian juga halnya dengan kayu afrika dan sengon. Log kayu biasanya dipotong dengan ukuran panjang 4 meter. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin. Hasil pemanenan kayu dapat dijual atau dapat juga digunakan untuk kebutuhan sendiri seperti untuk pembuatan rumah, kandang ternak, dll. Jenis kayu yang disukai oleh masyarakat dalam pembuatan rumah adalah jenis kayu yang berasal dari kayu mindi karena mempunyai bau yang khas sebagai zat anti rayap. Kayu yang untuk digunakan sendiri biasanya setelah ditebang dijemur terlebih dahulu hingga kering untuk menghindari pelapukan kemudian setelah itu disimpan di sekitar rumah beberapa hari sehingga terhindar dari terpaan hujan, dengan tujuan agar kayu tidak rusak. Harga beberapa jenis kayu komersial dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Daftar jenis tanaman komersial di Desa Selaawi

No Nama Lokal Nama Latin Family Harga (Rp)

1. Mindi M. azedarach L. Meliaceae 700.000/m3

2. Tissuk Hibiscus cannabinus Malvaceae 900.000/m3 3. Afrika Maesopsis eminii

Engl.

Rhamnaceae 700.000/m3

4. Sengon Paraserianthes

falcataria

Mimosaceae 700.000/m3

5. Suren Toona sureni Meliaceae 700.000/m3

6. Aren Arenga pinnata Araceae 5.000/kg

7. Ekaliptus Eucalyptus spp. Myrtaceae 1.200.000/m3 8. 9. Pala Cengkeh Myristica fragrans Syzygium aromaticum Myristicaceae Myrtaceae 80.000/ kg 35.000/ kg Kelembagaan Desa

Ada empat kelompok tani yang dibina oleh perangkat desa, namun ke empat kelompok tani ini tidak berjalan aktif. Nama kelompok tani tersebut adalah Giri Rawit, Haykal Mulya, Wargi Saluyu, Tani Makmur. Meskipun kelompok tani tidak berjalan aktif, namun hubungan antar petani ditandai dengan kegiatan diskusi sebagai media pertukaran informasi tetap berjalan. Kegiatan non formal diskusi warung dan mesjid menjadi media diskusi efektif dalam pengelolaan kebun mereka.

Menurut Yulianti (2011) keberadaan hutan rakyat pada suatu daerah dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah hutan rakyat tersebut sudah ada sejak dahulu karena kebutuhan masyarakat terhadap kayu dalam memenuhi kebutuhan hidup sendiri, sehingga mereka memanfaatkan sebagian lahannya untuk ditanami penghasil kayu. Kemungkinan ketiga karena masyarakat merasakan bahwa tanaman penghasil kayu dapat dijual karena mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Harga kayu terus meningkat dan pemasaran kayu yang mudah mendorong masyarakat untuk membangun hutan rakyat.

Pengembangan agroforestri mindi berjalan dengan sendirinya oleh inisiatif masyarakat sendiri. Kegiatan pengadaan benih dilakukan secara kolektif. Pengadaan benih dilakukan oleh sekelompok orang yang bersepakat mengumpulkan benih. Benih yang dikumpulkan berasal dari kebun-kebun petani.

Sekelompok orang ini terdiri dari petani yang mempunyai pohon induk, petani pengumpul benih, dan petani yang melakukan kegiatan perbanyakan tanaman. Sistem paro ini banyak dijumpai di Desa Selaawi. Paro merupakan istilah dari bagi hasil. Bagi hasil ditentukan oleh kedua belah pihak yang bersangkutan. Hak dan kewajiban masing-masing disepakati bersama antara si pemilik lahan dan penyedia bibit mindi. Kesepakatan paro tidak tertulis.

Embrio untuk membangun suatu kelembagaan formal misalnya kelompok tani atau koperasi di Desa Selaawi sudah ada dan berpotensi besar, namun keterbatasan sumberdaya manusia (SDM) dan tidak adanya pendampingan yang rutin dari pemerintah menyebabkan kelompok tani tidak berjalan aktif. Kebutuhan akan informasi harga kayu yang terus berkembang masih sulit untuk diketahui. Harga kayu ditentukan oleh bandar (pengumpul kayu), sehingga harga pasar kayu umumnya di pasaran tidak diketahui secara jelas.

Adanya peran pemerintah (dinas kehutanan) sebagai lembaga eksternal sangat diharapkan dalam pengembangan agrforestri di Desa Selaawi. Lembaga eksternal yang diharapkan mampu berkontribusi cukup tinggi antara lain Dinas

Dokumen terkait