• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mandor I

Mandor I bertugas untuk membantu asisten afdeling dalam pelaksanaan setiap kegiatan sehari-hari di lapangan. Mandor I berperan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mandor pemeliharaan, mandor panen, dan karyawan agar tetap berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang ditargetkan afdeling. Mandor I juga dapat memberikan teguran langsung kepada mandor ataupun karyawan apabila kegiatan yang dikerjakan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Mandor I bertanggung jawab langsung kepada asisten afdeling. Penulis menjadi pendamping mandor I selama beberapa minggu dan bertugas dalam mengawasi seluruh kegiatan yang dilaksanakan di afdeling, serta mengorganisir rencana kegiatan harian di sewaktu antrian pagi.

Asisten Afdeling

Asisten afdeling bertugas mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang ada di afdeling. Asisten afdeling memulai kegiatan dengan memimpin antrian mandor dan kerani pada pukul 06.00 WIB di halaman kantor afdeling. Asisten afdeling melakukan evaluasi terhadap kegiatan hari sebelumnya dan memberikan instruksi untuk kegiatan yang akan dikerjakan pada hari tersebut. Asisten afdeling juga melakukan pemeriksaan administrasi kantor afdeling untuk memastikan semua kegiatan tercatat dengan rapi. Asisten afdeling kemudian akan melakukan pemeriksaan kegiatan yang sedang berlangsung dan akan melakukan pengawasan terhadap mandor dan karyawan. Penulis menjadi pendamping asisten afdeling pada dua bulan terakhir dan bertugas dalam mengawasi dan mengorganisir semua kegiatan yang ada di afdeling, serta memimpin antrian pagi mandor dan kerani pada beberapa kesempatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas Panen

Pemanenan tandan buah matang merupakan kegiatan terpenting dalam sebuah perkebunan kelapa sawit. Pemanenan yang optimal akan memberikan hasil yang tinggi demi memenuhi target yang dicanangkan perusahaan. Salah satu aspek yang tentunya sangat mempengaruhi proses pemanenan adalah tenaga pemanen. Pemanen memiliki peran penting dalam suatu perkebunan kelapa sawit dan menjadi tulang punggung dalam menghasilkan jumlah produksi yang optimal sesuai yang ditargetkan perusahaan.

Pengamatan selama melaksanakan magang dikhususkan pada aspek pemanenan sesuai dengan tujuan magang penulis. Pengamatan dilakukan terhadap 15 orang pemanen (lima orang dari setiap mandoran) di Afdeling III, yang dipilih secara acak, dan dilakukan selama empat minggu, mulai dari tanggal 8 April

17 sampai dengan 3 Mei 2013. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui ketercapaian prestasi pemanen terhadap basis panen semester I yang ditetapkan perkebunan sesuai tahun tanam masing-masing tanaman, dengan melakukan perbandingan antara jumlah produksi setiap tahun tanam dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan selama masa pengamatan .

Tabel 5 Kapasitas pemanen di Afdeling III Kebun Sei Dadap Tahun tanam Produksi tandan (kg)a Jumlah tenaga kerja (HK)a Prestasi normal kebun (kg HK-1)b Rata-rata prestasi (kg HK-1)a Basis panen semester I (kg)b Ketercapaian basis (%) 1997 60 936 33 1 200 1 846.55 756 244.25 1998 36 402 26 1 200 1 400.08 756 185.19 2002 89 925 68 1 300 1 322.43 819 161.46 2003 37 678 27 1 300 1 395.48 819 170.38 2005 27 745 18 800 1 541.39 504 305.83 2006 166 938 120 800 1 391.15 504 276.02 a

Hasil diperoleh dari pengamatan selama 4 minggu b

Standar diperoleh dari Instruksi Kerja PTPN III

Hasil pengamatan prestasi kerja pemanen (Tabel 5) menunjukkan hasil rata-rata prestasi pemanen telah melampaui prestasi normal dan basis panen yang ditetapkan oleh perkebunan untuk setiap tahun tanam kelapa sawit. Rata-rata prestasi tertinggi diperoleh pada tanaman menghasilkan (TM) 1997 dengan prestasi sebesar 1 846.55 kg HK-1, jauh melampaui prestasi normal kebun sebesar 1 200 kg HK-1 dan basis panen yang hanya sebesar 756 kg, sementara rata-rata prestasi terendah terdapat pada TM 2002 dengan nilai sebesar 1 322.43 kg HK-1, hanya sedikit melebihi prestasi normal kebun, sebesar 1 300 kg HK-1, dan basis panen sebesar 819 kg. Tinggi rendahnya prestasi panen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia tanaman, topografi areal, dan ketersediaan buah (Lubis 2008). Kemampuan pemanen dan bobot tandan rata-rata yang berbeda untuk setiap tahun tanam, yakni tanaman berusia tua memiliki bobot rata-rata yang lebih tinggi, juga mempengaruhi prestasi panen.

Angka ketercapaian basis panen yang sangat tinggi untuk setiap tahun tanam, yang mencapai lebih dari 160%, dan melebihi prestasi normal yang ditetapkan perkebunan menunjukkan bahwa kemampuan atau kapasitas pemanen yang dimiliki Afdeling III sudah cukup baik secara kuantitas karena sudah mampu memenuhi target yang dicanangkan oleh perusahaan, namun basis panen yang ditetapkan dinilai terlalu rendah karena dapat menimbulkan rasa cepat puas bagi pemanen sehingga produksi yang dihasilkan akan cenderung tetap, bahkan dapat menurun akibat pemanen yang hanya mengincar produksi sebesar basis pada waktu-waktu tertentu.

18

Mutu Panen

Mutu panen yang tinggi merupakan sesuatu yang diharapkan perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk menghasilkan produk yang baik dengan proses produksi yang memenuhi standar. Pemeriksaan terhadap mutu panen (kap inspeksi) dilakukan setiap hari panen, baik di hanca panen maupun di tempat pengumpulan hasil. Setiap kesalahan yang terjadi, seperti buah matang yang tidak dipanen, brondolan tertinggal, adanya buah mentah dan buah lewat matang (busuk), akan dicatat oleh petugas kap inspeksi dan dilaporkan ke kantor kebun.

Tabel 6 Pemeriksaan mutu panen buah di Blok 131

Minggu

Buah matang Brondolan Buah Buah

tidak dipanen tertinggal mentah lewat matang Jumlah (tandan) a Nilai b Jumlah (buah) a Nilai b Jumlah (tandan) a Nilai b Jumlah (tandan) a Nilai b I 4 20 42 21 - - - -II - - 30 15 - - - -III - - 28 14 - - - -IV 1 5 26 13 - - - -Rata-rata 1.25 31.5 - -a

Pengamatan dilakukan selama 4 minggu terhadap 2 orang pemanen b

Setiap buah tertinggal atau kesalahan lainnya dikalikan 5 poin kesalahan dan setiap brondolan tertinggal dikalikan 0.5 poin kesalahan.

Hasil pengamatan mutu panen (Tabel 6) menunjukkan masih terdapat buah matang yang tidak dipanen di Blok 131 pada pengamatan minggu pertama dan keempat. Jumlah buah yang tertinggal pada minggu pertama sebanyak 4 tandan dan pada minggu keempat sebanyak 1 tandan, dengan rata-rata buah tertinggal sebesar 1.25 buah. Pengamatan lain pada brondolan menunjukkan masih sering terdapat brondolan tertinggal di blok panen yang terjadi di setiap minggu pengamatan, dengan rata-rata sebesar 31.5 buah brondolan tertinggal setiap minggu di Blok 131.

Buah matang dan brondolan yang tertinggal di hanca panen tentu tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat mengurangi produksi dan menyebabkan kerugian apabila terus berlanjut, dengan asumsi 1.25 buah matang tertinggal setiap minggunya dengan bobot tandan rata-rata di Blok 131 (TM 2006) adalah 9.5 kg, maka kehilangan yang dapat terjadi dalam setahun (52 minggu panen) mencapai 617.5 kg tandan hanya dari satu blok saja. Tingginya angka buah dan brondolan yang tertinggal juga akan berdampak bagi premi pemanen karena nilai kesalahan yang diperoleh akan menentukan kelas harian pemanen, di mana semakin rendah kelas pemanen akan semakin rendah pula faktor perkalian preminya. Tinggi rendahnya angka buah dan brondolan tertinggal dapat disebabkan beberapa faktor, seperti pengamatan buah yang tidak teliti oleh pemanen, brondolan yang jatuh di ketiak pelepah dan tidak terlihat, atau jumlah brondolan yang terlalu banyak sehingga membuat pemanen sering

19 mengabaikannya karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkannya.

Tenaga Panen

Tenaga panen atau karyawan pemanen merupakan faktor terpenting dalam pemanenan kelapa sawit di perkebunan. Kekurangan jumlah pemanen dapat menyebabkan kegiatan panen terganggu karena jumlah tenaga tidak akan mencukupi luasan panen yang ditargetkan perusahaan, sedangkan kelebihan tenaga akan menurunkan efisiensi kerja. Penghitungan dan penetapan jumlah pemanen yang ideal dalam satu afdeling kebun dapat dilakukan dengan menghitung perbandingan antara luas areal afdeling dengan perkalian jumlah kapel (rotasi panen) dan norma panen perusahaan.

Kebutuhan pemanen Afdeling III = 759.48 ha : (5 kapel x 4 ha HK-1) = 37.97 ≈ 38 orang

Hasil penghitungan jumlah pemanen menunjukkan bahwa jumlah pemanen ideal yang harus dimiliki oleh Afdeling III Kebun Sei Dadap dengan areal seluas 759.48 ha dan rotasi panen 5/7 adalah sebanyak 38 orang. Hasil penghitungan ini sudah mendekati jumlah pemanen yang dimiliki oleh Afdeling III, yaitu sebanyak 37 orang, dengan distribusi seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 7 Luas areal dan jumlah pemanen di Afdeling III Mandoran Luas areal

(ha) Inventaris pokok (tanaman) Jumlah pemanen (orang) E 256.60 28 264 13 F 252.92 29 803 11 G 249.96 29 805 13 Jumlah 759.48 87 872 37

Sumber: Data Kantor Afdeling III Kebun Sei Dadap

Jumlah pemanen yang dimiliki Afdeling III, yaitu sebanyak 37 orang, dan dibagi ke dalam tiga mandoran panen (Tabel 7). Mandoran E dan G memiliki jumlah pemanen yang sama, yaitu 13 orang, namun dengan luas areal panen yang berbeda, yaitu masing-masing seluas 256.60 ha dan 249.96 ha. Jumlah ini berbeda dengan yang diperoleh mandoran F dengan jumlah pemanen 11 orang dan luas areal 252.92 ha. Berdasarkan luas areal yang dimiliki, mandoran F seharusnya mendapatkan setidaknya tambahan satu atau dua pemanen lagi untuk memaksimalkan hasil panen di arealnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah kurangnya pemanen pada saat kondisi buah sedang melimpah, khususnya pada mandoran dengan jumlah pemanen yang paling sedikit, yang menyebabkan hanca panen sering tidak tuntas dipanen sehingga harus dilakukan panen ulang pada hari berikutnya. Kegiatan panen ulang sering menyebabkan terganggunya rotasi panen, bahkan bisa bertambah dari 5/7 menjadi 6/7, akibat pemanen yang harus kembali memanen di hanca sebelumnya terlebih dahulu sebelum memanen di hanca yang

20

sesuai dengan perhitungan rotasi. Masalah lain yang sering terjadi adalah pemanen yang tidak disiplin dalam bekerja, seperti meninggalkan buah matang pada pokok dan brondolan di hanca panen, meninggalkan hanca panen sebelum waktu yang ditentukan tanpa sepengetahuan mandor, dan, serta tidak melakukan instruksi panen lainnya dengan baik. Permasalahan-permasalahan seperti ini biasanya diatasi dengan memanggil pemanen yang melakukan pelanggaran dan diberikan sanksi berupa surat teguran ataupun surat peringatan (SP) untuk pelanggaran yang cukup berat dan tidak dapat ditolerir lagi.

Produksi dan Produktivitas Tanaman

Produksi dan produktivitas yang tinggi merupakan tujuan utama dalam perkebunan kelapa sawit. Produksi dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis varietas bahan tanam, kesesuaian lahan dan lingkungan, kultur teknis, dan serangan hama dan penyakit (PPKS 2005). Produksi dan produktivitas tanaman akan mencapai hasil yang optimal apabila ditanam di tanah mineral yang subur (Sunarko 2007). Usia tanaman juga mempengaruhi produksi yang dihasilkan, yakni semakin tinggi usia tanaman, maka semakin tinggi pula produksi yang dapat dihasilkan. Usia produksi optimum bagi tanaman kelapa sawit adalah usia 15 hingga 20 tahun (PPKS 2005).

Pengamatan produksi dan produktivitas dilakukan selama 4 minggu pengamatan terhadap setiap tahun tanam yang ada di Afdeling III Kebun Sei Dadap. Pengamatan dilakukan mulai dari tanggal 8 April hingga 3 Mei 2013, dengan mengumpulkan data produksi setiap tahun tanam per minggu. Pengamatan bertujuan untuk melihat potensi produksi terkini dan meramalkan jumlah produksi dan produktivitas dalam setahun.

Tabel 8 Produksi dan produktivitas per tahun tanam Afdeling III Tahun tanam Luas (ha) Produksi rata-rata (kg)a Produktivitas rata-rata per minggu

(kg ha-1) Potensi produktivitas setahun (kg ha-1 tahun-1) 1997 86.72 15 234.00 175.67 9134.84 1998 82.93 9 100.50 109.74 5706.48 2002 173.75 22 481.25 129.39 6728.28 2003 70.95 9 419.50 132.76 6903.52 2005 36.60 6 936.25 189.51 9854.52 2006 308.53 41 734.50 135.27 7034.04 a

Hasil pengamatan selama 4 minggu

Produksi tertinggi di Afdeling III terdapat pada tanaman menghasilkan (TM) 2006, yakni sebesar 41 734.50 kg, sedangkan produksi terendah terdapat pada TM 2005 dengan jumlah 6 936.25 kg (Tabel 8). Perbedaan hasil yang sangat jauh antara produksi TM 2006 dan TM 2005 salah satunya dipengaruhi oleh luas areal tanam, yakni 308.53 ha untuk TM 2006, dan hanya 36.6 ha untuk TM 2005, dengan jumlah populasi TM 2006 jauh melebihi TM 2005 dan tahun tanam lainnya, sehingga produksi yang dihasilkan TM 2006 pun menjadi yang paling tinggi. Nilai produktivitas justru menunjukkan TM 2005 menjadi yang paling

21 tinggi, yakni sebesar 189.51 kg ha-1, lebih tinggi daripada TM 2006 yang hanya memiliki produktivitas sebesar 135.27 kg ha-1 dan TM 1998 yang memiliki nilai paling rendah, yakni 109 kg ha-1. Potensi produktivitas dalam setahun (asumsi 52 minggu panen) pun tidak menunjukkan hasil yang tinggi, dengan TM 2005 hanya mencapai 9 854.52 kg ha-1 per tahun, dan TM 2006 yang memiliki areal paling luas hanya sebesar 7 034.04 kg ha-1 per tahun, namun ramalan potensi produktivitas ini diharapkan dapat meningkat seiring berjalannya tahun, tergantung pada kondisi iklim dan tingkat pengelolaan kebun yang mempengaruhi keadaan tanaman dan fluktuasi produksi buah di lapangan.

Produktivitas tanaman yang rendah di Afdeling III pada umumnya disebabkan oleh angka kerapatan panen yang rendah akibat persediaan buah matang yang sedikit pada bulan April hingga Mei 2013 yang lalu, dengan rata-rata jumlah hari hujan yang rendah pada bulan April dan Mei (Lampiran 6). Faktor lain yang dapat menjadi penyebab rendahnya produktivitas adalah tingginya jumlah pokok yang tumbang dan mati akibat terserang penyakit busuk pangkal Ganoderma.

Dokumen terkait