• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecernaan In Vitro Ransum Bersuplemen Vitamin E dan Se

Kecernaan didefinisikan sebagai bagian pakan yang tidak diekskresikan dalam feses sehingga diasumsikan bagian tersebut diserap oleh tubuh hewan. Kecernaan pakan pada ternak ruminasia dapat diduga melalui pengujian in vitro. Rataan nilai kecernaan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Kecernaan In Vitro Ransum Komplit yang Mengandung Minyak dengan Asam Lemak Berbeda

Perlakuan KCBK (%) KCBO (%) P0 62,44±0,84a 63,86±0,52 P1 59,61±2,66ab 62,21±2,34 P2 60,39±0,89a 62,07±0,63 P3 59,87±2,90ab 61,21±3,44 P4 56,66 ±1,01b 58,29 ±1,01

Keterangan: P0 = kontrol (ransum komplit), P1 = P0+vitamin E+CPO, P2 = P0+vitamin E+minyak jagung, P3 = P0+Se+CPO, P4 = P0+Se+minyak jagung. Superscript yang berbeda pada tiap kolom menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji lanjut Duncan (P<0,05).

Ransum yang digunakan termasuk ke dalam ransum berkualitas baik karena memiliki kecernaan yang lebih besar dari 50%. Penambahan asam lemak yang berbeda jenis kandungan lemaknya dan dikombinasikan dengan supelementasi vitamin E atau Se, memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering sedangkan pengaruhnya terhadap kecernaan bahan organik ransum perlakuantidak berbeda nyata.

Kecernaan bahan kering tertinggi terjadi pada perlakuan ransum basal dan ransum perlakuan supelementasi vitamin E dengan minyak jagung. Hasil ini menunjukkan bahwa nutrisi yang dapat termanfaatkantinggi. Kecernaan bahan kering pada perlakuan ransum basal dan ransum P2 (vitamin E + minyak jagung) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan ransum P4 (Se + minyak jagung), namun tidak berbeda nyata(P>0,05) dengan perlakuan ransum yang ditambahkan dengan CPO.

Kecernaan bahan kering pada ransum P2 yang ditambahkanoleh vitamin E lebih tinggi dibandingkan ransum P4 yang ditambahkan denganSe.Hasil tersebut

menunjukkan bahwa supelementasi vitamin E lebih baik dalam melindungi minyak jagung dari proses oksidasi dan biohidrogenasi dibandingkan dengan supelemenSe.Vitamin E lebih mudah diserapoleh bakteri rumen, sehingga nilai kecernaan bahan keringnya lebih tinggi dibandingkan dengan kecernaan bahan kering yang disupelementasikan Se.Menurut Dilaga (1992) dan Adawiah et al, (2006), absorbsi Se pada hewan poligastrik lebih rendah dibandingkan pada hewan monogastrik karena terjadi reduksi selenit menjadi bentuk yang sukar larut dalam rumen.

Sedangkan pengaruh supelementasi dari masing-masing perlakuan terhadap kecernaan bahan organiktidak berbeda nyata. Hasil yang tidak berbeda nyatamenunjukkan bahwa suplementasi vitamin E ataupun Se memiliki manfaat yang sama dalam mengurangi pengaruh negatif penambahan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh ke dalam pakan terhadap kecernaan bahan organik. Pengaruh yang tidak berbeda nyata pada supelementasi asam lemak jenuh dan tidak jenuh diduga karena adanya pengaruh positif dari vitamin E atau Se. Vitamin E diperkirakan dapat mencegah reaksi peroksidasi asam lemak tidak jenuh dan juga reaksi-reaksi lain yang mempengaruhi kehidupan mikroba rumen, sedangkan Se dapat mencegah peroksidasi asam lemak tidak jenuh. Nilai kecernaan baik bahan kering maupun kecernaan bahan organik perlakuan supelementasi minyak menurun jika dibandingkan dengan ransum basal.Adanya vitamin E dan Se menyebabkan penurunan kecernaan yang terjadi tidak berbeda nyata dengan ransum basal perlakuan.

Fermentabilitas In Vitro Ransum Bersuplemen Vitamin E dan Se

Indikator karakteristik fermentasi pakan percobaan ditunjukkan dengan konsentrasi NH3 dan VFA dalam filtrat hasil fermentasi. Rataan konsentrasi NH3 dan VFA dalam filtrat ditunjukkan dalam Tabel 3.Tingginya konsentrasi VFA menunjukkan bahwa bahan pakan mudah difermentasi dan tingginya kandungan energi yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan ternak(Sakinah, 2005).

Nilai VFA ransum perlakuan dapat dikategorikan tinggi karena di atas 110 mM (Suryapratama, 1999).Adanya defaunasi melalui penambahan asam lemak tidak jenuh (minyak jagung) dapat menurunkan nilai VFA(Huet al., 2005 dan Arora, 1989).Ransum perlakuan yang ditambahkan dengan mionyak jagung (P2 dan P4)

    22

memiliki nilai VFA yang lebih rendah dibandingkan ransum basal, namun penurunannya tidak signifikan.Ransum yang ditambahkan dengan minyak CPO sebagai sumber asm lemak jenuh juga mengalami penurunan yang tidak signifikan.Tingginya nilai VFA mengindikasikan semakin tinggi pula energi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak dan penurunan VFA yang tidak signifikan menunjukkan adanya pengaruh positif dari vitamin E dan Se dalam mempertahankan konsentrasi VFA.

Konsentrasi NH3mengindikasikanbesarnyaprotein pakan yang mudah didegradasi oleh mikroba rumen.Tingginya konsentrasi NH3 menunjukkan bahwa protein pakan mudah didegradasi sebaliknya jika pakan tahan degradasi maka konsentrasi NH3 rendah dan kecernaan menurun (McDonaldet al, 2002). Konsentrasi NH3 yang diperlukan untuk mendukung aktivitas dan pertumbuhan mikroba rumen adalah sebesar 6-21 mM (McDonald, 2002). Ransum perlakuan dan ransum basalmemiliki nilai NH3 yang rendah, hal ini berarti bahwa protein ransum perlakuan sulit untuk didegradasi oleh mikroba rumen. Faktor lain yaitu karena adanya defaunasi sehingga amonia yang berasal dari protozoa menurun. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan Se bermanfaat dalam melindungi minyak sehingga tetap dapat dimanfaatkan sebagai agen defaunasi.

Tabel 4. Fermentabilitas In Vitro Ransum Komplit yang Mengandung Minyak dengan Asam Lemak Berbeda

Perlakuan Konsentrasi VFA (mM) Konsentrasi NH3 (mM) P0 159±56 2,89±0,51 P1 117±53 4,31±0,73 P2 154±85 3,57±1,15 P3 168±97 4,68±0,93 P4 121±72 4,02±0,42

Keterangan: P0 = kontrol (ransum komplit), P1 = P0+vitamin E+CPO, P2 = P0+vitamin E+minyak jagung, P3 = P0+Se+CPO, P4 = P0+Se+minyak jagung.

Konsentrasi VFA dan NH3dipengaruhi oleh populasi protozoa. Penurunan populasi protozoa dapat menurunkan nilai konsentrasi VFA dan NH3. Konsentrasi VFA pada ransum perlakuan ini tidak berkorelasi dengan populasi protozoa, hal ini

    23

bias terjadi karena adanya VFA yang tidak tertangkap oleh alat yang digunakan. Akan tetapi, konsentrasi NH3pada ransum perlakuan P1 dan P2 memiliki korelasi dengan populasi total protozoa yang teramati. Populasi total protozoa P2 lebih rendah daripada P1, sehingga konsentrasi NH3 mpada ransum P2 juga lebih rendah dibandingkan P1.

Setelah dilakukan analisis, nilai VFA dan NH3 dari masing-masing perlakuan sama, hal ini menunjukkan bahwa aktivitasmikroba dalam memfermentasi karbohidrat dan aktivitasnya mendegradasi protein tidak terpengaruh oleh penambahan minyak dengan kadar asam lemak tidak jenuh dan tidak jenuh tinggi.Hasil ini menggambarkan bahwa pengayaan energi ransum dengan penambahan minyak tidak mempengaruhi aktivitas fermentasi mikroba rumen khususnya kalau ransum disupelementasi dengan vitamin E atau Se.

Pengaruh Ransum Perlakuan Terhadap Populasi Protozoa Total

Tingkat kecernaan pakan berpengaruh terhadap keseimbangan bakteri dan protozoa rumen. Kadar VFA dan NH3 dalam rumen yang rendah dapat mengganggu kerja bakteri pencerna bahan makanan di dalam rumen. Jika keseimbangan bakteri terganggu, maka kecernaan bahan pakan di dalam rumen pun terganggu. Oleh karena itu, untuk mengetahui hubungan antara nilai kecernaan secara in vitro, dilakukan pengamatan lebih lanjut terhadap populasi protozoa total.Data hasil analisis populasi protozoa total disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi Protozoa Total dalam Media Fermentasi Ransum Komplit yang Berbeda Kandungan Lemaknya dan Disupelementasi Vitamin E atau Se Perlakuan Populasi Protozoa Total (sel/ml)

Rumen segar 38.000 P0 16.666±4.163 P1 15.333±7.572 P2 10.666±1.155 P3 15.333±7.572 P4 24.666±5.033

Keterangan: P0 = kontrol (ransum komplit), P1 = P0+vitamin E+CPO, P2 = P0+vitamin E+minyak jagung, P3 = P0+Se+CPO, P4 = P0+Se+minyak jagung.

    24

Jumlah protozoa hasil pengamatan berada di bawah kisaran normal populasi protozoa rumen 105-106 sel/ml (McDonald et al., 2002). Protozoa dalam cairan rumen segar yang merupakan sumber mikroba rumen menunjukkan populasi yang rendah pula. Banyak sedikitnya protozoa rumen berpengaruh terhadap kecernaan karena kerja protozoa dan bakteri dalam rumen saling bersaing dalam penggunaan bahan makanan terutama protein.Peningkatan populasi protozoa dapat menurunkan populasi bakteri pencerna pakan.Peningkatan populasi bakteri pencerna dapat dilakukan dengan melakukan defaunasi terhadap protozoa.

Data yang ditunjukkan dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi protozoa total semua perlakuan sama. Walaupun demikian populasi protozoa total pada perlakuan P1 dan P3 (supelementasi CPO)cenderung lebih banyak dibandingkan pada perlakuan P2 dan P4 (supelementasi minyak jagung). Hasil ini didukung oleh Hristov et al. (2004) yang menyatakan bahwa populasi protozoa pada pakan yang tinggi asam lemak linoleat lebih rendah dibandingkan pada pakan yang tinggi asam lemak oleat.Akan tetapi, penurunan populasi protozoa hasil pengamatan tidak berbeda nyata.Jumlah protozoa total yang tidak berbeda sejalan dengan peubah kecernaan bahan organik, kadar VFA dan NH3 media fermentasi yang tidak berbeda nyata pula.Penurunan populasi protozoa menunjukkan bahwa vitamin E dan Se mampu melindungi asam lemak jenuh sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai agen defaunasi.Menurut Arora (1989), protozoa memiliki kemampuan dapat menghidrogenasi asam-asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh. Sehingga, dengan adanya defaunasi dari penambahan minyak serta supelementasi vitamin E dan Se mampu meningkatkan perlindungan terhadap asam lemak tidak jenuh itu sendiri sehingga manfaatnya tetap ada dan pengaruh negatifnya berkurang.

    25

KESIMPULAN

Supelementasi vitamin E atau Se ke dalam ransum komplit dapat mengurangi pengaruh negatif penambahan minyak hingga 2 gram terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik, karakteristik fermentasi yang diindikasikan dengan kadar VFA dan NH3serta populasi totdal protozoa. Pengaruh positif supelemen tersebut sama terhadap kecernaan bahan organik, karakteristik fermentasi dan populasi total protozoa, baik pada penambahan minyak sumber asam lemak jenuh maupun tidak jenuh. Kecernaan bahan kering ransum basal dan ransum perlakuan yang disupelementasi minyak jagung dengan penambahan vitamin E berbeda nyata dengan ransum perlakuan yang disupelementasi minyak jagung dengan penambahan Se. Ransum perlakuan yang ditambahkan vitamin E dapat melindungi asam lemak tidak jenuh lebih baik daripada yang ditambahkan dengan Se.

SARAN

Penambahan antioksidan ke dalam pakan untuk mengurangi pengaruh negatif daripenambahan minyak ke dalam pakan disarankan untuk pakan yang ditambahkan minyak di atas 2 gram.Penambahan antioksidan ke dalam ransum yang ditambahkan minyak 2 gram hanya untuk mengurangi pengaruh negatif dari asam lemak tersebut terhadap aktivitasfermentasi mikroba rumen serta kecernaan bahan kering. Penambahan Se ke dalam pakan harus memperhatikan kadar Se dalam pakan juga agar tidak terjadi keracunan.

Dokumen terkait