• Tidak ada hasil yang ditemukan

e. Mengontrol kadaluarsa (experiode) kerupuk udang yang tersimpan di gudang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Tr end

Suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke waktu dan nilainya cukup rata (smooth). Penjualan kerupuk udang pada perusahaan memiliki tiga merk yaitu Super Ekstra, Victoria dan Nirmala. Dari ketiga merk tersebut terdapat nilai rata – rata yang berbeda yaitu

Gambar 6. Grafik Trend penjualan kerupuk udang dalam 12 bulan tahun 2011

Penjualan kerupuk udang dari bulan Januari – desember 2011 mengalami naik – turun hal ini dikarenakan teknologi masih rendah, kurangnya promosi, persaingan dengan perusahaan lain,dll.

Berdasarkan analisa dengan menggunakan metode trend diketahui bahwa volume penjualan kerupuk udang di perusahaan Desa Larangan selama kurun waktu 12 bulan (Januari 2011-Desember 2011) adalah :

Metode Semi Rata-rata

• Membagi data menjadi 2 bagian

• Menghitung rata-rata kelompok. Kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) • Menghitung perubahan trend dengan rumus:

b = (K2 –K1)/(bulan dasar K2 –bulan dasar K1) • Merumuskan persamaan trend Y = a + Bx 1. Penjualan Super Ekstr a

Y = 247,639 + 298,25X Dimana :

Y = Jumlah penjualan X = Indeks bulan

247,639 = Indeks rata – rata penjualan 12 bulan antara Januari – Desember 2011. 289,25 = Pertumbuhan rata – rata per bulan

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kerupuk udang Super Ekstra nilai koefisien b > 0, artinya adalah adanya peningkatan jumlah penjualan kerupuk udang. Penjualan Super Ekstra selama kurun waktu 12 bulan (Januari-Desember 2011) perkembangannya cenderung meningkat walaupun tidak terlalu tinggi selama kurun waktu tersebut.

2. Penjualan Victor ia Y = 54,666 + 242,05557X Dimana :

X = Indeks bulan

54,666 = Indeks rata – rata penjualan 12 bulan antara Januari – Desember 2011. 242,05557 = Pertumbuhan rata – rata per bulan

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kerupuk udang Victoria nilai koefisien b > 0, artinya adalah adanya peningkatan jumlah penjualan kerupuk udang. Penjualan Victoria selama kurun waktu 12 bulan (Januari-Desember 2011) perkembangannya cenderung meningkat dengan cepat selama kurun waktu tersebut.

3. Penjualan Nir mala Y = 17,686 + (-52,777783)X Dimana :

Y = Jumlah penjualan X = Indeks bulan

17,686 = Indeks rata – rata penjualan 6 bulan antara Januari – Desember 2011. -52,777783 = Pertumbuhan rata – rata per bulan

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kerupuk udang Nirmala nilai koefisien b < 0, artinya adalah adanya penurunan jumlah penjualan kerupuk udang. Penjualan Nirmala selama kurun waktu 12 bulan (Januari-Desember 2011) perkembangannya cenderung mengalami penurunan.

6.1.1. Pr ospek Per kembangan Penjualan Ker upuk Udang

Tabel 7. Pr ospek Perk embangan Penjualan Ker upuk Udang Per usahaan

Super Ekst ra Victoria Nirmala 3 1142,389 780.8327 17527.67 10 3230.139 2475,222 17158.22 17 5317.889 4169.611 16788.78 24 7405.639 5864 16419.33

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan penjualan kerupuk udang adalah :

1. Merk Super Ekstra mengalami peningkatan dengan lambat. 2. Merk Victoria mengalami peningkatan dengan cepat. 3. Merk Nirmala mengalami penurunan drastis.

Merk Super Ekstra dan Victoria jumlah penjualannya semakin meningkat dikarenakan semakin meningkatnya jumlah persentasi responden yang masih tinggi untuk mengkonsumsi kerupuk udang tersebut sehingga hasil penjualan kerupuk udang merk Super Ekstra dan Victoria yang diperoleh juga tinggi, sedangkan untuk merk Nirmala mengalami penurunan karena permintaan kerupuk udang Nirmala sedikit.

Penjualan kerupuk udang Super Ekstra dan Victoria selama 24 bulan kedepan masih terdapat peningkatan yang cukup tinggi yakni Super Ekstra sebesar 7405.639 Kg/bulan dan kerupuk udang Victoria sebesar 5864 Kg/bulan perkembangan tersebut menunjukkan b>0, berarti terjadi peningkatan terhadap produksi kerupuk udang selama 24 bulan, sedangkan penjualan kerupuk udang

Nirmala selama 24 bulan kedepan mengalami penurunan mencapai 16419.33 Kg/bulan..

Jadi, H0 ditolak H1 diterima b > 0, maka kerupuk udang merk Super Ekstra dan Victoria terdapat peningkatan perkembangan penjualan kerupuk udang. Hal ini disebabkan adanya data peningkatan atau kenaikan dari bulan ke bulan. Untuk kerupuk udang merk Nirmala H0 diterima H1 ditolak b < 0, tidak ada peningkatan perkembangan penjualan. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah data dari bulan ke bulan.

6.2. Analisis Identifikasi Faktor Inter nal dan Ekster nal 6.2.1. Analisis Faktor Inter nal

Dalam analisis faktor internal ini terdapat dua bangian yaitu kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang berada pada internal perusahaan “Moro Seneng” dalam usaha meningkatkan volume penjualan kerupuk udangnya. Adapun penjelasan faktor internal tersebut adalah :

1. Kekuatan (Strength) : a. Kapasitas produksi

Produksi kerupuk udang yang dihasilkan oleh perusahaan di Desa Larangan tentu ditentukan oleh permintaan sedangkan pemenuhan permintaan ditentukan oleh besarnya produksi kerupuk udang yang dihasilkan perusahaan. Kondisi jumlah produksi kerupuk udang pada perusahaan cukup memadai untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini terbukti dengan rata – rata produksi yang mencapai 20.641 Kg/bulan, masih dapat memenuhi kontinyuitas permintaan

konsumen dan hingga saat ini perusahaan masih dapat memenuhi permintaan konsumen akan kerupuk udang dengan baik.

b. Mutu produk

Mutu dari suatu produk yang dihasilkan akan menentukan besarnya penjualan yang didapatkan, dalam hal ini perusahaan “Moro Seneng” selalu menjaga mutu kerupuk udangnya dengan melakukan standarisasi mutu. Standarisasi mutu tersebut antara lain rasa kerupuk yang khas dan tidak berubah pada saat digoreng, tingkat kekeringan kerupuk yang tinggi sehingga saat digoreng tidak perlu dilakukan penjemuran terlebih dahulu, dan bentuk fisik kerupuk udang yang meliputi : warna, bentuk, dan keutuhan. Selain hal tersebut perusahaan “Moro Seneng” juga menjaga mutu kerupuk udangnya. Dimana mutu tersebut telah memenuhi standarisasi mutu dari DepKes.RI.SP 071/13.10/90.

c. Merk

Merk adalah nama, simbol, rancangan atau merupakan kombinasi dari hal – hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual yang berfungsi untuk membedakannya dari produk pesaing. Merk yang dikenal oleh masyarakat adalah Super Ekstra, Victoria dan Nirmala yang merupakan merk dagang kerupuk udang yang dimiliki perusahaan “Moro Seneng”, yang mana dalam merk tersebut terdapat sertifikasi dari DepKes (Departemen Kesehatan). Merk yang sudah banyak dikenal membuat pelanggan tetap setia pada produk kerupuk udang milik perusahaan “Moro Seneng” dan selama ini tidak pernah ada tuntutan atas

ketidakpuasan konsumen akan kerupuk udang yang dihasilkan perusahaan.

d. Harga jual bisa bersaing

Harga jual dari kerupuk udang yang diproduksi oleh perusahaan “Moro Seneg” tidak begitu kalah dengan kerupuk udang perusahaan lain. Hal ini terbukti dengan kenaikan harga yang tidak terlalu tinggi dalam setahun. Dari tiga merk tersebut terdapat perbadaan harga sebesar 2500 – 3000 rupiah. Harga tersebut sesuai dengan mutu yang diberikan dalam kerupuk udang yang dihasilkan perusahaan. Meskipun terkadang harga merupakan tolak ukur bisnis, tetapi perusahaan akan selalu menjaga mutu produk yang disediakan sesuai kualitasnya.

e. Modal

Suatu usaha yang dijalankan pastilah akan membutuhkan modal. Modal pada perusahaan “Moro Seneng” merupakan faktor penentu usaha kerupuk udang yang dijalankannya, Dalam hal ini perusahaan memperoleh modal dari modal pribadi dan modal dari bank yang berbentuk kredit usaha kecil dan menengah. Modal yang dimiliki perusahaan saat ini cukup untuk menjalankan usaha kerupuk udangnnya baik itu modal kerja dan modal tetap.

f. Kesejahteraan bagi karyawan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Dengan memandang bahwa tenaga kerja merupakan unsur yang tidak dapat terpisah dari pemasaran, maka tingkat perhatian yang sesuai dapat

diarahkan pada upaya untuk selalu memberikan motivasi dan menghargai mereka agar dapat memberikan kontribusi yang diharapkan. Perusahaan seringkali menghargai para karyawannya dengan cara memberikan kesejahteraan yang layak bagi mereka. Pada perusahaan “Moro Seneng” kesejahteraan karyawan diberikan dalam bentuk jaminan kesehatan, tunjangan hari raya, pemberian bonus kerupuk udang setiap mau pulang kampung, tempat tinggal (mes). Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan untuk terus memacu karyawannya agar lebih berprestasi. 2. Kelemahan :

a. Teknologi pengolahan masih tradisional

Teknologi merupakan suatu sarana yang harus ada dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran kegiatan proses produksi. Apabila teknologi yang diperlukan oleh perusahaan tidak dapat terpenuhi maka akan menghambat kegiatan proses produksi. Teknologi yang digunakan oleh perusahaan “Moro seneng” pada umumnya masih menggunakan tenaga manusia. Dengan pertimbangan penyerapan tenaga kerja , penggunaan tenaga manusia tentu akan berdampak positif tetapi bila dilihat dari sisi produksi maka penggunaan tenaga manusia akan berpengaruh negatif dimana produksi yang dihasilkan lebih lambat dan sedikit, bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga mesin dan teknologi yang lebih modern.

b. Masih memerlukan sinar matahari dalam proses penjemuran

Tingkat kekeringan kerupuk udang sangat tergantung pada lamanya penyinaran saat penjemuran dan penyinaran tersebut dilakukan oleh sinar

matahari. Pada saat musim penghujan dimana sinar matahari tidak begitu terik akan sangat menganggu penjemuran kerupuk udang dan hal ini menyebabkan penurunan produksi rata – rata 15 %. Ketergantungan pada sinar matahari saat penjemuran tentu akan menjadi suatu kelemahan perusahaan “Moro Seneng”.

c. Kurangnya promosi

Promosi penting dalam dalam suatu bisnis, karena dengan adanya promosi perusahaan dapat memperkenalkan produknya baik dalam bentuk bahan mentah maupun bahan setengah jadi atau barang jadi. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Pada hakekatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran atau aktivitas mengingatkan dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima dan membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Selain itu, promosi merupakan salah satu aspek pemasaran suatu produk yang dapat bertujuan untuk memperluas pangsa pasar. Dengan promosi maka akan semakin banyak orang mengetahui tentang keberadaan dan tujuan suatu produk dihasilkan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mencobanya. Pada perusahaan “Moro seneng” promosi yang dilakukannya hanya sebatas menyebarkan selebar kertas yang berisikan gambar dan komposisi kerupuk udangnya.

d. Kemasan kurang menarik

Kemasan suatu produk akan dapat menunjukkan baik atau tidaknya pembungkus untuk melindungi produk dari kerusakan baik secara fisik maupun kimiawi. Pembungkus yang kurang baik dan kurang bermutu akan dapat menyebabkan produk mudah rusak terutama jika dilihat dari segi kimiawinya. Produk makanan merupakan jenis produk yang mudah rusak. Kemasan suatu produk memberikan pengaruh terhadap daya tarik masyarakat atau konsumen untuk membeli produk tersebut. Hal ini tidak terlepas dari persepsi konsumen yang menunjukkan bahwa kemasan yang menarik akan memperlihatkan kualitas produk yang dikemasnya juga menarik atau baik., sedangkan kemasan yang dimiliki oleh perusahaan “Moro Seneng” sangat sederhana dan kurang menarik.

e. Kurangnya pelatihan karyawan

Karyawan yang ada pada perusahaan “Moro Seneng” cenderung untuk bekerja statis, memakai teknologi tradisional, dan hanya berdasarkan pengalaman. Perusahaan “Moro Seneng” saat ini sangat kurang memberi pelatihan pada karyawannya sehingga keahlian yang dimiliki karyawannya tidak begitu berkembang.

f. Kurangnya perluasan daerah pemasaran

Proses pemasaran merupakan kegiatan penyampaian produk dari perusahaan sampai ke tangan agen atau konsumen pada tempat yang berbeda dan memerlukan waktu atau sasaran yang tepat. Dalam kegiatan pemasaran kerupuk udang , perusahaan “Moro Seneng” hanya dapat menjangkau wilayah jawa timur. Kondisi tersebut merupakan kelemahan

bagi perusahaan “Moro Seneng” terutama dengan tingkat persaingan yang semakin ketat produk dari perusahaan pesaing dalam pengembangan pemasaran dan peningkatan volume penjualan kerupuk udangnya ke daerah – daerah.

6.2.2. Analisis Faktor Ekster nal

Faktor – faktor eksternal terdiri dari dua bagian yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats)

1. Peluang (Opportunities) a. Minat konsumen tinggi

Berdasarkan pada persebaran distributor yang ada di berbagai daerah Jawa Timur membuktikan bahwa minat konsumen pada kerupuk udang yang diproduksi perusahaan “Moro Seneng” masih sangat tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan kegemaran masyarakat dalam mengkonsumsi kerupuk udang, tentu saja minat konsumen yang tinggi ini menjadi peluang bagi perusahaan “Moro Seneng” dalam memasarkan kerupuk udangnya. Bahkan berpeluang juga bagi konsumen daerah jawa tengah, jawa barat, dan bali namun saat ini masih dalam taraf negosiasi. b. Kemitraan dengan para distributor

Kemitraan yang dijalin antara perusahaan “Moro Seneng” dengan para distributor lain di berbagai daerah tentu akan memperbesar peluang usaha perusahaan “Moro Seneng” untuk mengembangkan pemasaran kerupuk udang pada jangka waktu yang lama, dimana bila kegiatan pemasaran lancar maka perusahaan tersebut akan memiliki peluang untuk lebih mengembangkan usahanya.

c. Perkembangan daerah sentra kerupuk udang

Bila dilihat dari salah satu sisi maka berkembangnya daerah sentra kerupuk udang akan menimbulkan persaingan namun pada pada perusahaan “Moro Seneng” perkembangan daerah sentra kerupuk udang menjadi suatu peluang dimana dengan terkenalnya daerah Candi – Sidoarjo sebagai produsen kerupuk udang, maka akan mendatangkan image masyarakat yang bisa menarik minat konsumen.

d. Bahan baku tersedia dalam jangka panjang

Potensi daerah Sidoarjo yang terkenal sebagai kota udang akan membawa kemajuan pemasaran dari kerupuk udang utamanya yang dihasilkan oleh perusahaan “Moro Seneng”. Selain itu, sebagai daerah penghasil udang segar dapat mendukung kelancaran bahan baku kerupuk udang di perusahaan “Moro Seneng” dalam jangka waktu yang lama karena seperti yang kita ketahui bahwa salah satu bahan baku kerupuk udang adalah udang segar.

e. Kebijakan pangan dan gizi

Kebijakan pangan dan pemenuhan gizi yang dibuat pemerintah tentu dapat mendatangkan peluang bagi perusahaan “Moro Seneng” karena kerupuk udang yang dihasilkan mengandung gizi yang tinggi yang dibuktikan dengan kandungan protein pada udang sebesar 21 gram per 100 gram, tepung tapioka 1,1 gram per 100 gram, bawang putih, telur, susu, serta bahan lain yang mengandung gizi yang tinggi. Kebijakan pemerintah tersebut akan mendorong masyarakat untuk lebih

memehami akan arti penting gizi terutama gizi yang terkandung dalam kerupuk udang.

f. Penggunaan sistem informasi yang bebasis teknologi.

Adanya kemajuan teknologi akan memberikan keuntungan bagi suatu perusahaan dalam memperlancar kegiatan bisnisnya. Kemajuan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam kegiatan proses produksi ataupun kegiatan promosi. Promosi dari produk kerupuk udang perusahaan “Moro Seneng” yang selama ini hanya terbatas pada selebaran kertas atau brosur saja. Sekarang ini bisa menggunakan dengan prasarana iklan koran, internet, dll. Dengan pelaksanaan kegiatan promosi melalui pemanfaatan teknologi yang ada diharapkan dapat menjangkau konsumen untuk wilayah yang lebih jauh, sehingga dapat meningkatkan volume penjualan kerupuk udang.

2. Ancaman (Threats)

a. Kebijakan pengurangan jumlah kredit

Pengurangan jumlah kredit usaha kecil dan menengah yang dilakukan pihak perbankan tentu akan membawa dampak negatif pada perusahaan “Moro Seneng” dimana modal jangka panjang akan semakin berkurang dan kekurangan modal yang dialami perusahaan dalam jangka panjang akan menimbulkan kepailitan.

b. Naiknya harga BBM

Kondisi ekonomi nasional yang masi berfokus pada perbaikan struktur ekonomi membuat daya beli masyarakat menjadi menurun. Kondisi yang paling merugikan dimana pemerintah menaikkan harga

BBM untuk industri dua kali dalam setahun membuat perusahaan “Moro Seneng” menaikkan harga jual kerupuk udangnya. Harga jual yang tinggi tentu tidak akan disukai konsumen, akibatnya penjualan dalam jangka waktu yang lama cenderung akan menurun.

c. Kenaikan pajak pendapatan

Kenaikan pajak pendapatan usaha dapat membuat sebagian perusahaan mengalami kerugian karena mereka terpaksa memperbesar anggaran pengeluaran guna membayar pajak. Dalam jangka waktu lama kenaikan pajak dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi perusahaan “Moro Seneng”.

d. Adanya persaingan dari perusahaan kerupuk udang lainnya

Persaingan akan selalu muncul apabila usaha yang dilakukan mempunyai prospek dalam memperoleh keuntungan yang cukup besar. Begitu juga dengan kondisi persaingan yang terjadi pada produk kerupuk udang perusahaan “Moro Seneng” yang merupakan perusahaan yang sudah cukup lama berdiri dan karena terbatasnya daerah pemasaran maka produknya hanya dikenal di beberapa daerah.

Sedangkan di pihak lain sudah banyak perusahan – perusahaan kerupuk udang dengan skala besar yang sudah mempunyai nama dengan kualitas jauh lebih baik, penggunaan teknologi dalam proses produksi yang sudah modern, sudah mempunyai jaringan pasar yang cukup luas, dll. Hal ini akan membuat perusahaan “Moro Seneng” terasa kecil sehingga dengan tingkat persaingan yang tinggi merupakan ancaman bagi kelangsungan usaha.

e. Daerah pemasaran terbatas pada jawa timur

Daerah pemasaran yang hanya terbatas pada pulau Jawa membuat pemasaran kerupuk udang dari perusahaan “Moro Seneng” kurang maksimal. Kurang maksimalnya pemasaran tersebut dapat mengurangi volume pemasaran dan membawa dampak buruk bagi perusahaan dalam masa yang akan datang.

f. Promosi produk pesaing lebih gencar

Promosi merupakan sarana yang penting dalam memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat luas perusahaan “Moro Seneng” dalam mempromosikan produknya masih menggunakan cara yang sederhana yaitu hanya terbatas pada selebaran kertas atau brosur dan prasarana perusahaan, sehingga masyarakat luas sulit untuk mengenal produk tersebut. Sedangkan dari perusahaan pesaing telah menggunakan media promosi yang lebih modern yaitu melalui media elektronik seperti radio, televisi, spanduk, dll. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi perusahaan karena produk pesaing akan lebih dikenal oleh konsumen daripada produk kerupuk udang perusahaan “Moro Seneng”.

6.1.3. Matr ik Pembobotan IFAS dan EFAS

Untuk dapat melakukan analisis SWOT, hal pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan matrik Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan matrik Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) perusahaan “Moro Seneng” dalam peningkatan volume penjualan kerupuk udangnya. Hasil matrik evaluasi faktor internal dan evaluasi faktor eksternal perusahaan “Moro Seneng” dalam peningkatan volume pemasaran kerupuk udangnya dapat dilihat pada tabel :

Tabel 8. Matr ik IFAS Per usahaan “Mor o Seneng”

Fakt or Int ernal Bobot Rat ing Skor A. Kekuatan

1. aKapasit as produksi 2. M ut u produk 3. M erk

4. Harga jual bersaing 5. M odal

6. Tersedianya kesejaht eraan bagi karyaw an 0.10 0.10 0.09 0.06 0.09 0.10 4 4 4 4 3 3 0.40 0.40 0.27 0.24 0.27 0.30 Jumlah 0.54 1.88 B. Kelemahan

1. Teknologi pengolahan masih t radisional

2. M asih memerlukan sinar mat ahari dalam proses penjemuran

3. Kurangnya prom osi 4. Kemasan kurang m enarik 5. Kurangnya pelat ihan karyaw an 6. Kurangnya perluasan daerah

pemasaran 0.09 0.08 0.06 0.07 0.08 0.08 2 2 1 1 2 2 0.18 0.16 0.06 0.07 0.16 0.16 Jumlah 0.46 0.79 Jumlah Tot al 1.00 2.67

Pada Tabel 8 tampak bahwa tingkat kekuatan tertinggi yang dimiliki perusahaan “Moro Seneng” dalam peningkatan volume penjualan kerupuk udangnya adalah pada kapasitas produksi cukup, mutu produk terjamin, merk diakui, dan tersedianya kesejahteraan bagi karyawan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah teknologi pengolahan masih rendah, masih memerlukan sinar matahari dalam proses penjemuran, kurangnya pelatihan karyawan, dan kurangnya perluasan daerah pemasaran.

Setelah diadakannya penilaian terhadap kondisi internal pada perusahaan “Moro Seneng” maka diperoleh total nilai faktor kekuatan sebesar 1.88 dan nilai faktor kelemahan 0.79 jadi selisih antara kekuatan dan kelemahan adalah 1.09

yang berarti perusahaan memiliki kekuatan yang besar untuk meminimalkan kelemahan untuk meningkatkan volume pemasaran kerupuk udangnya.

Tabel 9. Matr ik EFAS Perusahaan “Mor o Seneng”

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor A. Peluang

1. Minat konsumen tinggi

2. Kemitraan dengan para distributor 3. Perkembangan daerah sentra kerupuk

udang

4. Bahan baku tersedia dalam jangka panjang

5. Kebijakan pangan dan gizi 6. Penggunaan sistem informasi yang

berbasis teknologi 0.09 0.09 0.08 0.10 0.08 0.07 4 4 3 4 3 3 0.36 0.36 0.24 0.40 0.24 0.21 Jumlah 0.51 1.81 B. Ancaman

1. Kebijakan pengurangan jumlah kredit

2. Naiknya harga BBM 3. Kenaikan pajak pendapatan 4. Adanya persaingan dari perusahaan

kerupuk udang lainnya.

5. Daerah pemasaran terbatas pada Jawa Timur

6. Promosi produk pesaing lebih gencar

0.10 0.09 0.08 0.07 0.07 0.07 2 2 2 1 1 1 0.20 0.18 0.16 0.07 0.07 0.07 Jumlah 0.48 0.82 Jumlah Total 0.99 2.63

Pada Tabel 9 tampak bahwa tingkat peluang terbesar yang dimiliki perusahaan “Moro Seneng” dalam peningkatan volume penjualan kerupuk udangnya adalah minat konsumen tinggi, kemitraan dengan para distributor, perkembangan daerah sentra kerupuk udang, dan bahan baku tersedia dalam jangka panjang. Sedangkan ancaman yang dimiliki perusahaan adalahKebijakan pengurangan jumlah kredit, Naiknya harga BBM, Kenaikan pajak pendapatan.

Setelah diadakannya penilaian terhadap kondisi eksternal pada perusahaan “Moro Seneng” maka diperoleh total nilai faktor peluang sebesar 1.81 dan nilai faktor ancaman 0.82 jadi selisih antara peluang dan ancaman adalah 0.99 yang

berarti perusahaan memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan volume pemasaran kerupuk udang dan memperluas pemasarannya.

6.2. Str ategi Per usahaan Dalam Meningka tkan Pemasar an Ker upuk Udang Alternatif – alternatif strategi yang disusun berdasarkan interaksi atas faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil analisis yang telah dilakukan. Adapaun alternatif – alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pemasaran kerupuk udangnya tampak pada Tabel 10. Sebagai berikut :

Tabel 10. Matr ik SWOT Perusahaan Dalam Meningkatan Volume Pemasar an Ker upuk Udang.

IFAS

(Faktor Strategi Internal)

EFAS

(Faktor Strategi Eksternal)

STRENGTHS (S) 1. Kapasitas produksi cukup 2. Mutu produk terjamin 3. Merk diakui 4. Harga jual bersaing 5. Modal cukup

6. Tersedianya kesejahteraan bagi karyawan

WEAKNESSES (W) 1. Teknologi Pengolahan masih rendah

2. Masih memerlukan sinar matahari dalam proses penjemuran 3. Kurangnya Promosi 4. Kemasan kurang menarik 5. Kurangnya pelatihan karyawan 6. Kurangnya perluasan daerah pemasaran

OPPORTUNITIES (O) 1. Minat konsumen tinggi 2. Kemitraan dengan para distributor 3. Perkembangan daerah sentra kerupuk udang

4. Bahan baku tersedia dalam jangka panjang

5. Kebijakan pangan dan gizi 6. Penggunaan sistem informasi yang berbasis teknologi

STRATEGI S O

Peningkatan kuantitas dan kualitas produk dengan pengembangan dan diversifikasi produk

Pengembangan pasar dengan membentuk pasar yang lebih luas.

Penetrasi pasar dengan peningkatan promosi

Mempertahankan hubungan kemitraan dengan pemasok bahan baku untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berusaha menekan harga jual

Perluasan daerah pemasaran dengan menambah jaringan distribusi melalui pemanfaatan teknologi

STRATEGI W O

Meningkatkan teknologi pengolahan kerupuk udang dengan penggunaan peralatan modern

Meningkatkan kualitas desain kemasan

Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan

Meningkatkan promosi melalui pemanfaatan teknologi

Perlu diadakan penelitian pasar agar dapat memperluas daerah pemasaran

THREATHS (T)

1. Kebijakan Pengurangan jumlah kredit

2. Naiknya harga BBM 3. Kenaikan pajak pendapatan 4. Adanya persaingan dari perusahaan kerupuk udang lainnya

Dokumen terkait