• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Makassar adalah ibukota dari Propinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya bernama Kotamadya Ujung Pandang. Sulawesi Selatan mempunyai kondisi geografis yang berbukit-bukit membentang dari bagian utara ke selatan. Antara bentangan tersebut terhampar dataran rendah yang potensial untuk areal pertanian dan pertambakan. Luas wilayah di Sulawesi Selatan Tahun 2005 yakni sekitar 65.361,71 km². Jumlah kabupaten/kota adalah 21, dengan 4 kota administratif yaitu Pare-pare, Bone, Palopo, dan Makassar. Makassar terletak antara 0°12’ –8° Lintang Selatan dan 116°48’ – 122°36’ Bujur Timur. Secara administratif berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di sebelah timur, batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores. Sebesar 89,9 persen agama yang dianut oleh penduduk Makassar adalah Islam, Kristen (8,8%), Hindu (0,63%) dan Budha (0,42%).

Masyarakat di Propinsi Makassar terdiri dari 4 suku bangsa yaitu 1) Suku Bugis yang terletak di wilayah kediaman Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Luwu, Sidenreng Rappang, Pinrang, Pare-pare, Barru, Pangkaje’ne Kepulauan dan Maros; 2) Suku Makassar yang terdapat di Makassar, Gowa, Takalar dan Jeneponto; 3) Suku Mandar yang terletak di wilayah kediaman Kabupaten Polmas, Mamuja dan Majene; 4) Suku Toraja yang berada di wilayah Tana Toraja dan sebagian di Kabupaten Mamasa.

Dalam perspektif sosial budaya Sulawesi Selatan, ada tiga nilai tentang perempuan yang merupakan norma dalam masyarakat, yaitu 1) Perempuan sebagai Indo Ana, yaitu ibu yang bertugas memelihara anak; 2) Perempuan sebagai Cattaro Pappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai penyimpan dan pemelihara rejeki yang diperoleh suami; 3) Perempuan sebagai Repo’ Riatutui Siri’na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan kehormatan keluarga.

Ketiga nilai tersebut dapat disimpulkan, perempuan dengan segala unsur yang dimilikinya dimasa lalu, hanya mempunyai kewajiban memelihara anak, menyelenggarakan urusan rumahtangga,dan memelihara harkat dan martabat keluarga. Nilai tersebut sebenarnya hampir tidak ada bedanya dengan kondisi

perempuan di belahan bumi manapun yang hidup dalam masyarakat dengan sistem partriarki.

Seiring dengan laju perkembangan dan tuntutan zaman kondisi saat ini semakin menunjukkan adanya perubahan yang berimplikasi mendorong kemajuan peran perempuan disemua bidang. Perempuan Sulawesi Selatan saat ini sudah lebih terbuka menafsirkan nilai-nilai kultur, mereka secara kuantitas dan kualitas tidak hanya terlibat di ranah domestik, tapi juga aktif di ranah publik. Bahkan banyak diantara mereka tetap melakukan aktifitas dengan peran ganda di lingkungan rumah mereka, sehingga status istri, ibu rumahtangga, teman bagi anak-anaknya, maupun unsur anggota masyarakat dapat dijalankan dengan baik.

Hal tersebut tentu saja didukung dengan tingkat pendidikan tinggi yang bisa didapatkan oleh perempuan, yang selanjutnya turut memberi andil terhadap pola pikir perempuan Sulawesi Selatan. Hak mencari nafkah untuk kesinambungan hidup keluarga tidak semata dapat dilakukan oleh laki-laki saja tetapi dapat juga dilakukan oleh seorang perempuan, dalam hal ini isteri, anak perempuan dan lainnya.

Hasil registrasi penduduk akhir 2005 tercatat bahwa penduduk Sulawesi Selatan sekitar 8,8 juta jiwa dan 51,09 persen diantaranya adalah perempuan. Pada Tahun 2008 jumlah perempuan yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak 38.653.472 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 39.946.327 orang sedangkan jumlah perempuan yang mengurus rumahtangga mengalami penurunan dari Tahun 2008-2009. Pada Tahun 2008 jumlah perempuan yang mengurus rumahtangga sebanyak 31.179.316 dan mengalami penurunan pada Tahun 2009 menjadi 30.996.532. (BPS 2008). Jumlah perempuan yang bekerja pada Tahun 2008 sebanyak 1.146.378 orang dan jumlah perempuan yang mengurus rumahtangga sebanyak 1.243.343 orang sedangkan pada Tahun 2009 jumlah perempuan yang bekerja sebanyak 1.073.701 orang dan jumlah perempuan yang mengurus rumahtangga sebanyak 1.341.864 orang.

Karakteristik Contoh dan Keluarga

Pada penelitian ini yang dijadikan contoh adalah perempuan bekerja dengan tingkatan manajerial kelas menengah ke atas, memiliki jabatan seperti kepala bagian di sebuah instansi dan yang telah mempunyai suami dan anak.

Karakteristik keluarga contoh yang diteliti meliputi usia contoh dan suami, pendidikan contoh dan suami, pendapatan contoh dan suami, pengalaman bekerja contoh dan jumlah anggota keluarga.

Usia Contoh dan Suami

Usia orangtua menurut Hurlock (1980) dibagi menjadi tiga kategori. diantaranya dewasa muda (18-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir (>60 tahun). Rata-rata usia contoh dalah 40 tahun dengan kisaran antara 25 tahun sampai 55 tahun dan rata-rata umur suami adalah 43 tahun dengan kisaran antara 26 tahun sampai 60 tahun. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa setengah dari contoh (50%) berada pada kelompok usia dewasa dini (18-40 tahun) dan dewasa madya 40-60 (50%). Pada tahapan usia tersebut mulai adanya pemantapan pada diri contoh juga telah menemukan cara-cara penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga yang dirasa cocok dengan kondisi yang ada. Begitupun dengan suami, lebih dari setengah suami contoh (63,3%) berada pada kelompok usia dewasa madya (40-60 tahun).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia contoh dan suami Kelompok Usia (tahun) n Contoh n Suami % % % % Dewasa dini (18 – 40) 15 50,0 11 36,7 Dewasa Madya (40 – 60) 15 50,0 19 63,3 Dewasa Lanjut (>60) 0 0,0 0 0 Total Rata-Rata ± SD Kisaran (min,max) 100,0 40,23 ± 6,956 25 – 55 100,0 43,07 ± 8,242 26 – 60 Sumber : Klasifikasi menurut Hurlock (1980)

Pendidikan Contoh dan Suami

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak satupun dari contoh yang merupakan lulusan tingkat diploma. Hampir keseluruhan contoh (96,7%) merupakan lulusan tingkat sarjana, proporsi terkecil (3,3%) lulusan tingkat pascasarjana. Begitupun dengan pendidikan suami sebagian besar suami (83,3%) merupakan lulusan tingkat sarjana, proporsi terkecil (10%) merupakan lulusan tingkat diploma dan lulusan tingkat pascasarjana (6,7%).

Tabel 4 Sebaran contoh dan suami berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Contoh Suami

n % n %

Diploma (D3) 0 0,0 10,0

Sarjana(S1) 29 96,7 83,3

Pascasarjana (S2 dan S3) 1 3,3 6,7

Total 100,0 100,0

Pekerjaan Contoh dan Suami

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerjaan suami beragam mulai dari pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasta, pelaut, sampai bahkan sudah ada yang pensiun. Namun demikian, jenis pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh suami contoh adalah pegawai negeri yaitu sebesar 53,3 persen.

Hal yang sama dengan suami, maka hampir seluruh contoh (83,3%)juga bekerja sebagai pegawai negeri, selain itu sebesar 13,3 persen contoh bekerja sebagai pegawai swasta yang menduduki jabatan sebagai menejer di sebuah bank swasta dan sebesar 3,3 persen contoh bekerja sebagai pimpinan cabang bank BNI.

Tabel 5 Sebaran contoh dan suami berdasarkan jenis pekerjaan

Pekerjaan Contoh Suami

n % n % PNS 25 83,3 16 53,3 Pegawai Swasta 4 13,3 5 16,7 Wiraswasta 0 0 5 16,7 Lainnya 1 3,3 4 13,3 Total 30 100,0 30 100,0 Pendapatan Keluarga

Rata-rata pendapatan contoh adalah Rp 4.670.000 perbulan dengan kisaran antara Rp 2.500.000 sampai Rp 15.000.000. Separuh dari contoh (50%) memiliki pendapatan antara Rp 1.000.001 sampai Rp 3.000.000 per bulan. Terdapat 6,7 persen contoh yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 12.000.000 perbulan adalah contoh yang bekerja di bank swasta dan bank BNI.

Rata-rata pendapatan suami adalah Rp 5.670.000 perbulan dengan kisaran antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 30.000.000 perbulan. Lebih dari separuh suami contoh (53,3%) berpendapatan antara Rp 3.000.001 sampai

dengan Rp 6.000.000 perbulan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 6,7 persen suami contoh yang memilliki pendapatan lebih dari Rp 12.000.000 perbulan, dan profesi atau pekerjaan dari suami tersebut adalah sebagai pelaut. Hasil penelitian juga menunujukkan bahwa tidak satupun dari contoh maupun suami yang memiliki pendapatan kurang dari Upah Minimum Regional (UMR) Kota Makassar Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 1.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh keluarga contoh berada pada tingkatan status ekonomi menengah ke atas. Berdasarkan uji beda Independen Sampel T-test, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan contoh dan pendapatan suami (p<0,05).

Tabel 6 Sebaran contoh dan suami berdasarkan pendapatan perbulan Pendapatan (Rp/bulan) Contoh Suami n % n % ≤ 1.000.000* 0 0 0 0,0 1.000.001-3.000.000 15 50,0 11 36,7 3.000.001-6.000.000 10 33,3 16 53,3 6.000.001-9.000.000 2 6,7 0 0,0 9.000.001-12.000.000 1 3,3 1 3,3 >12.000.000 2 6,7 2 6,7 Total 100,0 100,0 Rata-rata ± SD 4.670.000±3.387.536 5.670.000±5.790.000 Kisaran (min,max) 2.500.000-15.000.000 2.000.000-30.000.000

Uji Beda (p-value) 0,385 Keterangan: * Upah Minimum Regional (UMR) Kota Makassar 2009

P ≤ 0,05

Kontribusi Pendapatan Contoh terhadap Pendapatan Keluarga

Rata-rata kontribusi pendapatan contoh sebesar 47 persen dengan kisaran antara 12 sampai 84 persen. Duapertiga contoh (70%) memiliki kontribusi pendapatan antara 26 sampai 30 persen pendapatan keluarga dan hanya 3,3 persen dari contoh memiliki kontribusi pada kategori 76 sampai dengan 100 persen pendapatan keluarga. Contoh yang memiliki kontribusi pendapatan antara 76 sampai 100 persen adalah contoh yang bekerja di salah satu bank dan memiliki jabatan sebagai pimpinan cabang dengan pendapatan sebesar Rp 15.000.000 perbulan sedangkan suami contoh bekerja sebagai PNS yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas di Kota Makassar dengan pendapatan sebesar Rp 2.800.000 perbulan (Tabel 7). Rata-rata kontribusi pendapatan suami sebesar 53 persen. Separuh suami contoh (50%) memiliki kontribusi pendapatan 26-50 persen dan sebesar 40 persen suami contoh memiliki kontribusi 51-75

persen pendapatan keluarga. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan suami terhadap pendapatan keluarga masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi pendapatan istri hal tersebut disebabkan karena rata-rata pendapatan suami contoh lebih tinggi dibandingkan pendapatan contoh. Tabel 7 Sebaran kontribusi pendapatan contoh dan suami terhadap total

pendapatan keluarga

Kontribusi Pendapatan (%) Contoh Suami

(%) (%) ≤25 6,7 3,3 26 – 50 70,0 50,0 51 – 75 20,0 40,0 76 – 100 3,3 6,7 Total Rata-Rata ± SD Kisaran (min,max) 100,0 47,20 ± 13,407 12 – 84 100,0 52,80 ± 13,407 16 – 88

Besar Keluarga Contoh

Besar anggota keluarga adalah penjumlahan anggota keluarga inti dan saudara yang tinggal bersama keluarga contoh. Besar keluarga pada penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan emapt orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara 5–7 orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1980). Lebih dari separuh keluarga contoh (53,3%) merupakan tipe keluarga kecil yaitu maksimal terdiri dari empat orang. Hampir setengah dari keluarga contoh (46,7%) merupakan tipe keluarga sedang yaitu terdiri atas 5 sampai 7 orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah 4 orang (Tabel 8).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Keluarga Keseluruhan Jumlah n % Kecil (0-4) 16 53,3 Sedang (5-7) 14 46,7 Besar (>8) 0 0 Total 30 100

Jumlah anak, Usia Anak, dan Tahapan Keluarga

Menurut Papalia dan Olds (1986), terdapat delapan tahapan tumbuh kembang manusia, yaitu pralahir (konsepsi–lahir), bayi (lahir–2 tahun), masa kanak-kanak awal (2−6 tahun), masa kanak-kanak madya (6–12 tahun), remaja

(12–20 tahun), dewasa muda (20–40 tahun), dewasa madya (40–65 tahun), dan dewasa lanjut (>65 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari contoh (40,3%) mempunyai anak usia sekolah atau masa kanak-kanak madya (6–12 tahun). Selain itu dilihat dari jumlah anak kurang dari separuh (40,3%) keluarga contoh memiliki tiga orang anak. Jumlah dari masing-masing tahapan usia anak tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kelompok usia dan jumlah anak Kelompok Usia

Anak (tahun)

Jumlah Anak Total

1 2 3 4

% % % % %

Balita (0–5) 6,0 4,5 3,0 4,5 17,9

Anak Usia Sekolah (6−12) 3,0 11,9 17,9 7,5 40,3 Remaja (13–20) 3,0 9,0 14,9 4,5 31,3 Dewasa Muda (20–40) 0,0 4,5 4,5 1,5 10,4 Total 11,9 29,9 40,3 17,9 100,0

Menurut Duvall (1971) tahapan perkembangan keluarga dibedakan menjadi 8 tahapan perkembangan yaitu 1) Keluarga awal yang belum mempunyai anak, 2) Membesarkan anak, anak pertama berusia kurang dari tiga tahun, 3) Keluarga dengan anak prasekolah, 4) Keluarga dengan anak usia sekolah, anak pertama berusia 6 sampai 12 tahun, 5) Keluarga dengan anak remaja, 6) Launching family, 7) Keluarga madya, dan 8) Keluarga lanjut. Tabel 8 menunjukkan bahwa kurang dari separuh keluarga contoh berada tahapan keluarga dengan anak pertama berusia remaja. Proporsi terbesar tahapan keluarga contoh berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak pertama berusia remaja yaitu sebesar 43,3 persen. Sebanyak 16,7 persen keluarga contoh memiliki anak berusia kurang dari tiga tahun, dan hanya 6,7 persen yang berada pada tahapan launcing family (Tabel 10).

Table 10 Sebaran contoh berdasarkan tahapan perkembangan keluarga

No Tahapan keluarga %

1 Belum mempunyai anak 0,0

2 Membesarkan anak (< 3 tahun) 16,7

3 Anak pertama berusia prasekolah ( 3 – 5 tahun) 3,3

4 Anak pertama berusia sekolah (6 – 12 tahun) 30,0

5 Anak pertama remaja (13 – 22 tahun) 43,3

7 Keluarga madya 0,0

8 Keluarga lanjut 0,0

Nilai-nilai Keluarga

Hasil dari nilai personal contoh terhadap arti keluarga menunjukkan bahwa kurang dari tiga perempat (70%) dari contoh menganggap keluarga adalah segala-galanya dan sangat penting bagi kehidupan mereka, diikuti jawaban bahwa keluarga adalah tempat untuk mencurahkan kasih sayang, saling berbagi baik susah ataupun senang (20%). Sebanyak 6,7 persen contoh menganggap keluarga adalah tempat cinta kasih, mendidik, menjaga anak dan saling bergantung satu sama lain dan sisa nya sebesar 3,3 persen contoh menganggap keluarga adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga dan disyukuri. Berdasarkan jawaban tersebut didapatkan bahwa hampir keseluruhan contoh memiliki nilai mengenai arti keluarga yang mengarah ke fungsi keluarga sebenarnya yaitu fungsi melindungi dimana keluarga adalah wadah utama yang memberikan rasa aman dan nyaman serta kehangatan bagi seluruh anggota keluarga. Menurut BKKBN (1996) terdapat 8 fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Berdasarkan data kualitatif arti keluarga menurut contoh, contoh menjawab bahwa walaupun contoh bekerja di luar rumah namun keluarga adalah prioritas utama dan keluarga bukan menjadi penghalang dalam berkarier namun sebagai motivasi bagi contoh dalam berkarier dan memberikan inspirasi bagi contoh (Lampiran 8).

Mengenai arti anak, menurut Joshi and Clean (1997) dalam Hernawati (2002) menyebutkan bahwa nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dari kondisi adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat mencurahkan kasih sayang dan sumber kebahagiaan (nilai psikologis), anak tempat mensosialisasikan nilai-nilai (nilai sosial) dan anak dijadikan tempat menggantungkan harapan (nilai ekonomi) baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pada nilai psikologi, lebih dari tiga perempat contoh (73,3%) menganggap anak sebagai suatu hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan, hiburan, penyemangat hidup dan yang harus dijaga dan dicintai. Selain itu, pada nilai ekonomi lebih dari satu perempat contoh (26,6%) menganggap anak sebagai penerus dimasa depan, tumpuan hidup dan harapan

keluarga. Berdasarkan data kualitatif arti anak, contoh menjawab bahwa anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dicintai dan harus diasuh supaya menjadi anak yang berguna bagi keluarga dan orang lain.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan nilai-nilai keluarga

No Pernyataan %

1 Arti Keluarga

a. Keluarga adalah segala-galanya dan sangat penting

70,0 b. Orang-orang yang disayangi yang

selalu ada saat suka maupun duka

20,0 c. Anugerah Tuhan yang harus dijaga

dan disyukuri

3,3 d. Tempat cinta kasih, mendidik

menjaga anak dan saling bergantung satu sama lain

6,7

2 Arti Anak

a. Titipan Tuhan yang harus dijaga dan dicintai

63,4 b. Penerus keturunan,tumpuan

hidup,harapan keluarga

26,6 c. Hiburan, penyemangat dan pelengkap

hidup

10,0

3 Prioritas Hidup

a. Membesarkan dan mendidik anak 16,7

b. Beribadah, keluarga dan hidup bahagia

40,0

c. Karier, keluarga dan masa depan 43,3

Prioritas hidup yang dianut oleh hampir setengah dari contoh (43,3%) adalah keluarga, karier dan masa depan. Terdapat dua perlima dari contoh (40%) yang memprioritaskan untuk beribadah, keluarga dan hidup bahagia. Proporsi terkecil terdapat pada contoh yang memprioritaskan untuk membesarkan dan mendidik anak sebesar 16,7 persen (Tabel 11). Berdasarkan data kualitatif mengenai prioritas hidup, contoh menjawab bahwa prioritas dalam hidup contoh adalah memiliki keluarga yang harmonis, karier yang cemerlang,

memiliki materi yang cukup sehingga dapat menyekolahkan anak dengan sebaik-baiknya hingga berhasil (Lampiran 8).

Pengalaman Bekerja Contoh

Pengalaman bekerja terdiri dari lama bekerja, lama jam kerja, dan cara menuju tempat kerja. Lama bekerja adalah jumlah tahun contoh mulai bekerja sampai dengan tahun penelitian berlangsung (2010). Rata-rata lama bekerja contoh adalah 16 tahun dengan kisaran antara 2 tahun sampai 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan separuh (50,0%) contoh telah bekerja selama 15 sampai 21 tahun. Hanya seperlima (20%) contoh yang telah bekerja selama kurang dari sama dengan 7 tahun dan 22 sampai 28 tahun. Sedangkan sisanya 13,3 persen contoh telah bekerja selama 8 sampai 14 tahun dan terdapat 3,3 persen contoh yang telah bekerja selama lebih dari 28 tahun. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa sebagian besar contoh telah berpengalaman dalam bekerja.

Usia contoh pada saat pertama kali bekerja berkisar antara 22 tahun sampai 29 tahun dengan rata-rata 25 tahun. Dua perlima dari contoh (40%) pertama kali bekerja pada usia 25 tahun, usia tersebut merupakan usia subur bagi perempuan dan merupakan tahapan usia untuk memulai suatu keluarga.

Apabila ditelusuri lebih dalam mengenai lama bekerja dengan usia contoh didapat bahwa semakin bertambah usia contoh maka semakin lama contoh bekerja. Berdasarkan hasil dari uji korelasi Spearman, ternyata terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0,05) antara lama bekerja dan usia contoh sebesar 93,3 persen. Adapun hasil tabulasi silang antara lama bekerja dengan usia contoh dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja dan kelompok usia Lama Bekerja

(tahun)

Kelompok Usia (tahun) Total

21 – 35 36 – 45 46 – 55 % % % % ≤ 7 20,0 0,0 0,0 20,0 8 – 14 3,3 6,7 0,0 10,0 15 – 21 3,3 33,3 10,0 46,7 22 – 28 0,0 6,7 13,3 20,0 >28 0,0 0,0 3,3 3,3 Total 26,7 46,7 26,7 100,0 Rata-rata ± SD 15,63±7,11

Selain lama bekerja, terdapat juga hasil mengenai lama jam kerja contoh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata lama jam kerja contoh adalah 8 jam perhari dengan kisaran antara 5 sampai 11 jam perhari. Proporsi terbesar contoh (63,35%) bekerja selama 7 sampai 8 jam perhari diikuti dengan 9 sampai 10 jam perhari (23,3%). Proporsi terkecil contoh (10%) setiap harinya bekerja selama lebih dari 10 jam perhari dan 5 jam perhari sebesar 3,3 persen. Jenis pekerjaan contoh yang bekerja selama lebih dari 10 jam perhari adalah contoh yang bekerja di instansi perbankan sedangkan contoh yang bekerja selama 5 jam perhari adalah contoh yang bekerja di Departemen Kesehatan.

Lama jam kerja contoh juga dikaitkan dengan jenis pekerjaan contoh. Lebih lanjut, hasil tabulasi silang pada Tabel 13 menunjukkan bahwa contoh yang bekerja sebagai pegawai swasta dan BUMN akan lebih banyak menghabiskan waktu jam bekerjanya. Contoh yang bekerja sebagai pegawai swasta dan BUMN adalah contoh yang bekerja di instansi perbankan dan memiliki jabatan sebagai manajer dan kepala cabang.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan lama jam kerja dan jenis pekerjaan Lama Bekerja (jam) Pekerjaan PNS Swasta BUMN % % % ≤ 6 3,3 0,0 0 7 – 8 63,3 0,0 0 9 – 10 16,7 13,3 0 >10 0,0 0,0 3,3 Total 83,3 13,3 3,3 Rata-rata ± SD 8,17±1,315

Kisaran (min,max) 5 – 11 (jam)

Masih terkait dengan pekerjaan dan pengalaman bekerja contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (93,3%) menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju ke tempat kerjanya. Sebagian kecil contoh (6,7%) contoh yang memilih kategori jawaban ’lainnya’ untuk menuju tempat kerja. Arti ’lainnya’ di sini adalah contoh tersebut menggunakan mobil kantor sebagai alat transportasi untuk pergi ke tempat kerja.

Motivasi Bekerja

Menurut Puspitawati (2009) motivasi yang melandasi ibu bekerja di luar rumah diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan finansial, untuk memenuhi kebutuhan sosial-rasional, dan untuk mengaktualisasikan diri. Tabel

14 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (76,7%) menjawab tidak setuju bahwa motivasi bekerja contoh adalah untuk memenuhi kebutuhan finansial. Hal ini diduga karena rata-rata penghasilan suami contoh lebih besar dibandingkan dengan penghasilan contoh dan apabila contoh tidak bekerja tetap mampu memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Motivasi contoh untuk mengaktualisasikan diri adalah lebih dari setengah contoh (80%) menjawab setuju bahwa contoh bekerja karena mengejar keinginan atau cita-cita, contoh bekerja karena membuktikan kalau contoh mampu mempunyai keahlian (73,3%), dan contoh bekerja karena keinginan contoh (86,7%).

”Ibu EL, perempuan yang bekerja sebagai seorang Relationship Manajer di salah satu bank swasta di Kota Makassar mengaku bahwa motivasi yang paling besar yang menyebabkan beliau bekerja adalah ingin mengaplikasikan pendidikan yang telah beliau peroleh di bangku kuliah, beliau juga mengatakan bahwa dengan bekerja perempuan bisa lebih mandiri”.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan motivasi bekerja

no Motivasi 1 2 3 4 Modus 2-4

% % % % %

1 Saya bekerja karena

terpaksa/tuntutan kebutuhan ekonomi

20,0 56,7 16,7 6,7 2 80,8

2 Saya bekerja karena

mengejar keinginan/ cita-cita saya

0,0 20,0 53,3 26,7 3 100,0

3 Saya bekerja karena

anjuran/ keinginan suami 46,7 36,7 16,7 0,0 1 53,3

4 Saya bekerja karena

membuktikan kalau saya mampu mempunyai keahlian

6,7 20,0 40,0 33,3 3 93,3

5 Saya bekerja karena

kewajiban/keinginan saya 3,3 10,0 56,7 30,0 3 96,7

6 Saya bekerja karena

iseng-iseng saja

80,0 13,3 3,3 3,3 1 20,0

7 Saya bekerja karena

amanat orangtua

16,7 43,3 33,3 6,7 2 83,3

8 Saya bekerja karena untuk dicontoh anak-anak

16,7 26,7 40 16,7 3 83,3

Keterangan: 1 = Sangat tidak setuju 2 = Kurang setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju Tabel 15 memperlihatkan bahwa proporsi terbanyak (56,7%) frekuensi motivasi bekerja contoh termasuk kategori sedang artinya bahwa contoh setuju bahwa bekerja bukan karena anjuran suami namun untuk mengejar cita-cita. Adapun proporsi frekuensi motivasi bekerja contoh termasuk kategori tinggi

adalah 43,3 persen. Contoh yang memiliki motivasi bekerja yang tinggi adalah contoh yang sangat setuju bahwa bekerja ataupun berkarier adalah keinginan contoh untuk mengejar cita-cita dan membuktikan keahlian contoh. Sedangkan contoh yang bekerja dengan motivasi rendah adalah contoh yang bekerja karena iseng-iseng saja. Berdasarkan hasil Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa motivasi bekerja contoh adalah bekerja untuk diri sendiri seperti ingin membuktikan bahwa contoh mempunyai keahlian, mengejar cita-cita, dan karena keinginan contoh. Selain bekerja untuk diri sendiri motivasi bekerja contoh juga untuk orang lain seperti karena amanat orangtua dan bekerja karena ingin dicontoh anak-anak.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori motivasi bekerja

Kategori Motivasi Bekerja Jumlah

n % Rendah (8-15) 0 0,0 Sedang (16-23) 17 56,7 Tinggi (24-32) 13 43,3 Total 30 100,0 Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan yang diteliti terdiri dari nilai perempuan menurut pandangan budaya contoh. Tabel 16 menunjukkan bahwa hampir seluruh (86,7%) kewajiban perempuan menurut budaya contoh adalah mengurus dan menjaga keutuhan rumahtangga. Menurut Kamaluddin (2007) dalam perspektif sosial budaya Makassar, ada tiga nilai tentang perempuan yang merupakan norma dalam masyarakat yaitu : 1) Perempuan sebagai Indo Ana, yaitu Ibu yang bertugas memelihara anak; 2) Perempuan sebagai Cattaro Pappole Asalewangeng, yaitu peran perempuan sebagai penyimpan dan pemelihara rejeki yang diperoleh suami; 3) Perempuan sebagai Repo’ Riatutui Siri’na, yaitu peran sebagai penjaga rasa malu dan kehormatan keluarga. Perspektif sosial budaya terhadap nilai perempuan tersebut menunjukkan bahwa masih adanya sistem partriarki di dalam budaya Makassar dimana peran domestik seperti memelihara anak dilakukan oleh istri dan pencari rejeki atau mencari nafkah utama dilakukan oleh suami.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kewajiban perempuan menurut budaya

No Pernyataan n %

2 Menekuni profesi atau pekerjaan 2 6,7

3 Mengurus dan menjaga keutuhan rumahtangga 26 86,7

”Ibu NN bekerja di Departemen Kesehatan menurut pandangan budaya

Dokumen terkait