• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Masyarakat di Wilayah Studi

Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang merupakan desa yang berada di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan kawasan desa yang dikelilingi oleh hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Karo tahun 2010 bahwa luas kawasan hutan di Kabupaten Karo adalah 125.536,5 ha, dengan rincian hutan lindung/ protection

forestry adalah 98.644,50 ha, hutan suaka alam/ sanctuary forestry adalah 7,00 ha,

hutan produksi terbatas/ limit production adalah 11.293,00 ha, hutan produksi/

production forestry 15.592 ha, dan tidak terdapat hutan konservasi/ conservation forestry. Dimana luas hutan di Kabupaten Karo tidak mengalami perubahan sejak

tahun 2008. Sedangkan luas hutan yang menjadi daerah resapan pada Kecamatan Naman Teran adalah 435 ha dari Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk, dan 13.844 ha yang merupakan hutan lindung Gunung Sinabung.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, luas desa dan jumlah penduduk di wilayah studi seperti tertera pada Tabel 1. Sedangkan banyaknya rumah tangga dan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di wilayah studi tertera pada Tabel 2.

Tabel 1. Luas Desa, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi

No. Nama Desa Luas Desa

(km2)

Jumlah (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/ km2)

1 Kuta Gugung 8,94 828 92,62

2 Sigarang-garang 7,54 1539 204,11

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Laki-laki maupun Perempuan di Wilayah Studi

Komposisi Penduduk

No. Nama Desa Jumlah Rumah tangga Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kuta Gugung 213 396 432 828

2 Sigarang-garang 380 740 799 1539

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang dikelilingi oleh hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk. Resapan air dari kedua hutan tersebut mengalir ke Lau Kawar dan sebagian menjadi air resapan yang dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terdapat tiga tempat pemandian umum yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Karo yaitu satu tempat pemandian umum berada di Desa Kuta Gugung dan dua lagi berada di Desa Sigarang Garang. Sedangkan desa lain di Kecamatan Naman Teran memperoleh air dengan cara yang berbeda dan sebagian telah menggunakan sumur.

Karakteristik Masyarakat Pengguna Air di Wilayah Studi

Karakteristik masyarakat pengguna air yang dimaksud adalah pendapatan per bulan seluruh anggota rumah tangga, mata pencarian kepala keluarga, dan tingkat pendidikan anggota rumah tangga. Nilai dari masing-masing karakteristik tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi, begitu pun jarak tempat tinggal

masyarakat pengguna air terhadap sumber air. Kemudian keseluruhan data tersebut dibandingkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

Pendapatan seluruh anggota rumah tangga

Tingkat pendapatan per bulan seluruh anggota rumah tangga dikelompokan atas tiga kelompok pendapatan, yaitu pendapatan kurang dari Rp. 5,- juta per tahun, antara Rp. 5,- juta sampai Rp. 10,- juta per tahun, dan pendapatan lebih dari Rp. 10,- juta per tahun.

Tabel 3. Persentase Pendapatan Seluruh Anggota Rumah Tangga Konsumen Air pada Dua Desa yang Memanfaatkan Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga dari Resapan Air Hutan Sinabung dan Danau Lau Kawar.

No. Pendapatan (Juta Rupiah/ tahun) Jumlah Rumah Tangga (KK) Persentase

1 < 5 5 3,36% 2 3 5-10 >10 61 104 40,94% 55,70% Jumlah 149 100,00

Pendapatan rata-rata seluruh anggota rumah tangga per keluarga adalah Rp. 12.329.127,5,- per tahun atau sekitar Rp 1.027.427,- per bulan. Penghasilan tersebut merupakan total penghasilan tiap individu dalam suatu rumah tangga yang hidup dalam satu rumah.

Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota keluarga konsumen air untuk sektor rumah tangga dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu: jumlah anggota rumah tangga < 4 orang, jumlah anggota rumah tangga 4-6 orang, dan jumlah anggota rumah tangga > 6

orang. Hasil persentase dari jumlah anggota rumah tangga tersebut terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Anggota Rumah Tangga Konsumen Air Sektor Rumah Tangga

Jumlah Aggota Rumah Tangga (Orang) Jumlah Persentase (%) < 4 18 12,08 4-6 101 67,79 > 6 30 20,13 Jumlah 149 100,00

Mata pencarian kepala keluarga

Mata pencarian kepala keluarga dalam hal ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu petani dan non petani, berdasarkan data BPS tahun 2010 lebih dari 90% penduduk dikedua desa tersebut bekerja sebagai petani dan masyarakat lainya bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, dan profesi lainnya. Data mata pencarian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Mata Pencarian Pengguna Air Sektor Rumah Tangga

No. Mata Pencarian Jumlah KK Persentase (%)

1 Petani 129 86,58

2 Non Petani 20 13,42

Jumlah 140 100,00

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa 86,58% masyarakat pengguna air di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang bekerja sebagai petani baik itu sebagai buruh tani ataupun pemilik lahan pertanian yang mengelola tanahnya sendiri. Hanya 13,42% konsumen air rumah tangga yang bukan petani.

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga. Tingkat pendidikan tersebut dibagi atas 4 kelompok, yaitu tamatan SD, SMP/ sederajat, serta SMA atau perguruan tinggi. Besarnya persentase tingkat pendidika ini disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Konsumen Air Rumah Tangga

No. Pendidikan Kepala Rumah Tangga Jumlah KK Persentase (%)

1 SD 48 32,21

2 SMP 58 38,93

3 SMA/ Perguruan Tinggi 43 28,86

Jumlah 149 100,00

Jarak dengan sumber air

Sumber air yang dimaksud adalah air aliran Danau Lau Kawar serta tempat pemandian umum yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Karo maupun tempat resapan air yang dibuat oleh masyarakat. Masyarakat di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang seluruhnya menggunakan air dari resapan air tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak terdapat masyarakat yang menggunakan air sumur. Hal ini dikarenakan mudahnya memperoleh air resapan tersebut maupun air yang berasal dari aliran Danau Lau Kawar.

Jarak tempat tinggal responden konsumen air untuk kebutuhan sektor rumah tangga dibagi atas 4 kelompok. Jarak dengan sumber air tersebut terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jarak antara Tempat Tinggal Konsumen Air dengan Sumber Air

No. Jarak dengan sumber air (m) Jumlah KK Persentase (%)

1 < 11 6 4,03

2 11-100 91 61,07

3 100-500 43 28,86

4 >500 9 6,04

Jumlah 149 100%

Jarak rumah responden dengan sumber air sebagian besar antara 11-100 meter. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat dapat memperoleh air dengan mudah, baik itu air yang berasal dari tempat pemandian umum, aliran air Danau Lau Kawar, maupun air yang berasal dari pipa yang sengaja dipasang oleh masyarakat untuk mengkonsumsi air resapan tersebut.

Konsumen air rumah tangga di lokasi penelitian memanfaatkan air resapan untuk memenuhi kebutuhan airnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang yang didominasi oleh suku karo ini tidak terdapat rumah tangga yang menggunakan air selain air resapan dan aliran air danau Lau Kawar. Dari segi perekonomian masyarakat bermata pencarian sebagai petani. Berdasarkan penelitian yang dilakukan 86,58% masyarakat bekerja sebagai petani dan 13,42% berprofesi sebagai pedagang, pegawai, dan wiraswasta. Hasil penelitian menunjukan bahwa komposisi jumlah anggota rumah tangga yang terbesar hingga terkecil adalah jumlah anggota 4 orang yaitu 28,86%, jumlah anggota 3 orang yaitu 21,48%, jumlah anggota 5 orang 19,46%, jumlah anggota 6 orang yaitu11,41%, jumlah anggota 2 orang 8,05%, jumlah anggota 1orang 3,35%, jumlah anggota 7 orang 2,68%, jumlah anggota 9 orang dan 10 orang masing-masing 1,34% dan 0,67%.

Besarnya pendapatan rata-rata per tahun masyarakat berdasarkan penelitian yang dilakuakan berkisar Rp. 6.164.563,75,- dengan pendapatan terendah adalah Rp. 1.500.000,- per tahun, dan pendapatan tertinggi adalah Rp. 21.000.000,- per tahun. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa persentase tingkat pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 5,- juta hingga Rp. 10,- juta per tahun adalah 40,94%, persentase tertinggi adalah pada tingkat pendapatan per tahun di atas Rp. 10,- juta yaitu 55,70%, sedangkan persentase terendah adalah pada tingkat pendapatan pertahun dibawah Rp. 5,- juta. Masyarakat umumnya memperoleh pendapatan tersebut sebagai petani dengan hasil per hari adalah Rp. 30.000,- sampai Rp. 40.000,-.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan kepala keluarga terbesar adalah tamat SMP yaitu 38,93%, sedangkan kepala keluarga yang tamat SMA atau perguruan tinggi hanya 28,86%, dan selebihnya adalah tamat SD yaitu sebesar 32,21%. Tingkat pendidikan masih tergolong cukup rendah jika dibandingkan dengan penelitian Sulistiyono dan Slamet (2003) sebesar 41,67 % kepala keluarga lulus SMA atau perguruan tinggi. Dengan kekurangan tersebut, sulit untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan dalam pertanyaan kontingensi yaitu apabila sumber air yang digunakan selama ini tidak tersedia karena masyarakat mengatakan tidak pernah terjadi kekurangan air sepanjang tahun. Tingkat pendidikan kepala keluarga berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga.

Jarak rumah konsumen air untuk mencapai air resapan yang sengaja dibangun oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat sendiri sangat mudah dijangkau. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap konsumen air, jarak

rata-rata untuk menuju sumber air adalah 155,59 meter dengan jarak terdekat adalah 5 meter dan jarak terjauh adalah 1 kilometer. Jarak rumah masyarakat ke sumber air tidak berpengaruh terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga. Hal ini dikarenakan pertanyaan yang diberikan mengenai jarak rumah mereka ke sumber air berupa perkiraan mereka sendiri.

Persamaan Permintaan Air Rumah Tangga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa permintaan air dipengaruhi nyata oleh peubah X1 (harga air per meter kubik) dan X3 (jumlah anggota rumah tangga. Sedangkan peubah lainnya tidak begitu berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga yaitu pendapatan per tahun rumah tangga (X2), mata pencarian (X4), tingkat pendidikan kepala rumah tangga (X5), dan jarak rumah konsumen air pada sumber air (X6). Model dan tahapan pengujian dapat dilihat di Lampiran 4. Berdasarkan model terbaik yang dipilih dengan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh persamaan permintaan air rumah tangga di daerah resapan hutang lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk adalah sebagai berikut:

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

Adapun konsumsi air total rumah tangga daerah resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk selama satu tahun adalah konsumsi air rumah tangga (Y) dikalikan dengan jumlah total kepala keluarga dilokasi penelitian. Adapun besarnya pengaruh masing-masing peubah yang digunakan adalah sebagai berikut:

Harga air rumah tangga per meter kubik

Berdasarkan persamaan terbaik yang diperoleh diatas, terlihat bahwa harga air per meter kubik (X1) terhadap jumlah air per meter kubik yang dikonsumsi oleh rumah tangga adalah berbanding terbalik. Artinya bila harga air naik 1% akan menyebabkan jumlah air yang dikonsumsi air turun sebesar 0,0509%. Sebaliknya jika harga air per meter kubik turun 1%, maka konsumsi air naik 0,0509%. Persentase perubahan tersebut sangat kecil, hal ini menunjukan bahwa air sebagai kebutuhan pokok manusia, kendatipun harga air tersebut mahal, masyarakat akan tetap membelinya.

Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa permintaan akan air sesuai dengan hukum permintaan. Seperti barang dan jasa lainnya, air memiliki nilai ekonomi yang permintaannya akan naik bila harga turun. Peningkatan harga berdasarkan metode biaya pengadaan yang dikeluarkan untuk dapat memperoleh air untuk kebutuhan rumah tangga akan menyebabkan permintaan akan air menjadi turun.

Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan dipermukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan mereka tidak lepas dari kebutuhan akan air, bahkan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Tubuh manusia itu sendiri, lebih dari 70% tersusun dari air, sehingga ketergantungannya akan air sangat tinggi. Hal ini terlihat dari kecilnya pengaruh perubahan harga perubahan permintaan akan air. Namun ketersediaan air di alam cukup melimpah

sehingga kesediaan untuk membayar berdasarakan pertanyaan kontingensi yang dilakukan relatif.

Jumlah anggota rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa jumlah rumah tangga berpengaruh nyata positif terhadap konsumsi air rumah tangga. Pengaruh besarnya konsumsi rumah tangga tersebut berdasarkan koefisien persamaan permintaan air terpilih, yaitu jika terjadi peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1% akan menenyebabkan jumlah air yang dikonsumsi naik sebesar 0,822%. Sebaliknya penurunan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1% akan mengakibatkan menurunnya jumlah air yang dikonsumsi rumah tangga tersebut sebesar 0,822% pula.

Peningkatan jumlah anggota rumah tangga akan menyebabkan kurva permintaan akan bergeser ke kanan yang menunjukan permintaan akan air meningkatkan. Dan penurunan jumlah anggota keluarga akan menyebabkan kurva permintaan air bergeser ke kiri yang menunjukan permintaan akan air menurun. Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi aktivitas penggunaan air tersebut untuk kebutuhan masing-masing anggota keluarga, sehingga konsumsi air akan bertambah apabila jumlah anggota keluarganya besar.

Persamaan konsumsi air rumah tangga diperoleh berdasarakan empat model yang diujikan, dimana kriteria dari pemilihan model (Lampiran 4) tersebut adalah simpangan baku sisaan (S), koefisien determinasi (R2), derajat bebas (DF), jumlah kuadrat (SS), kuadrat tengah sisaaan (MSR) terkecil, F hitung > F tabel, dan nilai peluang penerimaan (P) terkecil. Nilai dari kriteria tersebut berdasarkan masing-masing model adalah sbb:

Tabel 8. Kriteria Pemilihan Model Terbaik pada Persamaan Konsumsi Air Model S R2 DF SS MSR F hitung P 1 26,83 67,5% 2 218450 109225 151,71 0,000 2 29,2096 61,5% 2 198996 99498 116,62 0,000 3 0,110601 67,7% 2 3,7504 1,8752 153,3 0,000 4 0,103603 71,7 2 3,9693 1,9846 184,9 0,000

Secara umum, output untuk analisis regresi menyajikan tampilan hasil analisis yang hampir sama walaupun model regresinya berbeda. Output yang dihasilkan terdiri atas empat bagian utama, yakni : 1) persamaan garis regresi, 2) statistik bagi koefisien regresi, 3) statistik bagi model regresi, dan 4) tabel analisis ragam (ANOVA) bagi model regresi (Lampiran 4). Dimana persamaan yang diujikan terdiri dari langkah yaitu persamaan linier, persamaan linier-logaritma, persamaan logaritma-linier, dan persamaan logaritma-logaritma. Pemilihan model terbaik berdasarkan kriteria koefisien determinasi (R2) yaitu suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umumnya dinyatakan dalam persen (%).Selain itu digunakan beberapa kriteria lainnya yaitu standart deviasi (S), menunjukkan simpangan baku dari sisaan model yang merupakan akar kuadrat dari Mean Square Error (kuadrat tengah sisa). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki simpangan baku sisaan (S) yang kecil. Nilai R2 yang digunakan adalah nilai tertinggi, standart deviasi model terkecil, peluang menerima kesalahan (P value) kurang dari 0,05.

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai P bagi Constant adalah 0,00, yang berarti bahwa peluang untuk menerima H0 : β0 = 0 adalah 0,00, atau dengan kata lain, pada taraf nyata 5%, maka H0 ditolak untuk X1 dan 0,05% pada X3.

Sedangkan H1 diterima yaitu kedua variabel tersebut (harga air dan jumlah

anggota rumah tangga) berpengaruh sangat nyata. Jika P ≤ 0.01, yang berarti tolak H0, maka pada taraf nyata (α) 5% kita dapat mengatakan bahwa peranan b0 atau b1

sangat nyata. Jika 0.01 ≤ P ≤ 0.05, yang berarti tolak H0, maka pada taraf nyata (α)

5% kita dapat mengatakan bahwa peranan b0 atau b1 nyata. Jika P ≥ 0.05, yang

berarti terima H0, maka pada taraf nyata (α) 5% dapat dinyatakan bahwa peranan b0 atau b1 tidak nyata (artinya : nilai b0 atau b1 tersebut tidak nyata berbeda dengan

nol).

Koefisien (Coef) pada hasil yang diperoleh, kolom ini mencantumkan koefisien nilai dari b0 (constant) dan b1 (dalam hal ini ). Dari nilai ini dapat

diketahui bahwa koefisien b0= 1,64 dan b1 = -0,05, dan b2 = 0,82. Simpangan

baku sisaan (s) dari model ini cukup kecil, yakni s = 0,10. Koefisien determinasi (R-Sq atau R2) untuk model ini cukup tinggi, yakni R2 = 71,70%. Hal ini berarti bahwa, peubah X1 (harga air) dan X2 (jumlah anggota rumah tangga) dapat menerangkan sebesar 71,70% keragaman dari konsumsi air rumah tangga pertahunya. Constant untuk variabel Y (konsumsi air rumah tangga per tahun), yakni dalam hal ini adalah log b0 = 1,64 dengan simpangan baku 0,08 pada taraf

nyata 5% koefisien regresi ini tidak sama dengan nol sehingga berpengaruh nyata terhadap peubah responnya. Log-X1, yakni merupakan b1 (dalam model umum

regresi linier berganda) memiliki nilai koefisien sebesar -0,05 dengan simpangan baku 0,02 . Dari nilai peluang bagi statistik T= -1,98 , terlihat bahwa pada taraf nyata 5% koefisien ini tidak sama dengan nol sehingga peranan peubah X1 diduga

berpengaruh nyata terhadap peubah responnya. Log-X2, yakni merupakan b2

dengan simpangan baku 0,04. Dari nilai peluang bagi statistik T=17,38, terlihat bahwa pada taraf nyata 5% koefisien ini pun tidak sama dengan nol sehingga peranan peubah X2 (dalam hal ini jumlah anggota rumah tangga) diduga

berpengaruh nyata terhadap peubah responnya.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan untuk mendapatkan persamaan regresi terbaik (Lampiran 4), diperoleh model persamaan permintaan air rumah tangga dalam penelitian ini adalah:

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

Persamaan di atas menjelaskan bahwa untuk mendapatkan besarnya konsumsi air (Y) dirumuskan dengan perhitungan 1,65 dikurangkan 0,0509 dikalikan dengan Ln dari variabel pertama (X1) atau harga air dan dijumlahkan dengan perkalian 0,822 dengan variabel kedua (X2) atau jumlah anggota rumah tangga.

Besarnnya jumlah konsumsi air rumah tangga yang memanfaatkan air resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk adalah jumlah konsumsi air rumah tangga untuk keperluan mandi, masak, dan mencuci yang dikalikan dengan jumlah kepala keluarga yang ada di sekitar resapan air tersebut (populasi).

Model penduga konsumsi air rumah tangga berdasarkan persamaan terpilih, dengan jumlah anggota rumah tangga rata-rata adalah 4,26 (Lampiran 1) maka diperoleh persamaan untuk menduga konsumsi air rumah tangga (Lampiran 7 no. 1) adalah Y = 17,14 X1-0,0509.

Sebuah model dapat menggambarkan kondisi permintaan air rumah tangga apabila diikuti dengan seluruh faktor, termasuk di dalamnya jumlah populasi di lokasi penelitian. Berdasarkan model persamaan permintaan air rumah tangga

dapat dibuat simulasi konsumsi air total pada berbagai harga air yang dijelaskan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Simulasi Model Konsumsi Air Total Air Resapan Gunung Sinabung dan Hutan TWA Deleng Lancuk pada Berbagai Harga.

No Harga (Rp/m3) Konsumsi Air (m3/thn) Konsumsi Air Total (m3/thn)

1 200 13,08 7761,45 2 400 12,63 7492,39 3 600 12,37 7339,35 4 800 12,19 7232,66 5 1000 12,05 7150,97 6 1200 11,94 7084,92 7 1400 11,85 7029,55 8 1600 11,77 6981,93 9 1800 11,70 6940,20 10 2000 11,64 6903,08 Keterangan: Konsumsi Air Y = 17,14 X1-0,0509

Y = Konsumsi Air Rumah Tangga X1 = Harga

Konsumsi Air Total = Konsumsi Air Rumah Tangga x 593

Penilaian harga air per meter kubik dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan biaya pengadaan berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut selama satu tahun dan pendekatan metode pertanyaan kontingensi yaitu kesediaan untuk membayar apabila air tersebut tidak tersedia bagi masyarakat. Nilai yang diperoleh berdasarkan metode biaya pengadaan dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh rata-rata harga air Rp. 61,6,- hingga Rp. 3.568,62,-. Nilai tersebut dinilai sangat kecil, hal ini dikarenkan mudahnya masyarakat untuk memperoleh air tersebut dan kecilnya nilai yag dikorbankan untuk dapat mengkonsumsi air tersebut. Pendekatan selanjutnya adalah berdasarkan metode pertanyaan pengandaian apabila air tersebut tidak

tersedia. Berdasarkan metode ini nilai air rata-rata antara Rp. 2.000,- hingga Rp. 62.571,42,-. Nilai tersebut jauh lebih besar bila dibadingkan dengan biaya pengadaan pada metode pertama. Hal ini dikarenakan besarnya manfaat yang dirasakan dari keberadaan air tersebut daripada nilai air tersebut.

Uji normalitas dan heteroditas data

Uji normalitas data adalah uji untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa data terdistribusi normal, mendekati garis linier (Lampiran 5). Hal ini menunjukan bahwa nilai error atau residual terdistribusi normal. Sehingga dapat dikatakan model regresi terpilih (persamaan keempat) untuk menduga konsumsi air rumah tangga memenuhi syarat normalitas data, yaitu data tersebar disekitar garis rata-rata.

Uji heteroditas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan dengan pengamatan lain. Apabila tidak ada pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroditas (Lampiran 5). Berdasarakan hasil uji yang dilakukan terlihat bahwa data konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga persamaan regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi variabel terikat.

Kurva konsumsi air rumah tangga

Kurva konsumsi air rumah tangga menggambarkan volume air yang dikonsumsi setiap rumah tangga (m3) pada harga yang diperoleh dari biaya

pengadaan (Rp/ tahun). Nilai tersebut berdasarkan persamaan Y = 17,14 X1-0,0509. Berdasarkan biaya pengadaan, besarnya konsumsi air rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10 berikutdan kurva permintaan pada Gambar 1.

Tabel 10. Model Data Pembentuk Kurva Permintaan Air Rumah Tangga dari Resapan Gunung Sinabung dan Hutan TWA Deleng Lancuk.

Konsumsi Air (m3/thn) Harga (Rp/m3)

13,55 100 13,08 200 12,63 400 12,19 800 11,77 1600 11,36 3200 10,97 6400 10,59 12800 10,22 25600 9,86 51200 9,49 110400 15 14 13 12 11 10 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 Konsumsi A ir (m3/thn) H ar ga ( R p/ m 3)

Kurva Permintaan Air Rumah Tangga

Gambar 1. Kurva Permintaan Air Sektor Rumah Tangga

Kurva permintaan air yang terbentuk tidak menyinggung sumbu absis maupun sumbu ordinatnya. Hal ini menunjukan bahwa besarnya nilai air tersebut bagi kehidupan manusia. Air sebagai kebutuhan vital manusia sehingga pemenuhan akan kebutuhan tersebut harus dilakukan. Penurunan harga akan mendekati nol yang menyebabkan jumlah air yang dikonsumsi oleh rumah tangga medekati tak terbatas, hal ini dapat menyebabkan pemborosan air. Namun setiap

rumah tangga memiliki marginal utily yang mengakibatkan titik jenuh penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga.

Harga dan konsumsi air sektor rumah tangga

Kebutuhan akan air untuk sektor rumah tangga akan menimbulkan harga yang terbentuk atas dasar biaya pengadaan yang meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut baik biaya operasional, biaya pengadaan, maupun biaya perawatan. Selain itu harga air per meter kubik dapat ditentukan melalui metode kontingensi yaitu pertanyaan pengandaian berapa harga/ biaya yang akan dikeluarkan apabila air tersebut tidak tersedia. Hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut seperti terdapat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Harga dan Konsumsi Air Rumah Tangga Berdasarkan Metode Biaya

Pengadaan dan Kontingensi.

No Harga

(Rp/ m3)

Konsumsi Air Rumah Tangga (m3/ thn)iii)

Konsumsi Air Total RT

Dokumen terkait