• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Ekonomi Air Resapan Hutan Lindung Gunung Sinabung Dan Twa Deleng Lancuk Untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Ekonomi Air Resapan Hutan Lindung Gunung Sinabung Dan Twa Deleng Lancuk Untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Daftar Isian Konsumen Air Rumah Tangga Selama Satu Hari

Nama Waktu Takaran Gayung

1 2 3 4 5 6 7 8 Pagi

Siang

Sore

(2)

Lampiran 1. Lanjutan Kegiatan RT

(mandi,mesak,cuci)

Waktu Takaran Ember

1 2 3 4 5 6 7 8 Pagi

Siang

Sore

(3)

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian

KUISIONER INSTRUMEN PENELITIAN

NILAI EKONOMI AIR RESAPAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SINABUNG DAN TAMAN WISATA ALAM (TWA) DELENG LACUK UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR

RUMAH TANGGA

(Studi kasus di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo)

Nama Reponden

:

Desa

:

Hari/tanggal

:

PENELITI

NAMA : DEDEK WAHYUNI

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Lampiran 2. Lanjutan

Tujuan dari pengisian kuisioner (angket) ini adalah untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama penelitian. Oleh karena itu diharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk memberikan informasi yang sebenarnya demi keakuratan dari penelitian ini.

DAFTAR KUISIONER RUMAH TANGGA

1. Nama Kepala Keluarga :

2. Desa :

3. Berapa jumlah keseluruhan anggota keluarga yang tinggal menetap?

(…….. Orang)

No Nama Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Per Bulan 1

2 3 4 5 6 7 8

4. Dari anggota rumah tangga adakah yang memiliki pekerjaan tambahan? (tidak ada/ada)

No Nama Pekerjaan

Tambahan

Pendapatan Per Bulan

1 2 3

(5)

Lampiran 2. Lanjutan

6. Jika berasal dari air resapan, berapa panjang dan lebar bak penampung air Anda?

(……X…..Meter)

Berapa kali pengisian bak tersebut dalam sehari hingga penuh?

(…..kali)

Berapa jarak rumah Anda ke sumebr air resapan tersebut?

(…..meter)

7.Bila Anda mengambil air dari mata air dan tempat pemandian umum. Berapakah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai air tersebut?

(……..menit/jam*)

8.Bila Anda memperoleh air dari tempat pemandian umum, berapa lama waktu yang digunakan?

(……..menit/jam*)

9.a)Jika Anda memperoleh air dari air resapan. Berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan alat mengkonsumsi air dalam pengambilan air tersebut?

(Rp……….)

b).Adakah biaya lain yang dikeluarkan untuk mendapatkan air tersebut dalam setahun?

(Jika ada, Rp……..)

10.Apabila Anda tidak diperbolehkan melakukan MCK selama satu hari, baik di rumah maupun tempat lain Anda ,memperoleh air. Berapakah Saudara Mau Membayar untuk dapat melakuakan hal itu?

a. Rp 5000;-per hari b. Rp 3000;-per hari b. Rp 1000;-per hari b. Rp 500;-per hari

11.Berapakah Saudara bersedia membayar untuk mendapatkan segelas air untuk minum apabila anda dilarang minum?

(6)

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Persamaan Regresi Minitab

(7)

Lampiran 4. Lanjutan

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

c. Persamaan Regresi Ketiga

The regression equation is

Y = 40,1 - 0,0114 X1 + 0,000002 X2 + 19,8 X3 - 9,08 X4

(8)

X1 -0,011371 0,004492 -2,53 0,012

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(9)

Total 148 323563

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(10)

44 291 240,90 214,75 6,63 26,15 1,01 X

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(11)

110 3,32 47,45 -8,77 8,11 56,22 2,12R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

Lampiran 4. Lanjutan

(12)

c. Persamaan Regresi Ketiga

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(13)

Source DF SS MS F P

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(14)

48 2,66 210,00 129,45 2,74 80,55 2,77R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

Lampiran 4. Lanjutan Residual Error 142 1,73265 0,01220

(15)

85 117 2,40739 2,50964 0,04327 -0,10225 -1,01 X

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

b. Persamaan Regresi Kedua Residual Error 143 1,73417 0,01213

(16)

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

c. Persamaan Ketiga Residual Error 144 1,73566 0,01205

Total 148 5,53638

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(17)

X3 0,085105 0,006536 13,02 0,000

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(18)

Unusual Observations

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

4. Persamaan Logaritma-Logaritma Residual Error 142 1,48480 0,01046

(19)

Obs Ln X1 Ln Y Fit SE Fit Residual St Resid

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

b. Persamaan Kedua Residual Error 143 1,48527 0,01039

(20)

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

c. Persamaan Ketiga

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

d. Persamaan Keempat

The regression equation is

(21)

Predictor Coef SE Coef T P

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

(22)

Source DF Seq SS Ln X1 1 0,7260 Ln X3 1 3,2433

Unusual Observations

Obs Ln X1 Ln Y Fit SE Fit Residual St Resid 26 2,62 2,36847 2,01060 0,00890 0,35788 3,47R 48 2,66 2,32222 2,08859 0,00973 0,23363 2,27R 106 2,84 1,46538 1,50484 0,02853 -0,03946 -0,40 X 110 3,32 1,67624 1,48001 0,02837 0,19623 1,97 X 114 2,86 1,70842 1,50362 0,02839 0,20481 2,06RX 123 3,55 1,40654 1,46837 0,03015 -0,06183 -0,62 X 128 2,97 1,46538 1,49821 0,02794 -0,03283 -0,33 X 131 2,17 1,90472 2,11307 0,01596 -0,20835 -2,04R 132 3,22 1,73838 2,06008 0,01715 -0,32170 -3,15R 133 2,57 1,86332 2,09304 0,01005 -0,22972 -2,23R 134 3,14 1,90472 2,12920 0,01785 -0,22449 -2,20R 139 2,21 1,90472 2,17639 0,01585 -0,27168 -2,65R 140 2,56 1,81757 2,09332 0,01009 -0,27575 -2,67R 141 2,53 1,76641 2,01508 0,00982 -0,24867 -2,41R

(23)

Lampiran 5. Uji Kenormalan dan Heterokedasitas Model pada Minitab

Normal Probabilit y Plot Versus Fit s

(24)
(25)
(26)

Lampiran 6. Model Terpilih Pendugaan Konsumsi Air Rumah Tangga

1. Persamaan konsumsi air rumah tangga (Persamaan Logaritma-logaritma no.5) Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln (4,26)

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 (1,449)

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 1,191

Ln Y = 2,841635- 0,0509 Ln X1

Y = (2,71828)2,841635- 0,0509 Ln X1 = 17,14 - 0,0509 Ln X1

Y = 17,14 X1-0,0509

2. Dengan kata lain nilai X1 berdasarkan model terpilih adalah:

0,0509 Ln X1 = 2,841635 - Ln Y Ln X1

=

,

,

, Ln Y

Ln X1 = 55,821 – 19,646 Ln Y

X1 = (2,71828)55,821– 19,646 Ln Y

X1 =174,878 . 1022 . Y-19,646

3. Persamaan nilai manfaat air:

NMAi = [∫� �� ��� ] + Hmaks + Ymin

F (X1) = ∫� �� ��� , . 1022 . Y-19,646

=

[

, . 4 . �− 9,646+

− , +

]

� �

� ���

=

[− ,

.

.

− ,

]

� �� ���

= {− , . . ��� − , } - {− , . . − , }

(27)

Lampiran 7. Nilai Manfaat Air dari Konsumen Air Rumah Tangga di Resapan Air Hutan Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk.

(28)
(29)
(30)

Lampiran 7. Lanjutan

Total 106560,4 1742949,5 1855,8 1606,4 19243516,4 1291840,8 17951675,6

Rata-rata

(31)

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian di Kawasan Resapan Air Hutan Lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk

(a)

(32)

Lampiran 6. Lanjutan

Gambar 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian: (a) Hutan lindung Gunung Sinabung, (b) Taman Wisata Alam Deleng Lancuk tampak atas, (c) Wawancara dengan masyarakat.

(33)

Lampiran 6. Lanjutan

(b)

Gambar 2. Konsumsi Air Rumah Tangga di Sarana Pemandian Umum: (a) Air untuk kebutuhan minum, (b) Air untuk kebutuhan cuci.

(34)

Lampiran 6. Lanjutan

(b)

Gambar 3. Peralatan untuk Mengkonsumsi Air: (a) Ember 19 liter, (b) Ember 40 liter.

(35)

Lampiran 6. Lanjutan

(b)

(c)

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Badan Planologi. 2004. Data dan Informasi Kehutanan Propinsi Sumatera Utara 2002. Departemen Kehutanan. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Namanteran dalam Angka. BPS. Medan. Bishop, J. T. 1999. Valuing Forests : A Review of Methods and Applications in

Developing Countries. International Institute for Environment and Development. London.

Darusman, D. 1993. Nilai Ekonomi Air untuk Pertanian dan Rumah Tangga: Studi Kasus di Sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Permasalahan Air di Indonesia di ITB, 28 - 29 Juli 1993.

Davis, L. S and Johnson, K. N. 1987. Forest Management 3 rd Edition. Mc

Graw- Hill Book Company. New York.

Entjang, I. 1985. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Alumni. Bandung.

Fauzi, A. 1999. Memilih Persamaan Regresi Terbaik dan Pendeteksian Pengamatan yang Berpengaruh. Jurnal Logika Vol. 3 [ ]. Hal. 2.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Pelaporan Nilai Perolehan Air (NPA) Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka . Jakarta.

Genoya, dkk. 2007. Nilai Ekonomi Air di Sub Das Konto dan Sub Das Cirasea. IPB. Bogor.

Hadipuro, W. 2000. Valuasi Air. Unika Sogijapranata. Semarang.

James, R. F. 1991. Wetland Valuation : Guidelines and Techniques. Asian Wetland Bureau-Indonesia. Bogor.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. The World Bank. Washington DC.

Nurfatriani, F. 2000. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian Sumber Daya Hutan. Puslit Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor.

(38)

Setiawan, N. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. UNPAD. Bandung.

Soerjono, R. 1987. Peran Serta Hutan dalam Menambah Air dalam Pengelolaan DAS. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jakarta.

Sulistiono, N dan Bejo, S. 2003. Pendugaan Model Nilai Ekonomi Air untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga Di Kawasan Resapan Air Sibolangit. Prosiding Semiloka Pengelolaan dan Pembentukan Forum DAS Wampu Sei ULar. 03 Oktober 2007. Medan.

Sundayana, R. 2004. Teknik Sampling Dalam Penelitian. Amik. Garut. Supranto, J. 2001. Teknik Sampling. Erlangga. Jakarta.

Suryamojo, H. 2004. Peran Hutan sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. UGM Press. Yogyakarta.

Sutawan, N. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Pertanian Berkelanjutan. Universitas Udayana. Bali.

Widada dan Darusman, D. 2004. Nilai Ekonomi Air Domestik dan IrigasiPertanian : Studi Kasus di Desa-Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 1 : 15-27.

Widiyastutik, E., Nugroho, B., Kartodihardjo, H. 2010. Nilai Manfaat Total Gerhan di Sub DAS Tirto Jawa Tengah. J urnal Manajemen Hutan Ttropika Vol. XVI [ ]. Hal. 2.

(39)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini memenuhi kebutuhan air rumah tangga mata air yang berasal dari resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk. Penelitian di lapangan dilaksanakan bulan Desember 2011 sampai Maret 2012.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa satu buah kamera digital, dan software Microsoft Word 2007, sotfware Minitab versi 15. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuisioner sebagai bahan wawancara secara langsung terhadap masyarakat serta peralatan sehari-hari yang digunakan untuk mengkonsumsi air sperti gayung, timba, dan ember.

Defenisi dan Batasan Penelitian

Adapun batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Daerah resapan air hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk merupakan wilayah yang berada di Desa Kuta Gugung, dan Sigarang Garang yang menampung air hujan dan air resapan yang mengalir menjadi sumber air resapan.

b. Air resapan yang menjadi objek penelitian adalah air yang berasal dari sub

surface run off yaitu aliran bawah permukaan merupakan bagian dari

(40)

bawah permukaan tanah dan menuju alur sungai sebagai rembesan maupun mata air.

b. Sumber air yang berasal dari resapan air hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat baik untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikananan, maupun kegiatan wisata. Namun yang menjadi objek kajian peneliti adalah besar nilai air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.

c. Batasan penelitian adalah desa yang pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga yang berada disekitar resapan air hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan TWA Deleng Lancuk yang tidak menggunakan air sumur untuk pemenuhan kebutuhan air rumah tangganya, sedangkan masyarakat yang menggunakan air sumur tidak termasuk dalam objek penelitian.

d. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik yang biasanya tinggal bersama serta makan dalam satu dapur. e. Biaya pengadaan adalah biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga selama

periode waktu tertentu untuk mendapakan air. Dalam penelitian ini biaya pengadaan dihitung selama 1 tahun.

f. Nilai manfaat air adalah nilai yang diperoleh dari luasan pada kurva permintaan yang telah diperoleh.

g. Nilai ekonomi air adalah nilai barang dan jasa yang diestimasi menjadi nilai uang yang dikeluarkan untuk pengadaan air.

(41)

Pengumpulan Data

Berikut adalah penjelasan diagram alir metode penelitian: 1. Studi Literatur

Bertujuan untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan perhitungan ekonomi sumber daya air, dokumentasi dan literatur lain yang mendukung baik dari buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan lain-lain.

2. Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh melaui kuisioner berupa konsumsi air domestik (rumah tangga) meliputi air untuk kebutuhan minum dan memasak, air untuk mandi dan mencuci, serta untuk kakus. Harga air didasarkan pada pendekatan biaya pengadaan, yaitu korbanan yang harus dikeluarkan untuk dapat mengkonsumsi/menggunakan air tersebut (Darusman, 1993). Total nilai ekonomi air domestik didasarkan pada konsumsi air domestik per kapita sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang air domestiknya bersumber dari resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk. Mengumpulkan data biaya pembangunan sarana pengaturan air dari mata air pada rumah tangga dan tempat-tempat umum dalam hal pemakaian sumber daya air, biaya perawatan dan biaya operasi selama satu tahun.

2.1 Metode Pengambilan Data

(42)

dengan memperhatikan keterwakilan contoh dan sesuai tujuan pengambilan data yang dibutuhkan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Jumlah konsumsi air rumah tangga selama satu hari satu malam.

b. Biaya pengadaan yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

c. Pendapatan total rumah tangga selama satu tahun. d. Jumlah anggota rumah tangga.

e. Mata pencarian kepala rumah tangga.

f. Pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga. g. Pertanyaan kontingensi dengan Willingness to Pay.

h. Jumlah rumah tangga yang tercakup ke dalam wilayah penelitian. i. Pendapatan rumah tangga rata-rata di wilayah penelitian.

j. Jumlah anggota rumah tangga rata-rata di wilayah penelitian. k. Jarak rumah ke sumber air.

l. Mata pencarian rata-rata kepala rumah tangga di wilayah penelitian. m.Pendididkan rata-rata rumah tangga di wilayah penelitian.

n. Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah penelitian. o. Keadaan umum setempat.

Metode Pengambilan Contoh

(43)

statifikasi dengan memperhatikan keterwakilan contoh. Dengan teknik pengambilan contoh secara stratifikasi, yaitu penarikan contoh acak berlapis dengan rancangan penarikan contoh acak yang membagi N unit dari populasi ke dalam L strata yang tidak saling tumpang tindih, sehingga setiap strata memiliki

Ni unit (i = 1, 2, ..., L). Dimana keterwakilan contoh tersebut dihitung dengan

menggunakan rumus Slovin.

Agar sampel yang diambil dapat mewakili jumlah populasi, maka digunakan rumus Slovin yaitu, sbb:

� = �. � +

Dimana:

n = ukuran sampel/ jumlah rumah tangga (orang) N = ukuran populasi/ jumlah total rumah tangga(orang) d = galat pendugaan(dalam hal ini digunakan 10%)

Oleh karena lingkup penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, maka teknik pengumpulan sampelnya menggunakan cara stratifikasi, dimana peneliti memakai berbagai pertimbangan, yaitu berdasarkan konsep teori yang digunakan serta keingintahuan dari pada penelitian tentang karakteristik pribadi dari obyek yang diteliti.

Pengolahan Data

1. Karakteristik konsumen air

(44)

dari sumber air. Kemudian data karakteristik tersebut dibuat dalam bentuk tabulasi-tabulasi.

2. Peubah persamaan permintaan air

a. Pengukuran konsumsi air

Besarnya konsumsi air rumah tangga dihitung dengan cara menakar jumlah air yang digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga selama satu hari satu malam. Penakaran yang digunakan berdasarkan media yang digunakan oleh konsumen seperti bak penampung air, yang dihitung dengan menghitung volume bak tersebut dan berapa banyak air yang digunakan. Media lain yang digunakan adalah ember dan gayung konsumen, baik untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus, dan masak.

b. Penentuan harga air

Penentuan harga air per meter kubik menurut Sulistiono dan Bejo (2003), dapat ditentukan dengan dua cara yakni: membagi biaya pengadaan dengan jumlah air yang dikonsumsi, yaitu:

H = BP/KA Dimana :

H : Harga air (Rp/m3)

BP : Biaya Pengadaan (Rp/tahun) KA : Konsumsi Air (M3/tahun)

(45)

b.1 Berdasarkan metode kontingensi

Metode ini berdasarkan pertanyaan pengandaian yang diberikan pada masyarakat berapa kesediaan masyarakat untuk membayar apabila mata air tersebut tidak ada. Hasil jawaban pertanyaan ini dirata-ratakan sehingga diperoleh harga air untuk setiat meter kubiknya.

c. Pendugaan persamaan konsumsi air

Persamaan konsumsi air rumah tangga didekati dengan pendugaan

melalui analisis regresi berganda sebagaimana hasil penelitian pendugaan persamaan konsumsi air Sulistiyono dan Bejo (2003) dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6

Dimana:

Y = Konsumsi air rumah tangga per tahun a = Intersep

b = Slope kemiringan

X1 = Harga air setiap meter kubik berdasarkan biaya pengadaan (Rp/m3)

X2 = Pendapatan rata-rata rumah tangga selama satu tahun (Rp/m3)

X4 = Jumlah anggota rumah tangga (orang)

X4 = Mata pencarian (Dummy Variabel)

Score 1 bila petani Score 0 bila buka petani

X5 = Tingkat pendidikan rata-rata anggota rumah tangga

(46)

Score 12 bila lulus SMA

X6 = Jarak rumah responden dengan sumber air (meter)

Untuk melihat model terbaik yang akan digunakan berdasarkan masing-masing variabel di atas, maka dicobakan persamaan 4 model pendugaan persamaan konsumsi air sebagai berikut:

1. Persamaan linier

Y = a + b1X1 + b2X2 + ...+ b6X6

2. Persamaan linier-logaritma

Y = a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ...+ b6 ln X6

3. Persamaan logaritma-linier

ln Y = a + b1 X1 + b2X2 + ...+ b6X6

4. Persamaan logaritma-logaritma

ln Y = a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ...+ b6 ln X6

Untuk mendapatkan model terbaik dipilih berdasarkan kriteria model penduga yang mempunyai determinasi (R2) tertinggi, standart deviasi model

penduga yang kecil, peluang menerima kesalahan (P value) kurang dari 0.05 memenuhi sifat kenormalan sisaan dan sifat keaditifan model (Hartono, 2004).

(47)

d. Nilai Manfaat Air

Nilai manfaat air diperoleh dari kurva permintaan dimana nilai manfaat air diperoleh dari nilai invers pada persamaan model penembahan harga pada metode kontingensi dan konsumsi air minimun berdasarkan model yang terpilih. Berdasarkan model terpilih tersebut, maka dapat dihitung nilai dari masing-masing variabel. Nilai variabel yang digunakan untuk nilai manfaat air adalah harga air pada model (X1) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

NMAi = [∫� �� ���� ] + Hmaks . Ymin

F (X1) = ∫� �� ���

NMAtotal = NMArata-rata x Jumlah populasi

Perhitungan biaya konsumsi air rumah tangga (BKA) BK = Hmin x Hmax

BKAtotal = BKArata-rata x Jumlah Populasi

Perhitungan surplus konsumsi air rumah tangga (SKA) :

SKAtotal = NMAtotal - BKAtotal

Dimana

Hmax = Harga rata-rata berdasarkan metode kesediaan untuk

membayar (Willingness to pay) (Lampiran 2)

Hmin = Harga rata-rata berdasarkan metode biaya pengadaan

(Lampiran 7)

Ymin = Konsumsi air minimum (Rp/ m3) (Lampiran 7)

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Masyarakat di Wilayah Studi

Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang merupakan desa yang berada di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan kawasan desa yang dikelilingi oleh hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Karo tahun 2010 bahwa luas kawasan hutan di Kabupaten Karo adalah 125.536,5 ha, dengan rincian hutan lindung/ protection

forestry adalah 98.644,50 ha, hutan suaka alam/ sanctuary forestry adalah 7,00 ha,

hutan produksi terbatas/ limit production adalah 11.293,00 ha, hutan produksi/

production forestry 15.592 ha, dan tidak terdapat hutan konservasi/ conservation

forestry. Dimana luas hutan di Kabupaten Karo tidak mengalami perubahan sejak

tahun 2008. Sedangkan luas hutan yang menjadi daerah resapan pada Kecamatan Naman Teran adalah 435 ha dari Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk, dan 13.844 ha yang merupakan hutan lindung Gunung Sinabung.

(49)

Tabel 1. Luas Desa, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi

No. Nama Desa Luas Desa

(km2)

Jumlah (Jiwa) Kepadatan Penduduk

(Jiwa/ km2)

1 Kuta Gugung 8,94 828 92,62

2 Sigarang-garang 7,54 1539 204,11

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Tabel 2. Banyaknya Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Laki-laki maupun Perempuan di Wilayah Studi

Komposisi Penduduk

No. Nama Desa Jumlah Rumah tangga Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kuta Gugung 213 396 432 828

2 Sigarang-garang 380 740 799 1539

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang dikelilingi oleh hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk. Resapan air dari kedua hutan tersebut mengalir ke Lau Kawar dan sebagian menjadi air resapan yang dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terdapat tiga tempat pemandian umum yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten Karo yaitu satu tempat pemandian umum berada di Desa Kuta Gugung dan dua lagi berada di Desa Sigarang Garang. Sedangkan desa lain di Kecamatan Naman Teran memperoleh air dengan cara yang berbeda dan sebagian telah menggunakan sumur.

Karakteristik Masyarakat Pengguna Air di Wilayah Studi

(50)

masyarakat pengguna air terhadap sumber air. Kemudian keseluruhan data tersebut dibandingkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

Pendapatan seluruh anggota rumah tangga

Tingkat pendapatan per bulan seluruh anggota rumah tangga dikelompokan atas tiga kelompok pendapatan, yaitu pendapatan kurang dari Rp. 5,- juta per tahun, antara Rp. 5,- juta sampai Rp. 10,- juta per tahun, dan pendapatan lebih dari Rp. 10,- juta per tahun.

Tabel 3. Persentase Pendapatan Seluruh Anggota Rumah Tangga Konsumen Air pada Dua Desa yang Memanfaatkan Air Untuk Kebutuhan Rumah Tangga dari Resapan Air Hutan Sinabung dan Danau Lau Kawar.

No. Pendapatan (Juta Rupiah/ tahun) Jumlah Rumah Tangga (KK) Persentase

1 < 5 5 3,36%

2

3

5-10

>10

61

104

40,94%

55,70%

Jumlah 149 100,00

Pendapatan rata-rata seluruh anggota rumah tangga per keluarga adalah Rp. 12.329.127,5,- per tahun atau sekitar Rp 1.027.427,- per bulan. Penghasilan tersebut merupakan total penghasilan tiap individu dalam suatu rumah tangga yang hidup dalam satu rumah.

Jumlah anggota rumah tangga

(51)

orang. Hasil persentase dari jumlah anggota rumah tangga tersebut terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Anggota Rumah Tangga Konsumen Air Sektor Rumah Tangga

Jumlah Aggota Rumah Tangga

(Orang)

Jumlah Persentase (%)

< 4 18 12,08

4-6 101 67,79

> 6 30 20,13

Jumlah 149 100,00

Mata pencarian kepala keluarga

Mata pencarian kepala keluarga dalam hal ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu petani dan non petani, berdasarkan data BPS tahun 2010 lebih dari 90% penduduk dikedua desa tersebut bekerja sebagai petani dan masyarakat lainya bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri sipil (PNS), pegawai swasta, dan profesi lainnya. Data mata pencarian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Mata Pencarian Pengguna Air Sektor Rumah Tangga

No. Mata Pencarian Jumlah KK Persentase (%)

1 Petani 129 86,58

2 Non Petani 20 13,42

Jumlah 140 100,00

(52)

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga. Tingkat pendidikan tersebut dibagi atas 4 kelompok, yaitu tamatan SD, SMP/ sederajat, serta SMA atau perguruan tinggi. Besarnya persentase tingkat pendidika ini disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Konsumen Air Rumah Tangga

No. Pendidikan Kepala Rumah Tangga Jumlah KK Persentase (%)

1 SD 48 32,21

2 SMP 58 38,93

3 SMA/ Perguruan Tinggi 43 28,86

Jumlah 149 100,00

Jarak dengan sumber air

Sumber air yang dimaksud adalah air aliran Danau Lau Kawar serta tempat pemandian umum yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Karo maupun tempat resapan air yang dibuat oleh masyarakat. Masyarakat di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang seluruhnya menggunakan air dari resapan air tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak terdapat masyarakat yang menggunakan air sumur. Hal ini dikarenakan mudahnya memperoleh air resapan tersebut maupun air yang berasal dari aliran Danau Lau Kawar.

(53)

Tabel 7. Jarak antara Tempat Tinggal Konsumen Air dengan Sumber Air

No. Jarak dengan sumber air (m) Jumlah KK Persentase (%)

1 < 11 6 4,03

2 11-100 91 61,07

3 100-500 43 28,86

4 >500 9 6,04

Jumlah 149 100%

Jarak rumah responden dengan sumber air sebagian besar antara 11-100 meter. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat dapat memperoleh air dengan mudah, baik itu air yang berasal dari tempat pemandian umum, aliran air Danau Lau Kawar, maupun air yang berasal dari pipa yang sengaja dipasang oleh masyarakat untuk mengkonsumsi air resapan tersebut.

(54)

Besarnya pendapatan rata-rata per tahun masyarakat berdasarkan penelitian yang dilakuakan berkisar Rp. 6.164.563,75,- dengan pendapatan terendah adalah Rp. 1.500.000,- per tahun, dan pendapatan tertinggi adalah Rp. 21.000.000,- per tahun. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa persentase tingkat pendapatan rumah tangga sebesar Rp. 5,- juta hingga Rp. 10,- juta per tahun adalah 40,94%, persentase tertinggi adalah pada tingkat pendapatan per tahun di atas Rp. 10,- juta yaitu 55,70%, sedangkan persentase terendah adalah pada tingkat pendapatan pertahun dibawah Rp. 5,- juta. Masyarakat umumnya memperoleh pendapatan tersebut sebagai petani dengan hasil per hari adalah Rp. 30.000,- sampai Rp. 40.000,-.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan kepala keluarga terbesar adalah tamat SMP yaitu 38,93%, sedangkan kepala keluarga yang tamat SMA atau perguruan tinggi hanya 28,86%, dan selebihnya adalah tamat SD yaitu sebesar 32,21%. Tingkat pendidikan masih tergolong cukup rendah jika dibandingkan dengan penelitian Sulistiyono dan Slamet (2003) sebesar 41,67 % kepala keluarga lulus SMA atau perguruan tinggi. Dengan kekurangan tersebut, sulit untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan dalam pertanyaan kontingensi yaitu apabila sumber air yang digunakan selama ini tidak tersedia karena masyarakat mengatakan tidak pernah terjadi kekurangan air sepanjang tahun. Tingkat pendidikan kepala keluarga berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga.

(55)

rata-rata untuk menuju sumber air adalah 155,59 meter dengan jarak terdekat adalah 5 meter dan jarak terjauh adalah 1 kilometer. Jarak rumah masyarakat ke sumber air tidak berpengaruh terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga. Hal ini dikarenakan pertanyaan yang diberikan mengenai jarak rumah mereka ke sumber air berupa perkiraan mereka sendiri.

Persamaan Permintaan Air Rumah Tangga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa permintaan air dipengaruhi nyata oleh peubah X1 (harga air per meter kubik) dan X3 (jumlah

anggota rumah tangga. Sedangkan peubah lainnya tidak begitu berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi air rumah tangga yaitu pendapatan per tahun rumah tangga (X2), mata pencarian (X4), tingkat pendidikan kepala rumah tangga (X5),

dan jarak rumah konsumen air pada sumber air (X6). Model dan tahapan

pengujian dapat dilihat di Lampiran 4. Berdasarkan model terbaik yang dipilih dengan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh persamaan permintaan air rumah tangga di daerah resapan hutang lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk adalah sebagai berikut:

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

(56)

Harga air rumah tangga per meter kubik

Berdasarkan persamaan terbaik yang diperoleh diatas, terlihat bahwa harga air per meter kubik (X1) terhadap jumlah air per meter kubik yang dikonsumsi

oleh rumah tangga adalah berbanding terbalik. Artinya bila harga air naik 1% akan menyebabkan jumlah air yang dikonsumsi air turun sebesar 0,0509%. Sebaliknya jika harga air per meter kubik turun 1%, maka konsumsi air naik 0,0509%. Persentase perubahan tersebut sangat kecil, hal ini menunjukan bahwa air sebagai kebutuhan pokok manusia, kendatipun harga air tersebut mahal, masyarakat akan tetap membelinya.

Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa permintaan akan air sesuai dengan hukum permintaan. Seperti barang dan jasa lainnya, air memiliki nilai ekonomi yang permintaannya akan naik bila harga turun. Peningkatan harga berdasarkan metode biaya pengadaan yang dikeluarkan untuk dapat memperoleh air untuk kebutuhan rumah tangga akan menyebabkan permintaan akan air menjadi turun.

(57)

sehingga kesediaan untuk membayar berdasarakan pertanyaan kontingensi yang dilakukan relatif.

Jumlah anggota rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa jumlah rumah tangga berpengaruh nyata positif terhadap konsumsi air rumah tangga. Pengaruh besarnya konsumsi rumah tangga tersebut berdasarkan koefisien persamaan permintaan air terpilih, yaitu jika terjadi peningkatan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1% akan menenyebabkan jumlah air yang dikonsumsi naik sebesar 0,822%. Sebaliknya penurunan jumlah anggota rumah tangga sebesar 1% akan mengakibatkan menurunnya jumlah air yang dikonsumsi rumah tangga tersebut sebesar 0,822% pula.

Peningkatan jumlah anggota rumah tangga akan menyebabkan kurva permintaan akan bergeser ke kanan yang menunjukan permintaan akan air meningkatkan. Dan penurunan jumlah anggota keluarga akan menyebabkan kurva permintaan air bergeser ke kiri yang menunjukan permintaan akan air menurun. Banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi aktivitas penggunaan air tersebut untuk kebutuhan masing-masing anggota keluarga, sehingga konsumsi air akan bertambah apabila jumlah anggota keluarganya besar.

(58)

Tabel 8. Kriteria Pemilihan Model Terbaik pada Persamaan Konsumsi Air

Model S R2 DF SS MSR F hitung P

1 26,83 67,5% 2 218450 109225 151,71 0,000

2 29,2096 61,5% 2 198996 99498 116,62 0,000

3 0,110601 67,7% 2 3,7504 1,8752 153,3 0,000

4 0,103603 71,7 2 3,9693 1,9846 184,9 0,000

Secara umum, output untuk analisis regresi menyajikan tampilan hasil analisis yang hampir sama walaupun model regresinya berbeda. Output yang dihasilkan terdiri atas empat bagian utama, yakni : 1) persamaan garis regresi, 2) statistik bagi koefisien regresi, 3) statistik bagi model regresi, dan 4) tabel analisis ragam (ANOVA) bagi model regresi (Lampiran 4). Dimana persamaan yang diujikan terdiri dari langkah yaitu persamaan linier, persamaan linier-logaritma, persamaan logaritma-linier, dan persamaan logaritma-logaritma. Pemilihan model terbaik berdasarkan kriteria koefisien determinasi (R2) yaitu suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umumnya dinyatakan dalam persen (%).Selain itu digunakan beberapa kriteria lainnya yaitu standart deviasi (S), menunjukkan simpangan baku dari sisaan model yang merupakan akar kuadrat dari Mean Square Error (kuadrat tengah sisa). Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki simpangan baku sisaan (S) yang kecil. Nilai R2 yang digunakan adalah nilai tertinggi, standart deviasi model terkecil, peluang menerima kesalahan (P value) kurang dari 0,05.

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai P bagi Constant adalah 0,00, yang berarti bahwa peluang untuk menerima H0 : β0 = 0 adalah 0,00, atau dengan

(59)

Sedangkan H1 diterima yaitu kedua variabel tersebut (harga air dan jumlah anggota rumah tangga) berpengaruh sangat nyata. Jika P ≤ 0.01, yang berarti tolak H0, maka pada taraf nyata (α) 5% kita dapat mengatakan bahwa peranan b0 atau b1

sangat nyata. Jika 0.01 ≤ P ≤ 0.05, yang berarti tolak H0, maka pada taraf nyata (α)

5% kita dapat mengatakan bahwa peranan b0 atau b1 nyata. Jika P ≥ 0.05, yang

berarti terima H0, maka pada taraf nyata (α) 5% dapat dinyatakan bahwa peranan

b0 atau b1 tidak nyata (artinya : nilai b0 atau b1 tersebut tidak nyata berbeda dengan

nol).

Koefisien (Coef) pada hasil yang diperoleh, kolom ini mencantumkan koefisien nilai dari b0 (constant) dan b1 (dalam hal ini ). Dari nilai ini dapat

diketahui bahwa koefisien b0= 1,64 dan b1 = -0,05, dan b2 = 0,82. Simpangan

baku sisaan (s) dari model ini cukup kecil, yakni s = 0,10. Koefisien determinasi (R-Sq atau R2) untuk model ini cukup tinggi, yakni R2 = 71,70%. Hal ini berarti bahwa, peubah X1 (harga air) dan X2 (jumlah anggota rumah tangga) dapat

menerangkan sebesar 71,70% keragaman dari konsumsi air rumah tangga pertahunya. Constant untuk variabel Y (konsumsi air rumah tangga per tahun), yakni dalam hal ini adalah log b0 = 1,64 dengan simpangan baku 0,08 pada taraf

nyata 5% koefisien regresi ini tidak sama dengan nol sehingga berpengaruh nyata terhadap peubah responnya. Log-X1, yakni merupakan b1 (dalam model umum

regresi linier berganda) memiliki nilai koefisien sebesar -0,05 dengan simpangan baku 0,02 . Dari nilai peluang bagi statistik T= -1,98 , terlihat bahwa pada taraf nyata 5% koefisien ini tidak sama dengan nol sehingga peranan peubah X1 diduga

berpengaruh nyata terhadap peubah responnya. Log-X2, yakni merupakan b2

(60)

dengan simpangan baku 0,04. Dari nilai peluang bagi statistik T=17,38, terlihat bahwa pada taraf nyata 5% koefisien ini pun tidak sama dengan nol sehingga peranan peubah X2 (dalam hal ini jumlah anggota rumah tangga) diduga

berpengaruh nyata terhadap peubah responnya.

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan untuk mendapatkan persamaan regresi terbaik (Lampiran 4), diperoleh model persamaan permintaan air rumah tangga dalam penelitian ini adalah:

Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

Persamaan di atas menjelaskan bahwa untuk mendapatkan besarnya konsumsi air (Y) dirumuskan dengan perhitungan 1,65 dikurangkan 0,0509 dikalikan dengan Ln dari variabel pertama (X1) atau harga air dan dijumlahkan dengan perkalian

0,822 dengan variabel kedua (X2) atau jumlah anggota rumah tangga.

Besarnnya jumlah konsumsi air rumah tangga yang memanfaatkan air resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk adalah jumlah konsumsi air rumah tangga untuk keperluan mandi, masak, dan mencuci yang dikalikan dengan jumlah kepala keluarga yang ada di sekitar resapan air tersebut (populasi).

Model penduga konsumsi air rumah tangga berdasarkan persamaan terpilih, dengan jumlah anggota rumah tangga rata-rata adalah 4,26 (Lampiran 1) maka diperoleh persamaan untuk menduga konsumsi air rumah tangga (Lampiran 7 no. 1) adalah Y = 17,14 X1-0,0509.

(61)

dapat dibuat simulasi konsumsi air total pada berbagai harga air yang dijelaskan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Simulasi Model Konsumsi Air Total Air Resapan Gunung Sinabung dan Hutan TWA Deleng Lancuk pada Berbagai Harga.

No Harga (Rp/m3) Konsumsi Air (m3/thn) Konsumsi Air Total (m3/thn)

1 200 13,08 7761,45

2 400 12,63 7492,39

3 600 12,37 7339,35

4 800 12,19 7232,66

5 1000 12,05 7150,97

6 1200 11,94 7084,92

7 1400 11,85 7029,55

8 1600 11,77 6981,93

9 1800 11,70 6940,20

10 2000 11,64 6903,08

Keterangan:

Konsumsi Air Y = 17,14 X1-0,0509

Y = Konsumsi Air Rumah Tangga

X1 = Harga

Konsumsi Air Total = Konsumsi Air Rumah Tangga x 593

(62)

tersedia. Berdasarkan metode ini nilai air rata-rata antara Rp. 2.000,- hingga Rp. 62.571,42,-. Nilai tersebut jauh lebih besar bila dibadingkan dengan biaya pengadaan pada metode pertama. Hal ini dikarenakan besarnya manfaat yang dirasakan dari keberadaan air tersebut daripada nilai air tersebut.

Uji normalitas dan heteroditas data

Uji normalitas data adalah uji untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa data terdistribusi normal, mendekati garis linier (Lampiran 5). Hal ini menunjukan bahwa nilai error atau residual terdistribusi normal. Sehingga dapat dikatakan model regresi terpilih (persamaan keempat) untuk menduga konsumsi air rumah tangga memenuhi syarat normalitas data, yaitu data tersebar disekitar garis rata-rata.

Uji heteroditas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan dengan pengamatan lain. Apabila tidak ada pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroditas (Lampiran 5). Berdasarakan hasil uji yang dilakukan terlihat bahwa data konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga persamaan regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi variabel terikat.

Kurva konsumsi air rumah tangga

(63)

pengadaan (Rp/ tahun). Nilai tersebut berdasarkan persamaan Y = 17,14 X1-0,0509.

Berdasarkan biaya pengadaan, besarnya konsumsi air rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 10 berikutdan kurva permintaan pada Gambar 1.

Tabel 10. Model Data Pembentuk Kurva Permintaan Air Rumah Tangga dari Resapan Gunung Sinabung dan Hutan TWA Deleng Lancuk.

Konsumsi Air (m3/thn) Harga (Rp/m3)

Gambar 1. Kurva Permintaan Air Sektor Rumah Tangga

Kurva permintaan air yang terbentuk tidak menyinggung sumbu absis maupun sumbu ordinatnya. Hal ini menunjukan bahwa besarnya nilai air tersebut bagi kehidupan manusia. Air sebagai kebutuhan vital manusia sehingga pemenuhan akan kebutuhan tersebut harus dilakukan. Penurunan harga akan mendekati nol yang menyebabkan jumlah air yang dikonsumsi oleh rumah tangga medekati tak terbatas, hal ini dapat menyebabkan pemborosan air. Namun setiap

(64)

rumah tangga memiliki marginal utily yang mengakibatkan titik jenuh penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga.

Harga dan konsumsi air sektor rumah tangga

Kebutuhan akan air untuk sektor rumah tangga akan menimbulkan harga yang terbentuk atas dasar biaya pengadaan yang meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut baik biaya operasional, biaya pengadaan, maupun biaya perawatan. Selain itu harga air per meter kubik dapat ditentukan melalui metode kontingensi yaitu pertanyaan pengandaian berapa harga/ biaya yang akan dikeluarkan apabila air tersebut tidak tersedia. Hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut seperti terdapat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Harga dan Konsumsi Air Rumah Tangga Berdasarkan Metode Biaya

Konsumsi air total RT = Konsumsi air RT x 593

(65)

dikonsumsi secara total sebesar 7.274,13 m3/ thn. Sedangkan dengan metode kontingensi untuk harga air Rp 11.697,- jumlah air yang dikonsumsi oleh masyarakat sebesar 6.309,58 m3/ thn.

Nilai Manfaat Air

Nilai manfaat air merupakan turunan dari persamaan permintaan air yang terlebih dahulu diintegralkan berdasarkan perhitungan nilai X1 model terpilih

(Lampiran 7 no. 2) X1 =174,878 . 1022 . Y-19,646. Maka persamaan nilai manfaat air

yang diperoleh adalah:

NMAi = [∫� �� ��� ] + Hmaks . Ymin

= , . . (Ymin)-18,646− , . . (Ymaks)-18,646 + Hmaks . Ymin

Berdasarkan persamaan nilai manfaat air tersebut, maka diperoleh nilai manfaat ait total (NMA) yaitu:

NMAtotal = ∑ �

49

�=� x Jumlah KK Penelitian

NMAtotal = ∑ �

49

�=� x 593

BKAtotal = Hmin xYmaks

BKAtotal = ∑ � �

49

�=� x Jumlah KK Penelitian

BKAtotal = ∑ � �

49

�=� x 593

SKT = NMAtotal - BKAtotal

Berdasarkan nilai perhitungan manfaat air untuk setiap responden rumah tangga dapat dijelaskan pada Lampiran 7. Perhitungan nilai manfaat air rata-rata dan manfaat air total dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13 sebagai berikut. Tabel 12. Nilai Manfaat air, Biaya Konsumsi Air, dan Surplus Konsumen Air

(66)

Konsumsi

NMA = Nilai manfaat air rumah tangga

BKA = Biaya konsumsi air rumah tangga

SKA = Surplus konsumen air rumah tangga

Ketersediaan jumlah air di alam cukup melimpah, sehingga masyarakat memberikan harga yang murah terhadap nilai dari air tersebut. Menurut Darusman (2004), air merupakan sumberdaya yang sangat penting sehingga masyarakat bersedia berkorban untuk mendapatkannya walaupun dengan harga mahal. Akan tetapi kenyataannya jumlah yang dibayarkan jauh lebih rendah karena air cukup tersedia (terutama dalam bentuk mata air dan air sungai) sehingga untuk mendapatkannya tidak perlu banyak korbanan.

Nilai manfaat air rumah tangga merupakan nilai yang dirasakan oleh masyarakat yang berasal dari perhitungan secara integral pada kurva permintaan air rumah tangga. Persamaan permintaan air yang diperoleh berlaku untuk semua responden, sehingga pada batas harga yang berbeda nilai manfaat yang dirasakan setiap individu juga berbeda. Masing- masing individu rumah tangga mempunyai nilai manfaat yang diperoleh berdasarkan harga maksimum (metode kontingensi) dan harga minimun (biaya pengadaan).

(67)

hutan lindung Gunung Sinabung dan TWA Deleng Lancuk. Manfaat adanya hutan, secara umum diyakini salah satunya berfungsi sebagai pengatur tata air, sehingga ketersediaaan air diwilayah tersebut tetap terjaga sepanjang tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai manfaat air total adalah Rp. 76.586.602,30,- (tujuh puluh enam juta lima ratus delapan puluh enam ribu enam ratus dua koma tiga rupiah) per tahun dengan rata-rata nilai manfaat yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 129.151,10,- (seratus dua puluh sembilan ribu seratus lima puluh satu koma satu ratus sepuluh rupiah) per tahunnya.

Biaya konsumsi air total rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air tersebut dikalikan dengan jumlah populasi dalam hal ini kepala keluarga dilokasi penelitian yaitu sebesar Rp. 5.141.369,30,- (lima juta seratus empat puluh satu ribu tiga ratus enam puluh sembilan koma tiga rupiah) per tahun dengan biaya konsumsi air rumah tangga rata-rata sebesar Rp. 8.670,10,- (delapan ribu enam ratus tujuh puluh koma satu) rupiah per tahun.

Surplus konsumen total merupakan nilai manfaat air yang dirasakan oleh masyarakat setelah dikurangkan dengan biaya pengadaan dikalikan dengan jumlah populasi. Surplus konsumen total sebesar Rp. 71.445.233 ,- (tujuh puluh satu juta empat ratus empat puluh lima dua ratus tiga puluh tiga rupiah) per tahun dengan surplus konsumen yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 120.481,- (seratus dua puluh ribu empat ratus delapan puluh satu rupiah) per tahun.

(68)

nilai manfaat air tersebut merupakan nilai manfaat air untuk kebutuhan sektor rumah tangga pada Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang. Sedangkan nilai manfaat air resapan tersebut yang dimanfaaatkan oleh desa lain dapat berubah sesuai dengan model persamaan yang digunakan. Persamaan permintaan air rumah tangga yang digunakan pada model terpilih dapat berbeda untuk lokasi yang berbeda pula. Seperti penelian yang dilakuakan oleh Widada dan Darusman terhadap taman nasional Gunung Halimun (TNGH) untuk kebutuhan domestik rumah tangga adalah Rp. 5.223.870.380,- (lima milyar dua ratus dua puluh tiga juta delapan ratus tujuh puluh ribu tiga ratus delapan puluh rupiah). Darusman (1993), besarnya nilai manfaat air rumah tangga sekitar hutan Gunung Gede-Pangrango sebesar Rp. 4.181,- milyar (empat milyar seratus delapan puluh satu juta rupiah) per tahun.

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Nilai ekonomi air total resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan lindung TWA Deleng Lancuk di Desa Kuta Gugung dan Desa Sigarang Garang adalah Rp. 76.586.602,- (tujuh puluh enam juta lima ratus delapan puluh enam ribu enam ratus dua rupiah) per tahun dengan rata-rata nilai manfaat yang dirasakan oleh masing-masing rumah tangga sebesar Rp. 129.151,- (seratus dua puluh sembilan ribu seratus lima pulih satu rupiah) per tahun.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara nyata besarnya pemakaian air rumah tangga adalah harga air per meter kubik dan jumlah anggota rumah tangga. Sedangkan faktor pendapatan, mata pencarian, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan jarak rumah ke sumber air tidak berpengaruh nyata. 3. Model penduga persamaan nilai ekonomi air untuk kebutuhan rumah

tangga di Desa Kuta gugung dan Desa Sigarang Garang adalah: Ln Y = 1,65 - 0,0509 Ln X1 + 0,822 Ln X3

Saran

Melihat manfaat yang ekonomi yang begitu besar dari resapan air tersebut seharusnya:

(70)

2. Ada upaya dari pemerintah untuk memberi penyuluhan atas manfaat hutan dan mengawasi dan menjaga hutan lindung Gunung Sinabung dan hutan TWA Deleng Lancuk dari kerusakan.

(71)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan sebagai Pengatur Tata Air

Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam daur hidrologi, hutan mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat penting. Keberadaan penutupan hutan terhadap siklus hidrologi sangat penting, terutama terhadap neraca air dan iklim mikro. Selan itu hutan juga dapat memberikan naungan, mengurangi kecepatan angin, debu dan suara serta menurunkan suhu yang ekstrim. Hutan mampu mengintersepsikan curahan hujan, mengurangi dan mencegah bahaya erosi serta mengurangi limpasan permukaan (surface run of ).

Hutan diyakini salah satunya berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga waktu dan penyebaran aliran air sungai, menjaga iklim mikro dan mampu melindungi daerah dibawahnya dari berbagai bencana seperti banjir. Telah banyak penelitian di berbagai negara yang mempelajari pengaruh pengaturan jumlah dan komposisi vegetasi hutan terhadap perilaku aliran air, menunjukkan bahwa aliran air tahunan meningkat jika vegetasi dihilangkan atau dikurangi dalam jumlah cukup (Asdak, 1995).

(72)

hujan agar tetap berada di tanah lapisan permukaan, mengendalikan laju limpasan permukaan (runoff), maupun melindungi tanah dari bahaya erosi

(Soerjono, 1987).

Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan kompoisisi yang beragam diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia antara lain jasa peredaman terhadap banjir, erosi, serta sedimentasi dan pengendalian daur air. Peran hutan dalam pengendalian daur air dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Sebagai pembuang atau pengurang cadangan air di bumi melaui proses: a) Evapotranspirasi

b)Pemakaian air konsumtif untuk pembentukan jaringan tubuh vegetasi. 2. Menambah titik-titik air di atmosfer.

3. Sebagai penghalang sampainya air ke bumi melaui proses intersepsi. 4. sebagai pengurang atau peredam energi kenetik aliran air lewat:

a) Tahapan permukaan air dari bagian batang di permukaan.

b)Tahapan aliran air permukaan karena adanya serasah dipermukaan.

5. Sebagai pendorong kearah perbaikan kemampuan watak fisik tanah untuk memasukan air lewat system parakaran, penambahan, penambahan bahan organik, atau adanya kegiatan biologi di dalam tanah (Suryamojo, 2004).

Penilaian Hutan

(73)

kegunaan, yaitu nilai yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya tersebut oleh individu tertentu, dan (c) nilai sosial, yaitu nilai yang ditetapkan melalui peraturan, hukum, ataupun perwakilan masyarakat. Membuat klasifikasi nilai manfaat yang menggambarkan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) berdasarkan cara atau proses manfaat tersebut diperoleh (Munasinghe, 1993).

Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat diambil dari SDH. Sebagai contoh manfaat penggunaan sumber daya hutan sebagai input untuk proses produksi atau sebagai barang konsumsi. Berbeda dengan nilai guna tidak langsung, yaitu nilai dari manfaat yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya, dan dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung, seperti berbagai manfaat yang bersifat fungsional yaitu berbagai manfaat ekologis hutan. Sedangkan nilai bukan guna yaitu semua manfaat yang dihasilkan bukan dari hasil interaksi secara fisik antara hutan dan konsumen (pengguna). Nilai pilihan mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi manfaat-manfaat sumber daya alam yang disimpan atau dipertahankan untuk kepentingan yang akan datang (sumber daya hutan yang disisihkan untuk pemanenan yang akan datang), apabila terdapat ketidakpastian akan ketersediaan SDH tersebut, untuk pemanfaatan yang akan dating (Munasinghe, 1993).

(74)

dan kultural. Sementara nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini terhadap SDH, agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi akan datang. Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar

(Bishop dalam Genoya, 1999).

Nilai Ekonomi Hutan

Hutan berfungsi sebagai pengatur tata air, yaitu dengan cara menahan air hujan guna mengurangi erosi permukaan dan meresapkannya ke dalam tanah, dan selanjutnya dilepas secara teratur ke dalam berbagai aliran air permukaan dan di bawah permukaan. Distribusinya lebih baik bagi berbagai kepentingan di luar hutannya itu sendiri (Darusman, 1993).

Nilai ekonomi dibedakan menjadi nilai guna (use value) dan nilai tanpa penggunaan (non-use value). Selanjutnya nilai guna dibedakan menjadi nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung. Contoh dari nilai guna langsung adalah nilai untuk kayu bulat, kayu bakar, dan hasil hutan lainnya seperti madu dan air. Nilai guna tidak langsung, di antaranya nilai terhadap konservasi lahan dan air, penyerap karbon, pencegah banjir, dan keanekaragaman hayati. Kemudian nilai tanpa penggunaan meliputi nilai pilihan dan nilai keberadaan. Selanjutnya seperti yang telah dikemukakan di atas untuk sumber daya alam yang mudah diukur kuantitasnya dan diketahui harganya di pasar baik melalui pasar yang sesungguhnya ataupun pasar tiruan (surrogate), valuasinya dapat menggunakan

unit rent atau unit price. Untuk fungsi-fungsi hutan yang sifatnya tidak harus

(75)

Teknik penilaian manfaat sumberdaya hutan berdasarkan kriteria yang menggambarkan karakteristik setiap jenis nilai, baik nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Untuk metode penilaian nilai guna langsung terdiri atas :

(i) Nilai manfaat sosial bersih

Metode ini menggunakan data demand dan supply yang lengkap secara series sehingga dapat disusun kurva supply dan demand untuk menentukan nilai barang berdasarkan perpotongan kedua kurva tadi sebagai harga keseimbangan. (ii) Harga pasar

Metode ini digunakan untuk barang atau jasa hutan yang memiliki harga pasar. Data yang diperlukan adalah harga dan jumlah setiap jenis barang/jasa hutan. Metode fakta pasar dan nilai kini bersih termasuk dalam teknik penilaian ini. Metode nilai kini bersih mencoba untuk menghitung nilai saat ini dari hasil penggunaan lahan hutan.

(iii) Harga pengganti

Metode ini terdiri dari beberapa teknik :

a. Harga subtitusi. Nilai barang/jasa hutan yang tidak memiliki harga pasar didekati dari harga barang subtitusinya.

b. Harga subtitusi tidak langsung. Untuk barang subtitusi yang tidak ada harga pasarnya, maka nilai barang didekati dari harga penggunaan lain dari barang subtitusi.

(76)

d. Nilai tukar perdagangan. Harga barang/jasa hutan didekati dari nilai pertukaran dengan barang yang ada harganya.

e. Biaya relokasi. Nilai barang/jasa hutan didekati dari biaya pemindahan ke tempat lain dimana manfaat penggunaan dapat digantikan di tempat baru

(James dalam Nurfatriani, 1991).

Sumber Daya Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap insan dipermukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan mereka tidak lepas dari kebutuhan akan air, bahkan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Tubuh manusia itu sendiri, lebih dari 70% tersusun dari air, sehingga ketergantungannya akan air sangat tinggi. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, maupun kebutuhan domestik, termasuk air bersih. Hal ini berarti bahwa pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus terjadi, membutuhkan usaha yang sadar dan sengaja agar sumber daya air dapat tersedia secara berkelanjutan. Kebutuhan akan sumberdaya air dan tanah cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin tajam baik antara sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguna dalam sektor pertanian itu sendiri (Sutawan, 2001).

(77)

a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.

Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azhar, 1990).

Konsep Valuasi Air

Potensi sumberdaya air bawah tanah tidak merata di seluruh daerah dan keberadaannya tidak dibatasi oleh wilayah administrasi maupun lahan kepemilikan. Nilai strategis sumber air bawah tanah tergantung dari keberadaan sumber air alternatif lainnya. Air bawah tanah di suatu lokasi mempunyai sifat yang strategis dan vital, apabila tidak ada sumber air alternatife lain yang dapat dipakai sebagai sumber air baku, misalnya air sungai ataupun air yang dipasok oleh jaringan air bersih (PDAM) sehingga air bawah tanah menjadi satu-satunya sumber air di lokasi atau daerah tersebut. Berdasarkan keberadaan sumber air alternatif tersebut maka nilai strategis air bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua daerah:

(78)

2) Daerah di dalam jangkauan sumber air alternative

Kompensasi pemulihan air bawah tanah merupakan biaya bagi usaha perbaikan perubahan lingkungan akibat pengambilan air bawah tanah. Kompensasi ini dikenakan bagi semua jenis pengambilan air bawah tanah dan bagi semua tingkat dampak pengambilan air bawah tanah, baik telah ataupun belum menimbulkan kerusakan lingkungan. Biaya kompensasi pemulihan kerusakan lingkungan tersebut meliputi :

a. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka air bawah tanah;

b. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi salinisasi;

c. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi penurunan muka tanah (land

subsidence);

d. Biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadi pencemaran air bawah tanah. Semakin besar volume pengambilanair bawah tanah maka semakin besar pula resiko kerusakannya sehingga besarnya kompensasi ditentukan secara progresif tergantung besarnya volume pengambilan air bawah tanah

(Hadipuro, 2000).

Kebutuhan akan Air Rumah Tangga

Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk :

(79)

b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari c. Masak, minum : 5L/orang/hari

d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari

e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari (Entjang, 1991).

Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya. Dengan demikian air yang diperlukan manusia harus memenuhi secara kuantitatif dan kualitatif. Dari aspek kuantitatif, jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan minum perorang rata-rata sebanyak 2,5 liter/hari,

Secara keseluruhan kebutuhan suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/hari. Dari segi kualitas, air minum dan air bersih harus memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik, kimia, mikrobiologis maupun radioaktif sesuai peraturan pemerintah melalui Dinas Kesehatan maupun Dinas Lingkungan. Air bersih harus bebas dari mikroorganisme patogen, bahan kimia berbahaya, warna, bau, dan kekeruhan (Sanropie, dkk. 1984 ).

Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air

(80)

bagaimana pengaruh dari setiap faktor tersebut terhadap permintaan air, maka dikembangkan model kausalitas, dimana hubungan tersebut bersifat linier, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi pada peubah bebas akan direspon oleh permintaan air secara proporsional (Genoya, dkk. 2007).

Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang cenderung tidak dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kegiatan dan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang dibarengi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita. Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih akan menimbulkan masalah dimana air bersih yang tersedia tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayah tersebut ( Yusmansyah, 2002).

Administrasi Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dan sebelah barat daya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia serta merupakan daerah hulu sungai. Secara geografis Kabupaten Karo terletak pada koordinat

2050’ –3019’ Lintang Utara dan 97055’ - 98038’ Bujur Timur.

a. Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang b. Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir c. Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

(81)

Kabupaten Karo mempunyai wilayah seluas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Terdiri dari 17 kecamatan dan 262 desa. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Mardingding yakni 267,11 km2 (12,56% dari luas kabupaten) dan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Berastagi seluas 30,5 km2 (1,43% dari luas kabupaten).

Teknik Sampling

Teknik penilaian ekonomi, khususnya untuk penilaian manfaat barang dan jasa hasil hutan non kayu yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter ini, sangat membantu dalam perumusan kebijakan pengelolaan hutan dan sistem pengelolaan hutan. Karakteristik manfaat hutan yang spesifik ini membutuhkan pendekatan teknik penilaian yang berbeda dengan manfaat hutan yang memiliki harga pasar dan diperdagangkan. Dengan diketahuinya nilai ekonomi total dari sumberdaya hutan, diharapkan akan menciptakan pemanfaatan sumberdaya hutan yang lebih efisien karena manfaat hutan telah diperhitungkan secara memuaskan dalam perhitungan ekonomis. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah: (a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi, misalnya karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan; (d) demikian pula jika elemen populasi homogen

Gambar

Gambar 1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian: (a) Hutan lindung Gunung Sinabung, (b) Taman Wisata Alam Deleng Lancuk tampak atas, (c) Wawancara dengan masyarakat
Gambar 2. Konsumsi Air Rumah Tangga di Sarana Pemandian Umum: (a) Air untuk kebutuhan minum, (b) Air untuk kebutuhan cuci
Gambar 3. Peralatan untuk Mengkonsumsi Air: (a) Ember 19 liter, (b) Ember 40 liter.
Gambar 3. Sumber Air Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat: (a) Aliran air Lau    Kawar, (b) Air resapan, (c) Pemandian air resapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Rivai dan Basri (2007:7) kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

penyusunan dan perumusan bahan serta pelaksanaan tata batask. wilayah serta

arsitektur rakyat pun mempunyai unsur-unsur yang sama dalam perencanaan.

Aplikasi ini menyediakan fitur yang membantu pegawai dalam mengelola kegiatan yang ada di CV.KUPJ TRAVEL mulai dari pemesanan, pengelolaan pegawai, pengelolaan

[r]

 Membandingkan panjang dua benda dengan menuliskan istilah panjang dari, lebih pendek dari, sama panjang dengan.  Membandingkan tinggi dua buah benda dengan istilah

NO MATA KULIAH DOSEN HARI/TANGGAL WAKTU RUANG SESI PESERTA Elan Wisesa A Fauzi Nurhidayat Fahmi yahya Heri Sutrisno Pantomi Heri Sutrisno Pantomi.. Agus Roikhan

Rataan Biomassa Akar (g/tanaman) Legum Stylosanthes guianensis dan Pueraria javanica pada Taraf Cekaman Kekeringan Yang Berbeda Selama Penelitian ....