• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dimensi Permukaan

Dari hasil pengukuran dilapangan secara langsung didapatkan luas

permukaan danau adalah 63472.78 m2, panjang maksimum 548.28 m, lebar

maksimum 220.23 m serta keliling danau 2200.83 m. Data yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.

Dimensi Bawah Permukaan

Hasil pengukuran secara langsung didapatkan hasil bahwa volume air

danau 153484.43 m3, debit air yang keluar adalah 12963.456 m3/hari - 14111.712

m3/hari. Kedalaman maksimum yang tercatat adalah 4.15 m, waktu tinggal air

sekitar 11-12 hari dan kemiringan rata-rata 7.35%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

No. Parameter Satuan Nilai 1 Panjang Maksimal (Lmax) M 548.28 2 Panjang Efektif (Le) M 548.28 3 Lebar Maksimal (Wmax) M 220.23 4 Lebar Efektif (We) M 220.23 5 Luas Permukaan (Ao) 63472.78 6 Lebar rata-rata (W) M 115.77 7 Indeks Perkembangan Danau (SDI) 4.93 8 Panjang Keliling Danau (Sl) M 2200.83

Tabel 5. Dimensi Bawah Permukaan

No. Parameter Bulan Satuan Nilai 1 Kedalaman Rata-Rata (Z) M 2.42 2 Kedalaman Maksimal (Zm) M 4.15 3 Kedalaman Relatif (Zr) % 1.40 4 Perkembangan Volume Danau (VD) 1.75 5 Volume Total (Vtot) 153484.43 6 Debit Air (Q) Jan m³/hari 12963.46

Feb 14111.71 Mar 13136.26

7 Residence Time (RT) hari 11-12

8 Kemiringan Rata-Rata % 7.35

9 Morpho Endaphic Index (MEI) Jan µmhos/cm² 0.18

Feb 0.19

Mar 1.94

10 Kedalaman Kompensasi (Zc) Jan M 2.86

Feb 2.86

Mar 2.61

Parameter Fisika

Nilai TSS secara berturut-turut adalah 6.75, 17.75, dan 30.5. Nilai TDS yang didapat dari pengambilan data adalah423.88, 20.22, dan 236.75. Nilai kecerahan cahaya adalah 105.625, 105.5, dan 96.5. Data parameter fisika yang diperoleh dapat diluhat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Parameter Fisika

No. Parameter Satuan Nilai

Januari Februari Maret

1 TSS mg/L 6.75 17.75 30.50 2 TDS mg/L 423.88 20.22 236.75 3 Kecerahan cm 105.63 105.50 45.00 96.50 4 Konduktifitas µmhos/cm 43.20 466.75

Peta Batrimetri

Hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan software ArcView (langkah-langkah dapat dilihat pada Lampiran 1) dapat dilihat pada Gambar 3, dan layout kedalaman batimetri secara 3D yang menggunakan software Surfer 8 (langkah-langkah dapat dilihat pada Lampiran 2) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Layout Batimetri 3D

Pembahasan

Dimensi Permukaan

Panjang maksimal Danau Pondok Lapan adalah 548.28 m dan lebar maksimalnya adalah 220.23 m. Panjang efektif dan lebar efektif danau memiliki nilai yang sama karena didanau tidak adanya pulau atau daratan di dalam danau tersebut. Karena bila ada pulau maka garis penentuan akan berbeda dengan panjang maksimum. Menurut Haryadi, dkk., (1992) bahwa panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) merupakan panjang permukaan danau maksimum tanpa melintasi pulau atau daratan yang mungkin terdapat didanau.

Luas permukaan danau yang didapat dari hasil pengukuran menggunakan Arcview adalah 63472.78 m² atau 6.347278 Ha. Kedalaman rata-rata 2.42 m dan

kedalaman maksimum sebesar 4.15 m. Danau dengan kedalaman kurang dari 10 meter merupakan danau yang tergolong danau dangkal. Berdasarkan literatur Sulastri (2003) bahwa dalam bidang limnologi, situ termasuk kedalam perairan lentik dan dangkal. Perairan situ memiliki ukuran dan kedalaman yang bervariasi yakni mulai dari kedalaman 1 sampai 10 meter dan luas mulai dari 1 Ha sampai 160 Ha.

Nilai SDI danau sebesar 4.93, dengan panjang garis keliling danau 2200.83 m. Semakin besar nilai menyatakan bahwa bentuk danau tidak beraturan. Panjang garis keliling dan nilai SDI akan menentukan besaran nutrien yang masuk. Semakin panjang garis keliling danau dan nilai SDI yang semakin besar maka semakin besar pula masukan yang diterima oleh danau. Menurut Wetzel (1983) menyatakan bahwa indeks perkembangan garis pantai (Shore Line Development Index / SDI) dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat produktivitas suatu perairan, jika semakin besar nilainya maka perairan tersebut

semakin subur. Jika nilai SDI ≤ 1, maka danau berbentuk lingkaran teratur. Nilai

SDI antara 1 - 2 danau berbentuk subcircular atau elips, dan jika SDI > 2 maka danau tersebut tidak beraturan. Tingkat produktivitas perairan tersebut sangat berkaitan dengan semakin tidak beraturannya bentuk danau sehingga semakin banyak bagian yang berteluk dan berhubungan dengan daratan sehingga kemungkinan masuknya nutrien dari daratan juga akan semakin besar.

Danau Pondok Lapan memiliki luas sekitar 6 Ha atau 0.06 Km2 dan

volume 153484.43 m3 . Dengan luas dan volume danau tersebut, dapat dikatakan

bahwa , danau Pondok Lapan memiliki ukuran yang sangat kecil. Kedalaman dan volume sangat mempengaruhi faktor kimia dan fisika di perairan dan dapat

menentukan kualitas air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) menyatakan kedalaman danau memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas air. bagian yang penting lainnya adalah kedalaman relatif, luas area dan angin yang terdapat diarea tersebut. Hal ini karena faktor-faktor ini mempengaruhi pengadukan di danau. Hal ini disebut dengan danu air dangkal, yang pengadukannya sangat dipengaruhi oleh angin, dan danau air dalam, yang pengadukan tidak terlalu menentukan sehingga adanya stratifikasi masa air.

Penggolongan danau (berdasarkan luas dan volume) yaitu, sangat kecil (<1 Km2

dan <106 m3), kecil (1-102 Km2 dan 106 – 108 m3), sedang (102-104 Km2 dan 108 – 1010 m3), dan luas (104-106 Km2 dan 1010 – 1011 m3).

Dimensi Bawah Permukaan

Kedalaman rata-rata, kedalaman maksimum dan kedalaman relatif berturut-turut adalah 2.42 m, 4.15 m dan 1.40%. Dengan kedalaman seperti ini maka danau dapat dikatakan sebagai danau dangkal. Nilai kedalaman relative ini menandakan bahwa danau sangat mudah mengalami pengadukan atau upwelling pada saat tertentu. Pengadukan terjadi akibat perubahan suhu yang dapat menyebar dan pengadukan juga dapat disebabkan oleh pengaruh angin dipermukaan sehingga menggerakkan massa air. Hal ini akan menyebakan perpindahan unsur hara dari dasar perairan ke permukaan. Perpindahan unsur hara akan mempengaruhi kualitas air dan biota perairan. Berdasarkan Wetzel (2001)

menyatakan bahwa kedalaman relatif ≤ 2% maka pengadukan akan mudah

mengalami pengadukan. Danau dengan kedalaman relatif > 2% maka tidak akan mudah mengalami pengadukan.

Perkembangan Volume Danau (VD) memiliki nilai 1.75. Hal ini dapat menggambarkan bahwa dasar perairan danau termasuk kedalam golongan datar atau rata. Dasar danau tidak memiliki bentuk dasar yang perbedaannya begitu besar. Hal ini juga dapat didukung dengan data kemiringan rata-rata yang hanya sebesar 7.35% yaitu kemiringan yang landai. Menurut Syah dan Hariyanto (2013) menyatakan bahwa kemiringan lereng berdasarkan kelas dibagi kedalam lima kelas yaitu datar (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-45%), dan sangat curam (>45%). Haryadi, dkk., (1992) menyatakan bahwa nilai

perkembangan volume danau ≤1 menyatakan danau berbentuk kerucut dan nilai

>1 menyatakan dasar perairan tersebut datar.

Volume danau tersebut sekitar 153484.43 m³ atau 153484430 liter. Dengan debit air yang keluar dari bulan Januari hingga Maret berturut-turut 12963.456 m³/hari, 14111.712 m³/hari, 13136.256 m³/hari. Dari data tersebut, dapat dicari masa tinggal air danau sekitar ± 11-12 hari. Artinya air yang ada di dalam danau akan berganti setiap 11-12 hari. Hal ini juga berhubungan dengan laju pembilasan unsur hara. Unsur hara yang masuk hanya akan bertahan dalam di danau selama 11-12 hari. Dalam waktu tersebut dikatakan cepat dalam laju pembilasan. Sumber air masuk tidak ada sehingga disimpulkan bahwa sumber air berasal dari mata air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) Hubungan antara tipe danau dan karakteristik pencampuran menunjukan bahwa danau dapat digolongkan berdasarkan kriteria klasifikasi aliran airnya. Kriteria ini dapat ditentukan dengan sistem klasifikasi danau dapat dijelaskan berdasarkan lambatnya aliran air yang keluar dari danau. Hubungan tersebut dapat dibagi kepada tiga kriteria yaitu, yaitu bersarkan masa tinggal air, pengadukan air, dan

tingkat trofiknya. Danau dengan Rt <20 hari maka dikatakan cepat, pengadukan sempurna dan plankton dipengaruhi arus.

Morpho Endaphic Index (MEI) di danau pada bulan Januari 0.179

µmhos/cm², Februari 0.187 µmhos/cm², dan Maret 1.937 µmhos/cm². Hal ini

didapat dari nilai daya hantar listrik yang ada di dalam air. Berturut-turut nilai DHL air danau dari bulan Januari hingga Maret adalah 43.2 µmhos/cm, 45 µmhos/cm, 466.75 µmhos/cm. Nilai DHL pada bulan Maret meningkat signifikan karena terjadi hujan deras beberapa hari sebelum sampling dan menyebabkan terjadinya pembilasan yang membawa ion-ion di tanah. Ion-ion inilah yang menjadi faktor tinggi atau tidaknya nilai DHL di badan air. Ion yang ada di badan air juga mempengaruhi osmoregulasi pada ikan. Noviyanti (2000) menyatakan bahwa daya hantar listrik menggambarkan kandungan unsur-unsur terionisasi yang terdapat didalam air. Kesadahan dan DHL mempengaruhi kelayakan hidup ikan dalam suatu perairan. Nilai DHL diatas 500 µmhos/cm ikan mulai mengalami tekanan fisiologis, dan bila nilai DHL 1000 µmhos/cm atau lebih maka ikan tidak dapat bertahan lagi. Dalam perairan batas maksimum ketahanan ikan dapat lebih tinggi lagi yaitu sekitar 2000 µmhos/cm. Batas-batas tersebut hanya berlaku bagi ikan-ikan yang dapat hidup di perairan tawar.

Nilai MEI yang didapat dari hasil penelitian tidak mengganggu pertumbuhan ikan. Hal ini dilihat dari hasil tangkapan ikan yang dilakukan warga sekitar. Ikan yang ditangkap setiap hari tidak berkurang. Jumlah dan keanekaragaman ikan yang didapat selalu sama. Menurut Ryder (1965) adapun kisaran nilai MEI yang menyatakan sebagai perairan yang berproduktivitas tinggi adalah 0-30. Tingginya nilai indek MEI menunjukkan banyaknya kandungan zat

terlarut dan zat tersuspensi dalam badan air. Keadaan seperti ini mengakibatkan tumbuh tumbuhan perairan menerima cahaya yang sedikit dan intensitas fotosintesis menjadi berkurang, sehingga oksigen yang diproduksi juga berkurang. Hal ini mengurangi kemungkinan organisme untuk bertahan hidup. Tersuspensi dalam air dapat mempengaruhi kehidupan di perairan diantaranya menyumbat insang (saluran pernapasan) ikan dan menghambat pertumbuhan telur atau larva. Senyawa-senyawa yang telah tersuspensi dalam waktu lama dalam perairan dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan telur ikan dan organisme perairan lainnya. Padatan tersuspensi yang terkandung dalam perairan dapat muncul sebagai akibat peristiwa erosi, limbah-limbah industri, perkembangan alga, atau pembongkaran atau penyumbatan limbah perairan.

Kecerahan perairan di danau Pondok Lapan pada bulan Januari 1.056 m, Februari 1.055 m, dan Maret 0.965 m. Kecerahan sangat berkaitan dengan kedalaman kompensasi dimana kedalaman kompensasi adalah kedalaman yang masih dapat ditembus cahaya matahari sekitar 1%. Kedalaman kompensasi adalah kedalaman dimana laju respirasi sama dengan laju fotosintesis. Dari data kecerahan, kedalaman kompensasi yang didapat adalah 2.858 m, 2.855 m, 2.612 m. Pada bulan Januari, kedalaman kompensasi mencapai 2.858 m. Pada bulan Februari mencapai 2.855 m, dan Maret mencapai 2.612 m, artinya cahaya matahari masih ada sebesar 1% di kedalaman 2.612 m – 2.858 m. Menurut Effendi (2003) semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi. Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman

kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1% dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman .

Parameter Fisika

Kecerahan yang diukur dengan menggunakan Secchi disk menggambarkan cahaya yang masih dapat menembus lapisan air dengan intensitas cahaya sebesar 10%. Dibawah intensitas 10% maka Secchi disk tidak dapat terlihat lagi. Sampai kedalaman dengan intensitas 10% masih terjadi fotosintesis Menurut Hoerunisa (2004) hasil pengukuran dengan menggunakan Secchi disk menunjukan kedalaman dengan intensitas cahaya kira-kira 10% dari permukaan.

Nilai TSS dan TDS berturut turut 6.75, 17.75, 30.5 dan 423.88, 20.22, 236.75.Kecerahan juga sangat dipengaruhi nilai TSS dan TDS. Partikel-partikel yang terlarut dan yang tersuspensi akan mengakibatkan cahaya yang masuk terhalang dan diserap oleh partikel yang ada. Meningkatnya nilai TDS dan TSS mengurangi penetrasi cahaya. Menurut Alabaster dan Llyod (1982) padatan tersuspensi total (TSS) merupakan bahan-bahan dalam air yang tertahan dengan saringan milipore 0,45 um. Penyebab nilai TSS yang utama adalah kikisan tanah dan erosi tanah yang terbawa ke badan air. TSS dapat meningkatkan kekeruhan perairan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air (kecerahan perairan semakin kecil) dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.

Analisis Pengelolaan

Dalam pengelolaan Danau Pondok Lapan harus memperhatikan beberapa aspek yang penting. Untuk dikelola sebagai sumber air minum, pengambilan air tidak boleh melebihi debit air yang keluar secara alami. Perbedaan debit air yang cukup merata menggambarkan bahwa sumber air berasal dari air tanah mengeluarkan jumlah yang tetap konstan. Sehingga volume air di dalam danau tetap.

Untuk dimanfaatkan sebagai keramba jaring apung (KJA) dan keramba jaring tancap (KJT) maka harus dilihat dari tempat yang memiliki kedalaman yang sesuai dan harus memperhatikan letak outlet danau. Tempat terdalam sekitar 3-4 meter dapat dijadikan tempat KJA. Tempat yang landai dan dengan kedalaman 1-2 meter dapat dijadikan KJT sehingga pengelolaan dapat dengan mudah dilakukan.

Untuk aktivitas memancing yang telah ada, tidak mengganggu kelestarian danau. Dari ikan yang didapat, jenis ikan dan jumlah yang hampir selalu sama menandakan bahwa kegiatan tersebut tidak berdampak pada kerusakan ekosisten danau. Sehingga kegiatan ini dapat terus dilakukan.

Dokumen terkait