• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Nama Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Nama Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MORFOMETRI DANAU PONDOK LAPAN

DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN

KABUPATEN LANGKAT

MUHAMMAD MA’RUFI 110302061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KAJIAN MORFOMETRI DANAU PONDOK LAPAN

DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

MUHAMMAD MA’RUFI 110302061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

KAJIAN MORFOMETRI DANAU PONDOK LAPAN

DESA NAMAN JAHE KECAMATAN SALAPIAN

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

MUHAMMAD MA’RUFI 110302061

Skripsi Sebagai Satu diantara Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman

Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat

Nama : Muhammad Ma’rufi

Nim : 110302061

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ahmad Muhtadi, S.Pi, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(5)

ABSTRAK

MUHAMMAD MA’RUFI. Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh YUNASFI dan AHMAD MUHTADI.

Danau Pondok Lapan adalah sebuah danau buatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Di dalam peta Danau ini tepatnya terletak pada sumbu

koordinat 3°30′44.73" LU - 3°30'26,29"LU dan

98°. 17′. 65" BT - 98°17'29.60"BT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek morfometri Danau Pondok Lapan dan mengetahui kapasitas air yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan dari Januari-Maret 2015. Pengambilan data yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah data kedalaman, debit air, dan keliling danau yang diolah dengan menggunakan ArcView. Dari hasil penelitian didapatkan aspek morfometri Danau Pondok Lapan adalah luas danau sekitar 63472.78 m², panjang maksimum 548.28 m, lebar maksimum 220.23 m, keliling 2200.83 m, kedalaman maksimum 4.15 m, dengan dasar perairan yang landai dan bentuk permukaan dasar danau yang tidak beraturan. Dan kapasitas Danau Pondok Lapan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah volume air 104679.59 m³, debit air sekitar 12963.456 m³/hari- 14111.712 m³/hari, masa tinggal air danau ± 8 hari, kecerahan air sekitar 0.965 m–1.056 m dengan kedalaman kompensasi sekitar 2.612 m–2.858 m

(6)

ABSTRACT

MUHAMMAD MA'RUFI. Morphometry Study of Pondok Lapan Lake Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Guided by YUNASFI and AHMAD MUHTADI.

Pondok Lapan Lake is an artificial lake located in Langkat. In the map, this lake is located on the axis of coordinates precisely 3°30′44.73" N - 3°30'26,29" N dan 98°. 17′. 65" E - 98°17'29.60"E. The purpose of this study was to determine the morphometric aspects Pondok Lapan Lake and determine the capacity of water utilized by society. The research was conducted from January to March 2015. Data collection is performed in this research is data depth, water flow, and around the lake are processed using ArcView. From the results, the lake morphometric aspects of wide Pondok Lapan Lake is around 63472.78 m², the maximum length of 548.28 m, 220.23 m maximum width, circumference 2200.83 m, maximum depth of 4:15 m, with a sloping bottom waters and shape of the lake bottom surface is irregular. And the capacity of the Pondok Lapan Lake which can be used by the public is 104679.59 m³ of water volume, water flow around 12963,456 m³/day-14111,712 m³/day, Recidance time of water about 8 days, the brightness of the water approximately 0.965 m – 1.056 m with a depth of approximately 2.612, compensation m-2.858 m

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan , Provinsi Sumatera Utara pada

tanggal 27 Agustus 1991 dari Ayahanda Ahmad

Tabrani dan Ibunda Nasheryanti. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar

Angkasa 3 Medan pada tahun 1997-2003, Penulis

meneruskan pendidikan menengah pertama dari tahun

2003-2006 di SMP Negeri 1 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan

menengah atas di SMA Negeri 5 Medan dengan jurusan IPA pada tahun

2006-2009.

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) di UPT Balai Benih Ikan di Kota Medan Sumatera Utara. Selain

mengikuti perkuliahan penulis juga menjadi anggota Ikantan Mahasiswa

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan

Salapian Kabupaten Langkat”, yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan

studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ayahanda Ahmad Tabrani, Bsc dan Ibunda Nasheryanti yang selalu

memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dan terima kasih juga kepada adik tercinta Muhammad

Haryudian Maulana, Amd.

2. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ahmad Muhtadi Rangkuti, S. Pi, M. Si selaku anggota komisi

pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Penulis mengucapkan seluruh staf pengajar serta pegawai Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Jamaluddin, Desy Ariska,

Meyna Melia Utari, Tri Woro Widyastuti, Ahmad Rizki, Fahmi Fadhli

Rais, Dede Yuanda dan seluruh teman-teman seperjuangan di angkatan

(9)

5. Ucapan terima kasih juga ditujuksn kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penelitian di lapangan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumberdaya perairan.

Medan, Mei 2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Danau ... 5

Batrimetri ... 7

Morfometri ... 9

Dimensi permukaan (Surface dimension) ... 12

Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension) ... 14

Kecerahan, Kekeruhan, TSS ... 15

Daya Hantar Listrik (DHL) ... 17

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Pengumpulan Data ... 18

Metode Penelitian... 19

(11)

Morfometri ... 19

Analisis Data ... 20

Morfometri ... 20

Dimensi permukaan (Surface dimension) ... 20

Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension) ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Dimensi Permukaan ... 25

Dimensi Bawah Permukaan ... 25

Parameter Fisika ... 26

Peta Batimetri ... 27

Pembahasan ... 28

Dimensi Permukaan ... 28

Dimensi Bawah Permukaan ... 30

Parameter Fisika ... 34

Analisis Pengelolaan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Kategori ukuran danau ... 6

2. Hubungan antara tipe danau dan karakteristik pencampuran ... 15

3. Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS .. 17

4. Dimensi permukaan ... 25

5. Dimensi bawah permukaan ... 25

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 18

3. Peta Batimetri ... 27

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Pengolahan Data Dengan Arcview ... 40

2. Rincian Rencana Penelitian... 43

(15)

ABSTRAK

MUHAMMAD MA’RUFI. Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh YUNASFI dan AHMAD MUHTADI.

Danau Pondok Lapan adalah sebuah danau buatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Di dalam peta Danau ini tepatnya terletak pada sumbu

koordinat 3°30′44.73" LU - 3°30'26,29"LU dan

98°. 17′. 65" BT - 98°17'29.60"BT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek morfometri Danau Pondok Lapan dan mengetahui kapasitas air yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan dari Januari-Maret 2015. Pengambilan data yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah data kedalaman, debit air, dan keliling danau yang diolah dengan menggunakan ArcView. Dari hasil penelitian didapatkan aspek morfometri Danau Pondok Lapan adalah luas danau sekitar 63472.78 m², panjang maksimum 548.28 m, lebar maksimum 220.23 m, keliling 2200.83 m, kedalaman maksimum 4.15 m, dengan dasar perairan yang landai dan bentuk permukaan dasar danau yang tidak beraturan. Dan kapasitas Danau Pondok Lapan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat adalah volume air 104679.59 m³, debit air sekitar 12963.456 m³/hari- 14111.712 m³/hari, masa tinggal air danau ± 8 hari, kecerahan air sekitar 0.965 m–1.056 m dengan kedalaman kompensasi sekitar 2.612 m–2.858 m

(16)

ABSTRACT

MUHAMMAD MA'RUFI. Morphometry Study of Pondok Lapan Lake Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Guided by YUNASFI and AHMAD MUHTADI.

Pondok Lapan Lake is an artificial lake located in Langkat. In the map, this lake is located on the axis of coordinates precisely 3°30′44.73" N - 3°30'26,29" N dan 98°. 17′. 65" E - 98°17'29.60"E. The purpose of this study was to determine the morphometric aspects Pondok Lapan Lake and determine the capacity of water utilized by society. The research was conducted from January to March 2015. Data collection is performed in this research is data depth, water flow, and around the lake are processed using ArcView. From the results, the lake morphometric aspects of wide Pondok Lapan Lake is around 63472.78 m², the maximum length of 548.28 m, 220.23 m maximum width, circumference 2200.83 m, maximum depth of 4:15 m, with a sloping bottom waters and shape of the lake bottom surface is irregular. And the capacity of the Pondok Lapan Lake which can be used by the public is 104679.59 m³ of water volume, water flow around 12963,456 m³/day-14111,712 m³/day, Recidance time of water about 8 days, the brightness of the water approximately 0.965 m – 1.056 m with a depth of approximately 2.612, compensation m-2.858 m

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jenis-jenis perairan yang ada di daratan dibagi menjadi dua jenis, yaitu

perairan mengalir (lotik) dan perairan tergenang (lentik). Perairan mengalir sangat

dipengaruhi arus air. Perairan yang tergenang sangat dipengaruhi oleh

kedalamannya. Perairan tergenang termasuk danau, rawa, situ, waduk, bendungan

dan telaga. Perbedaannya pada kedalaman, luas perairan, serta adanya stratifikasi

di perairan tergenang. Untuk mengetahui perbedaan karakter tersebut, biasanya

dilakukan pengamatan dengan mengamati keadaan morfometrinya.

Data morfometri sangat diperlukan dalam menentukan lapisan danau dan

dapat juga mengetahui seberapa besar kemampuan danau dalam pemanfaatan oleh

manusia. Gambaran morfometri dan kualitas air merupakan data awal dalam

potensi danau. Aspek morfometri berguna untuk mengetahui terjadinya

pendangkalan dan beberapa indeks tingkat kesuburan perairan. Informasi

mengenai morfologi baik kedalaman hingga waktu tinggal air berguna untuk

mengetahui status perairan tersebut.

Data morfometri akan memberikan informasi berupa kedalaman perairan,

luas perairan, bentuk danau, penetrasi cahaya, perkembangan danau, dan lain-lain.

Dari informasi tersebut akan didapat data mengenai keadaan danau yang akhirnya

akan dipergunakan untuk mengelola perairan sehingga pemanfaatan perairan akan

berkelanjutan.

Danau Pondok Lapan adalah sebuah danau buatan yang terdapat di

(18)

3°30′44.73" LU - 3°30'26,29" LU dan 98°. 17′. 65" BT - 98°17'29.60"BT. Danau

Pondok Lapan terletak di antara perkebunan sawit milik negara dan juga swasta.

Melihat fungsi dan manfaat Danau Pondok Lapan, keberadaanya kurang

dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini karena danau ini dibuat untuk pengairan

atau irigasi pertanian. Namun masyarakat sekitar tidak memiliki kemauan untuk

bertani, mereka lebih memilih untuk berkebun seperti sawit dan karet. Data-data

tentang danau tersebut sangatlah terbatas. Sehingga yang harus dilakukan adalah

data dasar mengenai danau tersebut. Selanjutnya akan dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan yang lebih bermanfaat dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Aktivitas yang ada di Danau Pondok Lapan terdiri atas kegiatan

memancing, perkebunan dan wisata. Dari berbagai kegiatan tersebut, tentunya

akan didukung oleh bentuk dan kedalaman danau. Selain itu, masukan yang

diterima oleh danau dari aktivitas juga mempengaruhi kualitas perairan Danau

Pondok Lapan. Dalam pemanfaatan Danau Pondok Lapan juga harus melihat

bagaimana ketersediaan air disana. Air yang ada menjadi sangat penting karena

air yang tersedia sepanjang tahun akan mendukung semua aktivitas tanpa

mengenal musim. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aspek morfometri Danau Pondok Lapan, Kecamatan salapian

Kabupaten Langkat?

2. Bagaimana ketersediaan air di Danau Pondok Lapan sehingga dapat

(19)

Kerangka Pemikiran

Danau ini belum banyak mendapat perhatian baik dari pemerintah ataupun

dari masyarakat sekitar. Danau Pondok Lapan tidak banyak dimanfaatkan untuk

perikanan oleh warga sekitarnya. Danau ini hanya dimanfaatkan untuk kegiatan

memancing. Sehingga dapat dipahami bahwa Danau Pondok Lapan sangat sedikit

menerima limbah. Masukan yang terbesar banyak berasal dari perkebunan sawit

yang mengelilinginya. Untuk mendukung kegiatan yang ada di danau, diperlukan

data luas dan volume danau. Kapasitas danau juga dapat dihitung sehingga

pengelolaan yang tepat dan keberlanjutan pemanfaatan danau dapat dilakukan.

Sehingga di akhir penelitian ini dapat melihat bagaimana teknik menajemen yang

baik untuk danau tersebut sehingga pemanfaatan danau dapat berkelanjutan dan

lestari. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aspek morfometri Danau Pondok Lapan, Kecamatan

Salapian Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui kapasitas air di Danau Pondok Lapan sehingga dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah dapat berguna sebagai

informasi dasar untuk pengelolaan dan pemanfaatan Danau Pondok Lapan

sehingga tidak melebihi daya dukung danau dan dapat dimanfaatkan secara

(20)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sumberdaya Perairan

Danau Pondok lapan

Kegiatan di sekitar danau (aktivitas masyarakat)

Luas dan Volume Danau Perikanan (Wisata

Memancing) Perkebunan

Kegiatan yang Sesuai dengan Daya Dukung (Budidaya Perikanan dan wisata memancing)

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Danau

Danau merupakan suatu badan air yang tergenang sepanjang tahun.

Danau dapat terbentuk secara alami maupun buatan. Secara alami terbentuk

karena patahan kulit bumi (tektonik) dan letusan gunung merapi (vulkanik).

Danau yang terbentuk sebagai akibat gaya vulkanik badan airnya mengandung

bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas bumi. Secara buatan

danau terbentuk karena adanya pengerukkan yang akan digunakan untuk lahan

perikanan (Ghufran dan Kordi, 2010).

Perairan dikatakan bertipe danau, apabila perairan tersebut dalam dan

tepian curam. Air perairan danau umumnya jernih dan keberadaan tumbuhan air

terbatas hanya dibagian pinggir perairan. Berdasarkan proses terjadinya danau,

dikenal ada dua tipe danau, yaitu danau tektonik (akibat gempa) dan danau

vulkanik (akibat gunung api). Perbedaan antara kedua sub tipe danau tersebut

adalah pada tingkat kedalaman dan ada tidaknya sumber panas bumi. Danau

tektonik umumnya sangat dalam sedangkan danau vulkanik memiliki sumber air

panas (Suwignyo, 2003).

Danau-danau kecil dan dangkal didaerah Jawa Barat dikenal dengan

nama situ sedangkan di Jawa Timur dikenal dengan ranu atau telaga. Dalam

bidang limnologi, situ termasuk kedalam perairan lentik dan dangkal. Perairan situ

memiliki ukuran dan kedalaman yang bervariasi yakni mulai dari kedalaman 1

sampai 10 meter dan luas mulai dari 1 Ha sampai 160 Ha. Kesadaran masyarakat

(22)

Sumber : Straskraba dan Tundisi (1999)

mmeningkat mengingat fungsinya sebagai penyedia air bersih, irigasi pertanian,

peredam intrusi air laut, estetika dan sebagainya (Sulastri, 2003).

Danau dapat terbentuk dari berbagi macam penyebab melalui proses

yang berbeda-beda. Beberapa proses pembentukan danau yakni danau tektonik,

danau vulkanik, danau akibat longsor, aktivitas pergerakan es, dan danau buatan.

Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena pergerakan lapisan tanah

dalam. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk akibat aktivitas gunung api.

Danau akibat longsor disebabakan oleh pergerakan tanah ke lembah sehingga

membentuk bendungan, terbentuk danau dan sering berukuran sangat besar.

Aktivitas es dapat membentuk danau akibat pergerakan bongkahan es. Hal ini

sering terjadi di Greenland dan Kepulauan Artik, Antartika, dan sebagian kecil

area di gunung yang tinggi di dunia. Danau buatan dibuat oleh manusia untuk

kepentingan manusia. Saat ini, danau buatan di peruntukan untuk pengendali

banjir, sumber tenaga listrik dan persediaan air (Wetzel, 2001).

Straskraba dan Tundisi (1999) menyatakan kedalaman danau memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas air. Bagian yang penting lainnya

adalah kedalaman relatif, luas area dan angin yang terdapat di area tersebut.

Karena faktor-faktor ini mempengaruhi pengadukan di danau. Hal ini disebut

dengan danau air dangkal, yang pengadukannya sangat dipengaruhi oleh angin,

dan danau air dalam, yang pengadukan tidak terlalu menentukan sehingga adanya

stratifikasi masa air. Kategori ukuran danau dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Kategori ukuran danau

Kalasifikasi Luas (Km²) Volume (m³)

Besar 10000 - 1000000 1010 – 1011

Medium 100 - 10000 108 – 1010

Kecil 1 - 100 106 – 108

< 106

(23)

Batimetri

Suatu model batimetri digital yang menggambarkan topografi dasar

perairan dapat dibangun dari operasi iterpolasi sejumlah besar titik kedalaman

hasil pengukuran. Surfer adalah suatu program pemetaan yang dapat dengan

mudah melakukan interpolasi data hasil survey untuk membentuk kontur dan

permukaan 3D. Terdapat duabelas metode interpolasi pada perangkat lunak ini,

masing-masing memiliki fungsi spesifik dan parameter tersendiri. Kesalahan

sehubungan dengan perhitungan dan pengukuran dapat diindikasikan dari presisi

dan akurasinya. Presisi mengacu pada sebaran dari ulangan bacaan dari suatu alat

yang mengukur besaran fisik tertentu, sementara akurasi mengacu pada kedekatan

angka pengukuran terhadap angka sebenarnya (Siregar dan Selamat, 2009)

Sebuah peta batimetri secara umum menggambarkan kumpulan dari garis

kontur, dengan keluaran kontur garis yang menggambarkan shoreline didanau

pada titik tertentu dan pada waktu itu. Garis tersbut berisi tentang data kedalaman

air didanau dan menghubungkan kedalaman yang sama di setiap tempatnya. Garis

kontur yang digambar berdekatn mengindikasikan kedalaman air yang curam,

sedangkan garis kontur yang jarang menggambarkan perbedaan kedalaman yang

bertahap (landai). Garis kontur hanya memperkirakan kedalaman air diantara dua

tempat yang telah diketahui. Ada banyak perbedaan yang terdapat dipeta

dibandingan dari hasil pengukuran kedalaman yang telah diambil

(Florida Lakewatch, 2001).

Peta-peta hidrografi danau yang akurat jarang sekali tersedia dalam

keadaan yang memadai bagi para ahli limnologi. Hal ini disebabkan morfometri

(24)

kontur kedalaman) yang disediakan pemerintah ataupun sumber-sumber lainnya,

ketetapannya sering diragukan (misal: akibat adanya pendangkalan) sehingga

sering kali harus dilakukan pemeriksaan ulang dilapangan secara langsung

(Haryadi, dkk., 1992).

Geographic Information System (GIS) merupakan suatu alat yang dapat

digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial

atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di

permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis.

Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan, data vegetasi

dan sebagainya. Arcview merupakan salah satu perangkat lunak GIS yang populer

dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial. Arcview dibuat oleh

Environmental Systems Research Institute (ESRI). Dengan Arcview kita dengan

mudah dapat mengelola data, menganalisa dan membuat peta serta laporan yang

berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis (Sugiharto, 2008).

Produk GIS Desktop memungkinkan pengguna untuk mengintegrasikan

dan mengedit data, buat baru lapisan peta, dan peta penulis. ArcGIS Desktop

mencakup serangkaian scalable produk. ArcView adalah versi desktop dari

ArcGIS dimaksudkan untuk pengguna umum (non-profesional). Ini adalah

program perangkat lunak GIS Desktop yang paling populer , tapi itu bukan hanya

satu. Meskipun itu adalah "bayi" produk GIS Desktop yang dalam keluarga Esri

produk, masih over- kill untuk sebagian besar proyek GIS dasar. Beberapa orang

akan menyebutnya ini "ArcGIS" dari pada Mereka adalah satu dalam sama

"ArcView". ArcView merupakan bagian dari koleksi ArcGIS, sehingga merupakan

(25)

Morfometri

Morfometri adalah suatu metode pengukuran dan analisis secara

kuantitatif terhadap dimensi fisik suatu perairan tawar. Aspek morfometri dapat

dibedakan menjadi dimensi permukaan (surface dimension) dan dimensi bawah

permukaan (subsurface dimension). Dimensi permukaan terdiri dari panjang

maksimum, panjang maksimum efektif, lebar maksimum, lebar maksimum

efektif, lebar rata-rata, dan luas permukaan. Dimensi bawah permukaan terdiri

dari kedalaman maksimum, kedalaman relatif, kedalaman rata-rata, kedalaman

median, kedalaman kuartil, volume dan perkembangan volume danau

(Hakanson, 1981).

Morfometri adalah karakteristik fisik dari badan danau yang dapat

menggambarkan berbagai potensinya, sebagai sumber air maupun potensi

produksi hayati, serta menentukan tingkat kepekaan terhadap pengaruh beban

material dari daerah tangkapannya. Morfometri danau memainkan peran kunci

atas peubah-peubah yang mengendap atau cara lain berperan di dalam proses

biologis dan kimia danau. Dikemukakan pula bahwa morfometri danau mengatur

kadar hara dari muatan hara, selanjutnya produksi primer, dan sebagai akibatnya

pada produksi sekunder dari zooplankton, zoobentos dan ikan

(Lukman dan Ridwansyah, 2009).

Morfologi danau merupakan salah satu yang paling penting faktor

mengendalikan status trofik, fisikokimia, produktivitas dan distribusi organisme

air. Luas danau, volume danau, maksimum dan rata-rata kedalaman adalah

parameter yang terkait dengan siklus nutrisi dan kimia air. Danau yang lebih

(26)

fotosintetis terdapa tradiasi, efisiensi siklus hara dan distribusi vertikal organisme.

Di sisi lain kecil dan dangkal danau sangat dipengaruhi oleh angin, sedimen ulang

suspensi yang mengakibatkan signifikan perubahan kimia air dan siklus geokimia.

Kedalaman rata-rata merupakan faktor penting untuk melihat produktivitas

sedangkan ukuran danau berhubungan dengan kedalaman dari turunnya suhu.

Selain itu bentuk danau dapat terkait dengan kondisi dinamis bawah. Kemiringan

zona litoral memiliki pengaruh yang besar pada biomassa dan distribusi

macrophyta terendam. Bentuk yang landai memungkinkan pengendapan bahan

halus dan dapat memodulasi aksi gelombang mendukung untuk tumbuhan air

(Stefanidis dan Papastergiadou, 2012).

Kedalaman relatif dapat mengambarkan stabilitas stratifikasi. Perairan

yang memiliki kedalaman relatif yang kurang dari 2% akan mudah mengalami

pengadukan sedangkan perairan yang memiliki kedalaman relatif lebih besar dari

4% memiliki stabilitas sratifikasi yang tinggi. Perkembangan volume danau

(volume development/VD) menggambarkan bentuk danau secara umum.

Perkembangan volume danau yang kurang dari dari satu akan memiliki bentuk

danau yang kerucut dan perkembangan volume danau yang lebih besar dari satu

memiliki bentuk dengan dasar yang rata. Waktu tinggal (residence time) adalah

lamanya waktu yang diperlukan badan air untuk terbilas secara keseluruhan yang

diperhitungkan sejak air masuk ke dalam perairan sampai seluruh air keluar.

Semakin lama waktu tinggal maka kehadiran unsur hara partikel-partikel lainya

semakin lama (Tambunan, 2010).

Panjang garis tepi (shore line) dapat menggambarkan tingkat beban

(27)

kesempatan untuk berhubungan dengan daratan semakin besar, dan potensi beban

masukan ke badan air juga akan semakin besar sehingga berpotensi untuk

meningkatkan produktivitas perairan (Hadijah, 2002).

Morfometri danau ini sangat penting untuk diketahui kerena memberikan

pengaruh terhadap proses-proses fisik, kimia dan biologi di dalam perairan danau

itu sendiri, seperti kedalaman relatifnya, pengembangan garis pantai, maupun pola

dari cekungannya itu sendiri. Pengembangan garis pantai (SDl) adalah gambaran

potensi dan peranan wilayah tepian dalam hubungannya dengan kesuburan danau,

semakin panjang garis pantai semakin besar nilai SDl. Semakin panjang garis

pantai semakin besar produktivitas danau. Garis pantai diantaranya akan

berkontribusi terhadap luasan kontak perairan dan daratan, memberikan daerah

terlindung, serta luasan dari wilayah litoral danau (Fakhrudin, dkk., 2010).

Menurut Wetzel (1983) dalam sebagian besar danau memiliki nilai Zr

kurang dari dua persen, yang menunjukkan tingkat stabilitas yang rendah.

Danau-danau yang memiliki stabilitas tinggi umumnya memiliki nilai Zr > 4 persen, dan

merupakan danau dalam dengan luas permukaan sempit.

Danau dan ukuran tangkapan mempengaruhi fluks unsur hara dari DAS

baik oleh limpasan permukaan dan air tanah masukan, dan dari sedimen melalui

angin yang disebabkan resuspension memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kimia air danau, hidrodinamika, iklim ringan, siklus biogeokimia dan struktur

makanan, efisiensi daur ulang hara meningkat dengan ukuran danau. Lapisan

campuran lebih tinggi dan lebih bergolak didanau besar meningkatkan

kemungkinan regenerasi nutrisi. Oleh karena itu, fitoplankton di danau besar

(28)

dari pada di danau kecil. Hal ini menyebabkan tingkat yang lebih tinggi produksi

primer areal dan konversi yang lebih efisien beban nutrisi eksternal menjadi

biomassa lebih tinggi tingkat trofik di danau besar (Noges, 2009).

Noges (2009) bahwa aturan-aturan kebijakan air Eropa saat ini

mendefinisikan kualitas air sebagai tingkat penyimpangan dari 'kondisi referensi'-

jenis tertentu. Antara deskripsi tipologi wajib adalah lokasi (ecoregion atau lintang

dan bujur) dan ukuran (area dan kedalaman) dari danau. Beberapa parameter bisa

dipertimbangkan untuk menampilkan ukuran danau-danau. Daerah kedalaman (Z)

dan volume (V) adalah yang paling sederhana indeks. Sebuah indeks yang lebih

kompleks adalah kedalaman relative (Zr) dihitung sebagai rasio persen dari

kedalaman danau dengan diameter rata-rata.

Variasi dalam distribusi dan morfometri sangat mempengaruhi

produktivitas dan eutrofik keadaan danau. Variabilitas ini , akibat dari tindakan

antropogenik dan di zona beriklim sedang, peristiwa iklim musiman , memiliki

pengaruh juga. Pentingnya ekologi morfometri ditunjukkan pengaruh morfometri

badan air pada distribusi beberapa spesies zooplankton . Karena morfometri dan

distribusi danau dangkal mempengaruhi banyak aspek yang beragam

(Bohn, dkk., 2011).

Dimensi permukaan (Surface dimension)

Menurut (Haryadi, dkk., 1992) aspek dimensi permukaan terdiri dari :

1. Panjang Maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) merupakan jarak

(29)

2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) merupakan panjang

permukaan danau maksimum tanpa melintasi pulau atau daratan yang

mungkin terdapat didanau.

3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) merupakan jarak

maksimum dua titik terjauh pada permukaan tepi danau yang ditarik secara

tegak lurus terhadap panjang maksimum. Penentuan lebar maksimum bisa

saja melintasi pulau-pulau didanau, jika ada.

4. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) merupakan lebar

maksimum danau tanpa melintasi pulau atau daratan yang mungkin terdapat

didanau.

5. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam Ha, Km2atau m2) merupakan

luaswilayah permukaan danau, nilainya akan bervariasi tergantung pada

musim. Pengukuran luas permukaan dari peta bathymetric dengan skala yang

telah diketahui, dapat dilakukan dengan kertas grafik atau penimbangan.

6. Lebar rata-rata (W dinyatakan dalam meter) merupakan rasio antara

luaspermukaan danau (Ao dalam m2) dengan panjang maksimum (Lmax

dalam meter).

7. Indeks perkembangan garis tepi (SDI, tanpa satuan) menggunakan hubungan

antara SL dengan luas permukaan.

8. Panjang garis keliling danau (dinyatakan dalam meter) dapatdiukur dari peta

batimetri dengan memperhatikan skalanya, dengan alat curvimeter atau cara

(30)

Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension)

Menurut ( Haryadi, dkk., 1992) aspek dimensi bawah permukaan danau

terdiri dari :

1. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter) bersifat lebih informatif

dari kedalaman maksimum.

2. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan

kedalaman suatu danau pada titik terdalam. Pengukuran secara langsung

dapat dilakukan dengan menggunakan tali berskala dengan diberikan

pemberat dibawahnya dan secara tidak langsung dapat dibaca pada

kontur kedalaman peta battimetri

3. Kedalaman relatif (Zr dinyatakan dalam meter) adalah rasio antara Zm

dengan diameter rata-rata permukaan danau.

4. Perkembangan volume danau (tanpa satuan)merupakan ukuran yang

menggambarkan bentuk dasar danau secara umum.

5. Volume total air danau (V dinyatakan dalam m3) merupakan perkalian

antara luas permukaan (m2) dengan kedalaman rata-rata (m).

6. Debit (discharge) dinyatakan sebagai sebagai volume yang mengalir pada

selang waktu tertentu.

7. Residence time adalah lamanya waktu yang dibutuhkan badan air untuk

terbilas secara keseluruhan, sejak mulai masuk kedalam suatu perairan

sampai keseluruhan air tersebut.

8. Kemiringan rata-rata (Mean Slope), dapat menggambarkan luas tidaknya

(31)

aktivitas biologi, kedalaman penetrasi cahaya, kelimpahan biota dan

produktivitas biologi.

9. Morpho Edaphic Index (MEI) merupakan hasil bagi antara nilai daya

hantar listrik perairan dengan kedalaman rata-rata.

Straskraba dan Tundisi (1999) Hubungan antara tipe danau dan

karakteristik pencampuran menunjukan bahwa danau dapat digolongkan

berdasarkan kriteria klasifikasi aliran airnya. Kriteria ini dapat ditentukan dengan

sistem klasifikasi danau dapat dijelaskan berdasarkan lambatnya aliran air yang

keluar dari danau. Hubungan tersebut dapat dibagi kepada tiga kriteria yaitu,

yaitu bersarkan masa tinggal air, pengadukan air, dan tingkat trofiknya. Hal

[image:31.595.111.512.397.518.2]

tersebut dapat dilihat dari Tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara tipe danau dan karakteristik pencampuran

Karakteristik Arus air cepat Arus air sedang Arus air lambat

Waktu tinggal R ≤ 20 (hari) 20 < R ≤ 300 (hari) R > 300 (hari)

Tingkat pencampuran Pencampuran sempurna Mulai terjadi stratifikasi Stratifikasi terjadi secara sempurna

Tingkat trofik Aliran air

menghambat pertumbuhan plankton

Pengaruh arus air tidak dominan, mulai terjadi trofik

Terjadi tingkat trofik

Sumber : Straskraba dan Tundisi (1999)

Kecerahan, Kekeruhan & TSS

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan

secara visual dengan menggunakan Secchi disk, yang nilai keerahannya

diungkapkan dalam satuanmeter. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh padatan

tersuspensi, kekeruhan, partikel koloid, kepadatan plankton, waktu pengukuran,

dan ketelitian orang yang melakukan penelitian (Hoerunisa, 2004).

Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan

(32)

industri). Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat

toksik, akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS, dapat meningkatkan nilai

kekeruhan, yang seterusnya akan menghambat penetasi cahaya matahari kekolom

air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan

(Effendi, 2003).

Zonasi di perairan tergenang secara horizontal adalah : (a). Zona Litoral,

zona ini berada di tepi perairanini umumnya berada diwilayah perairan dangkal

dan dan memiliki penetrasi cahaya sampai kedasar. Pada zona ini terdapat

tanaman air. (b). Zona Limnetik, merupakan daerah perairan terbuka sampai

kedalaman penetrasi cahaya yang efektif, atau disebut tingkat kompensasi dimana

proses fotosintesis seimbang dengan proses respirasi. (c). Zona Profundal,

merupakan bagian dasar air yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya yang efektif.

Pada kolam zona profundal tidak ada. Zonasi di perairan tergenang secara vertikal

adalah : (a). Zona Eufotik, zona dimana penetrasi cahaya masih ada. Pada zona ini

terdapat banyak fitoplankton karena fitoplankton membutuhkan cahaya matahari

untuk melakukan fotosintesis. (b). Zona Disfotik, zona dimana penetrasi cahaya

tidak ada. Pada zona ini fitopalankton tidak ada (Odum, 1996).

Padatan tersuspensi total (TSS) merupakan bahan-bahan dalam air yang

tertahan dengan saringan milipore 0,45 um. Penyebab nilai TSS yang utama

adalah kikisan tanah dan erosi tanah yang terbawa ke badan air. TSS dapat

meningkatkan kekeruhan perairan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi

cahaya matahari ke kolom air (kecerahan perairan semakin kecil) dan akhirnya

berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan. Kesesuaian perairan untuk

(33)

Tabel 3. Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai TSS

Nilai TSS Kriteria < 25

25-80 81-400

>400

Tidak ada pengaruh Pengaruh Sedikit Kurang baik bagi perikanan

Tidak baik bagi perikanan

Sumber: Alabaster dan Llyod, 1982.

Semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang

dan merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis

sama dengan respirasi. Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama

dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi

biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1 % dari

seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan air. Kedalaman

kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga

berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003).

Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya Hantar Listrik menggambarkan kandungan unsur-unsur terionisasi

yang terdapat didalam air. Kesadahan dan DHL mempengaruhi kelayakan hidup

ikan dalam suatu perairan. Nilai DHL diatas 500 µmhos/cm ikan mulai

mengalami tekanan fisiologis, dan bila nilai DHL 1000 µmhos/cm atau lebih

maka ikan tidak dapat bertahan lagi. Dalam perairan batas maksimum ketahanan

ikan dapat lebih tinggi lagi yaitu sekitar 2000 µmhos/cm. Batas-batas tersebut

hanya berlaku bagi ikan-ikan yang dapat hidup di perairan tawar

(34)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015 di

sekitar perairan Danau Pondok Lapan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera

[image:34.595.134.489.315.592.2]

Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, GPS, meteran

berpemberat, alat tulis, perahu, bola duga dan stopwatch.

(35)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan

(Observasi) maupun hasil analisis dari laboratorium untuk data analisis air. Data

morfometri yang didapat dari lapangan meliputi data kedalaman dan keliliing

danau.

Data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen

hasil penelitian atau studi dan data pendukung lainnya yang dikeluarkan oleh

pemerintah pusat atau instansi terkait. Adapun jenis data skunder yang

dikumpulkan adalah data luasan Danau Pondok Lapan sebagai tempat lokasi

penelitian.

Metode Penelitian

Penentuan stasiun pengambilan data dengan metode purposive sampling

dilakukan pada inlet danau, outlet danau, bagian pinggiran danau yang bersudut,

tenagah danau, dan keliling danau.

Langkah Kerja Morfometri

Langkah kerja awal dalam pengambilan data morfometri yaitu menentukan

stasiun untuk pengambilan data. Kemudian pengukuran dimensi permukaan

dilakukan dengan cara mengelilingi pinggiran danau dengan menggunakan alat

Global Positionong System (GPS). Pengukuran dimensi bawah permukaan

(36)

dibantu menggunakan kapal kecil. Mengukur debit inlet dan outlet dengan

menggunakan bola pelampung.

Analisis Data Morfometri

Aspek morfometri dibedakan atas dimensi permukaan dan dimensi bawah

permukaan.

Dimensi permukaan (Surface dimension)

1. Panjang maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan

mengukur jarak terjauh antara dua titik pada tepi danau.

2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan

mengukur jarak terjauh antara dua titik di tepi permukaan danau.

3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan

mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau yang ditarik

tegak lurus terhadap Lmax.

4. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) diperoleh dengan

mengukur jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau ditarik tegak

lurus terhadap Le.

5. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam Ha, Km2 atau m2

) merupakan luas

wilayah permukaan danau, nilainya akan bervariasi tergantung pada

musim. Pengukuran luas permukaan dari peta battimetri menghitung luas

(37)

6. Lebar rata-rata (W dinyatakan dalam meter) merupakan rasio antara

luaspermukaan danau (Ao dalam m2) dengan panjang maksimum (Lmax

dalammeter) (Hariyadi dkk, 1992).

=

��

����

7.

Indeks perkembangan garis tepi (SDI, tanpa satuan) menggakan hubungan

antara SL dengan luas permukaan. Perhitungan SDI dalam bentuk persamaan (Hariyadi dkk, 1992).

���

=

��

22

7

��

2

Keterangan :

SDI > 1 : Bentuk badan perairan tidak beraturan SDI ≤1 : Bentuk badan perairan beraturan

8. Panjang garis keliling danau (shore line/SL dinyatakan dalam meter) dapat

diukur dari peta batimetri dengan menggunakan software ArcView.

Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension)

1. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter) volume dibagi dengan

luas permukaan :

=

2. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan

kedalaman danau pada titik terdalam. Pengukuran secara langsung dapat

(38)

dibawahnya dan secara tidak langsung dapat dibaca pada kontur

kedalaman peta battimetri.

3. Kedalaman relatif (Zr dinyatakan dalam meter) adalah rasio antara Zm

dengan diameter rata-rata permukaan danau. Perhitungan kedalaman

relatif dalam bentuk persamaan (Hariyadi dkk, 1992):

��

=

��

2 ×

√��

√�

× 100%

Keterangan:

Zr < 2% : mudah mengalami pengadukan Zr ≥2% : tidak mudah mengalami pengadukan.

4. Perkembangan volume danau (Volume Development/VD tanpa satuan)

merupakan ukuran yang menggambarkan bentuk dasar danau secara

umum. Perhitungan perkembangan volume danau dalam bentuk persamaan

(Hariyadi dkk, 1992).

��

=

��

1

3

(

��

��

)

Keterangan :

Ao : Luas permukaan air (m2)

Z : Kedalaman rata-rata (m)

Zm : Kedalaman maksimum (m)

Apabila nilai VD > 1 maka dasar perairan relatif rata. Jika nilai

VD ≤ 1 makadasar perairan berbentuk seperti kerucut.

5. Volume total air Danau (V dinyatakan dalam m3) merupakan perkalian

antara luas permukaan (m2) dengan kedalaman rata-rata (m). Ditentukan

oleh asumsi bahwa pada umumnya danau berbentuk kerucut dengan

(39)

V

tot

=

3

(

�� −

1 +

��

+

(

�� −

1) ×

��

� �−1

6. Debit dinyatakan sebagai volume yang mengalir pada selang waktu

tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/ detik.

Q = A x V

Keterangan :

Q : Debit Air (m3/ detik)

A : Luas penampang saluran air (m2)

V : Kecepatan arus (m/ detik)

7. Residence time (RT) atau waktu tinggal air satuannya dalam jam atau hari.

Perhitungan Residence Time adalah sebagai berikut:

��

=

����

����

Keterangan ;

Vtot = Volume total (m3)

Qrat = Debit rata-rata (mV/detik)

8. Kemiringan rata-rata (Mean Slope), dapat menggambarkan luas tidaknya

perairan yang dangkal :

�̅

=

1

� �

1

� ��

2

+

1 +

+

�� −

1 + 1 2

� ���

��

��

× 100%

Dimana:

�̅ = Kemiringan rata-rata (%)

L = Panjang garis keliling dari masing-masing kontur (m) n = Jumlah kontur pada peta

Dm = Kedalaman maksimum (m)

Ao = Luas permukaan (�2)

9. Morpho Edaphic Index (MEI) yaitu parameter yang umum dipakai untuk

(40)

MEI =

���� ������ �������

��������� ���� −����

10. Kedalaman kompensasi merupakan kedalaman yang memiliki intensitas

cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya di permukaan. Penentuan

kedalaman kompensasi dilakukan menggunakan persamaan

Beer-Lambertz Law. Rumus yang digunakan dalam penentuan kedalaman

menggunakan persamaan Beer-Lambertz Law sebagai berikut

(Amalia, 2010).

��

=

4,6

��

Penentuan kedalaman kompensasi dilakukan melalui pendekatan terhadap

kedalaman Secchi disk. Pada pendekatan ini dilakukan perhitungan

koefisien peredupan yang di dasarkan pada kedalaman Secchi disk.

Perhitungan koefisien peredupan (Kd) disajikan sebagai berikut.

��

=

1,7

��

Keterangan:

Kd= Koefisian peredupan cahaya matahari zc = Kedalaman kompensasi

(41)
[image:41.595.115.509.429.574.2]

Tabel 4. Data dimensi permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dimensi Permukaan

Dari hasil pengukuran dilapangan secara langsung didapatkan luas

permukaan danau adalah 63472.78 m2, panjang maksimum 548.28 m, lebar

maksimum 220.23 m serta keliling danau 2200.83 m. Data yang lebih lengkap

dapat dilihat pada tabel 4.

Dimensi Bawah Permukaan

Hasil pengukuran secara langsung didapatkan hasil bahwa volume air

danau 153484.43 m3, debit air yang keluar adalah 12963.456 m3/hari - 14111.712

m3/hari. Kedalaman maksimum yang tercatat adalah 4.15 m, waktu tinggal air

sekitar 11-12 hari dan kemiringan rata-rata 7.35%. Data selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 5.

(42)
[image:42.595.110.511.208.479.2]

Tabel 5. Dimensi Bawah Permukaan

No. Parameter Bulan Satuan Nilai 1 Kedalaman Rata-Rata (Z) M 2.42 2 Kedalaman Maksimal (Zm) M 4.15 3 Kedalaman Relatif (Zr) % 1.40 4 Perkembangan Volume Danau (VD) 1.75 5 Volume Total (Vtot) m³ 153484.43 6 Debit Air (Q) Jan m³/hari 12963.46

Feb 14111.71 Mar 13136.26

7 Residence Time (RT) hari 11-12

8 Kemiringan Rata-Rata % 7.35

9 Morpho Endaphic Index (MEI) Jan µmhos/cm² 0.18

Feb 0.19

Mar 1.94

10 Kedalaman Kompensasi (Zc) Jan M 2.86

Feb 2.86

Mar 2.61

Parameter Fisika

Nilai TSS secara berturut-turut adalah 6.75, 17.75, dan 30.5. Nilai TDS

yang didapat dari pengambilan data adalah423.88, 20.22, dan 236.75. Nilai

kecerahan cahaya adalah 105.625, 105.5, dan 96.5. Data parameter fisika yang

diperoleh dapat diluhat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Parameter Fisika

No. Parameter Satuan Nilai

Januari Februari Maret

1 TSS mg/L 6.75 17.75 30.50

2 TDS mg/L 423.88 20.22 236.75

3 Kecerahan cm 105.63 105.50

45.00

96.50

[image:42.595.115.509.660.755.2]
(43)

Peta Batrimetri

Hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan

software ArcView (langkah-langkah dapat dilihat pada Lampiran 1) dapat dilihat

pada Gambar 3, dan layout kedalaman batimetri secara 3D yang menggunakan

software Surfer 8 (langkah-langkah dapat dilihat pada Lampiran 2) dapat dilihat

[image:43.595.116.514.363.664.2]

pada Gambar 4.

(44)
[image:44.595.137.494.96.397.2]

Gambar 4. Layout Batimetri 3D

Pembahasan

Dimensi Permukaan

Panjang maksimal Danau Pondok Lapan adalah 548.28 m dan lebar

maksimalnya adalah 220.23 m. Panjang efektif dan lebar efektif danau memiliki

nilai yang sama karena didanau tidak adanya pulau atau daratan di dalam danau

tersebut. Karena bila ada pulau maka garis penentuan akan berbeda dengan

panjang maksimum. Menurut Haryadi, dkk., (1992) bahwa panjang maksimum

efektif (Le dinyatakan dalam meter) merupakan panjang permukaan danau

maksimum tanpa melintasi pulau atau daratan yang mungkin terdapat didanau.

Luas permukaan danau yang didapat dari hasil pengukuran menggunakan

(45)

kedalaman maksimum sebesar 4.15 m. Danau dengan kedalaman kurang dari 10

meter merupakan danau yang tergolong danau dangkal. Berdasarkan literatur

Sulastri (2003) bahwa dalam bidang limnologi, situ termasuk kedalam perairan

lentik dan dangkal. Perairan situ memiliki ukuran dan kedalaman yang bervariasi

yakni mulai dari kedalaman 1 sampai 10 meter dan luas mulai dari 1 Ha sampai

160 Ha.

Nilai SDI danau sebesar 4.93, dengan panjang garis keliling danau

2200.83 m. Semakin besar nilai menyatakan bahwa bentuk danau tidak beraturan.

Panjang garis keliling dan nilai SDI akan menentukan besaran nutrien yang

masuk. Semakin panjang garis keliling danau dan nilai SDI yang semakin besar

maka semakin besar pula masukan yang diterima oleh danau. Menurut Wetzel

(1983) menyatakan bahwa indeks perkembangan garis pantai (Shore Line

Development Index / SDI) dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat

produktivitas suatu perairan, jika semakin besar nilainya maka perairan tersebut

semakin subur. Jika nilai SDI ≤ 1, maka danau berbentuk lingkaran teratur. Nilai

SDI antara 1 - 2 danau berbentuk subcircular atau elips, dan jika SDI > 2 maka

danau tersebut tidak beraturan. Tingkat produktivitas perairan tersebut sangat

berkaitan dengan semakin tidak beraturannya bentuk danau sehingga semakin

banyak bagian yang berteluk dan berhubungan dengan daratan sehingga

kemungkinan masuknya nutrien dari daratan juga akan semakin besar.

Danau Pondok Lapan memiliki luas sekitar 6 Ha atau 0.06 Km2 dan

volume 153484.43 m3 . Dengan luas dan volume danau tersebut, dapat dikatakan

bahwa , danau Pondok Lapan memiliki ukuran yang sangat kecil. Kedalaman dan

(46)

menentukan kualitas air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) menyatakan

kedalaman danau memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas air.

bagian yang penting lainnya adalah kedalaman relatif, luas area dan angin yang

terdapat diarea tersebut. Hal ini karena faktor-faktor ini mempengaruhi

pengadukan di danau. Hal ini disebut dengan danu air dangkal, yang

pengadukannya sangat dipengaruhi oleh angin, dan danau air dalam, yang

pengadukan tidak terlalu menentukan sehingga adanya stratifikasi masa air.

Penggolongan danau (berdasarkan luas dan volume) yaitu, sangat kecil (<1 Km2

dan <106 m3), kecil (1-102 Km2 dan 106 – 108 m3), sedang (102-104 Km2 dan 108 –

1010 m3), dan luas (104-106 Km2 dan 1010 – 1011 m3).

Dimensi Bawah Permukaan

Kedalaman rata-rata, kedalaman maksimum dan kedalaman relatif

berturut-turut adalah 2.42 m, 4.15 m dan 1.40%. Dengan kedalaman seperti ini

maka danau dapat dikatakan sebagai danau dangkal. Nilai kedalaman relative ini

menandakan bahwa danau sangat mudah mengalami pengadukan atau upwelling

pada saat tertentu. Pengadukan terjadi akibat perubahan suhu yang dapat

menyebar dan pengadukan juga dapat disebabkan oleh pengaruh angin

dipermukaan sehingga menggerakkan massa air. Hal ini akan menyebakan

perpindahan unsur hara dari dasar perairan ke permukaan. Perpindahan unsur hara

akan mempengaruhi kualitas air dan biota perairan. Berdasarkan Wetzel (2001)

menyatakan bahwa kedalaman relatif ≤ 2% maka pengadukan akan mudah

mengalami pengadukan. Danau dengan kedalaman relatif > 2% maka tidak akan

(47)

Perkembangan Volume Danau (VD) memiliki nilai 1.75. Hal ini dapat

menggambarkan bahwa dasar perairan danau termasuk kedalam golongan datar

atau rata. Dasar danau tidak memiliki bentuk dasar yang perbedaannya begitu

besar. Hal ini juga dapat didukung dengan data kemiringan rata-rata yang hanya

sebesar 7.35% yaitu kemiringan yang landai. Menurut Syah dan Hariyanto (2013)

menyatakan bahwa kemiringan lereng berdasarkan kelas dibagi kedalam lima

kelas yaitu datar (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-45%),

dan sangat curam (>45%). Haryadi, dkk., (1992) menyatakan bahwa nilai

perkembangan volume danau ≤1 menyatakan danau berbentuk kerucut dan nilai

>1 menyatakan dasar perairan tersebut datar.

Volume danau tersebut sekitar 153484.43 m³ atau 153484430 liter.

Dengan debit air yang keluar dari bulan Januari hingga Maret berturut-turut

12963.456 m³/hari, 14111.712 m³/hari, 13136.256 m³/hari. Dari data tersebut,

dapat dicari masa tinggal air danau sekitar ± 11-12 hari. Artinya air yang ada di

dalam danau akan berganti setiap 11-12 hari. Hal ini juga berhubungan dengan

laju pembilasan unsur hara. Unsur hara yang masuk hanya akan bertahan dalam di

danau selama 11-12 hari. Dalam waktu tersebut dikatakan cepat dalam laju

pembilasan. Sumber air masuk tidak ada sehingga disimpulkan bahwa sumber air

berasal dari mata air. Menurut Straskraba dan Tundisi (1999) Hubungan antara

tipe danau dan karakteristik pencampuran menunjukan bahwa danau dapat

digolongkan berdasarkan kriteria klasifikasi aliran airnya. Kriteria ini dapat

ditentukan dengan sistem klasifikasi danau dapat dijelaskan berdasarkan

lambatnya aliran air yang keluar dari danau. Hubungan tersebut dapat dibagi

(48)

tingkat trofiknya. Danau dengan Rt <20 hari maka dikatakan cepat, pengadukan

sempurna dan plankton dipengaruhi arus.

Morpho Endaphic Index (MEI) di danau pada bulan Januari 0.179

µmhos/cm², Februari 0.187 µmhos/cm², dan Maret 1.937 µmhos/cm². Hal ini

didapat dari nilai daya hantar listrik yang ada di dalam air. Berturut-turut nilai

DHL air danau dari bulan Januari hingga Maret adalah 43.2 µmhos/cm, 45

µmhos/cm, 466.75 µmhos/cm. Nilai DHL pada bulan Maret meningkat signifikan

karena terjadi hujan deras beberapa hari sebelum sampling dan menyebabkan

terjadinya pembilasan yang membawa ion-ion di tanah. Ion-ion inilah yang

menjadi faktor tinggi atau tidaknya nilai DHL di badan air. Ion yang ada di badan

air juga mempengaruhi osmoregulasi pada ikan. Noviyanti (2000) menyatakan

bahwa daya hantar listrik menggambarkan kandungan unsur-unsur terionisasi

yang terdapat didalam air. Kesadahan dan DHL mempengaruhi kelayakan hidup

ikan dalam suatu perairan. Nilai DHL diatas 500 µmhos/cm ikan mulai

mengalami tekanan fisiologis, dan bila nilai DHL 1000 µmhos/cm atau lebih

maka ikan tidak dapat bertahan lagi. Dalam perairan batas maksimum ketahanan

ikan dapat lebih tinggi lagi yaitu sekitar 2000 µmhos/cm. Batas-batas tersebut

hanya berlaku bagi ikan-ikan yang dapat hidup di perairan tawar.

Nilai MEI yang didapat dari hasil penelitian tidak mengganggu

pertumbuhan ikan. Hal ini dilihat dari hasil tangkapan ikan yang dilakukan warga

sekitar. Ikan yang ditangkap setiap hari tidak berkurang. Jumlah dan

keanekaragaman ikan yang didapat selalu sama. Menurut Ryder (1965) adapun

kisaran nilai MEI yang menyatakan sebagai perairan yang berproduktivitas tinggi

(49)

terlarut dan zat tersuspensi dalam badan air. Keadaan seperti ini mengakibatkan

tumbuh tumbuhan perairan menerima cahaya yang sedikit dan intensitas

fotosintesis menjadi berkurang, sehingga oksigen yang diproduksi juga berkurang.

Hal ini mengurangi kemungkinan organisme untuk bertahan hidup. Tersuspensi

dalam air dapat mempengaruhi kehidupan di perairan diantaranya menyumbat

insang (saluran pernapasan) ikan dan menghambat pertumbuhan telur atau larva.

Senyawa-senyawa yang telah tersuspensi dalam waktu lama dalam perairan dapat

menyebabkan terhentinya pertumbuhan telur ikan dan organisme perairan lainnya.

Padatan tersuspensi yang terkandung dalam perairan dapat muncul sebagai akibat

peristiwa erosi, limbah-limbah industri, perkembangan alga, atau pembongkaran

atau penyumbatan limbah perairan.

Kecerahan perairan di danau Pondok Lapan pada bulan Januari 1.056 m,

Februari 1.055 m, dan Maret 0.965 m. Kecerahan sangat berkaitan dengan

kedalaman kompensasi dimana kedalaman kompensasi adalah kedalaman yang

masih dapat ditembus cahaya matahari sekitar 1%. Kedalaman kompensasi adalah

kedalaman dimana laju respirasi sama dengan laju fotosintesis. Dari data

kecerahan, kedalaman kompensasi yang didapat adalah 2.858 m, 2.855 m, 2.612

m. Pada bulan Januari, kedalaman kompensasi mencapai 2.858 m. Pada bulan

Februari mencapai 2.855 m, dan Maret mencapai 2.612 m, artinya cahaya

matahari masih ada sebesar 1% di kedalaman 2.612 m – 2.858 m. Menurut

Effendi (2003) semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin

berkurang dan merupakan faktor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana

fotosintesis sama dengan respirasi. Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis

(50)

kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal

1% dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan air.

Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan

sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman .

Parameter Fisika

Kecerahan yang diukur dengan menggunakan Secchi disk

menggambarkan cahaya yang masih dapat menembus lapisan air dengan intensitas

cahaya sebesar 10%. Dibawah intensitas 10% maka Secchi disk tidak dapat

terlihat lagi. Sampai kedalaman dengan intensitas 10% masih terjadi fotosintesis

Menurut Hoerunisa (2004) hasil pengukuran dengan menggunakan Secchi disk

menunjukan kedalaman dengan intensitas cahaya kira-kira 10% dari permukaan.

Nilai TSS dan TDS berturut turut 6.75, 17.75, 30.5 dan 423.88, 20.22,

236.75.Kecerahan juga sangat dipengaruhi nilai TSS dan TDS. Partikel-partikel

yang terlarut dan yang tersuspensi akan mengakibatkan cahaya yang masuk

terhalang dan diserap oleh partikel yang ada. Meningkatnya nilai TDS dan TSS

mengurangi penetrasi cahaya. Menurut Alabaster dan Llyod (1982) padatan

tersuspensi total (TSS) merupakan bahan-bahan dalam air yang tertahan dengan

saringan milipore 0,45 um. Penyebab nilai TSS yang utama adalah kikisan tanah

dan erosi tanah yang terbawa ke badan air. TSS dapat meningkatkan kekeruhan

perairan yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom

air (kecerahan perairan semakin kecil) dan akhirnya berpengaruh terhadap proses

(51)

Analisis Pengelolaan

Dalam pengelolaan Danau Pondok Lapan harus memperhatikan beberapa

aspek yang penting. Untuk dikelola sebagai sumber air minum, pengambilan air

tidak boleh melebihi debit air yang keluar secara alami. Perbedaan debit air yang

cukup merata menggambarkan bahwa sumber air berasal dari air tanah

mengeluarkan jumlah yang tetap konstan. Sehingga volume air di dalam danau

tetap.

Untuk dimanfaatkan sebagai keramba jaring apung (KJA) dan keramba

jaring tancap (KJT) maka harus dilihat dari tempat yang memiliki kedalaman yang

sesuai dan harus memperhatikan letak outlet danau. Tempat terdalam sekitar 3-4

meter dapat dijadikan tempat KJA. Tempat yang landai dan dengan kedalaman

1-2 meter dapat dijadikan KJT sehingga pengelolaan dapat dengan mudah

dilakukan.

Untuk aktivitas memancing yang telah ada, tidak mengganggu kelestarian

danau. Dari ikan yang didapat, jenis ikan dan jumlah yang hampir selalu sama

menandakan bahwa kegiatan tersebut tidak berdampak pada kerusakan ekosisten

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Aspek morfometri Danau Pondok Lapan adalah luas danau sekitar 63472.78

m², panjang maksimum 548.28 m, lebar maksimum 220.23 m, keliling

2200.83 m, kedalaman maksimum 4.15 m, dengan dasar perairan yang landai

dan bentuk permukaan dasar danau yang tidak beraturan.

2. Kapasitas Danau Pondok Lapan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

adalah volume air 104679.59 m³, debit air sekitar 12963.456 m³/hari-

14111.712 m³/hari, masa tinggal air danau ± 11-12 hari, kecerahan air sekitar

0.965 m–1.056 m dengan kedalaman kompensasi sekitar 2.612 m–2.858 m

Saran

Dalam penelitian ini, hanya dibahas tentang bentuk dan volume danau.

Untuk dapat memanfaatkan danau ini diperlukan penelitian tentang daya dukung

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J. S. dan R. Llyod. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Butterworths. London.

Amalia, F. J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido, Bogor,

Jawa Barat, Melalui Beberapa Pendekatan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Bohn, V.Y., G. M. E. Perillo and M. C. Picollo. 2011. Distribution and morphometry of shallow lakes in a temperate zone (Buenos Aires

Province, Argentina). Asociacio´n Ibe´rica de Limnolog´ıa. Spain.

[Jurnal] Limnetica, 30 (1): 89-102. ISSN: 0213-8409 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Fakhrudin, M., H. Wibowo, H Agita R., l. Ridwansyah, D. Daruati. dan A. Hamid. 2010. Kajian Hidroklimatologi Sebagai Dasar Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bencana Kematian Massal Ikan di Danau Maninjau Sumbar. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Cibinong.

Florida Lakewatch. 2001. A Beginner’s Guide to Water Management Lake

Morphometry.University of Florida. Florida.

Ghufran, M., dan K. Kordi, 2010. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Goldman, C. R. dan A. J. Horne. 1983. Limnology. Mc Grow-Hill International Book Company. Tokyo.

Hadijah, O. 2002. Kajian Morfometri dan Karakteristik Kualitas Air Situ Cilala, Kemang, Bogor, Jawa Barat. Institut pertanian Bogor. Bogor.

Hakanson, L. 1981. A Mannual of Lake Morphometry. Springer.

Haryadi, S., I. N. N. Suryadiputra dan B. Widigdo. 1992. Limnologi Metoda Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hillier, A. 2008. Working With ArcView 10. University of Pennsylvania. America.

(54)

Lukman dan I. Ridwansyah. 2009. Telaah Kondisi Fisik Danau Poso dan Prediksi Ciri Ekosistem Perairannya. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Cibinong. [Jurnal] LIMNOTEK16(2) : 64-73.

Noges, T. 2009. Relationships Between Morphometry, Geographic Location And Water Quality Parameters Of European Lakes. University of Life Sciences. Estonia. [Jurnal] Hydrobiologia 633 : 33–43.

Noviyanti, D. 2000. Beberapa Aspek Limnologis Situ Baru Cibubur Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Peraitran Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Odum, E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh : Ir. Tjahyono Samingan,

M.Sc dan Ir. B. Srigandono, M.Sc. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Ryder. R. A. 1965. A Method For Estimating The Potential Fish Production Of North-Temperate Lakes. Transactions of the American Fisheries Society [Jurnal]. 94 : 214-218.

Siregar, V. P. dan M. B. Selamat. 2009. Interpolator dalam Pembuatan Kontur Peta Batimetri. Universitas Hasanuddin. Makassar. [Jurnal]. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 1(1) : 39-47.

Stefanidis, K. and E. Papastergiadou. 2012. Relationships Between Lake Morphometry, Water Quality, And Aquatic Macrophytes, In Greek Lakes. University of Patras. Greece. [Jurnal] Fresenius Environmental Bulletin 21(10) : 3018-3026.

Straskraba, M. dan J. G. Tundisi. 1999. Guidelines of Lake Menagement Vol. 9. International Lake Environment Committee Foundation. Shiga. Jepang. Sugiharto, A. 2008. Arcview Gis 3.3. Universitas Dipenogoro. Semarang.

Sulastri. 2003. Karakteristik Ekosistem Perairan Dangkal. Prosiding Menajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Bogor. Suwignyo, P. 2003. Ekosistem Perairan Pedalaman, Tipologi Dan Permasalahan.

Prosiding Menajemen Bioregional Jabodetabek : Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Bogor.

(55)

Tambunan, F. 2010. Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wetzel, R. G. 1983. Limnology Second Edition. W.B Sounders Company. Philadelphia.

(56)

Lampiran 1. Pengolahan Data di ArcView

1.Buka Ms. Exel 2. Masukkan koordinat yang dicatat

3.Ubah format file menjadi (txt.) 4. Buka software ArcView

5.Klik Table lalu Add 6. Piih file yang yang telah disimpan

(57)

9.Klik View dan pilih Add Event Theme 10. Lalu muncul tampilan ini dan Ok

11. Akan muncul gambar ini 12. Hubungkan titik dengan polygon

13.Ubah format menjadi shapefile 14. Polygon dibuat dengan kadalaman

tertentu

15.Ukur luas setiap lapisan polygon 16. Buka View baru dan masukkan Peta

(58)

17.Tandai lokasi penelitian 18. Klik View dan pilih Layout

19.Klik layout dengan Inset dan Ok 20. Akan muncul tampilan ini

21.Buat elemen yang ada di peta 22. Setelah itu export file menjadi JPEG.

(59)

Lampiran 2. Pengolahan Data di Surfer 8

1.Buka Ms. Exel 2. Masukkan koordinat yang dicatat

3. Ubah format file menjadi (txt.) 4. Buka software Surfer 8

5. Klik menu Grid pada toolbar 6. Pilih menu Data dan klik

(60)

9. Klik Ok bila Gridding Report telah 10. Pilih menu 3D di sisi kanan toolbar berhenti

11. Pilih File yang telah diganti 12. Hasil yang diperoleh formatnya menjadi (Grid.)

13. Klik export file 14. Pilih format (JPEG.)

(61)

Lampiran 3. Foto Alat Penelitian

Meteran berpemberat Bola duga

GPS Stopwacth

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Kategori ukuran danau
Tabel 2. Hubungan antara tipe danau dan karakteristik pencampuran
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri dalam menghadapi Perubahan body Image saat menarche di SMP Negeri 01 Ngluwar Magelang.

Pert umbuhan t anaman yang dinyat akan dalam paramet er Indeks Luas Daun (ILD), Laju Asimilasi Bersih (LAB) dan Laju Tumbuh Tanaman (LTT) t anaman t omat pada perlakuan pupuk

Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Hubungan Paritas Dengan Inkontinensia Urin Pada Usia Lanjut Di Dusun Bendo,

Unlike investments in conventional commercial bank which the return settled and debt contracts, investment funds in Islamic banks using mudharabah the return calculated based on

Hasil menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan partisipasi ibu dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di desa Maguwoharjo, Sleman

Air limbah tahu yang ada pada bak penampung limbah influent dialirkan ke dalam kolom biofilter dengan arah aliran ke atas ( up flow ), masuk dari bagian bawah kolom

digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia berbahaya... • Peralatan pelindung mata ini terdiri dari