• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari analisa data yang dilakukan, diperoleh bahwa pemberian NAA tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan, sedangkan pemberian BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan yang lain. Adapun interaksi antara NAA dan BAP tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Persentase eksplan yang hidup (%)

Dari data pengamatan persentase eksplan yang hidup pada Lampiran 4,

dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi NAA, BAP dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter persentase eksplan yang hidup.

Rataan persentase eksplan yang hidup dari perlakuan konsentrasi NAA

dan BAP dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap persentase ekplan yang hidup Perlakuan N0 N1 N2 N3 Rataan B0 100 100 100 100 100 B1 100 100 100 100 100 B2 100 100 100 100 100 B3 100 100 100 100 100 Rataan 100 100 100 100 100

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa semua perlakuan konsentrasi NAA, BAP dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase eksplan yang hidup yaitu sebesar 100%.

34

34 Persentase eksplan membentuk tunas (%)

Dari data pengamatan persentase eksplan membentuk tunas pada

Lampiran 5, dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi NAA, BAP dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter persentase eksplan membentuk tunas.

Rataan persentase eksplan membentuk tunas dari perlakuan konsentrasi

NAA dan BAP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap persentase eksplan membentuk tunas Perlakuan N0 N1 N2 N3 Rataan B0 100 100 100 100 100 B1 100 100 100 100 100 B2 100 100 100 100 100 B3 100 100 100 100 100 Rataan 100 100 100 100 100

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua perlakuan konsentrasi NAA, BAP dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase ekplan membentuk tunas yaitu sebesar 100%.

Jumlah tunas (buah)

Dari data pengamatan jumlah tunas pada Lampiran 6 dan sidik ragam pada

Lampiran 7, dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas sedangkan konsentrasi NAA dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah tunas.

Rataan jumlah tunas dari perlakuan konsentrasi NAA dan BAP dapat

35

35

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap jumlah tunas

Perlakuan N0 N1 N2 N3 Rataan B0 1,25 1,50 1,50 1,00 1,31 c B1 1,50 1,00 1,00 1,50 1,25 c B2 1,50 1,50 2,00 1,50 1,63 b B3 1,50 1,50 2,00 2,00 1,75 a Rataan 1,44 1,38 1,63 1,50 1,48

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan pengaruh nyata pada uji jarak Duncan pada taraf kepercayaan 0,05

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah tunas tertinggi pada perlakuan

NAA terdapat pada N2 yaitu sebesar 1,63 buah yang tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada N1 yaitu yaitu sebesar 1,38 buah.

Pada perlakuan BAP jumlah tunas tertinggi terdapat pada B3 yaitu sebesar 1,75 buah yang berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada B1 yaitu yaitu sebesar 1,25 buah.

Pengaruh konsentrasi BAP pada jumlah tunas dapat dilihat pada

Gambar 1.

36

36 Panjang tunas (cm)

Dari data pengamatan panjang tunas pada Lampiran 8 dan sidik ragam

pada Lampiran 9, dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi NAA, BAP dan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter panjang tunas.

Rataan panjang tunas dari perlakuan konsentrasi NAA dan BAP dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap panjang tunas

Perlakuan N0 N1 N2 N3 Rataan B0 0,75 2,02 0,58 0,55 0,98 B1 1,04 0,63 0,97 1,19 0,96 B2 1,26 0,60 1,08 0,60 0,89 B3 2,40 0,92 0,76 0,55 1,16 Rataan 1,36 1,04 0,85 0,72 0,99

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa panjang tunas terpanjang pada perlakuan NAA terdapat pada N0 yaitu sebesar 1,36 cm yang tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada N3 yaitu sebesar 0,72 cm.

Pada perlakuan BAP panjang tunas terpanjang pada perlakuan B3 yaitu sebesar 1,16 cm yang tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada B2 yaitu sebesar 0,89.

Jumlah buku (buah)

Dari data pengamatan jumlah buku pada Lampiran 10 dan sidik ragam

37

37

interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah buku.

Rataan jumlah buku dari perlakuan konsentrasi NAA dan BAP dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi NAA dan BAP terhadap jumlah buku

Perlakuan N0 N1 N2 N3 Rataan B0 1,25 2,75 2,00 1,00 1,75 B1 3,50 1,75 2,00 3,75 2,75 B2 3,50 2,00 3,75 1,50 2,69 B3 3,25 1,55 4,25 2,75 2,95 Rataan 2,88 2,01 3,00 2,25 2,57

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah buku tertinggi pada perlakuan NAA terdapat pada N2 yaitu sebesar 3,00 buah yang tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada N1 yaitu sebesar 2,01 buah.

Pada perlakuan BAP jumlah buku tertinggi pada perlakuan B3 yaitu sebesar 2,95 buah yang tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan dan terendah pada B0 yaitu sebesar 1,75 buah.

Pembahasan

Pengaruh NAA terhadap mikropropogasi kantung semar

Dari hasil analisis data diketahui bahwa pemberian NAA tidak

berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan seperti persentase eksplan yang hidup, persentase eksplan membentuk tunas, jumlah tunas, jumlah buku, dan panjang tunas. Hal ini diduga karena NAA bekerja pada kisaran konsentrasi yang rendah dan memiliki kisaran kepekatan yang sempit. Apabila konsentrasi yang

38

38

diberikan kepada eksplan melebihi batas kepekatan maka NAA akan menjadi racun bagi tanaman karena mendekati kepekatan optimum perakaran sehingga pertumbuhan dari tunas akan terhambat. Hendaryono dan Wijayani (1994) NAA juga mempunyai sifat-sifat yang tidak baik juga, karena mempunyai kisaran kepekatannya yang sempit. Batas kepekatan yang meracun dari zat ini sangat mendekati kepekatan optimum untuk perakaran. Dengan demikian, kita perlu waspada agar kepekatan optimum ini tidak terlampaui. Selain itu, diduga karena konsentrasi NAA yang diberikan belum tepat sehingga belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap eksplan yang dikulturkan. Gunawan (1992) menyatakan faktor yang perlu mendapat perhatian dalam penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa inkubasi dalam kultur tertentu. .

Pengaruh BAP terhadap mikropropogasi kantung semar

Dari hasil analisis data diketahui bahwa pemberian BAP berpengaruh

nyata terhadap jumlah tunas dan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah amatan yang lain seperti persentase eksplan yang hidup, persentase eksplan membentuk tunas, jumlah buku, dan panjang tunas. BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, dikarenakan BAP yang diberikan kepada eksplan masih bisa diabsorbsi dan ditranslokasikan ke jaringan sehingga proses pembentukan tunas berjalan dengan baik. Namun, disisi lain pemberian BAP tidak menampakkan pengaruhnya terhadap peubah amatan yang lain, hal ini diduga karena eksplan belum dapat mengabsorbsi dan mentranslokasikan BAP secara maksimal sehingga

39

39

pertumbuhan dan perkembangan tanaman ada yang terhambat. Wattimena, dkk (1992) menyatakan zat pengatur tumbuh yang diberikan harus dapat diabsorbsi dan ditranslokasikan ke jaringan target. Hal ini tentu tergantung dari formulasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi tersebut belum dapat diabsorbsi dan ditranslokasikan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Pengaruh interaksi konsentrasi NAA dan BAP terhadap mikropropogasi kantung semar

Dari hasil analisis data diketahui bahwa interaksi NAA dan BAP tidak

berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pengamatan seperti persentase eksplan yang hidup, persentase eksplan membentuk tunas, jumlah tunas, jumlah buku, dan panjang tunas. Hal ini diduga karena interaksi konsentrasi NAA dan BAP yang diberikan belum mampu mencapai taraf keseimbangan untuk pertumbuhan dan morfogenesis tanaman. Wattimena (1992) menyatakan bahwa di dalam kultur jaringan morfogenesis dari eksplan selalu tergantung dari interaksi antara auksin dan sitokinin. Perlu diperhatikan bahwa apa yang digambarkan tentang pengaruh interaksi auksin dan sitokinin merupakan gambaran kasar. Interaksi yang ditemukan dalam praktek pada umumnya lebih kompleks.

Konsentrasi yang diperlukan dari masing-masing ZPT tersebut

(auksin dan sitokinin) tergantung dari jenis eksplan, genotipa, kondisi kultur serta jenis sitokinin dan auksin yang dipergunakan. Selain itu, pada keadaan tertentu BAP menghambat pengaruh auksin terhadap eksplan sehingga proses

40

40

pertumbuhan dan perkembangan eksplan menjadi terhambat. Didukung juga oleh George dan Sherrington (1984) sitokinin biasanya tidak digunakan untuk tahap pengakaran pada mikropropogasi karena aktivitasnya yang dapat menghambat pembentukan akar, menghalangi pertumbuhan akar, dan menghambat pengaruh auksin terhadap inisiasi akar pada kultur jaringan sejumlah spesies tertentu.

Dokumen terkait