• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Bunga

Bunga jarak pagar tersusun dalam malai yang berbentuk dikasium berganda, sebagaimana dinyatakan oleh Raju dan Ezradanam (1992). Bentuk malai seperti ini mempunyai ciri-ciri tiap bunga bertangkai, melekat pada tangkai malai, terbentuk pada ujung setiap tangkai utama, dan cabang malai bercabang lagi seperti tangkai utama bercabang (Darjanto dan Satifah, 1990). Malai terdiri dari malai utama yang umumnya memiliki ukuran lebih pendek dan dua cabang. Jumlah bunga pada malai utama selalu lebih sedikit dari cabang malai, karena malai utama tumbuhnya terbatas, sehingga kuncup yang muncul di malai ini tidak sebanyak di cabang malai. Secara umum perkembangan bunga jarak pagar dapat dikelompokkan menjadi empat fase (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi Perkembangan Morfologi Bunga

Fase ke- Keterangan

1 Panjang kuncup 2-3 mm, berwarna hijau, dengan jumlah bervariasi, antara 1-7 dan terdapat daun disekitar kuncup bunga. Lama fase 2-6 hari (Gambar 1A).

2

Tangkai sepanjang 0,3-0,5cm, kelopak bunga mulai terlihat, mahkota masih menutup, panjang kuncup 5-7 mm, warna kuncup hijau, mendekati mekar berubah warna menjadi hijau kekuningan. Jumlah mencapai >190 kuncup/malai. Kuncup bunga jantan dan betina sudah dapat dibedakan. Lama fase 14-15 hari (Gambar 1B). 3 Bunga mekar, organ bunga seperti sepal, petal, stamen dan pistil

terlihat jelas, diameter bunga 0,5-1 cm, warna hijau kekuningan, daun di sekitar bunga tidak ada, jumlah bunga (jantan dan betina) bervariasi antara 45-155/malai. Lama fase 14-21 hari (Gambar 1C). 4 Semua organ bunga jantan rontok, sedangkan pada bunga betina

dan hermaprodit hanya mahkotanya yang rontok. Ovarium pada bunga betina dan hermaprodit mulai membesar dan akan berkembang menjadi buah. Lama fase 7-8 hari (Gambar 1D).

Gambar 1. Perkembangan Bunga Jarak Pagar: A: Fase 1, B: Fase 2, C: Fase 3, D: Fase 4.

Fase kuncup

Fase awal pembungaan dimulai dengan pembentukan kuncup pada ujung tunas terminal, kuncup bunga meruncing dengan dikelilingi banyak daun kecil berjumlah antara 3-10 helai (Gambar 2A), pada bagian bawah masing-masing kuncup bunga sudah terbentuk tangkai. Jumlah kuncup bervariasi sekitar 1-7. Fase ini berlangsung selama 2-6 hari. Kuncup bunga membesar dan lebih bulat pada 3-7 hari setelah muncul (Gambar 2B). Penambahan jumlah kuncup terjadi dengan cepat disertai terbentuknya cabang-cabang malai. Jumlah kuncup yang terbentuk dalam satu malai bervariasi antara 50-190 kuncup, bahkan lebih. Daun kecil yang terlihat saat awal munculnya kuncup berangsur angsur mulai berubah menjadi kelopak. Kuncup yang berada di tengah malai dan atau di tengah cabang utama malai ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan kuncup yang terbentuk di sekitarnya, diduga karena kuncup ini terbentuk lebih dahulu dan terletak pada cabang utama (Gambar 2C).

Berdasarkan ukurannya pada akhir fase kuncup sudah dapat diidentifikasi sebagai bunga jantan atau betina. Umumnya kuncup bunga betina atau hermaprodit berkembang lebih dulu daripada kuncup bunga jantan, dengan

A

D B

ukuran lebih besar dari kuncup bunga jantan. Sedangkan kuncup bunga hermaprodit lebih besar dibandingkan kuncup bunga betina. Mendekati saat mekar, kuncup memiliki ukuran maksimum dan warnanya mulai menampakkan perubahan dari hijau menjadi hijau kekuningan. Kuncup bunga betina atau hermaprodit yang akan mekar didahului dengan ujung stigma menembus mahkota yang masih menutup. Lama fase kuncup berkisar antara 16-21 hari setelah muncul.

Gambar 2. Kuncup Bunga Jarak Pagar: A. Saat muncul B. 3 hari setelah muncul C. 14 hari setelah muncul.

Fase Mekar

Malai jarak pagar terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (monosius), atau bunga hermaprodit (andromonosius). Memasuki fase mekar, umumnya kuncup bunga yang berada di ujung malai utama mekar lebih dahulu dibandingkan kuncup yang lain (Gambar 3). Perbedaan waktu mekar bunga jarak pagar dalam satu malai diduga disebabkan perbedaan fase perkembangan, kuncup yang terbentuk lebih dahulu akan mekar lebih dahulu. Menurut Hasnam (2006) bunga betina membuka 1-2 hari sebelum bunga jantan.

Bunga jarak pagar memiliki lima sepal dan lima petal yang berwarna hijau kekuningan, bunga berbentuk seperti cawan dan memiliki tangkai.

B

Gambar 3. Bunga Mekar Pertama.

Komposisi yang sering terjadi dalam satu malai adalah bunga jantan dengan bunga betina atau bunga jantan dengan hermaprodit. Antera pada bunga jantan jumlahnya berbeda-beda, berkisar antara 2-10, berwarna kuning atau merah (Gambar 4A). Anter yang berwarna kuning menghasilkan serbuk sari, sedangkan yang merah steril. Stigma bunga betina dan hermaprodit berwarna hijau, berjumlah tiga, dengan masing-masing pada ujungnya bercabang dua, tetapi stilus menyatu (Gambar 4B). Pada bunga hermaprodit posisi kepala putik terhadap kepala sari bervariasi, lebih tinggi, sama, atau kadang-kadang lebih rendah (Gambar 4C). Bunga betina umumnya terletak di bagian ujung tengah tangkai, baik malai utama maupun cabang malai (Gambar 5).

Gambar 4. Bunga Jarak Pagar: A: Bunga Jantan B: Bunga Betina C: Bunga Hermaprodit.

4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 1 :Bunga jantan : Bunga betina/hermaprodit Keterangan: 3

Gambar 5. Skema Malai Bunga Jarak Pagar: 1: mekar ke-1, 2: mekar ke-2, 3: mekar ke-3 4: mekar ke-4.

Lama fase berbunga dalam 1 malai adalah 14-21 hari. Menurut Hasnam (2006) lama pembungaan infloresensia jarak pagar adalah 10-15 hari. Pada jarak pagar jumlah bunga betina dan hermaprodit dalam satu malai sangat sedikit. Rata-rata rasio jumlah bunga betina/hermaprodit dengan bunga jantan pada 18 malai sampel sebesar 1:12 (Tabel 2).

Tabel 2. Rasio Bunga Betina dan Hermaprodit dengan Bunga Jantan

Rasio ♀:♂ Frekuensi (∑ Malai) 0.01 - 0.10 13

0.11 – 0.20 4 0.21 – 0.30 0 0.31 - 0.40 1

Rasio bunga betina/hermaprodit terhadap bunga jantan berkorelasi terhadap jumlah buah yang dihasilkan, dengan nilai korelasi sebesar 0.617, artinya semakin tinggi rasio bunga betina/hermaprodit terhadap bunga jantan semakin tinggi jumlah buah yang dihasilkan. Jumlah bunga betina dan hermaprodit yang sedikit inilah yang sampai saat ini menjadi salah satu kendala peningkatan

produksi biji jarak pagar baik untuk benih maupun untuk produksi minyak. Menurut Hartati (2006) perbedaan jumlah bunga jantan dan betina dalam malai dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya karena kekurangan unsur hara pembentuk bunga. Selain itu hal tersebut dapat disebabkan karena potensi pembentukan bunga betina yang memang rendah, curah hujan terlalu tinggi, atau umur tanaman yang belum optimal. Menurut Romli, dkk ( 2007), penambahan unsur N dapat meningkatkan jumlah tandan.

Bunga hermaprodit mekar antara pukul 07.00-08.30, saat cuaca cerah. Antera bunga hermaprodit pecah hampir bersamaan waktunya dengan bunga jantan. Sedangkan ujung mahkota bunga betina mulai membuka antara pukul 07.00-08.00, mekar penuh antara pukul 08.00-09.00, saat cuaca cerah. Pada bunga betina, antara jam 09.00-10.00 tepat di dasar bunga dijumpai nektar yang banyak dan menarik perhatian serangga untuk hinggap, diantaranya kupu-kupu, lebah, kumbang, dan semut. Mendekati jam 12.00, nektar mengering. Saat mekar, bunga hermaprodit memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga betina maupun jantan. Bunga hermaprodit memiliki diameter sekitar 1,4 cm, bunga betina 1,2 cm, dan bunga jantan 0,5 cm. Pada sore hari, bunga yang telah mekar mulai terlihat menjadi tidak segar. Sering dijumpai sehari setelah mekar ujung stigma bunga betina atau hermaprodit berwarna hitam. Stigma yang menghitam menunjukkan telah mengalami penyerbukan. Ovarium pada bunga betina atau hermaprodit yang sudah dibuahi mulai membesar 4-5 hari setelah antesis.

Fase Rontok

Tingkat kerontokan bunga betina dan hermaprodit rata-rata sebesar 11,76% per malai, sedangkan sisanya tetap bertahan sampai menghasilkan buah. Menjelang rontok, bunga jantan akan berubah struktur bunganya menjadi hitam termasuk mahkota, kelopak, anther, dan tangkainya, bunga menjadi mengkerut dan akan rontok pada umur 3-4 hari setelah mekar. Sedangkan bunga betina maupun hermaprodit meskipun mahkotanya layu atau bahkan rontok, umumnya masih bertahan hingga menghasilkan buah. Apabila tidak diserbuk bunga betina dan hermaprodit dapat bertahan hingga hari ke-2 setelah antesis dengan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Malai Sampel Jum la h Y ang D iha si lk an

Bunga Betina/Hermaprodit Buah

ditunjukkan kondisi stigma yang masih segar. Memasuki hari ke-3 setelah antesis, stigma mulai terlihat layu.

Ketika bunga jantan rontok, maka semua bagian bunga akan rontok. Berbeda halnya dengan bunga hermaprodit dan betina, yang hanya mengalami kerontokan mahkota bunganya saja, sedangkan kelopak dan tangkai masih ada, berubah menjadi tangkai buah seiring dengan membesarnya bakal buah. Bunga betina dan hermaprodit yang mengalami kerontokan umumnya terjadi setelah 3 HSA. Waktu yang diperlukan sebuah malai jarak pagar dari mulai kuncup, berbunga hingga rontok adalah 37-50 hari.

Fase Pembentukan Buah

Pembentukan buah ditandai dengan pembesaran ovarium, yang mulai dapat diamati pada 4-5 HSA. Buah akan semakin membesar dan stigma mengering lalu rontok pada 6 HSA. Jumlah bunga betina/hermaprodit bervariasi antar malai, rata-rata sembilan bunga betina/malai. Pembentukan buah cukup tinggi dengan rata-rata 88,24% (Gambar 6) bahkan pada beberapa malai semua bunga betina/hermaprodit berkembang menjadi buah yang masak (Lampiran 2).

Viabilitas Polen

Bunga jantan mulai terbuka ujung mahkotanya antara pukul 06.00-07.00 mekar penuh terjadi antara pukul 07.00-08.00. Antera bunga jantan pecah kurang lebih satu jam setelah mekar. Saat antera pecah, polen berjatuhan di sekitar mahkota. Waktu pengambilan polen berpengaruh terhadap persentase polen berkecambah (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase Polen Berkecambah pada Berbagai Waktu Pengambilan Sampel

Perlakuan Polen Berkecambah (%)

07.00 19.303 abc 08.00 29.007 a 09.00 24.010 ab 10.00 14.973 abcd 11.00 6.493 cd 12.00 9.660 bcd 13.00 11.100 bcd 14.00 10.733 bcd 15.00 8.233 bcd 16.00 1.110 d 17.00 0.000 d

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata antara perlakuan tersebut, dengan uji DMRT, α=5%.

Polen yang diambil pada pukul 07.00 memiliki daya berkecambah 19,303%, pukul 08.00 memiliki viabilitas yang paling tinggi, yakni mencapai 29,007%, pukul 09.00 sebesar 24,010% , pukul 10.00 sebesar 14,973% dan terus menurun hingga 0% saat pukul 17.00. Ketika waktu bertambah siang, viabilitas polen memiliki kecenderungan menurun. Darjanto dan Satifah (1990) menyatakan bahwa penurunan jumlah polen yang berkecambah dapat disebabkan karena suhu yang lebih tinggi akan banyak menyebabkan terjadinya penguapan air dan polen akan mengering sehingga mati. Secara umum tabung polen dianggap normal apabila memiliki panjang lebih dari atau sama dengan diameter polen (Gambar 7).

Gambar 7. Polen Jarak Pagar: A: belum berkecambah, B: mulai berkecambah, C: sudah berkecambah (pembesaran 400 x ).

Masa Reseptif Stigma

Serangga yang hinggap saat bunga mekar seperti lebah, kupu-kupu, semut, dan kumbang banyak yang hinggap saat bunga mekar (Gambar 8). Saat masih pagi, secara visual jumlah nektar yang dihasilkan belum terlalu banyak. Mendekati pukul 09.00, jumlah nektar yang dihasilkan banyak, hingga pukul 10.00. Mendekati pukul 12.00, nektar di dasar bunga telah mengering. Hasil pengamatan terhadap permukaan stigma pada pukul 08.00, terlihat tidak rata, tetapi terdapat tonjolan-tonjolan.

Melihat keadaan bunga betina dan hermaprodit jarak pagar selama antesis, maka diduga masa reseptif stigma bunga betina dan hermaprodit diperkirakan terjadi antara pukul 08.00-10.00 (Tabel 4), yang ditunjukkan dengan bunga yang telah mekar sempurna, bagian dasar bunga mengeluarkan nektar, sehingga mengundang sejumlah serangga untuk hinggap, bertepatan dengan viabilitas polen yang maksimum. Maka diduga penyerbukan yang terjadi pada selang waktu tersebut mempunyai peluang keberhasilan yang besar. Serangga secara tidak langsung telah menjadi media perantara dalam proses penyerbukan. Pada saat bunga mekar, jika stigma mengalami penyerbukan akan mengalami perubahan warna menjadi hitam pada 1 HSA. Tetapi stigma yang tidak mengalami penyerbukan akan tetap segar hingga 2 HSA dan memasuki 3 HSA umumnya stigma mulai layu.

Gambar 8. Serangga Penyerbuk Bunga Jarak Pagar. Tabel 4. Fenologi Individu Bunga Jarak Pagar

Hari ke- Waktu Bunga Jantan Bunga Betina 1 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00-17.00

Ujung kuncup mulai membuka Bunga mekar sempurna Antera pecah, serbuk sari berjatuhan di sekitar mahkota yang terdapat bulu-bulu halus berwarna putih

Nektar muncul di dasar bunga disertai aroma khas jarak tetapi tidak sekuat pada bunga betina. Banyak didatangi semut Mahkota mulai layu, dan terlihat garis memanjang.

Warna antera mulai pudar, mahkota layu

Mahkota layu, warna mahkota pudar

Mahkota layu, warna mahkota pudar

Kuncup menutup

Ujung kuncup mulai membuka Bunga mekar sempurna

Nektar terlihat di dasar bunga disertai aroma khas jarak. Tonjolan muncul di permukaan stigma. Serangga seperti semut, kupu dan lebah mulai berdatangan Nektar tidak sebanyak pada jam 09.00 aroma khas jarak dan tonjolan di permukaan stigma masih ada. Banyak dihinggapi serangga Nektar mengering, aroma masih ada, mahkota mulai layu, terlihat garis pada mahkota, stigma segar berwarna hijau

Aroma tidak sekuat sebelumnya, mahkota layu, sesekali masih didatangi serangga

Aroma sudah tidak ada, mahkota layu, warna pudar, kelopak berwarna hijau tua, stigma segar berwarna hijau

2 06.00-08.00

09.00-17.00

Antera berwarna coklat/kehitaman, mahkota layu berwarna kuning kusam, tangkai bunga hijau kecoklatan

Keseluruhan bunga layu dan mulai mengering

Mahkota layu berwarna kuning kecoklatan, stigma segar berwarna hijau, kelopak berwarna hijau tua Mahkota kuning kecoklatan, layu, stigma terlihat berwarna hijau segar, kelopak berwarna hijau tua

Penentuan Masak Fisiologis

Kulit buah jarak saat masih muda berwarna hijau gelap. Semakin lama kulit buah menjadi hijau kekuningan, hingga berganti menjadi kuning. Saat buah berumur 37 HSA masih berwarna hijau, dengan ukuran buah satu dengan yang lain masih belum seragam ada yang sudah terlihat besar ada yang kecil, kulit masih keras. Buah berumur 42 HSA berwarna hijau, sedikit lebih tua, kulit masih keras, ukuran sudah relatif sama antara satu dengan yang lain. Buah berumur 47 HSA kulitnya berwarna hijau kekuningan, kekerasan buah sedikit berkurang. Buah berumur 52 HSA kulitnya berwarna kuning, tidak keras, mudah dibuka dengan tangan dan saat buah berumur 57 HSA kulitnya kuning kehitaman atau hitam dan lembek, ada juga yang telah mengering (Gambar 9). Saat umur 37 HSA biji masih didominasi warna putih, saat umur 42 HSA bagian tengah biji sebagian besar masih berwarna putih walupun sudah mulai terlihat warna kecoklatan di ujung-ujungnya, 47 HSA biji berwarna coklat pada bagian tengah, sedangkan kedua ujungnya sudah berwarna hitam, 52 HSA biji berwarna hitam mengkilat dan saat umur 57 HSA biji berwarna hitam kusam (Gambar 10). Jumlah biji bisa diduga dari bentuk luar buah. Pengamatan tolok ukur viabilitas dan vigor menunjukkan bahwa tingkat kemasakan mempengaruhi DB, PTM, dan KCT

(Tabel 5/Lampiran 3).

Gambar 9. Buah Jarak Pagar pada Berbagai Tingkat Kemasakan

T K t o b m b t m H f Gamba Tabel. 5. V K TK (HSA) 37 42 47 H 52 57 K Keterangan: • Angk beda n • TK: t daya b Berd tercapai mul oleh daya b benih (KCT) menurun. B berwarna ku tangan, dan menunjukka Hasil peneli fisiologis bu 37 HSA ar 10. Warna Viabilitas d Kemasakan Warna Buah Hijau Hijau Hijau Kekuning Kuning Kuning Kecoklatan/hita ka yang diikuti nyata antara pe ingkat kemasa berkecambah, dasarkan dat lai umur 52-berkecambah berada pad erat kering uning atau ke biji sudah an bahwa a itian di Keb uah jarak pa 42 HSA a Biji Jarak P dan Vigor B h PaneK.A (% 46.35 43.1 gan 41.35 40.98 am 35.33 oleh huruf yan erlakuan terseb akan, HSA: har PTM: potensi a penelitian -57 HSA. Ka h (DB), vig da kondisi m mencapai m ecoklatan, k berwarna hi akumulasi c bun Percob gar tercapai 47 HSA Pagar pada B Benih Jarak A en %) BK (g 5 a 21.13 2 ab 26.11 5 b 32.28 8 b 49.27 3 c 64.55 ng sama pada k but, dengan uji

ri setelah antes tumbuh maksi

ini diduga arena pada s gor yang dit maksimum, d maksimum p kulit buah mu itam. Pening adangan ma aan Asemba pada umur 52 HSA Berbagai Tin k Pagar pa g) (%) DB a 0 a b 29 b c 56 c d 88 d e 85 d kolom yang sa DMRT α = 5% sis, KA: kadar

mum, KCT: kec masak fisiol saat ini viabi tunjukkan ol dan kadar ai pada 57 HS udah dibuka gkatan berat akanan mas agus menun 50 HSA. D 57 HSA ngkat Kemas ada Berbaga PTM (%) 0 a 32 b 56 c 90 d 85 d ama menunjukk %. r air, BK: berat cepatan tumbu logis buah j ilitas yang d leh kecepata ir setelah pa A. Pada saa a dengan me t kering pad sih terus be njukkan bah Diduga perbe sakan ai Tingkat KCT (%KN/Etmal 0 a 2.15 b 4.51 c 7.07 d 6.56 d kan tidak ada t kering, DB: uh jarak pagar ditunjukkan an tumbuh anen mulai at itu buah nggunakan da 57 HSA erlangsung. hwa masak edaan umur

buah saat masak fisiologis di Kebun Percobaan Pakuwon dan Kebun Percobaan Asembagus disebabkan karena perbedaan lokasi atau tempat dan iklim.

Kadar Air (KA) Panen

Hasil penetapan kadar air (KA) panen benih jarak menunjukkan kadar air yang masih tinggi, yaitu berkisar antara 46.35% pada 37 HSA sampai 35.33% pada 57 HSA. Di lapang ada kalanya benih yang telah mencapai masak fisiologis belum bisa dipanen karena kadar airnya terlalu tinggi. Saat umur 42-52 HSA biji memasuki akhir fase akumulasi cadangan makanan dimana kadar air sudah mulai menurun, tetapi berat kering masih bertambah (Kermode, 1990). Pada fase ini benih sudah mendekati masak fisiologis. Saat usia 57 HSA kadar air biji sudah menurun sehingga berat kering meningkat. Diduga pada fase tersebut benih sudah lewat masak fisiologis, dan masuk pada fase pemasakan

Berat Kering (BK) Benih

Pada pengukuran berat kering benih jarak pagar pada lima tingkat kemasakan, benih yang dipanen pada 37 HSA, memiliki berat kering (BK) yang yang paling rendah, yaitu 21,14 g, hingga 57 HSA BK benih mencapai 64,55 g. Pada saat itu DB benih maksimum, KCT maksimum, walaupun fakta di lapang menunjukkan KCT saat 57 HSA sedikit di bawah 52 HSA, akan tetapi tidak berbeda nyata. Dengan demikian saat dipanen pada 57 HSA diduga benih mencapai tahap masak fisiologis, karena pada titik itu benih memiliki berat kering maksimum.

Berat kering benih terus meningkat mulai dari pembuahan hingga masak. Pada benih kacang tanah, selama berlangsungnya pengisian benih, kebutuhan hara bagi benih dilengkapi melalui translokasi dari bagian vegetatif dan kulit polong, dan ketika benih mencapai stadium masak fisiologis aliran hara kepada benih akan terhenti (Pranoto, dkk, 1990). Berat kering benih dapat dijadikan sebagai tolok ukur bahan cadangan yang ada dalam benih. Benih yang sudah masak memiliki cadangan makanan yang cukup yang akan digunakan sebagai sumber energi dalam melakukan perkecambahan. Pertambahan berat kering benih terjadi antara

masak morfologi dengan masak fisiologi. Hingga akhirnya ketika mencapai masak fisiologis benih telah memiliki berat kering yang maksimum.

Daya berkecambah (DB)

Melihat salah satu tolok ukur tercapainya masak fisiologis yakni daya berkecambah (viabilitas) maka diduga pemanenan yang dilakukan pada 52 dan 57 HSA adalah tepat pada fase masak fisiologis. Karena pada fase ini benih jarak pagar memiliki daya berkecambah maksimum. Menurut Adikarsih dan Hartono (2006), buah jarak pagar yang dipanen pada saat buah berwarna kuning memiliki DB 91%, buah berwarna kuning kehitaman memiliki DB 86%. Pemanenan pada 52 dan 57 HSA menunjukkan daya berkecambahnya tidak berbeda nyata. Benih jarak pagar yang dipanen pada umur 37, 42 dan 47 HSA belum mencapai DB yang diharapkan untuk dijadikan benih. Diduga saat itu benih belum mampu melakukan metabolisme dengan sempurna sebab cadangan makanan yang dimiliki belum cukup. Sutopo (1990) menyatakan bahwa benih yang dipanen sebelum masak fisiologisnya tercapai maka tidak mempunyai viabilitas yang tinggi, bahkan tidak berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup, dan pembentukan embrio belum sempurna. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Benih yang belum masak memiliki kemampuan untuk berkecambah, tetapi vigornya rendah dan bibit yang dihasilkan lebih pendek dan lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vigor benih maksimum didapat dari benih yang dipanen saat bobot kering maksimum, atau masak fisiologis (Delouche, 1983). Pada Tabel 5, benih yang dipanen saat berumur 52 HSA memiliki PTM yang paling besar, meskipun tidak berbeda nyata dengan benih yang dipanen saat berumur 57 HSA. Artinya pada 52 dan 57 HSA benih secara keseluruhan telah memiliki kemampuan berkecambah yang tinggi. Berbeda halnya dengan benih yang dipanen umur 37 HSA yang tidak memiliki potensi tumbuh. Karena pada saat itu, benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup yang dapat digunakan sebagai sumber energi dalam melakukan perkecambahan. Pada umur 42 dan 47 HSA potensi tumbuhnya masih rendah yaitu 32% dan 56%.

Kecepatan tumbuh (KCT)

Tabel 5 menunjukkan bahwa benih yang dipanen pada 37 HSA memiliki kecepatan tumbuh (KCT) 0 % KN/etmal. Hal ini diduga benih belum memiliki cukup energi yang tersimpan dalam cadangan makanan. Sehingga benih tidak mampu untuk berkecambah. Kecambah normal mulai terlihat antara hari ke 8-14 setelah semai. Kecepatan tumbuh tertinggi dimiliki oleh benih yang dipanen pada 52 HSA sebesar 7,07 % KN/Etmal, walaupun tidak berbeda nyata dengan benih yang dipanen pada 57 HSA yaitu sebesar 6,56 % KN/etmal. Benih yang dipanen pada 52 dan 57 HSA memiliki vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemasakan yang lain.

Benih vigor menunjukkan nilai KCT yang tinggi, artinya benih dapat berkecambah dalam waktu yang relatif singkat. Benih yang kurang vigor akan berkecambah normal untuk jangka waktu yang lebih lama. Kecepatan tumbuh dapat dijadikan tolok ukur vigor kekuatan tumbuh. Oleh karena itu, kecepatan tumbuh dapat dijadikan sebagai tolok ukur vigor awal yang menunjukkan vigor maksimum pada saat benih mencapai masak fisiologi (Sadjad dkk,1999).

Dokumen terkait