• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi

Hasil identifikasi dengan menggunakan preparat mikroskop pada kantung pupa kutukebul berdasarkan kunci identifikasi Martin (1987), ditemukan ciri morfologi

B. tabaci yang spesifik berupa seta kauda yang kokoh, umumnya sama panjang dengan

vasiform orifice, dan tidak banyak variasi diantara individu. Vasiform orifice terdapat di daerah sebelum ujung posterior, berbentuk segitiga, ukurannya lebih panjang dari alur kauda (caudal furrow) dan bagian samping orifice hampir lurus. Lingula berbentuk seperti lidah, serta subdorsum tampa pori. Kutikula kantung pupa berwarna pucat, dengan bentuk bervariasi tergantung bentuk permukaan daun.

Kantung pupa kutukebul antara biotipe-B dan non-B memiliki beberapa perbedaan morfologi. Ciri morfologi spesifik bagi biotipe-B adalah tidak adanya

submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior adanya lapisan lilin di anterior kiri dan kanan tubuh yang berukuran pendek, serta lapisan lilin yang sedikit di bagian posterior. Ciri morfologi spesifik biotipe non-B adalah terdapat submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior. Pada bagian anterior kiri dan kanan terdapat lapisan lilin yang panjang, sedangkan bagian posterior terdapat lapisan lilin yang lebih melebar.

Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

Siklus hidup adalah selang waktu sejak telur diletakkan hingga saat imago betina meletakkan telur untuk pertama kalinya. Hasil pengamatan harian menunjukkan, siklus hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B pada mentimun (Tabel 2), berturut-turut adalah 31,27 hari dan 29,60 hari. Pada tanaman cabai siklus hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B (Tabel 3) yaitu berturut-turut 33,27 pada hari dan 30,86 hari. Pada tanaman mentimun imago betina B. tabaci biotipe-B mulai meletakkan telur pada hari ke-25, dengan masa peneluran 14,86 hari dan jumlah telur yang diletakkan 130 butir per betina. Sementara itu di tanaman cabai, telur mulai diletakkan pada hari ke-27, dengan masa peneluran 15,58 hari, dan jumlah telur yang diletakkan 82,05 butir per betina. Jumlah telur yang diletakkan imago betina B. tabaci biotipe non-B pada tanaman mentimun dan cabai masing masing 130,30 butir per betina, dengan masa peneluran 15,75 hari, dan 94,48 butir per betina dengan masa peneluran 14,75 hari

Tabel 2 Lama stadia B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun

Jenjang

Biotipe-B Biotipe non-B

n Periode (hari) n Periode (hari) Telur 100 5,17±0,72 100 4,58±0,99 Nimfa Instar-1 85 4,83±0,72 95 4,53±0,50 Instar-2 85 4,05±0,28 95 3,74±0,43 Instar-3 85 4,05±0,35 95 3,95±0,20 Instar-4 85 4,02±0,26 95 3,90±0,32 Pupa 85 3,75±0,53 95 3,64±0,48 Imago Jantan 33 20,30±3,45 39 20,20±3,87 Betina 52 22,23±2,68 56 22,16±2,44 Pra peneluran 52 2,07±0,38 56 1,89±0,56 Peneluran 49 14,86±3,95 56 15,75±1,29 Siklus Hidup 49 31,27±17,70 56 29,60±3,80

Powell dan Bellows (1992) menyatakan bahwa siklus hidup B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 17,4 hari dengan suhu 25oC, dan tingkat keberhasilan telur menetas adalah 86,80%. Sementara itu Tsai dan Wang (1996) melaporkan siklus hidup

B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 19,3 hari pada suhu 25,5oC, dengan tingkat keberhasilan telur menetas mencapai 95%.

Perbandingan sex rasio antara B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai dan tanaman mentimun adalah satu jantan banding dua betina, artinya ke dua biotipe

B. tabaci lebih banyak menghasilkan keturunan betina daripada jantan. Imago betina hidup lebih lama daripada imago jantan yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Mortalitas pradewasa antara B. tabaci non-B dengan biotipe-B mempunyai kesamaan, yaitu pada tanaman cabai lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman mentimun.

Mortalitas tertinggi B. tabaci non-B di tanaman cabai terjadi pada fase telur adalah 25%, dan nimfa instar satu sebesar 16%. Tingkat mortalitas pada B. tabaci biotipe-B ditanaman cabai terjadi pada fase telur sebesar 30%, dan nimfa instar satu 15,71%.

Tabel 3 Lama stadia B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai

Jenjang

Biotipe-B Biotipe non-B

n Periode (hari) n Periode (hari) Telur 100 5,97±0,95 100 6,88±0,85 Nimfa Instar-1 70 4,61±0,62 75 4,43±0,67 Instar-2 59 4,03±0,19 62 3,96±0,44 Instar-3 53 4,55±0,60 62 4,35±0,72 Instar-4 53 4,55±0,63 62 4,25±0,62 Pupa 53 3,92±3,69 62 3,22±0,62 Imago Jantan 17 18,94±3,66 20 16,60±2,65 Betina 36 20,47±4,61 42 21,11±4,06 Pra peneluran 36 1,88±0,52 42 1,92±0,55 Peneluran 36 15,58±4,87 37 14,76±6,32 Siklus Hidup 36 33,27±4,60 37 30,86±6,32

Hasil uraian di atas terlihat bahwa perbedaan tanaman berpengaruh nyata terhadap jenjang perkembangan B. tabaci biotipe-B dan non-B. Nilai keperidian

B. tabaci biotipe-B dan non-B dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7.

Lama Hidup dan Keperidian B. tabaci Biotipe-B dan Non-B

Setiap organisme mempunyai variasi jangka hidup yang terbatas, yang menentukan karakteristik kelangsungan hidupnya di dalam suatu populasi. Lama hidup dua biotipe B. tabaci (biotipe-B dan non-B) pada tanaman mentimun dan cabai hampir

sama. Kemampuan bertahan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun yaitu berturut-turut adalah 53 hari dan 51 hari. Laju kematian biotipe-B dan non-B terjadi pada fase telur yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah masing-masing pada hari ke-8 dan ke-9. Hal ini mengisyaratkan bahwa fase telur sangat

rentan terhadap gangguan luar, termasuk gangguan mekanis pada saat gugurnya daun. Pada tanaman cabai kemampuan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B masing-masing adalah 54 hari dan 53 hari. Laju kematian tertinggi pada kedua biotipe terjadi pada fase telur, setelah itu nimfa instar I dan nimfa instar II. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kehidupan serangga. Pengaruhnya antara lain pada proses pertumbuhan, perkembangbiakan, reproduksi, dan kebugaran imago. Faktor yang lainnya adalah faktor fisik dan kimia tanaman yang umumnya tidak berkerja secara tunggal tetapi bersama-sama membentuk suatu sistem pertahanan terhadap serangga (Wiseman 1985).

Tipe bertahan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B memperlihatkan pola yang dikenal dengan tipe II. Menurut Price (1978), ada tiga jenis kurva bertahan hidup, yaitu: tipe I, tipe II, dan tipe III. Kurva tipe I adalah kematian organisme dalam jumlah yang sedikit ketika umur muda dan kematian dalam jumlah besar sewaktu organisme lebih tua, tipe II menunjukkan laju kematian yang konstan, sedangkan tipe III memperlihatkan kematian yang besar yang terjadi di waktu muda.

Banyaknya telur yang diletakkan setiap harinya disajikan dalam bentuk mx

(laju reproduksi kotor). Adapun nilai mx menunjukkan banyaknya telur betina yang dihasilkan induk yang berumur hari ke-x, dan dihitung setelah mempertimbangkan nisbah kelamin. Nilai mx B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 5. Puncak kurva nilai mx pada B. tabaci non-B untuk tanaman cabai dicapai pada hari ke-43 dengan awal meletakkan telur pada hari ke-27 dengan nilai mx adalah 38,67 individu per betina, sedangkan untuk tanaman mentimun dicapai pada hari ke-33 dengan awal peletakan telur hari ke-25 dan nilai mx adalah 91,71 individu per betina. Sementara itu puncak kurva dan nilai mx pada B. tabaci biotipe-B untuk tanaman cabai dan mentimun, berturut-turut hari ke-35 dengan nilai mx adalah 75,79 individu dan hari ke-31 dengan nilai mx adalah 49,36 individu. Kurva lama hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman mentimun biotipe-B dapat dilihat pada Gambar 6, dan untuk B. tabaci non-B

pada Gambar 7. Kurva bertahan hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman cabai biotipe-B dapat dilihat pada Gambar 8, dan untuk B. tabaci non-B pada Gambar 9.

Tabel 4 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun

Jenjang Biotipe-B Biotipe non-B

n hari lx mx n hari lx mx Telur 100 0-7 1 - 100 0-8 1 - Instar I 85 8-12 0,85 - 95 9-13 0,95 - Instar II 85 13-16 0,85 - 95 14-17 0,95 - Instar III 85 17-20 0,85 - 95 18-20 0,95 - Instar IV 85 21-24 0,85 - 95 21-23 0,95 - Pupa 85 25-28 0,85 - 95 24-26 0,95 - Imago 52 29-48 0,52 75,79 56 27-44 0,56 91,71

Keterangan : (lx) individu yang hidup pada umur ke-x, (mx) keperidian individu pada umur ke-x.

Tabel 5 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai

Jenjang Biotipe-B Biotipe non-B

n hari lx mx n hari lx mx Telur 100 0-8 1 - 100 0-7 1 - Instar I 70 9-14 0,70 - 75 8-12 0,75 - Instar II 59 15-18 0,59 - 62 13-17 0,62 - Instar III 53 19-22 0,53 - 62 18-20 0,62 - Instar IV 53 23-26 0,53 - 62 21-24 0,62 - Pupa 53 27-30 0,53 - 62 25-28 0,62 - Imago 36 31-50 0,36 49,36 42 29-44 0,42 38,67

Keterangan : (lx) individu yang hidup pada umur ke-x, (mx) keperidian individu pada umur ke-x.

Gambar 6 Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci

biotipe-B pada tanaman mentimun.

Gambar 7 Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci

Gambar 8 Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci

biotipe-B pada tanaman cabai.

Gambar 9 Kurva lama hidup (lx) dan retaan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci non-B pada tanaman cabai.

Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun

Pada tanaman mentimun (Tabel 6), nilai Ro untuk B. tabaci non-B per individu

per generasinya adalah 51,12 per individu, sedangkan biotipe-B adalah 38,39 per individu. Laju pertambahan intrinsik (r) merupakan pertambahan populasi pada

lingkungan konstan dan sumberdaya yang tidak terbatas (Birch 1948). Keturunan yang dihasilkan B. tabaci non-B dan biotipe-B berturut-turut adalah 0,12 dan 0,10 betina per induk per hari. Tingginya nilai r disebabkan oleh tingginya keperidian, rendahnya mortalitas pradewasa, dan masa dewasa. Birch (1948) menyatakan bahwa semangkin tinggi persentase telur diletakkan pada kelompok umur muda, maka akan semangkin besar nilai laju pertambahan intrinsik organisme tersebut.

Rataan masa generasi (T) adalah rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago betina menghasilkan separuh keturunannya. Berdasarkan dua jenis tanaman (mentimun dan cabai) yang diujikan, terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan B. tabaci non-B untuk berkembangbiak pada tanaman mentimun lebih singkat 1,2 kali daripada biotipe-B. Menurut Oka (1998), arti penting nilai Ro dan T adalah untuk membandingkan nilai r. Misalkan dua populasi spesies yang berbeda dengan nilai Ro yang sama tinggi, tetapi salah satu spesies nilai T-nya pendek. Maka laju pertambahan intrinsik kedua populasi tersebut dalam satuan waktu tertentu akan berbeda. Waktu yang dibutuhkan populasi untuk berlipat ganda (DT) adalah 6,45 hari pada biotipe-B dan 5,71 hari pada non-B.

Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B Pada Tanaman Cabai

Pada tanaman cabai (Tabel 7) diperoleh nilai laju reproduksi kotor (Ro) B. tabaci

biotipe-B dan non-B berturut-turut adalah 15,30 dan 15,41 per individu. Hasil tersebut diartikan. Nilai r yang diperoleh pada B. tabaci biotipe-B dan non-B masing-masing 0,17 dan 0,07 per induk per hari. Rataan masa generasi (T) yang diperoleh merupakan rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago menghasilkan separuh keturunan masing- masing 37,69 hari pada biotipe-B dan 37,14 hari pada non-B. Waktu yang dibutuhkan untuk populasi berlipat ganda (DT) adalah 3,96 hari pada biotipe-B dan 9,21 hari pada non-B.

Tabel 6. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun Parameter

populasi Biotipe-B Biotipe non-B Satuan

Ro 38,39 51,12 Individu/induk/generasi r 0,10 0,12 Individu/induk/hari

T 35,00 33,53 Hari

DT 6,45 5,71 Hari

Keterangan : (Ro) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik , (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda

Tabel 7. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai Parameter

populasi Biotipe-B Biotipe non-B Satuan

Ro 15,30 15,41 Individu/induk/generasi r 0,17 0,07 Individu/induk/hari

T 37,69 37,14 Hari

DT 3,96 9,21 Hari

Keterangan : (Ro) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik , (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda

Dokumen terkait