• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Penelitian ini dilakukan pada dua musim di empat lokasi, sehingga terdapat 8 lingkungan pada penelitian ini. Musim pertama berlangsung pada bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Januari 2011, sedangkan musim kedua berlangsung pada bulan Januari – Juli 2011. Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Riau, Bogor, Boyolali, dan Sumedang.

Karakterisasi lokasi Riau memiliki ketinggian tempat berkisar antara 5-30 mdpl dengan jenis tanah lempung berpasir, curah hujan rata-rata 150 mm/bulan, suhu rata-rata 28 0C dan kelembaban yang rendah. Pada lokasi Bogor merupakan kebun percobaan IPB yaitu lahan percobaan Leuwikopo dengan jenis tanah latosol, memiliki ketinggian 250 m dpl, curah hujan cukup tinggi (200-400 mm per bulan) dan suhu rata-rata 25 0C. Daerah Boyolali dan Sumedang merupakan lahan sawah milik petani. Boyolali merupakan sentra produksi cabai dengan ketinggian tempat 50 m dpl, curah hujan rata-rata 200-350 mm per bulan dan suhu rata-rata 24-25 0C. Pada lokasi Sumedang memiliki jenis tanah latosol dengan ketinggian tempat 550 m dpl, curah hujan rata- rata per bulan 150-200 mm per bulan dan suhu rata-rata 24.5 0C.

Selama masa pembibitan, penyakit layu bakteri, rebah batang dan serangan hama thrips (Thrips sp.), menghambat pertumbuhan bibit tanaman. Bibit tanaman yang normal dan sehat mulai dipindah ke lokasi percobaan setelah berumum 7-8 MSS. Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari panas matahari dan menghindari stres berlebihan pada bibit tanaman. Setelah bibit tanaman ke lapangan, sering kali tanaman mengalami gangguan seperti suhu dan curah hujan tinggi, sehingga banyak tanaman yang mati. Selain itu, posisi tanaman yang berukuran kecil lebih dekat dengan mulsa, sehingga tanaman akan layu kemudian tanaman tersebut akan mati. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang rusak atau mati agar jumlah tanaman tiap bedeng tetap.

Pada awal penanaman, tanaman diserang hama keong dan belalang. hama tersebut menyerang tanaman yang masih muda dan memakan pangkal batang sampi pucuk tanaman. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan curacon

dan pada saat penyulaman batang bawah dari bibit cabai dilapisi dengan sedotan. Hama lain yang menyerang pertanaman thrips (Thrips sp.), kutu daun (Myzus

persicae), tungau menyerang daun tanaman sehingga menyebabkan daun kering

dan kriting (Gambar 2). Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan penyemprotan pestisida curacon dan kelthane yang dilakukan seminggu sekali.

Gambar 2. Serangan hama, Kutu daun (A), Lalat buah (B) dan Tungau (C) Hama lalat buah (Dacus dorsalis) menyerang pada fase generatif yang menyebabkan buah cabai menjadi busuk dan rontok, untuk mengendalikan lalat buah digunakan pestisida petrogenol sebagai perangkap hama lalat buat (Gambar 2). Buah cabai yang terserang lalat buah ditandai dengan adanya lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat serangga betina meletakkan telurnya (Direktorat Jenderal Hortikultura 2007).

Penyakit yang menyerang pertanaman antara lain layu fusarium (Fusarium

oxysporum), antraknosa (Colletotrichum spp), dan penyakit kuning (gemini virus).

Penyakit yang banyak merusak tanaman percobaan dan sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan produksi adalah layu fusarium dan antraknosa. Gambar 3 menunjukkan gejala penyakit layu fusarium yaitu layunya daun-daun bagian bawah menjalar ke ranting-ranting muda, kemudian mati berwarna coklat (Suryaningsih et al. 1996). Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan segera mencabut tanaman yang terserang dan membuangnya agar tanaman lain tidak ikut terserang.

Gambar 3. Tanaman yang terserang penyakit layu fusarium

Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang sulit dikendalikan dan penyebarannya relatif cepat jika curah hujan cukup tinggi. Gejala serangan awal antraknosa awal berupa bercak cokelat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Semangun 2000). Penyakit antraknosa menyerang baik pada buah muda maupun buah matang dan serangan cukup banyak menyerang buah pada saat mendekati panen akhir. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida antracol mulai dari berbunga sampai panen minggu ketujuh. Gambar 4 menunjukkan serangan antraknosa pada buah cabai.

Gambar 4. Serangan penyakit antraknosa

Hama dan penyakit lainnya yang menyerang pada tanaman adalah ulat gerayak dan gemini virus (Gambar 5). Ulat gerayak menyerang tanaman mulai dari daun hingga buah. Hama ini dapat menyebabkan produksi tanaman dan kualitas buah menjadi turun. Penyakit kuning yang disebabkan oleh virus gemini ini dibawa oleh vektor aphid (Myzus persicae Sulz.). Tanaman yang terinfeksi

virus gemini menimbulkan gejala bintik kuning pada daun muda, yang selanjutnya akan menyebar ke daun tua sehingga bintik menjadi berada pada seluruh bagian daun (Ganefianti 2010).

Gambar 5. Gejala serangan, (A) Gemini virus dan (B) hama Ulat grayak

Keragaan Cabai Bersari Bebas

Rekapitulasi sidik ragam karakter yang diamati pada 8 lingkungan disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa genotype berpengaruh sangat nyata terhadap karakter diameter batang, tinggi dikotomus, tinggi tanaman, lebar tajuk, bobot buah, panjang buah, diameter buah dan produksi per tanaman pada semua lingkungan. Hasil analisis ragam juga menunjukan bahwa genotype tidak berpengaruh nyata terhadap karakter karakter waktu berbunga pada lingkungan Bogor 1 dan Sumedang 2, lebar tajuk pada Bogor 1, waktu panen pada Sumedang 1, lebar dan panjang daun pada Riau 1.

Nilai koefisien keragaman (KK) yang didapatkan berkisar antara 0.6% hingga 29.5%. Gomez dan Gomez (1985) menyatakan bahwa nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Nilai KK yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat validasi suatu percobaan akan semakin rendah. Koefisien keragaman paling kecil dihasilkan oleh karakter waktu panen (0.6%) pada lokasi Boyolali. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan pada karakter tersebut adalah kecil. Sebaliknya, Sebaliknya, koefisien keragaman paling kecil dihasilkan oleh karakter produksi per tanaman (27.5%) pada lingkungan Sumedang 1.

Tabel 3. Rekapitulasi analisis sidik ragam pada semua peubah yang diamati pada 8 lingkungan

Karakter Bogor 1 Bogor 2 Boyolali 1 Boyolali 2 Sumedang 1 Sumedang 2 Riau 1 Riau 2 F hit KK F hit KK F hit KK F hit KK F hit KK F hit KK F hit KK F hit KK Umur berbunga 1.39tn 12.5 7.7** 6.4 13.4** 1.3 4.3** 6.2 4.1** 6.4 1.1tn 14.6 - - 5.7** 5.6 Umur panen 75.0** 3.0 7.1** 4.3 16.6** 0.6 5.0** 5.7 1.8tn 4.7 3.4** 3.5 - - 12.5** 3.5 Diameter batang 3.4** 9.1 4.4** 6.2 4.0** 7.3 2.8** 11.7 2.0* 13.4 3.6** 8.1 - - 7.2** 14.3 Tinggi dikotomus 24.6** 7.0 28.7** 5.6 15.6** 3.4 16.7** 7.4 5.6** 15.4 17.5** 8.6 - - 4.6** 21.8 Tinggi tanaman 9.7** 11.8 10.8** 9.8 18.4** 2.4 7.7** 9.6 6.4** 10.7 10.3** 7.8 - - 13.8** 18.3 Lebar kanopi 1.1tn 22.8 3.9** 7.2 8.8** 2.8 2.8** 12.3 3.7** 11.4 11.2** 6.8 - - 5.1** 18.1 Panjang daun 3.2** 9.0 10.9** 5.6 5.0** 3.1 2.2* 11.4 3.1** 8.3 12.2** 3.2 - - 1.9tn 8.4 Lebar daun 4.5** 9.5 11.9** 7.3 2.3** 5.1 3.9** 11.5 5.1** 8.5 22.7** 3.4 - - 0.9tn 17.5 Bobot buah 30.2** 10.6 45.0** 9.2 47.9** 2.8 10.5** 16.5 7.2** 19.8 3.1** 19.7 10.3** 19.3 96.4** 5.2 Panjang buah 14.6** 5.9 18.3** 6.4 120.5** 1.5 4.3** 8.1 8.7** 8.4 13.1** 5.5 4.9** 10.8 6.5** 13.4 Diameter buah 39.3** 5.7 27.7** 7.1 95.8** 3.5 13.9** 8.7 9.3** 11.3 40.0** 4.8 16.7** 9.1 5.1** 18.8 Tebal daging buah 9.7** 9.5 2.1** 18.5 205.6** 2.9 10.0** 7.8 5.5** 9.7 2.5** 16.7 - - 2.5** 26.2 Produksi per

tanaman 1.9

*

27.5 2.6** 18.7 12.8** 17.7 2.1** 21.4 1.9* 29.5 3.4** 27.2 13.8** 7.1 31.6** 10.7 Ket : * berpengaruh nyata pada taraf 5%; ** berpengaruh nyata pada taraf 1%; tn=tidak nyata. KK(%)= koefisien keragaman

Umur Berbunga

Perhitungan umur berbunga dilakukan saat 50% populasi tanaman pada suatu unit percobaan telah memiliki bunga yang mekar sempurna. Umur berbunga tanaman pada penelitian ini berkisar pada 29-31 hari setelah pindah tanam. Genotipe IPB002005 lebih genjah dibandingkan dengan Gelora, dengan umur berbunga 29.8 hari, namun tidak berbeda nyata dengan Lembang dan Trisula. Lingkungan Riau 2 (24.7 hari) menghasilkan umur berbunga yang lebih cepat dibandingkan lingkungan Sumedang 2 (Tabel 4). Hal ini diduga karena terjadi perbedaan suhu pada setiap lingkungan (Bostland dan Votava 2000).

Tabel 4. Umur berbunga 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata

genotipe

………..hari………

IPB110005 29.0 31.3a 34.0bc 29.3def 25.7bc 31.7bcde 36.3 31.1bcd IPB120005 30.3 26.3bcdef 33.7bcd 32.0cde 24.0cd 31.7bcde 26.7 31.1bcd IPB001004 28.7 25.0def 33.0def 33.7abcd - 32.3bcd 31.0 30.6cde IPB002003 32.0 25.7cdef 34.0bc 32.7bcde 24.3bcd 28.3ef 38.0 30.7cde IPB002005 28.3 25.7cdef 32.7ef 30.7cdef 24.0cd 30.7cde 37.7 29.8de IPB002046 29.0 24.7defg 35.0a 30.3def 26. 3bc 26.7f 39.0 30.1cde IPB015002 29.0 25.7cdef 31.3g 33.7abcd 24.0cd 32.7bcd 38.0 30.6cde IPB002001 24.3 24.0efg 33.0def 34.0abcd 25.0bc 32.3bcd 40.7 30.5cde IPB009002 32.0 27.3bcde 33.0def 31.0cdef 22.0de 29.7def 37.7 30.5cde IPB009003 30.3 31.7a 33.0def 36.0ab 27.0ab 31.7bcde 39.3 32.7ab IPB009004 32.3 25.3def 33.3cde 28.0f 24.0cd 30.3cdef 39.0 30.3cde IPB009015 30.0 28.0bcd 34.0bc - 25.3bc 30.7cde 38.0 31.0cd IPB009019 32.0 26.7bcdef 34.3ab 32.0cde 25.0bc 33.7bc 39.3 31.9abc IPB015008 27.3 29.3ab 34.0bc 34.3abc 24.0cd 31.0bcde 37.7 31.1bcd IPB019015 30.3 28.7abc 33.0def 32.0cde 25.0bc 31.3bcde 40.0 31.5bcd Gelora 28.0 23.7fg 33.0def 36.0ab 29.0a 30.3cdef 39.7 31.4bcd Lembang 30.7 27.3bcde - 33.7abcd 24.0cd 29.7def 39.7 30.8cde Tit Super 24.0 21.7g 32.3f 36.3ab 24.0cd 28.3ef 38.0 29.2e Tombak 31.7 31.7a 32.7ef 32.7bcde 27.0ab 37.3a 39.0 33.1a Trisula 25.3 24.3efg 31.3g 37.0a 20.0e 34.7ab 39.0 30.2cde Rata-rata

lingkungan 29.2C 26.7E 33.2B 32.9B 24.7F 31.3C 38.3A

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Umur berbunga cabai yang lebih cepat dapat menyebabkan umur panen yang lebih cepat pula (Syukur et al. 2010). Menurut Hilmayanti et al. (2006), dalam rangka perbaikan hasil panen, maka perbaikan karakter umur berbunga melalui program pemuliaan juga perlu dilakukan. Karakter umur berbunga awal (genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman.

Umur Panen

Umur panen dihitung setelah 50% populasi tanaman pada suatu unit percobaan menghasilkan buah masak. Rata-rata umur panen tanaman pada penelitian ini berkisar 75-87 hari setelah tanam. Umur panen genotipe IPB002005 lebih genjah dibandingkan dengan pembanding Gelora dan Tombak. Namun tidak berbeda nyata dengan genotipe IPB009004 dan IPB009015 (Tabel 5).

Tabel 5. Umur panen 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr 1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata genotipe ………..hari………

IPB110005 80.0fgh 77.7bc 96.0ab 100.3a 67.3i 78.0bc 77.3efg 80.3ef IPB120005 91.7b 76.7bcd 95.7ab 100.0a 79.0bcd 79.7bc 84.7abc 85.7ab IPB001004 75.0i 72.0cde 94.0cde 100.0a - 81.3ab 74.7g 82.8cd IPB002003 81.3ef 71.3de 95.7ab 100.0a 73.7efg 76. 3bc 76.7gf 81.7def IPB002005 78.3fghi 71.0de 92.7fg 100.0a 68.0hi 76.0bc 78.0defg 77.6gh IPB002046 85.7cde 73.0cde 96.7a 96.7a 75.0def 77.7bc 82.7acde 82.0cde IPB015002 85.7cde 69.0ef 92.0g 95.7ab 71.0efghi 79.7bc 79.7bcdefg 81.5def IPB002001 75.7hi 72.0cde 95.0bc 95.0ab 68.7hi 79.7bc 78.7defg 81.5def IPB009002 104.7a 75.0bcde 93.0efg 93.3abc 69.0ghi 73.3c 79.0defg 83.7bcd IPB009003 80.0fgh 79.7ab 93.3dfe 93.3abc 80.0abc 81.0ab 83.0abcd 84.3bc IPB009004 82.3def 70.0ef 94.3cd 93.3abc 72.7efgh 78.7bc 77.3efg 79.6fg IPB009015 86.3cd 69.0ef 95.0bc - 71.0efghi 76.3bc 79.3cdefg 79.5fg IPB009019 80.3fg 72.0cde 96.0ab 93.3abc 71.3efghi 78.0bc 81.3abcdef 82.0cde IPB015008 88.7bc 75.0bcde 95.7ab 92.3abcd 70.3fghi 79.3bc 81.7abcdef 83.4bcd IPB019015 76.7ghi 80.0ab 94.0cde 91.7abcd 75.7cde 79.0bc 80.0abcdefg 82.7cde Gelora 87.0c 71de 94.3cd 85.7bcde 84.0a 81.7ab 85.3a 85.6ab Lembang 79.7fgh 80.7ab - 84.0ced 72.7efgh 81.3ab 82.0abcdef 82.7cd Tit Super 59.7j 64.3f 92.7fg 83.0de 69.7ghi 78.0bc 77.7defg 75.1i Tombak 75.0i 84.7a 94.0cde 81.7e 83.0ab 87.3q 85.0ab 87.1a Trisula 43.3k 72.0cde 92.0g 79.0e 66.7i 81.3ab 81.0abcdef 76.6hi Rata-rata

lingkungan 79.9C 73.8D 94.3A 92.5B 73.1D 79.2C 80.3C

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Genotipe IPB120005 dan Tombak memiliki umur panen yang lebih lama dibandingkan dengan semua cabai bersari bebas yang diujikan. Lamanya umur panen dikarenakan masa pengisian buah pada kedua genotype ini lebih lama

dibandingkan genotype lainnya. Genotipe Tombak memiliki ukuran buah yang lebih besar dibandingkan dengan genotype lainnya, sehingga memerlukan umur yang lebih lama untuk pemasakan buah. Hartuti dan Sinaga (2006) mengemukakan umur panen cabai bervariasi tergantung pada jenis cabai dan lokasi penanamannya. Kirana (2006) juga menyatakan bahwa cabai yang dipanen lebih cepat (genjah) lebih diminati petani. Oleh karena itu, salah satu sasaran pemuliaan cabai adalah mendapat cabai yang berumur genjah.

Diameter Batang

Diameter batang pada genotipe yang diuji berkisar antara 7.5-10.3 mm (Tabel 6). Varietas Tombak memiliki diameter batang tertinggi. Galur IPB015002 memiliki diameter batang lebih besar dibandingkan dengan genotipe lainnya, namun lebih kecil dibandingkan dengan Tombak. Tanaman yang mempunyai diameter batang yang besar umumnya akan lebih kokoh dalam menahan tanaman pada saat tanaman sudah dewasa dan berbuah.

Tabel 6. Diameter batang 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata genotipe ..………..cm………

IPB110005 12.6ab 11.4cdef 0.9bcd 9.4a-e 8.5bcde 11.5abc 10.0bc 9.2b-f IPB120005 12.4abc 10.9def 0.9bcd 9.9abc 6.8def 9.3bc 11.5a 8.8c-h IPB001004 11.1bc 10.6ef 0.9cd 9.2a-e - 9.4bc 10.0bc 8.5efgh IPB002003 11.9bc 11.4cdef 0.9bcd 8.5cde 6.1f 11.1bc 9.4bcd 8.5fgh IPB002005 10.4cd 10.7def 0.9cd 8.5cde 7.6b-f 10.7bc 8.1ed 8.1h IPB002046 10.9bc 11.8bcde 1.0bcd 8.8bcde 9.2bc 11.1bc 9.7bcd 8.9b-g IPB015002 8.7d 10.3f 0.9bcd 8.0cde 7.5b-f 9.3bc 7.8e 7.5i IPB002001 11.2bc 10.6ef 1.2a 8.7cde 6.8def 11.5abc 10.4ab 8.6d-h IPB009002 11.4bc 10.5ef 0.9bcd 8.9bcde 5.8f 10.8bc 8.9bcde 8.2h IPB009003 11.6bc 10.9def 0.9bcd 7.9cde 6.7def 10.8bc 9.7bc 8.4gh IPB009004 12.2abc 10.7def 1.0bcd 10.7ab 7.1cdef 11.0bc 9.6bcd 8.9b-g IPB009015 12.3abc 12.7ab 1.0bc - 9.3b 12.0ab 9.0bcde 9.4bc IPB009019 11.6bc 11.8bcde 0.9d 8.0cde 7.2b-f 10.0bc 9.6bcd 8.4gh IPB015008 13.0ab 10.6ef 1.0bc 7.5e 11.5a 14.2a 9.1bcde 9.6b IPB019015 14.2a 12.1abcd 1.0bcd 9.8abcd 6.9def 11.5abc 9.5bcd 9.3bcd Gelora 12.6ab 11.7bcde 1.0cb 8.6cde 6.3ef 10.4bc 10.3ab 8.7c-h Lembang 11.2bc 10.2f - 8.1cde 8.6bcd 9.1c 8.5ecd 9.3bcd Tit Super 12.2abc 10.5ef 0.9bcd 7.8de 9.1bc 10.9bc 9.0bcde 8.63d-h Tombak 12.7ab 13.1a 1.1b 10.9a 12.2a 11.9abc 10.4ab 10.3a Trisula 12.8ab 12.4abc 0.9bcd 7.5e 9.4b 11.6abc 9.8bc 9.2bcde Rata-rata

lingkungan 11.9A 11.25B 0.96F 8.75D 8.02E 10.89B 9.53C

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Tinggi Dikotomus

Genotipe Tombak menghasilkan tinggi dikotomus yang tertinggi (29.3 cm) dibandingkan genotype lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan genotipe IPB009004 (Tabel 7). Genotipe IPB009004 memiliki tinggi dikotomus tertinggi di Bogor 1, Boyolali 1 dan Sumedang 1 masing-masing dengan nilai 32.8, 29.3, dan 36.0 cm. Menurut Rubitzky dan Tamaguchi (1999), tinggi dikotomus yang ideal tanaman cabai berkisar adalah 20 cm. Tinggi dikotomus yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lebar kanopi semakin lebar dan menurunkan potensi hasil pada tanaman cabai. Tinggi dikotomus yang terlalu pendek dapat menyebabkan buah tanaman cabai lebih rentan terserang penyakit akibat buah lebih mudah terkena percikan air. Menurut Cerkauskas (2004), buah yang berada di dekat permukaan tanah dapat terinfeksi oleh cendawan Colletotrichum spp yang terbawa oleh percikan air hujan. Tabel 7 menunjukkan bahwa genotipe IPB002001 memiliki tinggi dikotomus yang ideal sebesar 20.0 cm.

Tabel 7. Tinggi dikotomus 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr 1 Bgr 2 Byl 1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd 2 Rata-rata genotipe ………..cm………

IPB110005 26.3b 23.9fe 28.3ab 21.8fgh 23.7abc 25.1bcd 22.3ef 24.5c IPB120005 21.4de 22.6f 25.0e 23.9cdefg 12.6efg 25.8bcd 31.4b 23.2cd IPB001004 24.3bc 23.0f 25.3e 26.7bc - 21.7cd 25.9cde 24.5c IPB002003 24.8bc 23.3fe 27.3bcd 22.7defgh 19.6cde 21.0cd 23.9def 23.2cd IPB002005 16.2g 24.1def 21.0f 17.2i 18.5cdef 21.74d 15.9g 19.2ghi IPB002046 22.2ce 19.6g 26. 7cde 21.8fgh 17.7cdefg 19.3de 28.4bc 22.2de IPB015002 19.2ef 19.5gh 27. 3bcd 16.7i 11.6fg 20.3de 16.2g 18.8hi IPB002001 17.6fg 17.6ghi 26.0cde 16.7i 15.7defg 24.0bcd 22.6ef 20.0fgh IPB009002 25.4b 22.6f 26. 7cde 20.1h 18.6cdef 26.2bcd 27.3cd 23.8cd IPB009003 25.7b 27.9b 25.0e 24.8cdef 14.1defg 36.4a 21.2f 25.0c IPB009004 32.8a 26.3bcd 29.3a 28.2ab 15.4defg 27.7bc 36.0a 28.0ab IPB009015 26.6b 27.0 26cde - 21.5bcd 24.8bcd 206.f 24.4c IPB009019 26.6b 25.4cde 25.3e 22.4efgh 10.5g 19.7de 20.9f 21.5ef IPB015008 31.3a 27.4cb 25.7de 25.5bcd 28.1ab 29.00b 23.0ef 27.1b IPB019015 21.0e 17.8ghi 26.0cde 20.7gh 18.9cdef 19.5de 20.0f 20.6fg Gelora 25.1bc 22.6f 27.7bc 23.1defgh 19.6cde 25.7bcd 25.5cde 24.2c Lembang 25.6b 24.1def - 25.1cde 18.4cdef 24.8bcd 25.2cde 23.9cd Tit Super 18.0fg 17.2hi 21.3f 21.6fgh 17.3cdefg 19.1de 20.0f 19.2ghi Tombak 30.2a 30.5a 25.7de 30.2a 30.0a 30.9ab 27.4cd 29.3a Trisula 15.91g 15.87i 25.7de 16.3i 19.4cdef 13.7e 20.0f 18.1i Rata-rata

lingkungan 23.8B 22.9BC 25.9A 22.4C 18.5D 23.8B 23.7B

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman cabai pada penelitian ini berkisar 81-50 cm. Genotipe IPB015008 memiliki keragaan tanaman tertinggi sebesar 81.3 cm dibandingkan dengan genotipe lainnya. Namun tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Tombak. Keragaan tanaman tertinggi genotipe IPB015008 dicapai di Bogor pada musim pertama yaitu 95.2 cm dan terendah di Riau yaitu 53.8 cm (Tabel 8). Tinggi tanaman cabai berkisar 50-150 cm dengan tinggi ideal berkisar 100 cm (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

Tabel 8. Tinggi tanaman 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata genotipe ………..cm………

IPB110005 77.7bc 79.0bcd 77.8cde 84.4abc 59.9b 68.7bcd 63.9cde 73.0b IPB120005 68.1cde 64.7efg 80.8bc 89.7ab 28.5efg 65.9bcde 81.6a 68.5c IPB001004 68.2cde 66.3ef 73.2gh 78.8abcd - 54.5efgh 66.7cd 68.0c IPB002003 79.8bc 81.2bc 77.1ef 76.6bcde 28.9efg 62.4cdefg 67.9bcd 67.7cd IPB002005 45.1gf 63. 4efg 67.0i 76.8bcde 33.6def 68.3bcd 50.0g 57.7g IPB002046 59.3de 59.3fgh 80.6bcd 76.2bcde 29.5efg 57.2defgh 76.00ab 62.6ef IPB015002 39.7g 50.1hi 81.2abc 60.6gh 22.5fg 49.0h 53.3fg 50.9h IPB002001 54.4ef 52.7ghi 828.ab 64.4efgh 30.3defg 70.5bcd 63.4cde 59.8fg IPB009002 65.8cde 66.8def 77.8cde 81.7abc 36.4de 66.7bcde 69.8bc 66.4cde IPB009003 64.9cde 67.1def 78.2cde 67.5defg 27.9efg 78.3b 58.4defg 63.2def IPB009004 83.3ab 71.6cdef 84.5a 92.6a 35.7de 69.4bcd 81.0a 74.0b IPB009015 67.3cde 81.4bc 77.4de - 37.2de 69.7bcd 53.2fg 64.4cde IPB009019 76.0bc 87.1ab 72.5gh 76.9bcde 20.2g 57.6defgh 63.3cde 64.8cde IPB015008 95.2a 94.2a 83.5ab 85.9abc 53.8bc 91.3a 65.5cd 81.3a IPB019015 66.1cde 65.9ef 71.8h 86.0abc 36.7de 63.4cdef 63.0cde 64.7cde Gelora 65.0cde 63.4efg 73.8fgh 62.6fgh 26.4efg 59.9cdefgh 657.cd 59.5fg Lembang 69.7bcd 74.9bcde - 75.4cedf 31.2defg 64.4cdef 61.5cdef 62.8ef Tit super 43.1gf 44.2i 74.0fgh 53.3h 34.5def 49.8gh 54.9efg 50.6h Tombak 77.2bc 80.7bc 75.7efg 90.1ab 80.6a 72.5bc 79.3a 79.5a Trisula 54.1ef 58.7fgh 72.9gh 57.7gh 43.00cd 51.3fgh 55.1efg 56.1g Rata-rata

lingkungan 66.0C 68.6B 77.0A 75.7A 36.7D 64.5C 64.7C

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Tinggi tanaman memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman yang tajuknya tinggi akan saling menaungi sehingga intensitas cahaya yang didapatkan akan lebih rendah. Oleh karena itu, fotosintesis yang terjadi akan lebih rendah pula sehingga produksi tidak optimum. Kirana dan Sofiari (2007) juga menyatakan bahwa karakter tinggi tanaman berhubungan

dengan ketahanan terhadap penyakit busuk tanah, dimana buah dari tanaman yang lebih tinggi tidak menyentuh tanah sehingga dapat mengurangi percikan air dari tanah ke buah yang merupakan sumber infeksi jamur.

Lebar Kanopi

Hasil pengamatan lebar kanopi disajikan pada Tabel 9. Lebar kanopi di lingkungan Bogor 1 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada untuk semua cabai bersari bebas yang diujikan. Pada lingkungan Bogor 2, Boyolali 2 dan Riau 2 cabai pembanding Tombak memiliki lebar kanopi terluas, diikuti dengan genotipe IPB015008. Hal ini menunjukkan bahwa lebar tajuk yang semakin luas akan diikuti dengan pertambahan tinggi dikotomus tanaman cabai.

Tabel 9. Lebar kanopi 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata genotipe ………..cm………

IPB110005 94.3 99.7abc 67.4cde 67.0a 52.0abc 68.6bc 68.4b-f 73.9abcd IPB120005 94.4 97.0bcd 70.6abc 60.1abcd 32.0def 66.3bc 80.9a 71.6a-f IPB001004 90.8 94.2cd 62.8fg 60.3abcd - 55.7bc 72.6bc 72.7a-e IPB002003 86.4 98.3bcd 64.2ef 57.4abcd 34.7def 60.7bc 65.7c-h 66.8d-h IPB002005 69.1 91.7de 60.6g 64.7abc 37.7def 71.2bc 55.6ij 64.4fgh IPB002046 85.0 97.9bcd 66.6de 61.1abcd 34.8def 64.1bc 66.4c-g 68.0c-g IPB015002 127.9 85.7de 70.3abc 47.5d 27.2f 55.9bc 46.1k 65.8efgh IPB002001 83.3 91.1cde 72.8a 50.6cd 36.4def 71.bc 62.8e-i 66.9defgh IPB009002 93.9 94.6cd 66.2def 60.4abcd 35.9def 70.2bc 68.7b-f 70.0b-g IPB009003 92.2 91.2cde 68.9bcd 52.1bcd 30.6ef 78.3ab 58.1hij 67.3c-h IPB009004 93.6 89.6cde 71.1ab 69.0a 39.9cdef 68.1bc 69.4bcde 71.5a-f IPB009015 68.1 85.7de 67.3cde - 39.d2ef 71.2bc 55.9ij 64.6fgh IPB009019 90.5 108.1ab 65.73def 57.0abcd 28.5f 57.7bc 60.8f-j 66.9d-h IPB015008 100.8 98.4bcd 70.6abc 63.3abc 55.4ab 88.8a 60.1ghij 76.8ab IPB019015 104.1 100.0abc 70.7abc 65.7ab 44.6bcd 66.7bc 71.3bcd 74.7abc Gelora 86.4 79.3e 65.8def 47.7d 29.1f 57.5bc 53.4j 59.9h Lembang 99.2 101.0abc - 56.9abcd 36.5def 63.8bc 59.5ghij 69.5b-g Tit Super 90.3 86.1de 69.1bcd 51.4cd 34.5def 57.2bc 57.1ij 63.7gh Tombak 90.1 112.2a 66.6de 69.8a 60.4a 71.7bc 76.5ab 78.2a Trisula 86.0 96.2bcd 64.1ef 52.0bcd 44.0bcde 59.0bc 63.9d-i 66.5d-h Rata-rata

lingkungan 91.3A 94.9A 67.4B 58.6C 38.6D 66.2B 63.7B

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Pada lingkungan Sumedang 1 genotipe IPB015008 memiliki lebar kanopi terluas dibandingkan dengan genotipe lainnya. Pada lingkungan Sumedang 2 IPB120005 memiliki lebar kanopi yang lebih luas dibandingkan dengan genotype IPB009015 (55.9 cm), IPB002005 (55.7 cm) dan Tit Super (57.1 cm). Genotipe Tombak di lingkungan Riau 2 memiliki lebar tajuk terluas namun tidak berbeda dengan

genotipe IPB015008. Genotipe IPB110005 dan IPB009004 memiliki lebar tajuk terluas dibandingkan dengan genotipe lain di lingkungan Boyolali 2. Sedangkan pada lingkungan Boyolali 1, genotipe IPB002001 (72.8 cm) memiliki lebar tajuk yang lebih luas dibandingkan dengan genotipe IPB002005 (60.6 cm).

Panjang dan Lebar Daun

Genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap karakter panjang dan lebar daun pada lingkungan Riau 2 (Tabel 10 dan 11). Panjang daun pada genotipe yang diuji berkisar antara 7.7-9.7 cm. Secara umum genotipe pembanding Tombak memiliki panjang daun terpanjang dibandingkan dengan genotipe lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan genotype Gelora. Genotipe IPB002003, IPB002001 dan IPB019015 memiliki daun tersempit dibandingkan dengan genotipe lainnya, masing-masing dengan nilai 8.5, 8.4 dan 8.6 cm.

Tabel 10. Panjang daun 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr 1 Bgr 2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata genotipe ………..cm………

IPB110005 9.6ab 11.2b 11.4b-f 7.9abcd 8.2 9.0abc 8.61bcd 9.41abcd IPB120005 8.1cde 9.3efg 12.3a 7.6abcd 8.4 9.0ab 9.22a 9.13cdef IPB001004 9.0abcd 10.7cbd 12.1ab 8.7ab - 7.8b-g 9.09ab 9.56abc IPB002003 8.1cde 9.2efg 10.8f 7.4abcd 8.4 7.9b-g 7.88fgh 8.52h IPB002005 8.0cde 10.0cde 11.9abc 9.0 a 9.1 7.7c-g 7.88fgh 9.08defg IPB002046 8.9abcd 9.5ef 11.7abcd 8.2abc 7.5 8.8abcd 9.2a 9.09defg IPB015002 7.6de 9.7def 11.2def 7.2abcd 8.9 9.0abc 7.52h 8.72fgh IPB002001 7.1e 8.9fg 12.1ab 7.2bcd 7.7 7.9b-g 8.17defg 8.42h IPB009002 8.2bcde 10.1cde 10.9ef 7.5abcd 7.6 8.5a-f 8.26def 8.73fgh IPB009003 7.9cde 10.0 def 11.7abcd 7.8abcd 8.2 7.0g 7.93efgh 8.65gh IPB009004 9.0 abcd 12.2a 11.5b-f 8.9ab 8.1 7.8b-g 7.92efgh 9.33abcd IPB009015 7.6de 9.3efg 11.5b-f - 8.4 7.8b-g 7.99efgh 8.74fgh IPB009019 8.9abcd 11.1cb 11.3cdef 7.7abcd 9.7 7.6defg 8.51cd 9.24bcde IPB015008 9.3abc 9.9def 11.5bcde 7.2abcd 8.8 9.4a 8.97abc 9.30abcd IPB019015 7.8cde 9.2efg 12.4a 6.8cd 8.1 7.4efg 8.29def 8.58h Gelora 10.1a 10.7cbd 12.0ab 8.8ab 8.2 8.1a-g 9.1ab 9.6ab Lembang 7.6de 8.9fg - 6.4d 8.1 7. 3fg 7.7gh 7.7i Tit Super 7.9cde 8.3e 11.8abcd 7.4abcd 7.7 8.0b-g 8.4de 8.5h Tombak 9.0abcd 12.4a 11.9abc 8.5abc 8.6 9.1ab 8.7bcd 9.7a Trisula 8.5bcde 9.7def 10.8f 6.8cd 7.8 8.8a-e 9.1ab 8.8efgh Rata-rata

lingkungan 8.4C 10.0B 11.6A 7.7D 8.3C 8.2C 8.4C

Ket : Bgr1 (Bogor musim 1), Bgr 2(Bogor musim 2), Byl 1 (Boyolali musim 1), Byl 2 (Boyolali musim 2), Riau 2 (Riau musim 2), Smd 1 (Sumedang musim 1), Smd 2 (Sumedang musim 2).

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan angka yang diikuti dengan huruf kapital pada baris artinya tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%.

Secara umum, varietas pembanding Tombak memiliki lebar daun terlebar dibandingkan dengan genotipe cabai bersari bebas dan varietas pembanding lainnya. Pada lingkungan Bogor 1, lebar daun genotipe IPB015008 tidak berbeda

nyata dengan genotype Tombak. Genotipe IPB120005, IPB002005 dan IPB019015 pada lingkungan Boyolali 1 memiliki lebar daun terlebar dibandingkan dengan genotipe lainnya, kecuali genotype Tombak.

Tabel 11. Lebar daun 15 genotipe cabai pada 7 lingkungan

Genotipe Bgr1 Bgr2 Byl1 Byl2 Riau2 Smd1 Smd2 Rata-rata

Dokumen terkait