• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase ulat yang terparasit

Hasil pengamatan rata-rata dan analisis sidik ragam (Lampiran 1) menyatakan bahwa daya parasitasi lalat S. inferens dari turunan yang berbeda tidak berbeda nyata terhadap ulat Ph. castaneae. Rata-rata persentase parasitasi ulat Ph. castaneae dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Persentase Ulat Ph. castaneae yang Terparasit

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV V VI R1 75 50 60 65 55 75 380 63.33 R2 50 40 35 40 35 85 285 47.50 R3 40 70 60 65 60 65 360 60.00 R4 60 65 60 45 65 65 360 60.00 Total 225 225 215 215 215 290 1385 230.83 Rata-rata 56.25 56.25 53.75 53.75 53.75 72.50 346.25 57.71

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa daya parasitasi lalat S. inferens pada ulat tidak berbeda nyata, hal ini karena tempayak dari perkawinan yang berbeda tetap dapat memarasit inangnya. Parasitisme pada tempayak menyebabkan tempayak harus hidup pada inang untuk dapat tumbuh. Tempayak yang digunakan merupakan family dari Tachinidae yang bersifat parasit yang ditegaskan oleh Susilo (2007) yang menyatakan bahwa lalat Tachinidae bersifat parasit sehingga sering digunakan sebagai pengendali hayati. Meskipun tidak berbeda nyata pemarasitan yang terbaik diperoleh pada perlakuan R3, R4 dan R1 sebesar 60.00%-63.33%, sedangkan terendah pada perlakuan R2 sebesar 47.50%, hal ini dapat terjadi karena lalat S. inferens kurang dapat menyesuaikan diri di laboratorium, seperti halnya lalat rimpang pada jahe yang dipelihara di laboratorium dapat bertelur pada tanaman jahe namun tidak berhasil membentuk larva atau pupa sebagimana

Ummi Khairiyah : Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium, 2008.

USU Repository © 2009

ditegaskan oleh Balfas (2002), yang menyatakan bahwa lalat betina yang berasal dari lapang dapat bertelur pada tanaman sehat, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan jarang sekali ditemukan larva atau pupa dalam rimpang sehat.

Ulat yang terparasit berwarna coklat agak gelap, tubuh lunak dan pada abdomen terdapat warna kehitaman yang merupakan bekas masuknya parasit (gambar 5).

Gambar 5. Ulat yang terinfeksi. Sumber : Foto langsung

Persentase tempayak yang menjadi pupa

Hasil pengamatan rata-rata dan analisis sidik ragam (Lampiran 2) menyatakan bahwa persentase tempayak yang menjadi pupa berbeda nyata pada perlakuan R2 dengan perlakuan R1, R3 dan R4, rata-rata persentase tempayak yang menjadi pupa dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase Tempayak S. inferens yang Menjadi Pupa

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV V VI R1 65 35 60 55 55 60 330 55.00b R2 40 40 35 40 35 35 225 37.50a R3 35 60 60 55 50 55 315 52.50b R4 60 60 60 45 65 65 355 59.17b Total 200 195 215 195 205 215 1225 204.17 Rata-rata 50 48.75 53.75 48.75 51.25 53.75 306.25 51.04

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 0.05 dengan uji BNT.

Ummi Khairiyah : Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium, 2008.

USU Repository © 2009

Pada Tabel 2 nilai rataan terendah terdapat pada perlakuan R2 (betina dari lapangan dan jantan dari laboratorium) sebesar 37.50%, nilai rataan tertinggi pada perlakuan R4 (jantan dari lapangan dan betina dari laboratorium) sebesar 59.17%. Rata-rata pembentukan pupa yang rendah pada perlakuan R2 dipengaruhi oleh rendahnya daya parasitasi tempayak. Semakin rendah daya parasitasinya semakin rendah pula pupa yang terbentuk, karena untuk dapat membentuk pupa (berlanjut ke stadia berikutnya) seekor tempayak harus dapat memarasit inang untuk dapat hidup. Memarasit inang berarti tempayak mendapatkan makanan untuk tumbuh dan berkembang, kurang nutrisi yang diperoleh tempayak dapat menyebabkan gagalnya tempayak berlanjut ke stadia berikutnya, hal ini ditegaskan oleh Verly, dkk (1973) yang menyatakan bahwa tempayak yang memperoleh makanan yang cukup dapat menyelesaikan perkembangannya, sedangkan yang tidak mendapatkan makanan akan mati. Keberhasilan tempayak menjadi pupa umumnya dapat dilihat setelah 20 hari inokulasi, tempayak yang menjadi pupa berada disekitar tubuh ulat (gambar 6).

Gambar 6. pupa lalat Sumber : Foto langsung

Ummi Khairiyah : Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium, 2008.

USU Repository © 2009

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam (Lampiran 3) menyatakan bahwa persentase pupa yang menjadi imago tidak berbeda nyata diantara perlakuan, rata-rata persentase pupa yang menjadi imago yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase Pupa S. inferens yang Menjadi Lalat

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata I II III IV V VI R1 65.53 65.53 65.53 65.53 65.53 65.53 393.18 65.53 R2 12.50 87.50 42.85 50.00 100.00 57.14 349.99 58.33 R3 42.85 66.66 100.00 63.63 70.00 54.54 397.68 66.28 R4 100.00 92.30 91.66 100.00 76.92 65.00 525.88 87.65 Total 220.88 311.99 300.04 279.16 312.45 242.21 1666.73 277.79 Rata-rata 55.22 78.00 75.01 69.79 78.11 60.55 416.68 69.45

Pada tabel 3 dapat dilihat nilai R2 merupakan nilai terendah dan nilai tertinggi pada perlakuan R4. Perlakuan R2 mendapatkan nilai terendah terjadi karena pupa yang terbentuk juga sedikit, selain itu pupa yang berasal dari lapangan juga dapat terinfeksi oleh hiperparasit. Hiperparasit ini hidup dalam pupa lalat yang menyebabkan pupa lalat menjadi berlubang (gambar 6) dan pupa gagal menjadi imago.

Gambar 6. Pupa lalat yang berlubang Sumber : Foto langsung

Persentase kepompong Ph. castaneae yang mati dan yang menjadi ngengat

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam (Lampiran 4 dan 5) menunjukkan rataan kepompong yang mati dan yang menjadi ngengat tidak

Ummi Khairiyah : Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium, 2008.

USU Repository © 2009

berbeda nyata, rata-rata kepompong yang mati dan yang menjadi ngengat yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Rata-rata Kepompong Ph. castaneae yang Mati dan yang menjadi Ngengat

Perlakuan Kepompong yang Mati

Kepompong yang menjadi Ngengat

R1 7.50 0.83

R2 3.33 3.33

R3 5.83 5.00

R4 7.50 3.33

Pada Tabel 4 dapat nilai kepompong yang terbentuk dan yang mejadi ngengat sangat rendah, hal ini dapat terjadi karena inokulasi tempayak yang dilakukan pada ulat yang menyebabkan ulat berhasil menjadi kepompong dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak semua ulat yang berhasil menjadi kepompong dapat bertahan hidup sampai stadia selanjutnya (ngengat). Nilai terbentuknya kepompong yang rendah menyebabkan persentase ngengat yang terbentuk juga rendah (0.83%-5.00%), karena ngengat merupakan stadia yang dialami lepidoptera setelah terbentuknya kepompong.

Nisbah kelamin imago lalat

Hasil pengamatan rataan kelamin jantan dan betina dapat dilihat pada lampiran 7. Dari hasil percobaan didapatkan jumlah imago jantan 77 ekor dan imago betina 50 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah imago jantan lebih besar dari imago betina, yang ditegaskan oleh Saragih dkk., (1986) yang menyatakan bahwa perbandingan antara imago jantan dan imago betina 1,13 : 1, perbandingan tersebut menunjukkan jumlah imago jantan lebih besar dari imago betina.

Ummi Khairiyah : Daya Parasitasi Lalat (Sturmiopsis inferens Town) (Diptera:Tachinidae) Turunan Dari Beberapa Hasil Perkawinan Pada Ulat Penggerek Batang Tebu Raksasa (Phragmatoecia castaneae Hubner) (Lepidoptera:Cossidae) Di Laboratorium, 2008.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait