• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil

Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP) dan retensi lemak (RL) disajikan pada Tabel 6. Data tiap ulangan dan analisis statistiknya disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 6. Data hasil parameter kinerja pertumbuhan ikan uji

Keterangan: huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa pertumbuhan (LPS) ikan uji mengalami penurunan pada penggunaan TDL yang makin meningkat. Perlakuan pakan dengan TDL 0% (A) sampai 15% (C) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan jika dibandingkan dengan perlakuan pakan yang menggunakan TDL 30% (F). Sementara itu, efisiensi pakan (EP) pakan uji menunjukkan pengaruh yang sama pada semua perlakuan.

Pakan uji yang mengandung TDL 0%, 10%, 15%, 20% maupun 25% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah konsumsi pakan (JKP). Akan tetapi, perlakuan pakan A menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan F. JKP tertinggi adalah pada perlakuan A sebanyak 223,20 ± 55,21gram dan terendah pada perlakuan F 152,98 ± 21,93 gram.

Nilai retensi menggambarkan jumlah protein atau lemak yang disimpan dalam tubuh ikan uji. Berdasarkan Tabel 6, nilai retensi protein (RP) tertinggi adalah pakan perlakuan F. Sebaliknya, retensi lemak (RL) pada perlakuan ini adalah yang terendah dibandingkan dengan lima perlakuan lainnya. Uji statistik terhadap nilai RP dan RL dari seluruh perlakuan memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Perlakuan LPS (%) EP (%) JKP (g) RP (%) RL (%) A (0%) 2,66 ± 0,34a 51,76 ± 6,25a 223,20 ± 55,21a 43,25 ± 17,33a 103,71 ± 27,19a B (10%) 2,60 ± 0,18a 59,28 ± 7,31a 197,43 ± 13,33ab 51,99 ± 15,34a 93,94 ± 20,38a C (15%) 2,20 ± 0,09a 45,90 ± 9,12a 180,42 ± 43,62ab 42,83 ± 4,63a 86,78 ± 6,25a D (20%) 2,11 ± 0,29ab 42,18 ± 5,48a 191,80 ± 33,69ab 25,17 ± 19,35a 81,20 ± 31,22a E (25%) 2,09 ± 0,21ab 45,87 ± 3,73a 180,93 ± 15,00ab 47,55 ± 22,97a 91,99 ± 31,12a F (30%) 1,47 ± 0,18b 48,07 ± 22,81a 152,98 ± 21,93b 56,17 ± 29,07a 55,84 ± 25,54a

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan pakan berbasis tepung daun lamtorogung (TDL) sebagai alternatif sumber protein nabati pada pakan ikan. TDL sebelumnya dihidrolisis dengan ekstrak enzim kasar cairan rumen domba (predigestion) untuk meningkatkan daya gunanya. Kinerja pertumbuhan ikan uji, yakni ikan nila, yang diamati adalah laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein (RP) dan retensi lemak (RL).

Pertumbuhan ikan uji yang digambarkan dengan nilai LPS, berdasarkan Tabel 6 menunjukkan hasil yang terus menurun pada peningkatan level TDL. Laju pertumbuhan spesifik sendiri merupakan proses perubahan bobot individu pada periode waktu tertentu. Laju pertumbuhan juga menjelaskan kemampuan ikan dalam memanfaatkan nutrien pakan yang disimpan dalam tubuhnya kemudian mengkonversinya menjadi energi.

Pertumbuhan berkaitan dengan jumlah konsumsi pakan dan efisiensi pemanfaatan pakan yang diberikan. Pakan yang dikonsumsi (JKP) merupakan sumber nutrien untuk pertumbuhan, yaitu sebagai sumber energi dan materi pembangun tubuh. Sedangkan pemanfaatan pakan yang diberikan (EP) didefinisikan sebagai peningkatan berat basah daging per unit berat pakan kering. Semakin besar nilai efisiensi pakan, menunjukkan pemanfaatan pakan dalam tubuh ikan semakin efisien dan kualitas pakan tersebut makin baik.

Semakin kecilnya persentase pertumbuhan diikuti dengan menurunnya jumlah konsumsi pakan. Hal ini menunjukkan kecenderungan menurunnya nafsu makan ikan pada peningkatan dosis TDL di dalam komposisi pakan. Jumlah konsumsi pakan berdasarkan Tabel 6 nilainya cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya penggunaan TDL. Konsumsi pakan tertinggi adalah pakan perlakuan A dengan TDL 0%. Perlakuan ini juga menghasilkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan lima perlakuan lainnya. Konsumsi pakan tertinggi kedua adalah perlakuan B dengan TDL 10% dan diikuti dengan nilai LPH yang tidak berbeda nyata dengan pakan perlakuan A. Pertumbuhan sampai level TDL 15%, menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, demikian pula halnya dengan nilai EP dan JKP-nya.

Ikan sangat sensitif terhadap rasa dan bau tertentu di dalam makanannya (palatabilitas) dan hal ini akan mempengaruhi konsumsinya terhadap pakan. Sebagaimana disebutkan oleh Jackson et al. (1982) dalam Robert (2002) bahwa penelitian terhadap Leucaena yang mengandung mimosin di dalam komposisi pakannya memberikan hasil pertumbuhan dan nafsu makan ikan yang rendah. Diduga, hal ini disebabkan karena di dalam bahan TDL yang digunakan masih mengandung zat antinutrisi yaitu mimosin dan konsentrasinya semakin banyak pada peningkatan penggunaan TDL. Banyaknya kandungan mimosin pada TDL bergantung pada jenis dan umur tanaman serta pengolahannya hingga menjadi tepung (Hertrampf dan Pascual 2000). Selain itu, beberapa nutrien esensial yang dibutuhkan oleh ikan tidak sepenuhnya dimiliki oleh TDL. Akibatnya, metabolisme akan ikut terganggu sehingga akan berpengaruh pula terhadap kontrol nafsu makan, pengangkutan nutrien di dalam tubuh, penyerapan nutrien dari darah ke jaringan serta pertumbuhan.

Pertumbuhan ikan sangat bergantung pada pasokan energi dalam pakan dan pembelanjaan energi. Pertumbuhan akan terjadi apabila ada kelebihan energi dari pakan yang dikonsumsi setelah kebutuhan energi minimumnya (untuk hidup pokok) sudah terpenuhi, seperti bernafas, berenang, proses metabolisme dan perawatan (maintenance). Sementara itu, pemanfaatan materi dan energi pakan untuk pertumbuhan terlebih dahulu melalui proses pencernaan dan metabolisme. Dalam proses pencernaan, makanan yang tadinya merupakan senyawa kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan disebarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.

Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi dan energi tumbuh adalah protein, karbohidrat dan lemak. Pertumbuhan ikan yang relatif lambat disebabkan karena kandungan energi pakan khususnya yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak cukup untuk proses metabolisme. Akibatnya, protein digunakan dalam proses tersebut sehingga tidak mencukupi bagi ikan untuk proses pertumbuhan. Banyaknya protein pakan yang tersimpan dalam tubuh ikan (RP) tertinggi pada Tabel 6 adalah pada perlakuan F. Akan tetapi, lemak yang disimpan oleh ikan perlakuan ini (RL) justru adalah yang terendah

dibandingkan lima perlakuan lainnya. Dengan demikian, sebagian besar protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan akan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Selain itu, konsumsi pakan ikan perlakuan F juga menunjukkan jumlah terendah sehingga meskipun nilai efisiesi pakannya tergolong tinggi, pasokan energi dari pakannya pun kurang.

Daya cerna didefinisikan sebagai bagian pakan yang diserap oleh hewan. Dari Tabel 6 terlihat bahwa pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap nilai RP dan RL. Dengan demikian, nilai retensi baik protein maupun lemak dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan ikan nila dalam mencerna pakan dengan basis tepung daun lamtorogung. Ikan nila sendiri telah diketahui sebagai ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga akan lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati. Selain itu, aktivitas enzim amilase pada ikan omnivora lebih tinggi dan dapat memanfaatkan protein dari bahan nabati lebih baik. Ikan ini juga memiliki usus yang lebih panjang dibandingkan ikan karnivora sehingga materi makanan dari tanaman yang sulit dicerna lebih lama berada di dalam saluran pencernaan dan ikan memiliki kesempatan untuk mencernanya dengan lebih baik.

Pemanfaatan bahan baku pakan ikan nila dari daun tumbuhan khususnya daun lamtorogung dibatasi dengan kandungan yang tinggi dari komponen neutral detergent fiber (NDF) 39,5% dan acid detergent fiber (ADF) 35,10% (Gracia et al. 1996). Serat kasar merupakan komponen karbohidrat yang kaya akan lignin dan selulosa yang bersifat sukar dicerna oleh ikan. Polisakarida yang terdapat pada dinding sel tanaman merupakan bagian terbesar komponen serat kasar tersebut. Pada hewan ruminansia, komponen serat kasar ini dicerna dengan bantuan mikroba tertentu di dalam usus. Salah satu usaha untuk mengatasi kecernaan serat yang rendah pada ikan adalah penggunaan enzim eksogen untuk menghidrolisis serat.

Peranan enzim pencernaan dalam proses pencernaan sangat dominan, yaitu berperan dalam menghidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang siap diserap. Isi rumen diakui sebagai sumber enzim pendegradasi polisakarida. Rumen sendiri merupakan bagian dari perut hewan ruminansia dimana didalam retikulonya terdapat mikrobia rumen yang terdiri atas protozoa

dan bakteri yang berfungsi melaksanakan fermentasi untuk mensintesis asam amino, vitamin B-komplek dan vitamin K sebagai sumber zat makanan bagi hewan induk semang (Hungate 1966). Mikroba-mikroba rumen mensekresikan enzim-enzim pencernaan ke dalam cairan rumen untuk membantu mendegradasi partikel makanan. Penggunaan ekstrak enzim kasar cairan rumen domba ini diharapkan dapat meningkatkan daya guna TDL dalam komposisi pakan ikan dengan menurunkan serat kasarnya sehingga pakan akan lebih mudah dicerna.

Dokumen terkait