• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe Tutupan Lahan

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan tipe penutupan lahan di Kecamatan Sibolangit, Namorambe dan Pancur Batu beragam. Tipe penutupan lahan yang ditemukan kemudian diklasifikasikan menjadi 9 kelas tutupan lahan. Tutupan lahannya yaitu lahan terbuka, badan air berupa kolam, semak, sawah, pemukiman, hutan rakyat campuran, hutan rakyat monokultur, hutan rakyat agroforestri dan hutan alam.

Kondisi sebagian tutupan lahan di lapangan pada saat pengecekan adalah seperti Gambar 18 dan 19.

Gambar 18. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (A) Lahan Terbuka, (B) Badan Air, (C) Sawah, (D) Semak dan (E) Pemukiman

A B

D E

Gambar 19. Tutupan Lahan Riil yang Dijadikan Training Area (F) Kelapa Sawit, (G) Hutan Alam, (H) Hutan Rakyat Agroforestri, (I) Hutan Rakyat Campuran

Analisis Visual

Analisis visual merupakan kegiatan mengamati citra secara visual dengan tujuan untuk mengidentifikasi obyek. Pada pengelompokan obyek yang homogen dalam suatu kelas penggunaan lahan dilakukan secara manual berdasarkan elemen penafsiran dan titik koordinat yang diperoleh di lapangan. Elemen yang diperhatikan adalah warna, ukuran, bentuk, pola, tekstur, bayangan, asosiasi, dan lokasi di lapangan.

Analisis visual dilakukan dicitra landsat TM 5 dengan menggunakan kombinasi band 543 dalam format Red, Green, Blue. Identifikasi tutupan hutan rakyat dalam penelitian ini digunakan kombinasi 3 band Landsat TM yaitu 5-4-3. Kombinasi yang menunjukkan inframerah dekat sebagai hijau

F

H

G

menunjukkan vegetasi dalam warna hijau, dan karenanya disebut pseudo-natural

colour composite.

Hasil dari identifikasi visual terhadap 9 kelas penutupan lahan yang dijumpai di lapangan pada kombinasi band 5-4-3 Landsat TM 5 adalah :

(a). Hutan Alam, polanya dengan bentuk bergerombol dengan warna hijau tua sampai gelap dengan tekstur relatif kasar.

(b). Pemukiman, dengan tekstur halus sampai kasar, warna ungu kemerahan dan biasanya berada di jalur jalan.

(c). Semak, tekstur yang relatif halus dari pada hutan lebat, berwarna hijau agak kecoklat-coklatan dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara hutan rakyat. (d). Badan air berwarna biru, untuk telaga dengan bentuk yang berkelompok

diantara hutan rakyat ataupun pemukiman.

(e). Lahan terbuka mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di antara hutan, pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna merah jambu dengan tekstur halus.

(f). Hutan Rakyat Campuran, memiliki tekstur relatif kasar dengan warna hijau muda agak gelap.

(g). Hutan Rakyat Agroforestri, memliki tekstur yang halus dengan warna orange yaitu campuran warna antara hutan dengan tanaman pertanian yang terdapat antara pemukiman dan sawah.

(h). Hutan Rakyat Monokultur, memliki tekstur yang sama seperti hutan rakyat agroforestri yaitu relatif halus dengan warna hijau muda yang lembut.

(i). Sawah, tekstur yang relatif kasar dengan pola yang berkelompok-kelompok dengan warna kuning yang tumbuh diantara telaga dan pemukiman.

Hasil analisis visual penutupan lahan pada kombinasi citra landsat TM 5 pada RGB 5-4-3 disajikan dalam Gambar 20.

Gambar 20. Analisis Visual Citra Landsat TM

Klasifikasi Terbimbing

Klasifikasi Citra Landsat dilakukan untuk mengelompokkan penutupan lahan. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised

Classification). Sebelum melakukan proses klasifikasi terbimbing (Supervised Classification), terlebih dahulu dibuat Training Area sebagai areal pewakil yang

mewakili untuk tiap kategori kelas yang akan diklasifikasi.

Pengukuran separabilitas dilakukan untuk memperoleh kualitas ketelitian klasifikasi. Hasil analisis separabilitas menunjukkan kisaran dari baik sampai sangat baik. Hasil analisis separabilitas pengklasifikasian tipe tutupan lahan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Separabilitas Pengklasifikasian Tutupan Lahan Tutupan Lahan Lahan

terbuka

HR

Monokultur Sawah Semak

HR Agroforestry Hutan Alam HR Campuran Badan Air Pemuki man Lahan Terbuka 0 1993,25 1922,22 1994,84 2000 2000 2000 2000 1987,75 HR Monokultur 1993,35 0 1956,94 1999,68 1999,96 2000 2000 2000 2000 Sawah 1922,22 1956,94 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 Semak 1994,84 1999,87 2000 0 1952,87 1977,67 1924,25 2000 1999.86 HR Agroforestry 2000 1999,96 2000 1952,87 0 1981,72 1980,17 2000 2000 Hutan Alam 2000 2000 2000 1977,67 1982,72 0 1961,27 2000 2000 HR Campuran 2000 2000 2000 1924,25 1980,17 1961,27 0 2000 2000 Badan Air 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 Pemukiman 1987,75 2000 2000 1990,86 2000 2000 2000 1925,27 0

Metode yang dipilih yaitu transformed Divergence (TD) karena baik dalam mengevaluasi keterpisahan antar kelas, juga memberikan estimasi yang terbaik untuk pemisahan kelas (Jaya, 1996). Nilai separabilitas terendah yang diperoleh adalah 1922,22 antara semak dan hutan rakyat campuran. Menurut Jaya (1996) kriteria yang digunakan dalam memisahkan individu-individu dalam pasangan kelasnya adalah :

(1) tidak terpisah : ≤ 1600

(2) Jelek keterpisahannya : 1601 – 1699 (3) Sedang keterpisahannya : 1700 – 1899 (4) Baik keterpisahannya 1900 – 1999, dan (5) Sangat baik keterpisahannya : 2000

Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matrik kesalahan (confusion matrix) yang disebut juga matrik contingency. Akurasi dihitung dengan menggunakan rumus Kappa Accuracy. Kappa Accuracy dipergunakan karena memperhitungkan semua elemen dalam matrik contingency. Akurasi Kappa juga digunakan untuk menguji kesignifikanan antara dua matrik kesalahan dari metode yang berbeda atau kombiansi band yang berbeda (jaya, 1996). Untuk akurasi yang lain, pengklasifikasian harus diulang jika Overall Accuracy besarnya kurang

dari 85%. Semakin tinggi akurasinya, baik Overall Accuracy maupun Kappa

Accuracy maka pengklasifikasian yang dilakukan akan semakin baik.

Tabel 5. Nilai Akurasi Pengklasifikasian Tutupan Lahan

Data Lahan Terbuka

HR

Monokultur Sawah Semak

HR Agroforestry Hutan Alam HR Campuran Badan Air Pemukiman Row Total Prod ucers Accuracy Lahan Terbuka 34 1 0 0 0 0 0 0 0 35 97,14 HR Monokultur 0 27 1 0 0 0 0 0 0 28 96,42 Sawah 0 0 21 0 0 0 0 0 0 21 100 Semak 0 0 0 22 0 1 0 0 0 23 95,65 HR Agroforestry 0 0 0 1 25 0 0 0 0 26 96,15 Hutan Alam 0 0 0 1 0 39 0 0 0 40 97,5 HR Campuran 0 0 0 0 0 0 32 0 1 33 96,96 Badan Air 0 0 0 0 0 0 0 31 14 45 68,88 Pemukiman 0 0 0 0 0 0 0 4 63 67 94,02 Column Total 34 28 22 24 25 40 32 35 78 318 294 User Accuracy 100 96,42 95,45 91,66 100 97.5 100 88,57 80,76 Kappa accuracy = 100% 2 x X X N X X X N tk r k kt r k r k tk kt kk

− − = 92,45 % Overall accuracy = x100% N X r k kk

= 91,33 %.

Hasil perhitungan akurasi menunjukkan bahwa overall accuracy sebesar 92,45 % dan nilai kappa accuracy yang diperoleh sebesar 91,33 %. Jaya (1996) mengemukakan bahwa nilai akurasi di atas 85% berarti hasil klasifikasi dapat diterima dengan tingkat kesalahan kurang atau sama dengan 15% sehingga tidak perlu dilakukan pengklasifikasian ulang pada penutupan lahan tersebut.

Penutupan Lahan

Luas total penelitian dari 3 kecamatan adalah 38.225,07 Ha yang terdiri dari Kecamatan Sibolangit 17.781,62 Ha, Kecamatan Pancur Batu 12.225,34 Ha dan Kecamatan Namo Rambe 8.218,10 Ha. Berdasarkan hasil klasifikasi citra Landsat TM tahun 2006, semak merupakan jenis tutupan lahan dengan luas terbesar yaitu 16.157,54 Ha atau 42,3 %, besarnya penggunaan lahan semak tersebut diakibatkan karena wilayah Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur Batu itu masih kedalam wilayah pegunungan, sehingga belum banyak wilayah pembangunan, sehingga wilayah tersebut masih lebih banyak terdapat hutan alan dan hutan-hutan rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan pemukiman memiliki penutupan lahan dengan luas 12.183,15 Ha atau 31,9 %. Sawah memiliki penutupan lahan dengan luas 1.562,71 Ha atau 4,0 %. Lahan Terbuka memiliki penutupan lahan dengan luas 2.154,22 Ha atau 7,4 %. Badan air atau kolam memiliki penutupan lahan dengan luas 427,11 Ha atau 1,12 %. Persentase dari penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Hutan rakyat dikategorikan dalam tiga tipe yaitu hutan rakyat campuran, hutan rakyat monokultur dan hutan rakyat agroforestri. Hutan rakyat campuran adalah hutan rakyat yang ditumbuhi oleh pohon kayu dan pohon buah yang sama memiliki nilai ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dengan luas 1.681,02 Ha atau 4,4%. Hutan monokultur adalah hutan rakyat yang didominasi oleh satu jenis tanaman yang homogen dengan luas 282,40 Ha atau 0,7 %. Hutan rakyat agroforestri adalah hutan rakyat yang ditumbuhi oleh tanaman kehutanan dengan tanaman perkebunan atau tanaman

pertanian dengan luas 930,39 Ha atau 2,4 %. Hal ini sesuai dengan literatur Lembaga Penelitian IPB (1983), yang membagi hutan rakyat kedalam tiga bentuk, yaitu:

(a) Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau monokultur. Pola hutan rakyat tipe monokultur yang dijumpai di lapangan seperti disajikan dalam Gambar 21.

(b) Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran. Pola hutan rakyat tipe monokultur yang dijumpai di lapangan seperti disajikan dalam Gambar 22.

(c) Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk usaha kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain yang dikembangkan secara terpadu. Pola hutan rakyat tipe monokultur yang dijumpai di lapangan seperti disajikan dalam Gambar 23

Gambar 21. Pola Tanam Hutan Rakyat Campuran antara Pohon Duku, Durian, Karet, Pinang dan Pisang

Gambar 22. Pola Tanam Hutan Rakyat Monokultur Pohon Rambutan

Gambar 23. Pola Tanam Hutan Rakyat Agroforestri antara Tanaman Kehutanan (Duku, Sengon, Jati) dan Tanaman Pertanian (Jagung, Ubi Kayu) serta antara Tanaman Perkebunan (Pinang, Pisang)

Tabel 6. Persentase Penutupan Lahan

Klasifikasi Luas (Ha) Persentasse (%)

Badan Air 427,11 1,12 HR Agroforestry 930,39 2,43 HR Campuran 1681,02 4,40 HR Monokultur 282,40 0,74 Hutan Alam 2.846,53 7,40 Lahan Terbuka 2154,22 5,70 Pemukiman 12.183,15 31,90 Sawah 1562,71 4,00 Semak 16.157,54 42,30 Total 38.225,07 100

Pola spasial tanaman hutan rakyat yang ditemukan di lapangan berdasarkan survei ada 2 pola, yaitu menyebar dan mengelompok. Pola menyebar

yaitu pola dimana hutan rakyat itu tidak hanya terdapat dalam satu desa melainkan di beberapa desa lainnya. Sedangkan pola mengelompok adalah pola hutan rakyat yang terdiri dari beberapa daerah yang luasannya cukup besar sehingga membentuk suatu wilayah yang dilihat dari pola berkelompok.

Pola penyebaran atau pola pengelompokan hutan rakyat di wilayah ini sangat besar. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian yang kondisi topografinya lebih curam sehingga masyarakat disekitar lebih banyak menanam jenis pohon-pohon sebagai perlindungan tanah sehingga dapat mengantisipasi dari bencana alam. Selain itu dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan tersebut, masyarakat di kecamatan tersebut juga dapat memanfaatkan hasilnya baik berupa buah ataupun kayu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Gambar 24. Peta Penutupan Lahan Hubungan NDVI dengan Penutupan Lahan

Nilai NDVI dari klasifikasi citra penutupan lahan di lokasi penelitian berkisar dari -0,444 sampai 0,654 yaitu antara badan air berupa kolam sampai vegetasi jarang berupa hutan rakyat. Nilai NDVI berkisar antara -1 dan +1, nilai ini berbeda pada setiap kondisi kandungan klorofil dan kandungan air yang berbeda dan juga berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Umumnya pola indeks vegetasi meningkat sejak awal pertumbuhan (fase vegetatif) dan mencapai puncaknya pada pertumbuhan vegetatif maksimum, kemudian menurun pada fase pertumbuhan generatif hingga panen.

(a). NDVI akan bernilai positif (+) manakala permukaan vegetasi lebih banyak memantulkan radiasi pada gelombang panjang infra merah dekat (Near infra red) dibandingkan pada cahaya tampak.

(b). NDVI bernilai nol (0) bila pemantulan energi yang direkam oleh panjang gelombang cahaya tampak sama dengan gelombang infra merah dekat. Hal ini sering terjadi pada daerah pemukiman, tanah bera, daratan non vegetasi, dan awan.

(c). NDVI akan bernilai negatif (-) bila permukaan awan, air dan salju lebih banyak memantulkan energi apada gelombang cahaya tampak dibandingkan pada infra merah dekat.

Tabel 7. Nilai NDVI Berdasarkan Klasifikasi Tutupan Lahan di Lapangan

Kisaran Nilai NDVI Klasifikasi Tutupan Lahan

-0,857 – (-0,095) Badan Air

-0.089 – 0,006 Lahan Terbuka

0,012 – 0,264 Vegetasi Relatif Jarang

0,270 – 0,396 Vegetasi Sedang

0,402 – 0,654 Vegetasi Rapat

Hubungan Volume Pohon dengan NDVI

Hubungan antara NDVI dengan volume pohon hutan rakyat dapat diketahui dengan menggunakan persamaan regresi linear dan eksponensial. Nilai NDVI yang digunakan berkisar antara 0,0 – 0,645 dari 36. Hasil pengukuran volume pohon di 36 plot terpilih disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Volume Pohon Hutan Rakyat Berdasarkan NDVI

No Volume Pohon (m3) NDVI Nilai Tengah

1 14,00 0,000-0,150 0,075 2 22,63 0,000-0,150 0,075 3 18,11 0,000-0,150 0,075 4 24,66 0,000-0,150 0,075 5 25,6 0,000-0,150 0,075 6 30,34 0,000-0,150 0,075 7 31,89 0,150-0,269 0,194 8 32,11 0,150-0,269 0,194 9 39,40 0,150-0,269 0,194 10 39,02 0,150-0,269 0,194 11 36,50 0,150-0,269 0,194 12 46,72 0,150-0,269 0,194 13 54,09 0,269-0,388 0,313 14 52,51 0,269-0,388 0,313 15 53,57 0,269-0,388 0,313 16 51,89 0,269-0,388 0,313 17 56,05 0,269-0,388 0,313 18 58,91 0,269-0,388 0,313 19 64,65 0,388-0,507 0,432 20 70,50 0,388-0,507 0,432

22 77,34 0,388-0,507 0,432 23 74,75 0,388-0,507 0,432 24 76,34 0,388-0,507 0,432 25 79,23 0,507-0,626 0,551 26 81,37 0,507-0,626 0,551 27 85,04 0,507-0,626 0,551 28 81,90 0,507-0,626 0,551 29 86,80 0,507-0,626 0,551 30 88,83 0,507-0,626 0,551 31 97,19 0,626-0,744 0,67 32 95,59 0,626-0,744 0,67 33 94,16 0,626-0,744 0,67 34 160,72 0,626-0,744 0,67 35 117,12 0,626-0,744 0,67 36 130,47 0,626-0,744 0,67

Nilai yang diperoleh dari volume pohon merupakan hasil dari rata-rata volume pohon per 3 plot yang diukur di lapangan. Plot yang digunakan adalah pada tanaman hutann rakyat campuran dan agroforestry. Dimana pohon yang digunakan merupakan pohon buah dan pohon kayu.

Bentuk persamaan volume pohon hutan rakyat dengan NDVI disajikan dalam Gambar 26. y = 21.007e2.6275x R2 = 0.8996 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Tabel 8. Lanjutan

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa NDVI memiliki hubungan keterkaitan yang cukup baik dengan volume pohon hutan rakyat. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) yang sebesar 0.94 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,89. Semakin tinggi NDVI maka volume pohon semakin tinggi. Hubungan antara volume pohon dan NDVI memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil persamaan diperoleh nilai 0,94 yang berarti 94 % variasi di NDVI dapat diterangkan oleh volume pohon. Hal ini sesuai dengan literatur Irianto (2008) yang mengatakan bahwa pada metode analisis regresi, tingkat keeratan hubungan antar peubah dikatakan cukup baik apabila memiliki nilai koefisien korelasi > 0,70.

Bentuk hutan rakyat campuran merupakan hutan rakyat yang banyak terdapat dilapangan, hal ini dikarenakan tanaman hutan rakyat tersebut sudah ada dari zaman dahulu keturunan pemilik lahan yang sampai sekarang masih di kelola oleh penerus keturunannya. Sehingga dari ketiga bentuk hutan rakyat hanya hutan rakyat campuran yang masih banyak di kelola oleh pemilik lahan, terutama di daerah kecamatan sibolangit. Hasil potensi pohon dapat dilihat pada tabel 9. Jenis tanaman hutan rakyat yang banyak dikembangkan oleh masyarakat seperti duku, durian, mahoni, sengon, pete, sukun, dan saga.

Tabel 9. Potensi Volume Hutan Rakyat

No Kecamatan Bentuk Hutan Rakyat Luas (Ha) Potensi Pohon

(m3/Ha)

1 Sibolangit a. Hutan Rakyat Campuran 1.193, 29 128.021, 66

b. Hutan Rakyat Agroforestri 147, 49 16.428, 52

c. Hutan Rakyat Monokultur 84, 93 20.891, 07

2. Pancur Batu a. Hutan Rakyat Campuran 326,43 33.013, 49

b. Hutan Rakyat Agroforestri 437,45 44.411, 99

c. Hutan Rakyat Monokultur 63, 34 7.954,21

c. Hutan Rakyat Monokultur 24, 07 2.778,13 Bentuk hutan rakyat yang kedua adalah hutan rakyat agroforestri, dimana hutan rakyat agroforestri merupakan kombinasi berbagai jenis pohon dengan tanaman semusim. Jenis tanaman yang diusahakan sangat bervariasi, misalnya buah-buahan, kayu bangunan, kayu bakar, pakan, umbi dan biji-bijian. Hutan rakyat agroforestri lebih banyak terdapat di Kecamatan Pancur Batu. Bila dilihat dari komponennya, agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sardjono, dkk., 2003):

Agrisilvikultur (Agrisilvicultural Sistems) adalah sistem agroforestri yang

mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody

plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu

Silvopastura (Silvopastural sistems) merupakan sistem agroforestri yang

meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura.

Agrosilvopastura (Agrosilvopastural sistems) adalah pengkombinasian

komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama.

Bentuk hutan rakyat yang ketiga adalah hutan rakyat monokultur, dimana hutan rakyat monokultur ini merupakan tanaman yang penanamannya dengan jenis tanaman yang homogen atau satu jenis pohon saja. Jenis tanaman yang di dapat dilapangan seperti rambutan dan karet. Hutan rakyat monokultur lebih banyak terdapat di Kecamatan Sibolangit.

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Nilai perhitungan akurasi menunjukkan bahwa overall accuracy sebesar 92,45 % dan nilai kappa accuracy yang diperoleh sebesar 91,33 % yang berarti tingkat kesalahan kurang atau sama dengan 15% sehingga tidak perlu dilakukan pengklasifikasian ulang pada penutupan lahan tersebut.

2. Luasan masing-masing kelas tutupan lahan yang ditemukan adalah semak luas yaitu 16157,543 Ha atau 42,3 %, pemukiman dengan luas 12183,153 Ha atau 31,9 %, sawah dengan luas 1562,709 Ha atau 4,0%, lahan terbuka dengan luas 2154,217 Ha atau 5,7 %, badan air atau kolam dengan luas 427,108 Ha atau 1,1 %, hutan rakyat campuran dengan luas 1681,022 Ha atau 4,4 %, hutan rakyat agroforestri 130,389 Ha atau 2,4 % dan hutan rakyat monokultur dengan luas 282,404 Ha atau 0,7 %.

3. Pola spasial Hutan Rakyat di Kecamatan Sibolangit, Namo Rambe dan Pancur Batu adalah pola menyebar dan pola mengelompok.

4. Potensi Hutan rakyat campuran yang terdapat di wilayah Kecamatan Sibolangit sebesar 1.193, 29 Ha dengan volume pohon 128.021, 66 m3 sekitar 71%, di Kecamatan Namo Rambe sebesar 161,30 Ha dengan volume pohon 15.397, 22 m3 sekitar 9,6 % dan Kecamatan Pancur Batu sekitar 326,43 Ha dengan volume pohon 33.013, 49 m3 sekitar 19,4 %.

5. Potensi Hutan rakyat agroforestri lebih banyak terdapat di Kecamatan Pancur Batu sebesar 437,45 Ha dengan volume pohon 44.411, 99 m3 sekitar 47,01 %, di Kecamatan Namo Rambe sebesar 345, 44 Ha dengan volume pohon

32.702,50 m3 sekitar 37, 12 % dan di Kecamatan Sibolangit sebesar 147, 49 Ha dengan volume pohon 16.428, 52m3 sekitar 15,85 %.

6. Potensi Hutan Rakyat Monokultur yang terdapat di Kecamatan Sibolangit sebesar 84, 93 Ha dengan volume pohon 20.891, 07 m3 sekitar 49,28 %, di Kecamatan Namo Rambe sebesar 24, 07 Ha dengan volume pohon 2.778,13 m3 sekitar 13, 96 % dan di Kecamatan Pancur Batu sebesar 63, 34 Ha dengan volume pohon 7.954,21 m3 sekitar 36, 74 %.

Saran

Diharapkan dalam penelitian Pemetaan Penutupan Lahan selanjutnya didasarkan pada beberapa faktor lain yang mempengaruhi Potensi Penutupan Lahan Lainnya, sehingga diperoleh Peta Penutupan Lahan yang lebih akurat.

Dokumen terkait